(0.04) | (Kel 7:14) | (jerusalem: Berfirmanlah) Dengan ini mulailah kisah tentang apa yang lazimnya disebut sebagai "kesepuluh tulah Mesir" (Kel 6:8-13 merupakan semacam pendahuluan). Istilah "tulah" itu sebenarnya kurang tepat, kecuali untuk tulah yang kesepuluh. Kesembilan tulah lain lebih-lebih berupa keajaiban atau "tanda mujizat" yang disebut juga dalam Kel 4; 7:9. Dalam bab 4 dan Kel 7:9 "tanda mujizat" itu mesti membuktikan kepada orang Israel dan kepada Firaun bahwa Musa diutus Allah. Begitu pula "tanda-tanda mujizat" di negeri Mesir itu membuktikan kepada Firaun bahwa Tuhan adalah berkuasa. Kesembilan tulah pertama berbeda dengan yang kesepuluh oleh karena ceritera-ceriteranya tersusun secara sama dengan memakai kata-kata dan istilah yang sama juga. Seluruh kisah mengenai sembilan tulah itu berakhir dengan memberitahukan bahwa Firaun secara mutlak menolak izin kepada orang Israel untuk berangkat. Musa tidak lagi akan menghadapinya, Kel 10:28-29. Terpaksa orang Israel diam-diam melarikan diri. Lalu kisah dilanjutkan dengan ceritera tentang orang Israel yang dikejar orang Mesir dan secara ajaib menyeberang Laut Teberau, Kel 14. Inilah tradisi mengenai keluaran berupa pelarian. Aslinya tradisi ini tidak tahu-menahu tentang tulah yang kesepuluh. Sebab dalam ceritera mengenai tulah yang kesepuluh itu orang Israel diusir dari negeri Mesir, Kel 12:31-33; bdk Kel 4:21; 5:23; 11:1. Masih tersedia tradisi-tradisi lain tentang "tanda-tanda mujizat" yang dikerjakan Musa itu. Maz 78:43-51; 105:27-36, yang kemudian masih diperkembangkan dalam Wis 11:14-20; 16-18. Sama seperti nas-nas lain itu demikianpun kisah Kel 7:14-10:29 merupakan sebuah karya seni sastera yang memanfaatkan tradisi-tradisi yang tersedia. Tulah yang ketiga dan yang keenam berasal dari tradisi Para Imam, sedangkan sukar dipastikan apakah ceritera tentang tulah-tulah lain berasal dari tradisi Yahwista atau dari tradisi Elohista. Tidak ada gunanya sama sekali berusaha menjelaskan tanda-tanda mujizat itu berdasarkan ilmu perbintangan atau ilmu-ilmu lain. Di lain pihak ceritera-ceritera itu memanfaatkan gejala-gejala alam yang terjadi di negeri Mesir (air sungai Nil yang menjadi merah/darah, katak-katak, gelap gulita akibat angin dari padang pasir), tetapi tidak terjadi di Palestina; gejala-gejala alam (belalang) yang terjadi baik di Mesir maupun di Palestina: gejala-gejala (hujan es) yang terjadi di Palestina, tetapi jarang sekali di Mesir. Maksud tanda-tanda mujizat itu yang sebenarnya ialah: menyatakan kepada orang Israel dan kepada Firaun kekuasaan Tuhan. |
(0.04) | (Est 7:1) |
(sh: Tuhan di balik tragedi orang fasik (Rabu, 27 Juni 2001)) Tuhan di balik tragedi orang fasikInilah suatu kisah tragis berawal dari "datanglah raja dan Haman untuk dijamu oleh Ester" (1) dan diakhiri dengan "Haman disulakan pada tiang yang didirikannya bagi Mordekhai. Maka surutlah panas hati raja" (8). Kisah ini berangkat dari permohonan dan pengaduan Ester kepada raja (2-6a) menuju percakapan raja dan Harbona tentang penyulaan Haman (8c-9b), memanas pada saat raja keluar ke taman istana dan menjadi semakin panas pada saat raja kembali ke dalam ruangan minum anggur (7a, 8a). Puncak kisah ini adalah: Haman yang sangat ketakutan berlutut pada katil tempat Ester berbaring untuk mengemis nyawanya (6b, 8b, 7b).
Inilah suatu ironi yang tak mudah dipahami oleh Haman orang
Amalek musuh orang Yahudi. Sama seperti rencana
terselubungnya berbalik menimpa dirinya, demikian pula
permohonan nyawa Ester berbalik menjadi permohonan
nyawanya (3-4; 7-8). Berbeda dengan Ester yang mendapat
kasih dan pembelaan Raja, dia mendapat tuduhan
melecehkan ratu di hadapan raja (5, 8). Sama seperti
kegeraman murka raja yang bernyala-nyala terhadap Wasti
(1:12; 2:1), demikian pula panas hati Raja terhadap
diri Haman. Ia yang ingin membinasakan semua orang
Yahudi karena satu diantaranya tidak mau berlutut di
hadapannya (3:5-7), kini harus berlutut di hadapan
seorang wanita Yahudi (8). Semula ia mendongakkan
kepalanya (3:1-2), tak lama kemudian ia harus
menyelubungi mukanya karena malu (6:12), dan kini
terpaksa diselubungi mukanya karena menanti hukuman
mati (7:8). Ia ingin menyulakan Mordekhai (5:14) tapi
raja menyulakan dirinya (7:8). Tuhan, Raja segala raja
dengan cara yang tak terlihat membuka selubung rencana
jahat Haman dan menjatuhkan kejahatan ke atas kepalanya
sendiri. Inilah penggenapan nubuat Bileam bin Beor
"Yang pertama di antara bangsa-bangsa ialah Amalek,
tetapi akhirnya ia akan sampai kepada kebinasaan" ( Renungkan: Bagaimana kesadaran tentang keadilan Allah menolong Anda melewati hari-hari ini? |
(0.04) | (Yeh 41:5) |
(sh: Bangunan tambahan, dekorasi, dan perabotan Bait Suci (Jumat, 23 November 2001)) Bangunan tambahan, dekorasi, dan perabotan Bait SuciDi sekeliling Bait Suci ada kamar-kamar tambahan, yang bertingkat tiga (ayat 5-11). Di ujung barat, di belakang Bait Suci, terdapat sebuah bangunan (ayat 12). Sayangnya tidak ada penjelasan mengenai kegunaan ruangan-ruangan ini. Mungkin ruangan di sekeliling Bait Suci digunakan untuk menyimpan perabotan Bait Suci dan benda-benda lainnya. Pada kuil-kuil di dunia kuno, kamar-kamar seperti ini digunakan untuk menyimpan harta benda hasil persembahan orang-orang yang beribadah ke kuil tersebut. Penjelasan tentang Bait Suci diakhiri dengan ukuran keseluruhannya: 100 hasta x 100 hasta untuk pelataran dalam dan untuk Bait Suci serta ruang-ruang di sampingnya (ayat 13-14). Bentuk bujur sangkar dan ukuran- ukuran simetris melambangkan kesempurnaan Allah.
Dinding-dinding Bait Suci didekorasi dengan ukiran-ukiran gambar
kerub dan pohon kurma (ayat 17-20). Motif ukiran ini serupa
dengan yang ada di dalam Bait Suci Salomo (ayat Di dalam ruang besar terdapat sesuatu yang tampak seperti mezbah yang terbuat dari kayu (ayat 21-22). Malaikat pengantar Yehezkiel menyebut mezbah itu sebagai "meja yang ada di hadirat Tuhan". Mungkin ini menyerupai meja roti sajian (bdk. Kel. 25:23-30), yaitu persembahan yang bukan berupa kurban bakaran bagi Tuhan. Menghampiri Allah yang kudus selain memang harus terlebih dulu menguduskan diri, juga harus dengan segala puji dan syukur. Kegunaan meja roti sajian adalah untuk menempatkan persembahan syukur untuk segala berkat Tuhan. Ibadah yang benar selalu berangkat dengan kegentaran akan kekudusan Tuhan, tetapi diteruskan dengan pengucapan syukur dan puji- pujian. Renungkan: Yesus Kristus menyatakan kepada kita kekudusan Allah. Oleh karena Dia kita sekarang dapat mendekat pada Allah dan menaikkan puji-pujian serta ucapan syukur yang tiada hentinya. |