Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 21 ayat untuk dari pihak AND book:[40 TO 66] AND book:40 (0.002 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Mat 27:46) (jerusalem: Eli, Eli, lama sabakhtani) Sebuah teriakan (dalam bahasa Aram) kemalangan yang sungguh, tetapi bukan teriakan putus harap. Ratapan ini diambil dari Kitab Suci (Maz 22:2) dan berupa sebuah doa kepada Allah. Dalam mazmur doa itu disusul kegembiraan karena yakin tentang pertolongan dari pihak Allah.
(0.99) (Mat 5:37) (ende)

Maksud adjaran Jesus ini: seorang murid Jesus harus djudjur demikian pasti, sehingga tak ada alasan orang menuntut penjumpahan dari padanja. Jesus bukan hendak melarang bersumpah samasekali, terlebih tidak kalau dituntut oleh pihak jang resmi. Jesus sendiri pernah bersumpah. Bdl. Mat 25:16-22 dan Mat 26:65. Rom 1:5 dan 2Ko 1:23 dll.

(0.96) (Mat 23:35) (ende: Zacharias putera Barachias)

adalah nabi jang kesebelas dalam daftar para "nabi ketjil". Tetapi tidak boleh dia dimaksudkan. Diduga bahwa disini terselip suatu kechilafan dari pihak para penjalin. Jang dimaksudkan tentulah Zacharias putera imam-agung Jojada jang memang dalam melaksanakan tugasnya sebagai nabi, diradjam didalam kenisah, dekat altar kurban-kurban-bakar. Abel adalah jang pertama. Zacharias ini jang terachir, jang pembunuhannja diriwajatkan didalam Kitab Kudus, Perdjandjian Lama.

(0.90) (Mat 1:18) (sh: Perawan hamil. (Rabu, 24 Desember 1997))
Perawan hamil.

Seorang gadis hamil pada zaman ini dianggap biasa. Tetapi di zaman Maria, hal itu suatu aib besar yang dituntut hukum mati (dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">22:23,24">Ul. 22:23,24). Kebudayaan Yahudi mengenal tiga tahap perkawinan. Pertama, kedua pihak keluarga setuju. Kedua, diumumkan kepada orang banyak. Kemudian terjadi pertunangan. Namun keduanya belum bergaul secara seksual. Sekalipun demikian, apabila batal harus dilangsungkan perceraian kecuali terjadi kematian. Ketiga, keduanya hidup bersama.

Yesus Manusia Allah. "Dilahirkan dari perawan Maria" menjadi sangat penting bagi iman Kristen. Yesus, Anak Allah, maka Ia bebas dari kodrat manusia yang berdosa yang diwariskan oleh Adam (dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">5:17">Rm. 5:17). Karena dilahirkan Maria, Yesus sungguh manusia. Namun bukan hasil persetubuhan. Yesus manusia yang tidak dicemari dosa sedikit pun. Karena keberadaan-Nya itulah, Dia dapat memahami pencobaan yang kita derita dan pengalaman manusiawi kita tanpa harus ikut berdosa (dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">4:15,16">Ibr. 4:15,16). Karena itu pula Dia menjadi korban yang berkuasa melepaskan kita dari dosa dan maut.

Renungkan: Bila Sang Pencipta sendiri rela menjadi ciptaan, pastilah keadaan ciptaan itu sangat serius dan penting di hadapan-Nya

Doa: Ya Yesus, Bebaskanlah aku dari dosa, dan hidup bagi-Mu.

(0.89) (Mat 17:24) (sh: Mengikuti aturan. (Rabu, 18 Maret 1998))
Mengikuti aturan.

Untuk pemeliharaan Bait Allah, diatur pemungutan bea: dua dirham tiap orang. Sebenarnya sebagai Putra Allah, Dialah pemilik sah Bait Allah. Ia tidak perlu membayar bea. Namun agar tidak menjadi batu sandungan, melalui mukjizat, Yesus membayar bea. Sebenarnya tak ada keharusan di pihak Yesus untuk berkorban bagi manusia, namun Ia melakukan itu juga demi kepentingan orang-orang yang dikasihi-Nya.

Besar menurut Yesus. Rupanya para murid mengikut Yesus tidak dengan motivasi murni. Mereka menduga bahwa suatu saat kelak, Yesus akan menjadi Mesias politis yang menjanjikan kekuasaan. Ambisi menjadi besar begitu menguasai pikiran mereka. Menurut Yesus menjadi besar dalam Kerajaan-Nya berarti bersedia menjadi kecil, mengakui ketakberdayaan, bertobat dari dosa dan hidup yang bersumber dari ambisi dan keinginan pribadi. Semua orang percaya adalah yang menjalani panggilan hidup menjadi kecil, menjadi hamba, dan menyangkal diri.

Renungkan: Menjadi anggota Kerajaan Allah adalah sukacita besar bagi setiap umat Tuhan. Hanya mereka yang sadar akan kekecilan dirinya, namun percaya dan mengandalkan Allah yang akan menjadi besar dalam kerajaan-Nya!

(0.89) (Mat 1:19) (jerusalem: seorang yang tulus hati) Ketulusan hati Yusuf kiranya nampak dalam hal bahwa di satu pihak tidak mau memberikan namanya kepada seorang anak yang asal-usulnya tidak diketahuinya, dan di lain pihak tidak mau memaksa Maria menjalani pemeriksaan keras, yang diperintahkan oleh Hukum, Ula 22:20 dst, karena yakin tentang kesucian Maria; Yusuf tidak mengerti rahasia ini.
(0.89) (Mat 3:2) (full: BERTOBATLAH. )

Nas : Mat 3:2

Makna dasar dari pertobatan (Yun. _metanoeo_) adalah "berbalik". Yang dimaksudkan adalah berbalik dari cara hidup yang jahat kepada Kristus, dan melalui Dia kepada Allah (Yoh 14:1,6; Kis 8:22; 26:18; 1Pet 2:25).

  1. 1) Keputusan untuk berbalik dari dosa kepada keselamatan di dalam Kristus menyangkut hal menerima Kristus bukan hanya sebagai Juruselamat dari hukuman dosa, tetapi juga sebagai Tuhan atas kehidupan kita. Jadi, pertobatan meliputi pergantian penguasa -- dari kekuasaan Iblis (Ef 2:2) kepada kekuasaan Kristus dan Firman-Nya (Kis 26:18).
  2. 2) Pertobatan merupakan keputusan yang sukarela pada pihak orang berdosa, yang dimungkinkan oleh kasih karunia yang memberi kemampuan kepada mereka untuk melakukannya ketika mereka mendengar dan percaya kepada Injil (Kis 11:21;

    lihat art. IMAN DAN KASIH KARUNIA).

  3. 3) Definisi iman yang menyelamatkan sebagai "sekedar percaya" kepada Kristus sebagai Juruselamat sama sekali tidak memadai apabila dihadapkan dengan tuntutan Kristus untuk bertobat. Menjelaskan iman yang menyelamatkan dalam suatu cara yang tidak mengharuskan seseorang meninggalkan dosa adalah memutarbalikkan secara membahayakan ajaran Alkitab tentang penebusan. Iman yang menyertakan pertobatan adalah syarat untuk memperoleh keselamatan (bd. Mr 1:15; Luk 13:3,5; Kis 2:38; 3:19; 11:21).
  4. 4) Pertobatan merupakan pesan pokok para nabi PL (Yer 7:3; Yeh 18:30; Yoel 2:12-14; Mal 3:7), Yohanes Pembaptis (Mat 3:2), Yesus Kristus (Mat 4:17; 18:3; Luk 5:32) dan orang Kristen PB (Kis 2:38; 8:22; 11:18; 2Pet 3:9). Pemberitaan pertobatan harus senantiasa mendampingi berita Injil (Luk 24:47).
(0.89) (Mat 12:38) (sh: Melakukan kehendak Bapa (Minggu, 30 Januari 2005))
Melakukan kehendak Bapa

Pesan penting tiga bagian nas kita hari ini sangat mengejutkan. Meminta tanda, mengalami sebagian kenyataan Kerajaan Allah tidak cukup. Yesus ingin agar orang menjadi bagian dari keluarga Allah dengan melakukan kehendak Allah yaitu menyambut Ia ke dalam kehidupan mereka.

Meminta tanda adalah bukti bahwa mereka jahat dan tidak setia (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">39), Yesus telah memberikan tanda, tetapi tidak dilihat orang Farisi. Karena itu, Yesus hanya memberi mereka tanda Yunus. Seperti Yunus "mati" dan bangkit dari perut ikan, Yesus pun akan mati dan bangkit. Jika pesan Yunus disambut dengan pertobatan Niniwe, lebih lagi pesan dan pelayanan Yesus seharusnya disambut juga dengan pertobatan. Contoh lain sikap responsif itu adalah sikap ratu dari selatan yang menjumpai Salomo dan belajar hikmat darinya (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">42). Itulah yang kini Yesus tuntut dari mereka. Segala pengalaman ajaib, bahkan mengalami kenyataan pengusiran setan sekali pun tidak memadai. Kekerasan hati yang tidak mau tunduk kepada Yesus akan membuat orang yang sudah mengalami pengusiran setan, kembali dirasuk dengan roh jahat (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">43-45). Kekerasan hati demikian akan mengakibatkan mereka mengalami hukuman kekal. Kebebalan mereka kelak akan dihakimi serius sebab Niniwe dan ratu selatan yang kafir saja berespons sepositif itu.

Jadi manusia hanya memiliki dua pilihan, yakni menyembah Allah yang dikenal dalam Yesus atau tetap menjadi budak iblis. Menolak Yesus berarti menolak kehendak Allah. Penolakan terhadap kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia dari dosa mengakibatkan hal lebih buruk menimpa hidup manusia. Sebaliknya, menerima kehendak penyelamatan Allah dalam Yesus berarti masuk sebagai anggota keluarga Allah. Ketertarikan pada hal-hal ajaib saja tidak merupakan bukti kuat seseorang sudah di pihak Allah. Keberpihakan pada Yesus, itulah yang menentukan nasib kekal manusia.

Renungkan: Anda hanya sekadar tertarik pada hal-hal tentang Yesus, atau sungguh memiliki Dia dalam hidup Anda?

(0.89) (Mat 11:16) (jerusalem) Seperti anak-anak merajuk yang menolak segenap permainan (di sini: permainan nikah dan penguburan), demikian orang Yahudi menolak segala tawaran Allah, baik ulah tapa Yohanes, maupun kelembutan hati Yesus. Namun dua-duanya adalah tepat, karena sesuai dengan hubungan antara Yohanes Pembaptis dengan zaman Mesias dan hubungan Yesus dengannya, bdk Mat 9:14-15; Mat 11:11-13. Kendati kedegilan hati manusia rencana Hikmat Allah terlaksana dan rencana itu membenarkan dirinya dengan kelakuan yang diilhamkan Hikmat Allah kepada Yohanes dan kepada Yesus. Khususnya "perbuatan-perbuatan" (var: anak-anaknya, bdk Luk 7:35) Yesus, ialah mujizat-mujizatNya, Mat 11:2, berupa kesaksian yang meyakinkan atau menghukum Mat 11:6, dan Mat 11:20-24. Yesus juga diserupakan dengan Hikmat Allah dalam Mat 11:28-30; Mat 12:42; Mat 23:34 dsj; Yoh 6:35+; 1Ko 1:24 - Ada tafsir lain yang menganggap Mat 11:19 sebagai sebuah peribahasa saja yang dipergunakan untuk menyatakan bahwa hikmat palsu orang Yahudi, bdk Mat 11:25, akan mendapat ganjarannya, yakni hukuman dari pihak Allah, Mat 11:20-24.
(0.88) (Mat 3:7) (jerusalem: orang Farisi) Mereka itu suatu kelompok orang Yahudi yang sangat rajin menepati hukum Taurat; tetapi mereka terlalu terikat pada tradisi lisan dari guru-guru mereka, sehingga terlalu memperhatikan hal-hal kecil yang dibanggakan dan juga sering berpura-pura saja. Kebebasan Yesus terhadap hukum Taurat dan pergaulanNya dengan orang berdosa tidak dapat menimbulkan perlawanan dari pihak orang Farisi. Injil-injil, khususnya Matius, kerap kali memperlihatkan perlawanan itu, bdk Mat 9:11 dsj; Mat 12:2 dsj,Mat 12:14 dsj, Mat 12:24; Mat 15:1 dsj; Mat 16:1 dsj; Mat 19:3 dsj; Mat 21:45; Mat 22:15 dsj, Mat 22:34,41; Mat 22:23dsj; Luk 5:21; Luk 6:7; Luk 15:2; Luk 16:14-15; Luk 18:10-11; Yoh 7:32; Yoh 8:13; Yoh 9:13-14; Yoh 11:47-48. Namun demikian Yesus juga bersahabat dengan beberapa orang Farisi, Luk 7:36+; Yoh 3:1+. Kemudian murid-murid Yesus kadang-kadang bersekutu dengan orang Farisi melawan orang Saduki, Kis 23:6-10. Semangat orang-orang Farisi tidak disangkal, Rom 10:2, bahkan ketulusan hati mereka ditonjolkan, Kis 5:34-39. Paulus bangga bahwa dahulu masuk kalangan orang Farisi, Kis 23;6; Kis 26:5; Fili 3:5
(0.88) (Mat 27:11) (sh: Raja orang Yahudi (Kamis, 12 April 2001))
Raja orang Yahudi

Bagi orang Yahudi, gelar yang disandangkan kepada Yesus lebih merupakan ejekan. Sebab mereka tidak akan pernah menerima Yesus sebagai Raja mereka. Bagi pemerintahan Roma, gelar ini jelas mempunyai unsur menentang pemerintah karena Yesus mampu menghimpun massa dalam jumlah besar ketika memberikan pengajaran-pengajaran. Hal ini tentu saja menimbulkan kekuatiran di pihak pemerintah. Berdasarkan kedua hal ini maka baik dari sisi orang-orang Yahudi (masyarakat mayoritas) maupun dari sisi pemerintah Roma (yang berkuasa), Yesus akan tetap dianggap bersalah. Namun ketika Yesus dibawa ke hadapan Pilatus, wali negeri Yudea, dan Samaria tahun 26 - 36 M, Pilatus kebingungan, dan heran karena orang yang dianggap telah mengaku sebagai Mesias sama sekali tidak meresponi pertanyaan-pertanyaannya. Bahkan ketika Pilatus mencoba memancing emosi Yesus dengan mengatakan begitu banyak tuduhan dan saksi yang akan memberatkan-Nya, Yesus tidak bergeming sedikit pun untuk memberikan pembelaan.

Pilatus tahu bahwa kedengkian telah berhasil merayu para imam dan tua-tua Yahudi untuk menghasut rakyat Yahudi agar mendukung usaha mereka membunuh Yesus. Akhirnya siksa badani, dan teror mental melalui pemakaian jubah ungu dan penyematan mahkota duri, yang merupakan atribut-atribut kebesaran seorang raja, menjadi bagian penganiayaan yang harus Yesus terima. Sungguh dahsyat peran kebencian dan kedengkian karena telah berhasil menghasut rakyat untuk membunuh sebagai pemuasan ambisi. Bila di zaman itu kedengkian, gelar-gelar ejekan yang menteror mental dan kekejaman melalui siksa badan dapat ditujukan langsung kepada Kristus, maka saat ini kebencian kepada Kristus dilampiaskan kepada murid-murid-Nya, gereja-Nya. Kristen mengalami teror mental, pengrusakan fisik gedung gereja, hingga penganiayaan tubuh, tetaplah bertahan dan berpegang teguh pada pemeliharaan dan kuasa Yesus Kristus. Akan datang hari dimana mereka harus bertekuk lutut menyembah-Nya dengan sungguh-sungguh.

Renungkan: Kedengkian dan kebencian dunia kepada Kristus dan gereja-Nya dari hari ke sehari akan semakin meningkat kualitasnya. Karena itu hiduplah dalam kesetiaan dan ketabahan bersama Dia.

(0.87) (Mat 7:13) (sh: Hanya dua kemungkinan (Sabtu, 15 Januari 2005))
Hanya dua kemungkinan

Ucapan Tuhan Yesus ini sangat mengejutkan, terutama untuk kebanyakan pendengar-Nya yaitu orang Yahudi. Ada semacam anggapan dasar pada mereka bahwa karena mereka keturunan Abraham, mereka pasti umat Allah, milik Allah (band. dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">3:9-10). Untuk sebagian kita pun mengejutkan, tetapi karena alasan yang berbeda. Karena pengaruh pola pikir modern dan pluralitas agama-agama Timur, ada anggapan bahwa banyak jalan menuju ke Tuhan. Kepercayaan dan kehidupan yang seperti apa pun, akhirnya akan membawa orang ke surga. Tuhan Yesus menentang keras anggapan sesat itu.

Hidup diumpamakan-Nya seperti memasuki gerbang (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">13), menjalani jalan (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">14), mengeluarkan buah (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">17), dan mengalaskan bangunan (ayat 24-27). Hanya ada dua kemungkinan perjalanan dan akhir hidup manusia dalam evaluasi ilahi. Pintu, jalan, buah, dasar yang bagaimana yang kita putuskan untuk menjadi sifat hidup kita kini, akan menentukan nasib kekal kita. Sayangnya yang banyak diminati orang adalah jalan lebar menuju kebinasaan (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">13). Orang lebih suka disesatkan dan menyesatkan daripada tunduk kepada kebenaran Allah. Jalan menuju ke kebinasaan memang mudah sebab tinggal mengikuti saja arus dunia yang didorong oleh dosa.

Aktif dalam kegiatan rohani, melakukan banyak pelayanan termasuk membuat mukjizat, fasih melantunkan kalimat-kalimat teologis dan pujian kepada Tuhan bukan jaminan seseorang sungguh di pihak Tuhan. Tanda satu-satunya yang menjamin bahwa kita terhisab ke dalam Kerajaan Surga adalah kita tidak dievaluasi Tuhan sebagai "pembuat kejahatan" (ayat 23). Dengan kata lain, bila hidup kita menunjukkan adanya perjuangan konsisten untuk hidup kudus dengan pertolongan anugerah-Nya, barulah kita memiliki jaminan sah keselamatan kita.

Renungkan: Keselamatan bukan hasil usaha tetapi akibat kita sungguh mengizinkan anugerah-Nya membebaskan kita dari pola hidup berdosa.

(0.87) (Mat 12:46) (sh: Ibu dan saudara jasmani. (Minggu, 25 Januari 1998))
Ibu dan saudara jasmani.

Ucapan Yesus pada ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">49 memberi kesan seolah Dia kurang menghargai ibu dan saudara-saudara-Nya yang secara jasmaniah mempunyai hubungan keluarga. Namun dalam Luk. 2:51 dikatakan bahwa Dia tetap hidup dalam asuhan kedua orang tua-Nya. Jadi Yesus tetap menghargai keluarga jasmaniah-Nya di dunia ini. Oleh sebab itu Dia mengkritik orang Farisi yang lebih mementingkan adat istiadat daripada menghormati ibu bapanya (bdk. ">Mat. 15:4-9). Meskipun demikian Yesus mengajarkan bahwa di atas segalanya kita harus lebih menghormati Bapa yang di sorga.

Ibu dan saudara rohani. Di pihak lain Tuhan Yesus juga berbicara mengenai persaudaraan dan kekeluargaan dalam iman (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">12:48-49" context="true">48-49). Semua orang yang percaya kepada Yesus adalah saudara dan ibu-Nya. Sebagai implikasinya, sesama orang percaya adalah saudara seiman. Ikatan persaudaraan ini, jika dihayati secara segar dan mendalam akan melebihi pengertian sekadar saudara jasmani. Roh Allah bekerja menciptakan perdamaian, kesejahteraan dan ikatan hati yang ajaib. Ikatan mana terjadi karena korban penebusan Kristus dan kasih Allah mempersatukan kita.

Ikatan sebagai satu tubuh. Hanya satu kunci keberhasilan agar dapat memahami secara segar dan indah ikatan persaudaraan itu. Itu adalah kesadaran utuh bahwa kita semua adalah anggota Tubuh Kristus. Maka seyogianya sikap yang kita tunjukkan adalah saling menghargai, saling membutuhkan, saling menolong, saling memperhatikan karena semua itu merupakan bagian tak terpisah dari gerak irama kehidupan umat dalam gereja-Nya. Namun usaha mewujudkan fakta indah ini dalam kehidupan bergereja tidak mudah. Selalu akan ada saja hambatan dan penghalang. Namun demikian, tak perlu kita berputus asa, sebab sekali lagi Roh Allah bekerja secara ajaib.

Renungkan: Kuasa pembaruan Tuhan, menciptakan hubungan darah antar manusia yang melampaui kekuatan.

Doa: Ajar kami untuk menghargai dan menghayati arti persaudaran kami di dalam kasih Kristus.

(0.87) (Mat 13:10) (sh: Percaya dan mengerti (Selasa, 1 Februari 2005))
Percaya dan mengerti

Proses beriman mirip proses belajar. Di sekolah kita belajar banyak hal yang belum kita mengerti. Ketika kita tidak mengerti suatu pelajaran, seharusnya respons kita adalah bertanya. Jadi, orang yang tumbuh dalam pengertiannya adalah orang yang memelihara sikap haus belajar dan berani bertanya.

Para murid tidak mengerti mengapa Yesus mengajar dengan perumpamaan (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">10). Yesus memakai perumpamaan untuk beberapa fungsi. Pertama, untuk menegaskan sifat rahasia Kerajaan Surga. Untuk masuk Kerajaan Surga, perlu pembukaan yang datang dari pihak Allah yang harus ditanggapi dengan iman (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">11). Jadi, inisiatif Allah mutlak diperlukan, baik untuk menyatakan rahasia Kerajaan Allah maupun untuk membimbing orang agar merespons pewartaan Kerajaan Allah itu dengan iman. Kedua, perumpamaan berakibat ganda. Kepada orang yang dikaruniai hati responsif akan terjadi proses bertanya, mencari, beroleh tuntunan, dan aktif mengimani. Orang itu akan mengalami pertumbuhan rohani. Untuk orang yang bebal, perumpamaan akan membuat Kerajaan Surga semakin tertutup baginya bahkan membuat orang itu mengalami proses pembutaan rohani lebih lanjut (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">14-15).

Dampak perumpamaan yang memisahkan pendengar ke dalam dua kelompok itu kini terjadi. Para murid langsung menyatakan ketidakmengertian mereka kepada Yesus. Ini adalah langkah iman. Akibatnya, Yesus memberikan penjelasan dan menerangi hati mereka. Orang banyak tidak demikian. Mereka bertahan dalam kegelapan pikiran dan hati mereka. Karena mereka tidak percaya, maka arti dan makna Kerajaan Allah tertutup bagi mereka. Bahkan, itu menjadi pesan penghukuman bagi mereka. Akan tetapi, bagi yang percaya perumpamaan menyingkapkan arti dan makna Kerajaan Allah.

Ingat: Peliharalah sikap terbuka untuk belajar dan diajar Tuhan, sebab itulah tanda iman yang bertumbuh.

(0.87) (Mat 5:8) (sh: Sebuah `tekad+' dalam millenium baru (ayat 2) (Selasa, 2 Januari 2001))

Ucapan Bahagia yang sarat dengan kebenaran memang dibagi 2 untuk renungan awal millenium ini, sebab Ucapan Bahagia ini harus kita renungkan secara mendalam agar menjadi landasan, penentu arah, dan warna kehidupan kita. Ucapan Bahagia ini bukanlah alternatif etika namun keharusan, karena yang keluar dari mulut Yesus adalah wahyu khusus Allah. Apa tekad+ Kristen selanjutnya?

Kristen harus bertekad mempunyai hati yang suci, artinya mempunyai kemurnian moral secara lahir maupun batin dengan ukuran kebenaran Allah (ayat 8). Kemurnian ini bukan sesuatu yang kita miliki dari lahir namun harus dimulai dari kehendak kita untuk murni, sehingga kita berusaha dan berjuang untuk hidup murni. Dimana pun Kristen berada, ia harus menjadi juru damai seperti Yesus (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">9), dalam segala bidang kehidupan baik itu dalam rumah tangga, gereja, masyarakat, kantor, bahkan jika ada kesempatan menjadi juru damai dalam perselisihan antar partai politik atau elite politik yang saling berebut kursi kekuasaan.

Bukan suatu kebetulan jika setelah berbicara tentang juru damai, Yesus melanjutkan dengan penganiayaan, sebab dunia mencintai kebencian dan prasangka buruk, sehingga pembawa damai adalah musuhnya (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">10). Oposisi, tantangan, dan penganiayaan adalah konsekuensi wajar bagi pengikut Kristus. Yesus menekankan hal ini dengan mengganti kata 'orang' dengan 'kamu' (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">11-12) dan juga mengganti kata 'karena kebenaran' (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">10) dengan 'karena Aku' (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">11). Namun Kristen harus bergembira dan bersukacita bukan hanya karena upahnya besar di surga, namun karena telah dilayakkan menjadi serupa dengan Dia dalam penderitaan-Nya dan penganiayaan oleh dunia yang membuktikan bahwa kita berada di pihak Allah (ayat 12).

Masyarakat Indonesia membutuhkan contoh kehidupan manusia yang bermoral tinggi dan tetap bertahan, walaupun harus mengalami penganiayaan. Di sinilah peran Kristen dibutuhkan. Selain itu masyarakat yang lapar dan 'telanjang', mudah sekali diprovokasi, maka membutuhkan siraman air sejuk yang dapat menenangkan emosi mereka. Di tempat inilah peran Kristen sebagai juru damai sangat dibutuhkan dan dinantikan.

Renungkan: Mulai dari lingkup terkecil kita dapat berperan maksimal: dalam keluarga, sekolah, kantor, gereja, dan masyarakat.

(0.86) (Mat 4:3) (jerusalem: Anak Allah) Sebutan alkitabiah ini tidak perlu selalu mengungkapkan "anak" dengan arti sesungguhnya dan sepenuh-penuhnya. Dapat juga berarti "anak angkat" saja berkat suatu pilihan dari pihak Allah yang menciptakan hubungan khas antara Allah dan makhlukNya. Dengan arti sedemikian itu para malaikat disebut "anak Allah", Ayu 1:16, atau bangsa terpilih, Kel 4:22; Wis 18:13, atau orang-orang Israel, Ula 14;1; Hos 2:1; bdk Mat 5:9,45, dll, atau para pemimpin mereka, Maz 82:6. Kalau sebutan itu ditrapkan pada Raja Mesias, 1Ta 17:13; Maz 2:7; Maz 89:27, maka tak perlu bahwa Mesias itu lebih dari seorang manusia. Tak perlu juga bahwa sebutan itu mempunyai arti lain di mulut iblis, Mat 4:3,6, di mulut orang yang kerasukan roh jahat, Mar 3;11; Luk 5:7; Luk 4:41, atau di mulut kepala lasykar, Mar 15:39; bdk Luk 23:47. Bahkan perkataan sorgawi yang terdengar waktu Yesus dibaptis, Mat 3:17, atau dimuliakan, Mat 17;5, pada diriNya tidak mengandung arti lebih mendalam dari kerelaan ilahi khas, yang dikurniakan kepada Mesias-Hamba Tuhan; juga pertanyaan yang diajukan Imam Besar, Mat 26:63, kiranya tidak memikirkan sesuatu yang lain dari pada Mesias-manusia. Hanya sebutan "Anak Allah" terbuka untuk suatu arti yang lebih mendalam sehingga dapat berarti juga anak yang sesungguhnya. Dan Yesus sendiri menyarankan arti lebih mendalam itu dengan menyebut diriNya sebagai "Anak", Mat 21:37, yang mempunyai Allah sebagai BapaNya secara istimewa, Yoh 20:17 dan bdk "Bapaku", Mat 7:21, dll, sehingga Yesus melebihi para malaikat, Mat 24:36. Sebab Yesus dengan Allah mempunyai hubungan unggul, baik dalam hal pengetahuan maupun kasih, Mat 11:27. Keterangan-keterangan semacam itu didukung keterangan lain mengenai harkat ilahi Mesias, Mat 22:42-46, dan asal-usul sorgawi "Anak Manusia", Mat 8:20+, dan diteguhkan oleh kejayaan kebangkitan. Maka ungkapan "Anak Allah" mendapat arti ilahi yang sesungguhnya, sebagaimana juga terdapat misalnya dalam surat-surat Paulus, Rom 9:5+. Selama Yesus hidup, murid-muridNya tidak menyadari arti ilahi semacam itu dengan jelas (Mat 14:33 dan Mat 16:16, yang menambah sebutan "Anak Allah" pada teks lebih tua seperti tercantum dalam Markus, tentu saja memperlihatkan kepercayaan yang sudah berkembang). Namun demikian kepercayaan yang mereka peroleh sesudah Paskah dengan pertolongan Roh Kudus, sungguh-sungguh bertumpu pada perkataan dan keterangan Yesus sendiri. Yesus benar-benar menyatakan kesadarannya bahwa Ia sungguh-sungguh Anak Bapa, sejauh keterangan semacam itu dapat dipahami dan diterima oleh orang sezamanNya.
(0.83) (Mat 3:16) (jerusalem: langit terbuka) Sejumlah naskah menambah: bagiNya; artinya; di hadapan mataNya
(0.77) (Mat 27:57) (sh: Tetap menolak atau makin mengasihi? (Sabtu, 26 Maret 2005))
Tetap menolak atau makin mengasihi?


Selama Yesus hidup dan melayani, sikap orang terhadap-Nya selalu terbagi dua. Di satu pihak, mereka yang menutup hati dan menolak Yesus. Di lain pihak, mereka yang membuka diri terhadap-Nya, sampai akhirnya menjadi pengikut Yesus. Dua macam sikap ini menjadi makin nyata pada peristiwa menjelang kematian Yesus sampai peristiwa sesudah Yesus mati dan bangkit.

Kelompok pertama diwakili oleh para pemimpin agama Yahudi. Mereka sudah "sukses" membunuh Yesus. Seharusnya mereka lega, saingan mereka sudah tiada. Namun, mereka meminta kepada Pilatus supaya kubur Yesus dijaga karena teringat nubuat Yesus tentang kebangkitan-Nya. Mereka takut akan pengaruh Tuhan Yesus yang begitu besar pada para pengikut-Nya (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">64). Mereka ingin memastikan bahwa Yesus dan pengaruh-Nya betul-betul sudah lenyap.

Berbeda sekali sikap tadi dengan sikap para pengikut Yesus. Yusuf, menurut catatan Lukas adalah seorang anggota mahkamah agama Yahudi yang tidak menyetujui tindakan mereka membunuh Yesus (Luk. 23:50-51). Dengan berani Yusuf meminta izin Pilatus untuk menguburkan jenazah Yesus di kubur miliknya sendiri (ayat 57-60). Menurut hukum Romawi, kubur yang sudah dipakai untuk penjahat, tidak boleh digunakan lagi. Tindakannya memberikan kuburnya dan permohonannya untuk menguburkan Yesus adalah persembahan yang sangat mahal dan tindakan kasih yang sangat berani. Para wanita yang hadir di depan kubur itu menyatakan kesedihan dan hormat mereka kepada Yesus (ayat 61).

Memang hidup dan karya penyelamatan Yesus menuntut orang untuk menentukan sikap terhadap-Nya. Terhadap Yesus tidak mungkin orang mengambil sikap netral. Entah orang akan tetap menutup diri dan akhirnya jadi pembenci Yesus, atau orang akan berani menunjukkan iman dan kasih-Nya kepada Yesus meski harus berkorban.

Renungkan: Lebih beranikah Anda kini menyatakan kasih kepada Dia yang telah berkorban bagi Anda, atau sebaliknya?

(0.77) (Mat 19:9) (full: KECUALI KARENA ZINAH. )

Nas : Mat 19:9

Kehendak Allah bagi pernikahan adalah satu pasangan, satu pernikahan untuk seumur hidup (ayat Mat 19:5-6;

lihat cat. --> Kej 2:24;

lihat cat. --> Kid 2:7;

lihat cat. --> Kid 4:12;

lihat cat. --> Mal 2:14).

[atau ref. Kej 2:24; Kid 2:7; 4:12; Mal 2:14]

Terhadap peraturan ini Yesus memberikan satu perkecualian yaitu "zinah". Perzinahan (Yun. _porneia_) meliputi segala macam bentuk kebejatan seksual (bd. Mat 5:32). Oleh karena itu, perceraian diizinkan apabila telah terjadi kebejatan seksual. Berikut ini ada beberapa fakta alkitabiah yang penting mengenai perceraian.

  1. 1) Ketika Yesus mengecam perceraian dalam ayat Mat 19:7-8, yang dikecam-Nya bukanlah perpisahan karena zinah, melainkan perceraian yang diizinkan dalam masa PL jikalau suami menemukan bahwa istrinya tidak perawan lagi setelah upacara pernikahan diadakan (Ul 24:1-4). Allah menginginkan agar dalam kasus semacam itu pasangan suami istri tetap bersatu. Akan tetapi, Ia mengizinkan perceraian dalam kasus semacam itu karena orang sudah keras hatinya (ayat Mat 19:7-8).
  2. 2) Dalam kasus perzinahan sesudah pernikahan, hukum PL mengizinkan terputusnya hubungan pernikahan itu dengan menghukum mati kedua pihak yang bersalah (Im 20:10; Ul 22:22). Tentu saja, hal ini akan membebaskan orang yang tidak berdosa untuk menikah kembali (Rom 7:2; 1Kor 7:39).
  3. 3) Di bawah perjanjian yang baru syarat-syarat bagi orang percaya sama saja. Sekalipun perceraian adalah peristiwa yang menyedihkan, ketidaksetiaan dalam hubungan pernikahan merupakan dosa yang begitu kejam terhadap pasangan dalam pernikahan. Kristus menyatakan pihak yang tidak bersalah berhak untuk mengakhiri pernikahan itu dengan menceraikan pasangannya.
  4. 4) Uraian Paulus dalam 1Kor 7:12-16 mengenai pernikahan dan pembelotan menunjukkan bahwa pernikahan dapat dibatalkan juga apabila pasangan yang belum beriman pergi meninggalkannya.
(0.74) (Mat 5:33) (sh: Antara kata dan hati (Minggu, 4 Januari 1998))
Antara kata dan hati

Sumpah bertujuan untuk mengukuhkan kebenaran dan meneguhkan kebohongan. Manusia Yahudi menggolongkan sumpah ke dalam dua hal. Pertama, kalau menyebut nama Allah, sumpah itu mengikat dan mengharuskan orang yang bersumpah untuk menepatinya. Kedua, kalau sumpah itu tidak atas nama Yerusalem atau nama Allah -- misalnya atas nama langit dan bumi, atau atas nama kepalanya sendiri disebut tidak mengikat, sehingga orang itu tidak harus menepatinya. Tuhan Yesus menentang anggapan tersebut. Hidup tidak dapat dibagi dalam dua bagian: bagian yang di dalamnya ada Allah dan bagian yang di dalamnya tidak ada Allah. Allah selalu ada dan hadir. Bersumpah atau tidak bersumpah Allah terlibat menyaksikan semua tingkah laku manusia. Karena itu kata dan hati tidak boleh dipisah. Pengikut Kristus harus memiliki integritas hati dan kata.

Keadilan dan kasih. Kehidupan orang percaya, sering terjebak dalam dualisme, di gereja kudus dan di luar gereja boleh semaunya. Dualisme seperti ini salah total sebab manusia yang dualistis hidup dalam kepalsuan. Sikap demikian bisa jadi berhubungan erat dengan kesalahan menafsirkan arti perintah Tuhan. Hukum mata ganti mata, gigi ganti gigi seringkali ditafsirkan seolah Allah menginginkan balas membalas dalam kehidupan manusia. Tetapi maksud firman itu ialah agar orang yang bersalah diperlakukan dengan adil, tidak dijatuhi hukuman lebih berat atau lebih ringan. Di lain pihak, pengikut Kristus sadar bahwa kejahatan tidak dapat diatasi oleh kekerasan hukum tetapi oleh kekuatan kasih. Sambil berusaha menegakkan hukum, pengikut Kristus berupaya untuk mengalah menahan diri (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">39), bermurah hati (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">40-42), bergantung pada kasih karunia Allah (ayat dari+pihak+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">43-44). Kelakuan sosial Kristen adalah kelakuan yang memberlakukan sikap Kristus sendiri.

Renungkan: Bukankah kita yang telah menerima kasih Allah dalam Kristus sadar bahwa hanya kasih dapat merubah hidup?

Doa: Di tengah hidup yang penuh kepalsuan dan kekerasan, berilah kekuatan untuk hidup benar dan mengasihi.



TIP #29: Klik ikon untuk merubah popup menjadi mode sticky, untuk merubah mode sticky menjadi mode popup kembali. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA