Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 10441 - 10459 dari 10459 ayat untuk beberapa allah (0.009 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.03) (Kol 4:7) (sh: Saling menguatkan, kunci kebersamaan umat kristen (Minggu, 15 Juli 2001))
Saling menguatkan, kunci kebersamaan umat kristen

Betapa indahnya persekutuan umat Kristen dimana terjalin saling menyemangati, menguatkan, memperingatkan, menolong, dan bertumbuh bersama melewati suka dan duka. Paulus sebagai rasul yang hebat juga menyadari bahwa di dalam kehidupannya, peran rekan-rekan sepelayanan sangatlah berarti.

Pada bagian akhir suratnya, rasul Paulus menyebutkan: nama beberapa rekan sepelayanan yang membantunya (ayat 7-11), salam dari orang-orang yang mengenal jemaat Kolose (ayat 12-14), serta salam Paulus untuk saudara-saudari seiman yang dikenal jemaat (ayat 15-17). Dengan mencantumkan nama dan salam dari orang-orang tersebut, Paulus ingin mengingatkan jemaat bahwa ada orang lain, yang selalu mengingat dan membantu membangun jemaat Kolose (ayat 12).

Dalam perjalanan pelayanan Paulus mengalami banyak perubahan dan pembentukan karakter, seorang yang begitu mandiri, keras, dan tegas, tetap menyadari bahwa keberadaan rekan-rekan sepelayanan tidak dapat diabaikan. Sementara nilai pribadi zaman kini mulai diabaikan karena lebih berfungsi sebagai pelengkap sosial ekonomi, Paulus menjunjung tinggi keunikan dan kelebihan masing-masing pribadi. Ia sangat mengenal masing-masing rekan sepelayanannya, maka Ia dapat menyebut mereka dengan asosiasi yang berarti. Peran mereka bukan hanya bagi pribadinya tetapi juga bagi jemaat yang mereka layani. Bentuk keterlibatan mereka lebih kepada kehidupan kasih dan doa yang dibagikan bagi pertumbuhan jemaat.

Renungkan: Kristen menilai sesama sebagai pribadi yang berarti dan bukan sebagai fungsi sosial ekonomi saja. Belajarlah mengingat peran rekan-rekan sepelayanan kita dalam kehidupan kekristenan kita dan ingatlah mereka dalam doa-doa kita.

Bacaan untuk Minggu Ke-6 sesudah Pentakosta

Kejadian 4:3-10

II Korintus 8:7-15

Markus 5:21-43

Mazmur 30

Lagu: Kidung Jemaat 448

PA 2 Kolose 3:5-17

Ketika Paulus menulis surat ini, Ia tahu bahwa iman dan keyakinan Jemaat Kolose sedang berusaha diguncangkan dan diserang oleh orang-orang yang menyebut dirinya kaum intelektual (kaum Gnostik). Ajaran ini sangat tidak puas dengan pengajaran Kristen yang dinilai sangat sederhana, sehingga mereka ingin mengubahnya menjadi suatu filsafat. Dalam usaha mengubah pemahaman iman jemaat, golongan ini memberikan pengajaran yang menjatuhkan Kristus dari jabatan-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat yang satu- satunya. Berhasilkah upaya mereka? Apa yang Paulus lakukan sebagai upaya untuk memperteguh iman dan keyakinan jemaat Kolose? Kita akan mempelajarinya dalam PA di bawah ini.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Menurut kaum Gnostik, Yesus hanyalah salah satu dari sekian banyak perantara Allah dengan manusia. Apakah pengajaran ini bertentangan dengan pemahaman kristiani? Apakah yang Paulus lakukan untuk menangkis pernyataan tersebut? Sebutkan tujuh hal penting yang Paulus kemukakan tentang Yesus (ayat 15-18)!

2. Dari penjelasan Paulus tentang keutamaan Kristus, dapatkah Anda menjelaskan tentang: (a) Siapa Yesus Kristus di dalam diri-Nya (ayat 15); (b) Siapa Yesus Krsitus bagi penciptaan (ayat 16-17); (c) Siapa Yesus Kristus bagi gereja (ayat 18); (d) Siapa Yesus Kristus bagi segala sesuatu (ayat 19-20); (e) Apakah tujuan kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia (ayat 21-23)! Mengapa manusia tidak dapat mendamaikan dirinya sendiri dengan Allah? Jelaskan!

3. Uraian Paulus tentang keutamaan Kristus selain telah mementahkan ajaran golongan gnostik, juga meneguhkan keyakinan iman Kristen kepada Yesus Kristus. Menurut Anda, bagaimanakah seharusnya Kristen menyikapi pengajaran-pengajaran miring tentang Kristus dari luar, dan dari dalam kekristenan? Apa yang harus Kristen lakukan? Jelaskan!

4. Apakah yang harus Kristen lakukan, dalam tindakan konkret, sebagai konsekuensi dan tanggung jawab terhadap tindakan pendamaian Yesus Kristus? Jelaskan!

Pengantar Kitab Yehezkiel

Imam Yehezkiel ikut dalam pembuangan yang kedua bersama-sama raja

Yoyakhin dan sejumlah besar masyarakat dari golongan menengah ke atas.

Mereka ditempatkan di Tel Aviv -- sekitar sungai Kebar dan diberi hak-hak istimewa. Karena terpengaruh oleh ajaran nabi palsu yang ada di Yehuda, mereka mengharapkan kejatuhan Nebukadnezar dalam waktu dekat supaya dapat segera kembali ke negerinya. Dalam kondisi yang demikian pada tahun 593 s.M. Yehezkiel dipanggil Allah sebagai nabi bagi orang-orang

Yehuda dalam pembuangan untuk menyuarakan berita seperti yang disampaikan oleh Yeremia di Yehuda. Setelah kejatuhan Yerusalem, suara nabi berhenti selama 12 tahun. Setelah itu berita pembaharuan dari Allah diwartakan kepada mereka.

Karakteristik dan tema-tema utama

Kitab Yehezkiel dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu Penghakiman atas

Yehuda dan Yerusalem (ayat 1-24); Nubuat atas bangsa-bangsa lain (ayat 25-32);

Berkat untuk Yehuda dan Yerusalem (ayat 33-48). Di dalam kitab Yehezkiel banyak menyampaikan penglihatan, simbol, alegori, dan perumpamaan.

Beberapa tema utama: ? Allah yang kudus dan tak terhampiri. Penglihatan yang dilihat

Yehezkiel berupa suatu penampilan yang menyerupai Allah namun Ia sendiri tetap tak terhampiri dan tersembunyi (ayat 1:28). Allah adalah kudus. Dosa merupakan pemberontakan terhadap kekudusan-Nya karena itu harus dihukum. Israel adalah bangsa pemberontak namun pembuangan dirancang untuk menciptakan sebuah bangsa yang taat kepada Allah (ayat 6:8;

9:8; 11:12, 13; 12:16; 14:22, 23). ? Anugerah dan kemurahan Allah. Penghakiman atas Yehuda dan

Yerusalem tidak menggagalkan rencana Allah atas pemilihan Israel.

Allah akan menunjukkan kemurahan-Nya kepada orang-orang dalam pembuangan. Mereka inilah yang akan menikmati janji Allah yang baru dan mengalami pembaharuan di tanah mereka. ? Kedaulatan Allah. Allah memerintah atas kehidupan bangsa-bangsa lain tidak hanya Israel. Firman Allah melalui nabi-Nya akan terlaksana. ? Tanggung jawab individu. Walaupun dosa suatu bangsa mempunyai dimensi korporate, diantara nabi-nabi lainnya Yehezkiellah yang lebih menekankan konsekuensi individu terhadap ketidaktaatan.

(0.03) (1Tim 2:8) (sh: Hidup dan beribadah dengan layak (Senin, 10 Juni 2002))
Hidup dan beribadah dengan layak

Bertolak dari nasihat Paulus kepada Timotius dan jemaat dalam melakukan tugas menaikkan permohonan, doa syafaat, dan ucapan syukur (ayat 1), Paulus kini membahas masalah sikap yang pantas dalam ibadah, terutama bagi kaum laki-laki dan perempuan. Semuanya harus dilakukan dengan cara yang tidak mencemarkan kesaksian jemaat.

Ada banyak perdebatan mengenai bagaimana menafsirkan ayat-ayat yang membahas kaum perempuan. Untuk itu, ada satu hal penting yang perlu diperhatikan, 1Tim. 2:8-15 paling baik ditafsirkan sebagai bagian yang ditujukan kepada kondisi khusus yang dialami pada waktu itu oleh jemaat Efesus, dan Timotius sebagai gembala jemaat. Para pengajar sesat (lih. ps. 1) rupanya memanfaatkan ketidaktahuan para jemaat perempuan di Efesus. Akibat pengajaran mereka, tindakan para perempuan ini menjadi batu sandungan bagi lingkungan sekitar (ayat 9-10), dan menimbulkan masalah di dalam jemaat (ayat 11-12). Situasi ini menuntut Paulus bertindak.

Para laki-laki dituntut untuk hidup dalam kasih persaudaraan (ayat 8). Amarah dan perselisihan akan menjadi batu sandungan, dan mencemarkan doa mereka (menadahkan tangan adalah sikap doa yang lazim pada masa itu). Bagi kaum perempuan, mengingat peliknya situasi, Paulus menegaskan beberapa hal. Pertama, perempuan hendaknya berdandan dengan pantas. Ayat ini tidak bermaksud untuk melarang kaum perempuan untuk mengenakan perhiasan apa pun. Yang perlu diperhatikan adalah, bahwa rincian hiasan di ay. 9, waktu itu di Efesus, biasa mencirikan para pelacur. Kedua, mengingat apa yang telah terjadi, para perempuan diwajibkan untuk belajar kembali dengan patuh (ayat 11). Juga tidak lagi mengajar, apalagi memaksa untuk mengambil alih otoritas pengajaran karena merasa diri benar (ayat 11-12).

Renungkan: Ibadah dan kehidupan jemaat tidak boleh seperti kelas yang bising karena para murid menyanyi dan beraktivitas sesuka hatinya. Tiap-tiap pribadi dalam jemaat haruslah hidup dan beribadah dengan cara yang layak dan bertanggung jawab di hadapan Tuhan dan sesama, sehingga menjadi paduan orkes yang harmonis, indah, dan menarik hati orang yang mendengarkannya.

(0.03) (1Ptr 5:1) (sh: Tugas penatua gereja (Senin, 25 Oktober 2004))
Tugas penatua gereja

Jabatan tertentu di kantor swasta/instansi pemerintah sering menjadi rebutan karena jabatan tersebut biasanya disertai berbagai fasilitas yang menarik dan menjanjikan keuntungan materi. Namun, apakah rebutan ini berlaku bagi jabatan penatua di gereja? Jawabannya bisa ya dan tidak. Jawabannya ya bila sang penatua salah mengartikan makna jabatan penatua itu. Sebaliknya tidak bila ia memahami arti jabatan penatua. Oleh karena itu, mari kita mempelajari tulisan Petrus dalam nas ini.

Jabatan sebagai penatua berarti ia melakukan pengawasan dalam kegiatan gereja, memberikan perintah untuk kepentingan jemaat dan menjadi teladan bagi jemaat dalam hidup kudus. Gereja mula-mula menggangap jabatan penatua adalah posisi yang agung, sehingga mereka memberikan penghargaan kepada penatua yang dianggap bijaksana dan dilanjutkan oleh beberapa gereja pada masa kini. Dengan demikian, seorang penatua memiliki tanggungjawab yang besar terhadap Tuhan dan jemaat, dan diharapkan menjadi contoh yang baik. Petrus memberikan nasihat tentang dua ciri khas penatua yang bijaksana (ayat 1), sbb.: Pertama, mereka menyadari bahwa yang "digembalakan" adalah "domba-domba" milik Tuhan dan bukan milik mereka sendiri sehingga mereka melakukan tugasnya dengan sukarela dan bukan karena terpaksa (ayat 2b). Kedua, mereka harus memfokuskan diri kepada apa yang bisa mereka berikan kepada jemaat dan bukan mencari keuntungan diri sendiri (ayat 3). Itulah sebabnya, penatua harus menjadi teladan bagi para pemimpin Kristen lainnya, menunjukkan wewenang yang didasarkan atas pelayanan kepada Tuhan dan bukan karena keinginan untuk berkuasa. Penghargaan penatua dalam kesetiaan pelayanannya ini dinyatakan kelak oleh Yesus Kristus (ayat 4).

Jika Tuhan dan jemaat memercayakan jabatan kepemimpinan di gereja bagi Anda, itu berarti kesempatan untuk memberi yang terbaik kepada Tuhan dan orang percaya.

Renungkan: Jadilah pemimpin yang menyenangkan Tuhan dan bukan untuk mencari pujian dari manusia.

(0.03) (Yud 1:5) (sh: Awas, banyak penyesat! (Selasa, 11 Desember 2001))
Awas, banyak penyesat!

Di dalam bagian ini, Yudas memberikan peringatan kepada pembacanya agar bersikap kritis dalam menghadapi para penyesat yang ada bersama-sama dengan mereka di dalam satu lingkungan. Yudas membeberkan beberapa contoh pemberontakan yang secara gamblang dan pasti mendatangkan hukuman. Ia mulai dengan sejarah ketidaktaatan bangsa Israel (ayat 5), malaikat yang tidak taat (ayat 6), dan dosa penyimpangan penduduk Sodom dan Gomora (ayat 7). Yudas juga mempertajam tulisannya dengan menyebutkan tingkah laku para penyesat yang cepat menghujat semua yang mulia di surga (ayat 8-9), dan bertindak seperti Kain: sang pembunuh saudara, atau seperti Bileam: si pengajar bangsa Israel untuk berbuat dosa.

Para penyesat ini ibarat gembala palsu yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab kepada orang lain, kecuali bagi dirinya sendiri. Pangkal perbandingan dalam ayat 12b adalah jelas karena awan-awan dan pohon-pohon memang menjanjikan suatu hasil, namun kenyataannya gagal sama sekali.

Sama seperti bangsa Israel, sekalipun telah menerima hak istimewa, mereka tetap dapat jatuh ke dalam malapetaka. Kita juga tidak dapat memandang diri kita sudah aman, oleh sebab itu kita perlu selalu berada di dalam kewaspadaan terhadap hal-hal yang keliru. Untuk mengantisipasi kondisi ini maka kita harus mengingat bahwa demikian juga mereka yang mengacaukan gereja tidak pernah memandang diri mereka sebagai musuh-musuh gereja dan kekristenan, melainkan menganggap diri mereka sebagai pemikir-pemikir yang sudah lebih maju atau suatu golongan yang berada di atas orang Kristen biasa. Kelompok ini sering dikenal sebagai kelompok elite rohani palsu. Kita perlu mewaspadai mereka dengan sungguh-sungguh.

Renungkan: Para penyesat yang sedang melancarkan propaganda ajarannya tidak pernah memasang plang atau spanduk yang bertuliskan bahwa mereka adalah penyesat. Kitalah yang harus selalu memperingatkan diri sendiri dan saudara seiman agar tidak tertipu oleh para penyesat yang berada dekat dengan jemaat. Alih-alih mereka yang mempengaruhi kita, kitalah yang seharusnya mempengaruhi mereka.

(0.03) (Why 2:8) (sh: Miskin tetapi kaya (Kamis, 24 Oktober 2002))
Miskin tetapi kaya

Tuhan, Raja Gereja senantias memedulikan umat-Nya. Jemaat yang tinggal di kota indah dan makmur macam Smirna ternyata bukan hanya miskin secata material, tetapi juga bertubi-tubi didera aniaya. Karena imannya, Jemaat Smirna juga terkena fitnah, dan akibatnya, beberapa orang warga jemaatnya harus mendekam di penjara. Sungguh, suatu jemaat di bawah salib! Namun, sekali lagi, Tuhan memedulikan umat-Nya: “Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu.” (ayat 9). Ia memahami keadaan mereka yang serba sukar. Namun, Ia juga tahu persis bahwa di balik kondisi yang menyedihkan itu, jemaat Smirna memiliki sesuatu yang sangat berharga, yakni kekayaan rohani. Kekayaan rohani berupa kesetiaan yang tabah-takwa memikul fitnah dan aniaya, pendeknya ketidakadilan karena Kristus.

Tuhan, Raja Gereja menyatakan diri sebagai “Yang Awak dab Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali”(ayat 8). Dengan itu Kristus menyatakan bahwa Ia kekal dan kekekalan-Nya itu diperuntukkan bagi umat-Nya. Tidak kalah menariknya pula bahwa Ia yang kekal juga mengalami kematian dan kemudahan dibangkitkan. Maksudnya, Kristus mengisyaratkan bahwa pergumulan jemaat Smirna ada dalam kawasan pemerintahan-Nya atas sejarah umat manusia. Sebagaimana Ia pernah mati namun kemudian bangkit, jemaat Smirna yang berada di bawah banyang-bayang maut akan tetap terpelihara karena kasih dan kuasa Tuhannya. Di satu sisi dingkapkan-Nya solidaritas. Ia pernah mengalami apa yang mungkin akan mereka alami pula. Namun, di sisi lain terungkap pula keagungan yang menghiburkan dan membangkitkan pengharapan: Ia kekal bagi mereka, pemerintahan-Nya kekal, dan mereka yang setia sampai mati akan berbagian di dalam pemerintahan kekal itu (ayat 10). Masa siksa aniaya itu akan berakhir menurut penentuan-Nya, dan Raja Gereja minta supaya orang-orang percaya di jemaat Smirna tetap setia sampai akhir demi beroleh mahkota kehidupan. Teraniaya di dunia, tapi mulia bersama-sama Tuhannya. Kematian kedua, yakni hukuman kekal, tidak akan menimpa mereka.

(0.03) (Why 2:8) (sh: Alfa dan Omega (Selasa, 16 Desember 2003))
Alfa dan Omega

Kemungkinan jemaat Smirna didirikan oleh Paulus selama perjalanannya yang ketiga, tahun 53-56 (Kis. 19:10). Jemaat di Smirna adalah jemaat yang menderita. Penderitaan yang meliputi beberapa hal: [1] menderita kemiskinan dan dikucilkan dari kehidupan masyarakat umumnya. Ini terjadi karena orang Kristen di kota ini menolak untuk menyembah Kaisar di kuil; [2] korban fitnah. Orang Kristen yang tidak menyembah Kaisar difitnah dan dipojokkan oleh orang-orang Yahudi sebagai orang-orang yang melanggar peraturan. Firman Tuhan menyebut orang-orang Yahudi ini sebagai “jemaah Iblis”, karena pekerjaan yang mereka lakukan adalah pekerjaan Iblis yang mendakwa dan menuduh orang-orang percaya; [3] menderita di penjara. Penjara adalah suatu hukuman yang biasanya berakhir dengan penderitaan yang keempat yaitu kematian. Istilah kesusahan selama sepuluh hari di sini menunjuk kepada periode yang penuh dan tertentu, namun singkat. Polikarpus adalah seorang teladan yang telah menjadi martir akibat kesetiaannya kepada Kristus. Di kota Smirna keputusan untuk menjadi pengikut Kristus sungguh-sungguh merupakan pengorbanan yang nyata, suatu kehidupan yang berisiko.

Namun, di tengah-tengah penderitaan ini Yesus Kristus menyatakan diri-Nya sebagai Yang Awal dan Yang Akhir. Dia bahkan mengetahui segala sesuatu yang dialami jemaat-Nya, dan itu berada di bawah kuasa-Nya (ayat 10). Dia adalah Penguasa kekal, yang sesungguhnya, jauh lebih tinggi daripada Kaisar. Dia telah mati tetapi hidup kembali, dan telah mengalami penderitaan sampai batas kematian namun berkuasa mengalahkan kuasa kematian.

Renungkan: Hal terindah yang harus kita syukuri adalah bahwa melalui penderitaan itu kemurnian iman kita diuji dan dinyatakan. Bahkan kepada mereka yang setia kepada-Nya sampai batas ajal, akan dikaruniakan mahkota kehidupan. Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk berani menderita bagi-Nya.

(0.03) (Why 2:12) (sh: Jangan mendua hati (Rabu, 17 Desember 2003))
Jangan mendua hati

Kristus mengatakan bahwa jemaat Kristen di kota ini berada di takhta Iblis, di tengah-tengah masyarakat yang menyembah berhala (ayat 13).

Kristus memperkenalkan diri sebagai yang memakai pedang yang tajam dan bermata dua, yaitu Ia akan memerangi para pengikut Nikolaus, jika mereka tidak bertobat (ayat 12a,16). Di sini kita melihat gambaran Tuhan sebagai pejuang perang yang siap menghancurkan kesesatan. Jemaat ini dipuji karena tidak menyangkal iman mereka kepada Tuhan, bahkan tetap setia sekalipun di antara mereka ada yang terbunuh sebagai martir bagi Tuhan. Mereka memiliki keberanian dan kesetiaan untuk tetap setia kepada Tuhan. Meskipun demikian, Kristus masih mencela mereka karena ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam yang menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah.

Praktik seperti ini membangkitkan murka Tuhan (ayat 14, bdk. Bil. 25:1-4), karena kuasa Tuhan dilecehkan. Ini sama saja dengan mereka melakukan praktik sinkretisme: menyembah Tuhan, sekaligus menyembah berhala/dunia. Kepada mereka yang tetap setia, Kristus menjanjikan manna yang tersembunyi, yaitu kepenuhan diri-Nya (ayat 17b, bdk. Yoh. 6:32-35). Manna yang tersembunyi itu adalah iman kepada Kristus, bersifat misteri dan rahasia, tidak dapat dimengerti oleh semua orang. Hal tersebut hanya dapat dimengerti oleh orang yang menerimanya (ayat 17).

Tindakan menduakan Tuhan adalah sama dengan penyembahan berhala. Hal itu menyakitkan hati Tuhan, tetapi juga melecehkan kedaulatan dan kekuasaan-Nya. Hukuman akan dijatuhkan kepada mereka yang melakukannya. Oleh sebab itu janganlah berlaku serong dalam ibadahmu.

Renungkan: Sikap Tuhan terhadap mereka yang menduakan-Nya tidak berubah. Ia akan menghunus pedang-Nya yang tajam kepada kita seperti yang Ia lakukan pada para pengikut Nikolaus.

(0.02) (Yer 30:1) (jerusalem: Firman yang datang dari TUHAN) Bagian kitab Yeremia berikut ini, Yer 30:1-31:40, sering diberi berjudul: "Kitab Penghibur", oleh karena memuat nubuat-nubuat tentang keselamatan yang akan datang. Bagian terbesar Kitab Penghiburan itu ditulis, bdk Yer 30:2, pada waktu antara pembaharuan agama yang dimulai raja Yosia pada th 622 dan mangkatnya raja itu pada th 609. Pembaharuan agama yang bertumpu pada kitab Ulangan itu, bdk 2Ra 22:3-23:24, membangkitkan baik kepercayaan murni kepada TUHAN dengan menyingkirkan campuran agama yang disebarluaskan oleh raja Manasye, maupun pengharapan nasional dan semangat kebangsaan. Kemerosotan yang dialami negeri Asyur pada masa itu memberi raja Yosia kesempatan merebut kembali daerah Samaria dan Galilea, 2Ra 23:15,19; 2Ta 35:18. Maka bangkitlah pengharapan bahwa orang-orang Israel yang pada th 721 masuk pembuangan akan kembali kepada kerajaan yang dipulihkan seperti adanya pada masa raja Daud dahulu. Sajak-sajak yang tercantum dalam Yer 30:1-31:40 mengungkapkan pengharapan itu. Tuhan tetap mengasihi umat Israel di bagian utara negeri, Yer 31:3; 15-20 bdk Hos 11:8-9; Ia membawa kaum buangan kembali ke tanah airnya, Yer 30:3; 31:2-14; bdk Hos 10:11; semua bersatu kembali di sekitar Sion, Yer 31:6; bdk Yer 11:10-16. Di kemudian hari nubuat-nubuat tentang kembalinya umat itu disadur begitu rupa sehingga mencakup juga bangsa Yehuda yang dalam pada itu juga masuk pembuangan. Ditambahkan nubuat-nubuat, Yer 30:8-9; 31:1; 23-26; 27-28, dan beberapa sisipan Yer 30:3,4; 31:31, sehingga Yehuda disambung dengan Israel. Begitulah Kitab Penghiburan nabi Yeremia diberi makna baru dan terakhir, sehingga merangkum juga zaman Mesias; Israel dan Yehuda dipersatukan kembali, bdk Yer 3:18+, dan bersama-sama di negerinya sendiri mereka berbakti kepada Tuhan dan diperintah oleh raja Daud, Yer 30:9. Dikumpulkannya umat Israel yang terpencar-pencar menjadi suatu gagasan penting dalam pekabaran nabi-nabi yang tampil di masa pembuangan, Yes 43:5 dst; Yer 49:5-6,12,18-23, dll; Yeh 11:17; 20:34; 28:25; 34:12-13, dll, dan sesudahnya, Zak 10:6-12; bdk Yoh 11:52.
(0.02) (2Raj 23:31) (sh: Jika 13 tahun gagal, bagaimana dengan 1 jam? (Rabu, 19 Juli 2000))
Jika 13 tahun gagal, bagaimana dengan 1 jam?

Berapa banyak waktu yang Anda berikan untuk meluangkan waktu bersama-sama anak Anda, mendidik, dan membimbing mereka? Apa saja yang Anda lakukan agar nantinya mereka menjadi manusia dewasa yang mempunyai kehidupan sosial, moral, dan spiritual yang baik? Anda mungkin terus memerangi nilai-nilai dan norma-norma yang masuk ke dalam pikiran anak-anak melalui televisi, vcd, video game, bacaan, teman-teman di sekolah dan apa yang terjadi di sekitar mereka, agar itu semua tidak menjadi bagian pembentukan kepribadian mereka.

Yosia sang pembaharu bangsa Yehuda telah kehilangan anak-anaknya. Yoahaz, anaknya yang langsung menggantikan dia, tidak mengikuti jalannya (31). Akibatnya hidupnya berakhir tragis (34). Elyakim, anak Yosia yang lain, juga tidak berbeda dengan Yoahaz. Bahkan lebih lagi, ia telah memenuhi Yehuda dengan kejahatan dan memimpin bangsanya kembali kepada perzinahan rohani (Yer. 18:18-20; 22:13-17; 26:20-23). Ia tidak lagi mempunyai kuasa atas dirinya apalagi terhadap kerajaan dan rakyat yang ia pimpin, sehingga namanya diubah seenaknya oleh raja Mesir, ia harus memeras rakyatnya sendiri yang seharusnya dilindungi demi takhtanya (35). Ia dilemparkan dari satu penguasa ke penguasa lainnya untuk menjadi sapi perahannya tanpa dapat mempertahankan dirinya (24:1-2). Itu semua harus dialami oleh anak-anak Yosia, karena mereka hidup tidak seturut dengan firman Tuhan (2-4).

Mereka menjadi raja ketika berumur 23 dan 25 tahun sedangkan Yosia melaksanakan pembaharuan selama 13 tahun (22:1-3). Tentunya mereka juga menjadi target dari pembaharuan itu. Ternyata waktu 13 tahun disertai komitmen penuh, tidak berhasil memerangi pengaruh-pengaruh negatif yang memasuki pikiran-pikiran anak-anak Yosia.

Renungkan: Jika Yosia tidak berhasil, apa yang akan terjadi dengan anak-anak kita, jika kita hanya menyediakan waktu beberapa jam dalam 1 minggu? Memang ada yang berkata: yang penting bukan berapa lama tapi bagaimana kualitasnya. Namun harus diingat bahwa 'bobot' pengaruh-pengaruh dari luar akan sangat membekas dalam pikiran anak-anak kita. Dapatkah ini diperangi hanya dalam waktu singkat? Seperti bakteri penyakit yang akut harus dimatikan dengan antibiotik dosis tinggi dan diberikan dalam waktu cukup panjang.

(0.02) (Mzm 6:1) (sh: Iman dalam pergumulan. (Jumat, 17 Maret 2000))
Iman dalam pergumulan.

Sebuah pertanyaan yang berawal dengan kata "mengapa" mungkin akan muncul di benak kita, apabila kita    mendengar kesaksian seorang Kristen yang begitu saleh dan takut    akan Tuhan, mengalami berbagai kemelut dan bencana dalam    kehidupan imannya. Sebuah keluarga yang begitu setia beribadah    dan hidup melayani Tuhan, tiba-tiba harus kehilangan anak satu-    satunya karena menjadi korban pembunuhan, ketika terjadi    perampokan di rumahnya. Beberapa bulan kemudian, suami dari ibu    yang telah kehilangan anak satu-satunya ini pun terkena PHK.    Betapa pedih dan memilukan hati tragedi kehilangan anak satu-    satunya, ditambah lagi dengan kehilangan pekerjaan. Sepertinya    tidak satu hal pun yang dapat mengobati luka dan kepedihan hati    keluarga ini. Mengapa hal ini menimpa keluarga yang setia dan    takut akan Tuhan? Mengapa seolah-olah Tuhan tidak bertindak    menolong mereka? Sampai berapa lama keluarga ini harus mengalami    pergumulan?

Nampaknya pergumulan yang dialami Daud pun demikian berat,    sampai seluruh tubuhnya pun terasa sakit dan lemah. Selaras    dengan pemahaman PL bahwa penderitaan adalah akibat dari murka    Tuhan atas dosa manusia, maka di awal mazmur ini, Daud    mengaitkan penderitaan yang dialaminya dengan hukuman, murka,    hajaran, dan amarah-Nya. Pemahaman ini terus bertumbuh dengan    bertambahnya pengenalan akan Tuhan yang penuh kasih setia, yang    akan mendengar doanya dan menyelamatkannya. Bahkan semua    musuhnya pun akan mendapat malu dan mundur dari padanya.

Tuhan bukan hanya mengizinkan penderitaan sebagai hukuman bagi    yang berdosa, namun juga mengizinkan berbagai penderitaan dan    pergumulan mewarnai kehidupan Kristen yang setia, saleh, dan    hidup takut akan Tuhan. Penghayatan makna pembentukan-Nya bukan    dari kesuksesan dan kelancaran hidup yang senantiasa diwarnai    dengan kesenangan. Justru sebaliknya terlebih banyak Kristen    belajar makna pembentukan-Nya melalui berbagai pergumulan yang    seringkali membawa duka pada awalnya, namun membawa sukacita di    hari kemenangan.

Renungkan: Tuhan menghargai setiap doa ungkapan pergumul-an    yang dinaikkan dengan tulus hati dan bukan dengan motivasi    pemberontakan.  Teladanilah Daud yang pada akhirnya mengerti    makna pergumulan yang berbuahkan iman dan pengharapan di dalam    Tuhan.

(0.02) (Mzm 34:1) (sh: Iman yang berakar pada karakter Tuhan (Kamis, 2 Agustus 2001))
Iman yang berakar pada karakter Tuhan

Mazmur ini merupakan suatu lantunan syukur (ayat 2-11) dan nyanyian pengajaran Daud (ayat 12-23) yang mengajak kita mengarahkan pandangan kepada Tuhan (ayat 6), menikmati kebaikan- Nya (ayat 9), serta merasakan kedekatan dengan-Nya pada masa-masa yang sulit (ayat 19). Alasan dari ajakannya ini tidak lain didasarkan pada karakter Tuhan yang mendengar (ayat 7a, 18a), melepaskan (ayat 5b, 18b), dan menyelamatkan (ayat 7b, 19b) orang- orang benar (ayat 16, 20, 22) yang mencari (ayat 5, 7) dan takut akan Dia (ayat 8, 10, 12). Mereka yang berlindung pada-Nya akan berbahagia (ayat 9), mendapatkan keamanan dan tidak akan menanggung hukuman (ayat 21, 23).

Pada Mazmur ini Daud memaparkan beberapa hal yang menjadi dasar dan kunci untuk menikmati kehidupan yang akan mengokohkan kesukaan dan kepuasan, sebagai berikut: [1] Takut akan Tuhan (ayat 8, 10, 12); [2] Berseru kepada Tuhan (ayat 5,11); dan [3] Bertekad untuk hidup dalam kebenaran (ayat 14, 15). Semuanya ini akan membawa orang benar ke dalam perlindungan, kecukupan, pemenuhan kebutuhan, dan jawaban doa. Namun semuanya ini bukanlah berarti bahwa segala sesuatu akan berjalan dengan mudah. Pilihan orang benar untuk berkata "Tidak" bagi yang jahat dan berkata "Ya" untuk hal-hal yang baik (ayat 14, 15) tidak selalu menjadikan hidupnya lancar dan mujur, namun seringkali justru membawanya pada berbagai hambatan dan kemalangan (ayat 20a).

Melalui Mazmur ini Daud menghalau kenaifan iman yang tidak mengandung kekuatan untuk melawan serangan gencar dari yang jahat, sebaliknya menuntun kita pada iman yang berakar pada karakter Tuhan. Iman ini membawa kita pada keyakinan bahwa berbeda dengan orang fasik yang menuju kematian oleh kemalangannya (ayat 22), tidaklah demikian dengan orang benar, Tuhan mendengar dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya apabila mereka berseru- seru kepada-Nya (ayat 18), dan menjatuhkan hukuman kepada siapa yang membenci mereka (ayat 22), sebab mata Tuhan tertuju kepada orang benar dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong (ayat 16).

Renungkan: Iman yang berakar pada karakter Tuhan tidaklah dibangun di atas dasar yang naif dengan meniadakan kesulitan. Iman mampu menambal kehancuran hati, tetapi tidaklah menghindarkan hati dari kehancuran.

(0.02) (Yeh 16:1) (sh: Melihat diri sendiri dengan rasa malu (Senin, 27 Agustus 2001))
Melihat diri sendiri dengan rasa malu

Pasal 16 ini merupakan kisah penuh keharuan tentang anugerah dan perjanjian Tuhan yang sedemikian agung bagi umat-Nya yang menjadi tidak peka terhadap keadaan mereka. Alur kisah ini mengalir dalam beberapa babak: [1] Seorang anak yatim yang karena belas kasihan raja diangkat menjadi seorang ratu (ayat 1-14); [2] Seorang ratu yang melacurkan diri dengan kecantikan dan nafsunya (ayat 15-34); [3] Seorang ratu yang menjadi orang hukuman (ayat 35-43) dan bahan olok-olokan (ayat 44-52); [4] Seorang hukuman yang sangat memalukan dibanding dengan teman-temannya (ayat 53- 58); dan [5] Seorang hukuman yang karena anugerah dan kesetiaan raja diselamatkan, dibersihkan, diperbaharui, dan diangkat kembali (ayat 59-63).

Kisah ini merupakan gambaran kegagalan bangsa Israel untuk mempercayai Tuhan dan sebaliknya berupaya dengan kemampuannya sendiri mencari bantuan kepada bangsa-bangsa asing untuk menghadapi krisis politik yang mereka alami. Hal ini merupakan penyelewengan dan ketidaksetiaan di hadapan Tuhan. Di tengah situasi seperti ini firman Tuhan datang kepada Yehezkiel agar ia menyerukan ingatan terhadap masa lalu Israel yang memalukan, sementara mereka tidak lagi menyadari bahwa semua yang dimilikinya tidak lain berasal dari Tuhan (ayat 4-14, 22). Sebagai respons atas anugerah Tuhan yang sedemikian besar, mereka bukannya hidup dengan setia, namun sebaliknya tanpa rasa malu mengikuti nafsu mereka yang di luar akal sehat (ayat 15-22). Inilah gambaran dari kondisi nyata umat Tuhan, yang sedemikian mudah melupakan anugerah yang besar dan mengikuti nafsu yang berada di luar akal sehat. Inilah suatu cerminan yang memalukan bagi kita yang seringkali juga berada dalam kondisi yang sama. Alasan dari seruan firman Tuhan yang memperhadapkan mereka dengan rasa malu ini adalah kesetiaan Tuhan dalam memelihara janji-Nya (ayat 8,60), sehingga melalui rasa malu ini mereka dituntun untuk mengingat serta mengenali siapa diri mereka dan bagaimana kondisi mereka di hadapan Tuhan.

Renungkan: Masihkah kita memiliki kesadaran dan kepekaan tentang siapakah diri kita di hadapan kebesaran anugerah Tuhan? Apakah kita secara tidak sadar sedang mengikuti nafsu yang menuntun kita bertindak di luar akal sehat? Bagaimanakah seharusnya kita meresponi seruan Tuhan yang memperhadapkan kita dengan rasa malu?

(0.02) (Luk 8:40) (sh: Pribadi yang berkuasa menyelamatkan (Kamis, 20 Januari 2000))
Pribadi yang berkuasa menyelamatkan

Berita tentang Yesus dan apa yang dilakukan-Nya mendorong banyak orang dengan berbagai kepentingan, datang kepada-Nya. Yairus, pemimpin rumah ibadat adalah salah seorang yang menghampiri dan memohon pertolongan Yesus untuk menyembuhkan anak perempuan tunggalnya yang sakit keras. Namun, perjalanan menuju rumah Yairus tertunda oleh peristiwa yang melibatkan seorang wanita penderita penyakit pendarahan selama 12 tahun. Wanita yang tersisih dan dianggap najis oleh masyarakat karena penyakit yang dideritanya itu, secara sembunyi-sembunyi menyentuh jumbai jubah Yesus dengan harapan memperoleh kesembuhan. Timbul kesan bahwa wanita itu percaya pada hal-hal magis. Tapi Yesus sama sekali tidak menangkap kesan itu, sebab kuasa yang menyembuhkan itu tidak bergantung pada atribut yang dipakai-Nya. Kuasa-Nya sepenuhnya berada di bawah kontrol-Nya. Selanjutnya Yesus menyuruh wanita itu menyatakan diri agar Dia dapat menuntaskan proses kesembuhan dengan memulihkan harga diri, harkat dan martabatnya.

Bagaimana dengan tujuan Yesus mengunjungi anak perempuan Yairus yang sedang kritis? Penundaan kedatangan Yesus, ternyata meluluhlantakkan harapan Yairus agar anaknya memperoleh kesembuhan. Tapi keterlambatan ini tidak menunda maksud kedatangan Yesus, bahkan sebaliknya, ia dapat menyatakan kuasa kebangkitan-Nya kepada anak Yairus.

Kedua kisah ini mengungkapkan kepada kita beberapa hal: (1) Kuasa Yesus tidak terdapat dalam atribut-atribut yang dipakai-Nya atau benda-benda yang berhubungan dengan-Nya. Kuasa yang mampu menyembuhkan itu adalah mutlak bersumber dari diri-Nya. (2) Waktu dan maut bertekuk lutut kepada-Nya. Manusia menganggap bahwa untuk menyembuhkan penyakit pendarahan menahun saja sulit, apalagi untuk menghidupkan kembali anak perempuan Yairus yang telah meninggal dunia. Akan tetapi bagi Yesus sesuatu yang dianggap terlambat atau mustahil dapat di pulihkan-Nya kembali.

Renungkan: Kuasa Yesus bukan terletak pada benda atau atribut yang pernah dipakai-Nya. Kuasa-Nya terletak pada diri-Nya. Bila kita ingin mengalami kuasa-Nya, kita harus datang kepada Dia, bukan melalui segala benda yang dianggap memiliki kuasa-Nya secara magis.

(0.02) (Luk 13:22) (sh: Hati-hati 'Gede Rasa' rohani sangat berbahaya. (Selasa, 28 Maret 2000))
Hati-hati 'Gede Rasa' rohani sangat berbahaya.

Ada seorang Kristen yang merasa senang sekali karena akan berjumpa dengan    Bapak X yang sekarang sudah menduduki posisi nomer satu dalam    sebuah sekolah teologia. Ia ingin segera bertemu dan berbincang-    bincang dengan Bapak tersebut. Beberapa tahun lalu Bapak X ini    pernah menginap di rumahnya ketika masih berstatus sebagai    seorang mahasiswa. Namun, apakah yang terjadi ketika berjumpa?    Bapak X menyambutnya dengan dingin, seakan-akan tidak pernah    mengenal orang tersebut. Ketika diingatkan bahwa ia pernah tidur    di rumahnya, Bapak X hanya berkata bahwa ia lupa. Betapa malunya    orang  tersebut.

Walaupun tidak persis sama, kisah nyata di atas dapat    memberikan gambaran lebih lanjut betapa pentingnya pengenalan    dan hubungan pribadi di antara dua pihak, seperti yang    diutarakan oleh Yesus dalam perumpamaan-Nya (ayat 22-30).  Merasa    kenal dan merasa dekat, tidaklah cukup untuk menyatakan bahwa    dua pribadi itu saling mengenal  (ayat 26). Hal ini dialami oleh    orang yang tidak diperbolehkan masuk ke dalam pesta perjamuan.    Perumpamaan ini menggambarkan bahwa "gede rasa" rohani sangat    berbahaya. Kita seringkali mengira bahwa dengan melakukan banyak    pelayanan Gerejawi, atau mendengarkan khotbah tiap hari Minggu,    atau mengikuti PA di gereja, sudah membawa kita pada hubungan    pribadi dengan Yesus. Itu adalah 'gede rasa' rohani dan tidak    cukup membawa kita kepada keselamatan kekal. Kita perlu menerima    Yesus secara pribadi dan menjalin hubungan pribadi dengan-Nya    agar kita semakin mengenal kehendak-Nya.

Pengenalan pribadi penting, karena pengenalan yang salah akan    membuat seseorang memiliki persepsi yang salah tentang pihak    yang merasa dikenal. Herodes memiliki pengenalan yang salah    tentang Yesus, sehingga membuatnya memiliki persepsi yang salah.    Ia berpikir bahwa Yesus ada untuk membangun kekuatan politik dan    akan merongrong kekuasaannya atau pun untuk membuat kekacauan di    daerah kekuasaan-nya. Itulah sebabnya ia ingin membunuh-Nya.

Renungkan:  Mengenal Kristus secara pribadi dan benar bukanlah    perkara mudah, karena kriteria pengenalan itu ditentukan oleh    Dia sendiri. Kadar pengenalan kita terhadap Dia akan menentukan    tindakan dan sikap kita terhadap-Nya.

(0.02) (Yoh 21:1) (sh: Tuhan yang penuh perhatian (Jumat, 5 April 2002))
Tuhan yang penuh perhatian

Sesudah pasal 20 diakhiri dengan kesimpulan bahwa Injil ditulis agar orang percaya kepada Yesus Kristus, pasal 21 meneruskan kesimpulan itu dengan menegaskan mandat Yesus bagi para murid. Berarti inti pasal ini senada dengan bagian-bagian pemberian misi di akhir bagian Injil-injil sinoptis (Mat. 28:18-20, Mrk. 16:15- 20, Luk. 24:44-49). Sekilas kita segera tahu bahwa bagian ini banyak mengandung pengulangan beberapa peristiwa sebelumnya. Hal pertama adalah pengulangan penampakan Tuhan Yesus. Sesudah tiga kali Yesus menampakkan diri di pasal 20, maka penampakan ini adalah ketiga kalinya yang Yesus lakukan kepada kelompok para murid-Nya, tanpa menghitung penampakannya kepada Maria Magdalena. Kedua, bagian ini juga menceritakan kegagalan para murid menangkap ikan dan jalan keluar dari Tuhan. Bagi Petrus, ini adalah pengulangan dari peristiwa ketika pertama kali mereka menerima panggilan Tuhan (Luk. 5:1-11).

Tidak jelas mengapa Petrus mengajak teman-temannya menangkap ikan. Yang jelas tanpa Tuhan mereka gagal. Pelajaran yang ingin ditekankan di sini ialah hanya dengan ketaatan kepada Tuhan mereka dapat berhasil. Kasih Tuhan amat menonjol di sini dengan cara-Nya menanya yang kebapaan (ayat 4). Tuhan tidak saja membuat mereka berhasil menangkap ikan sedemikian banyak, tetapi Tuhan bahkan melayani mereka dengan menyiapkan makan pagi mereka. Tuhan yang bangkit kini menyatakan diri sekaligus sebagai pemberi hidup dan pemelihara hidup. Ia memperhatikan dan menjamin terpenuhinya segala kebutuhan milik-Nya.

Sekali lagi kita melihat bahwa pengenalan akan Tuhan memerlukan waktu dan terkait dengan kedalaman kadar hubungan kasih seseorang dengan Tuhan. Yang cepat mengenali Yesus adalah Yohanes Pembaptis. Agaknya pertanyaan Yesus yang bernafaskan kasih itu yang membuat Yohanes segera mengenali Tuhannya. Petrus yang baru mengetahui kemudian dari ucapan Yohanes, meski terlambat, segera menunjukkan bahwa dia pun adalah murid yang mengasihi Yesus. Itu dibuatnya dengan jalan berlari menghampiri Tuhan.

Renungkan: Akan terjadi banyak pengulangan ajaran dan hajaran Tuhan dalam hidup kita, sampai kita bertumbuh terus dalam pengenalan dan ketaatan kepada-Nya.

(0.02) (Kis 18:1) (sh: Pelayanan Kosmopolitan (Selasa, 20 Juni 2000))
Pelayanan Kosmopolitan

Alkitab mencatat hanya ada satu kota yang membuat Paulus begitu takut dan gentar untuk memberitakan Injil yakni Korintus (1Kor. 2:3). Mengapa? Karena Korintus adalah sebuah kota kosmopolitan pada abad pertama berpenduduk 200.000 jiwa, yang terdiri dari orang Yunani, Itali, veteran tentara Roma, pengusaha, pejabat-pejabat tinggi, dan orang-orang Asia termasuk di dalamnya orang Yahudi. Di samping sebagai ibu kota propinsi Akhaya, Korintus juga merupakan pusat bisnis yang sangat kaya. Namun seks bebas dan berbagai kejahatan pun sangat mewarnai kehidupan kota ini.

Beberapa faktor pendukung bagi pelayanan di kota kosmopolitan adalah: tempat yang strategis dan tidak kaku merupakan faktor pendukung pertama. Walaupun Paulus mula-mula memberitakan firman di rumah ibadat, ketika diusir oleh orang-orang Yahudi ia memilih rumah pribadi sebagai tempat memberitakan firman (6-8), agar dapat dilakukan pembicaraan dan pengajaran secara lebih intensif. Konsentrasi penuh dari pelayan Tuhan merupakan faktor pendukung yang kedua. Artinya seorang pelayan Tuhan jangan sampai dipusingkan dengan kondisi ekonominya. Memang dikatakan bahwa Paulus pun bekerja membuat tenda, namun setelah Timotius dan Silas datang membawa bantuan dari orang-orang Makedonia, Paulus berhenti bekerja dan memberitakan firman penuh waktu, tidak hanya pada hari Sabat (4-5). Untuk mengadakan faktor ini maka perlu dibangun jaringan-jaringan kerja kristen yang memperhatikan, mengusahakan, dan mendistribusikan dana-dana kepada mereka (5). Faktor pendukung ketiga adalah metode yang tepat bagi penduduk kosmopolitan. Paulus membicarakan (dalam NIV: reasoned) dan meyakinkan orang-orang Korintus (4, 13), kedua kegiatan itu disebut sebagai apologetika. Selain itu Paulus juga memberikan kesaksian (5). Faktor pendukung terakhir adalah peran pemerintah. Paulus tidak melakukan aktifitas pelayanannya secara ilegal. Galio mengakui hal itu dan ini sangat membantu pelayanannya (14). Jika pemerintah lepas tangan dalam masalah agama, maka ada kemungkinan pintu penyiksaan bagi Kristen terbuka lebar seperti yang dialami Sostenes (1Kor. 1:1).

Renungkan: Sebagai Kristen, manakah diantara faktor pendukung di atas yang dapat Anda sediakan bagi pelayan Tuhan di kota kosmopolitan? Langkah apa yang dapat Anda ambil?

(0.02) (Kis 18:18) (sh: Kekuatan relasi antar manusia di dalam pelayanan (Rabu, 21 Juni 2000))
Kekuatan relasi antar manusia di dalam pelayanan

Relasi antar manusia seharusnya menempati urutan pertama di dalam pelayanan, agar kesatuan dan keutuhan tubuh Kristus dapat terus dipertahankan. Namun harus diakui bahwa ada harga yang harus dibayar seperti kelelahan fisik, kehilangan kesempatan bagi pengembangan pelayanan, atau bahkan kehilangan posisi dalam pelayanan.

Paulus, Priskila, dan Akwila adalah model pelayan Kristus yang begitu menghargai dan memelihara relasi antar manusia. Setelah tinggal beberapa hari di Korintus, ia memutuskan untuk pergi ke Siria sesudah mencukur rambutnya. Pencukuran rambut ini menandai bahwa Paulus sudah berhasil memenuhi nazarnya (Bil. 6:5) yaitu menunaikan tugas pelayanan. Yang menarik adalah Paulus tidak langsung mengembangkan pelayanannya walaupun kesempatan jelas terbuka di Efesus (19-21). Kemana Paulus akan pergi? Dikatakan bahwa setelah sampai di Kaisarea, ia naik ke darat dan memberi salam kepada jemaat Yerusalem. Jarak Korintus ke Yerusalem sekitar 900 kilometer, ini ditempuh Paulus hanya untuk memberi salam kepada jemaat dan kemudian pergi lagi ke Antiokhia. Tidakkah ini suatu pemborosan waktu, tenaga, dan biaya? Bagi Paulus tidak. Ia melihat adanya nilai lain yang lebih berharga dari apa pun yang akan didapat dengan melakukan kunjungan ke Yerusalem, karena pada mulanya jemaat Yerusalemlah yang mengutusnya (15:22).

Priskila dan Akwila juga memperlihatkan penghargannya atas relasi antar manusia. Mereka bisa saja menjatuhkan Apolos di depan jemaat karena walaupun ia pandai berbicara dan mahir dalam Alkitab, pemahamannya kurang benar. Namun itu tidak mereka lakukan. Sebaliknya mereka mengundang Apolos ke rumah dan menjelaskan pengajaran yang benar. Mereka tidak mau Apolos tersinggung karena direndahkan di depan umum, sehingga relasi antar mereka akan putus. Sebaliknya mereka sangat sensitif di dalam menjaga relasi agar kesatuan tubuh Kristus tetap terpelihara. Dampak yang dihasilkan tidak hanya itu, karena Apolos akhirnya menjadi pekerja yang sangat berguna bagi orang percaya.

Renungkan: Itulah kekuatan relasi antar manusia yang dipelihara. Hal-hal apa lagi yang dapat Anda lakukan untuk menghargai relasi antar manusia di dalam gereja atau pelayanan yang Anda lakukan kini?

(0.02) (Kol 1:17) (sh: Penguasa waktu dan zaman dalam sejarah manusia (Kamis, 5 Juli 2001))
Penguasa waktu dan zaman dalam sejarah manusia

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada orang-orang dari aliran atau golongan tertentu yang meyakini bahwa Yesus Kristus ada dalam dunia sejak Dia dilahirkan. Dan mereka tidak segan untuk menyebarkan keyakinan tersebut agar diyakini juga oleh orang-orang di luar aliran atau golongan mereka. Seperti orang-orang dari aliran Gnostik, yang terus menyebarkan keyakinan-keyakinan itu kepada jemaat Kolose. Namun, tentu saja keyakinan ini berbeda dengan yang seharusnya diyakini oleh jemaat Kolose, yaitu bahwa Yesus Kristus ada sebelum segala sesuatu diciptakan. Bahkan sebelum Adam diciptakan, Kristus sudah ada.

Dalam rangka memperteguh iman jemaat Kolose, Paulus menegaskan beberapa hal yang harus diperhatikan dan diyakini kebenarannya yaitu bahwa: (ayat 1) Yesus bukan saja pelaku penciptaan sejak awal dan tujuan penciptaan pada akhirnya, melainkan di antara yang pertama (Alfa) dan yang terakhir (Omega), Dialah yang menguasai seluruh dunia, karena Dialah penguasa waktu dan zaman dalam sejarah manusia. (ayat 2) Yesus adalah kepala tubuh (= jemaat). Artinya, jemaat harus hidup dan bergerak hanya di dalam Dia. Tanpa Dia jemaat tidak dapat memikirkan kebenaran, tidak dapat bertindak benar. (ayat 3) Yesus yang karena kebangkitan-Nya tetap hidup untuk selama-lamanya, dan membuktikan bahwa Ia telah menaklukkan setiap kuasa yang menentang. (ayat 4) tidak ada yang lain dalam kehidupan ataupun dalam kematian yang dapat mengalahkan-Nya.

Paulus mengungkapkan kepada kita empat fakta penting mengenai Yesus Kristus yang harus selalu kita yakini dan imani dalam hidup bergereja. Harus diakui bahwa Yesus sebagai Kepala Gereja memiliki relasi khusus dengan jemaat, maka jemaat mendapatkan perlakuan khusus di hadapan-Nya.

Renungkan: Dia adalah Tuhan yang hidup, Dia adalah sumber dan dasar Gereja, Dialah yang terus-menerus menjadi pemandu Gereja, Dialah Tuhan segala sesuatu melalui kemenangan-Nya atas kematian. Gereja Tuhan harus menyadari bahwa Dialah yang harus menjadi pusat ibadah, pemberitaan firman, penyembahan, persekutuan, pengakuan dosa, ucapan syukur, dan doa permohonan. Tiada “pusat” lain yang coba menggeser Sang Kepala Gereja

(0.02) (3Yoh 1:1) (sh: Dukacita seorang gembala jemaat (Sabtu, 8 Desember 2001))
Dukacita seorang gembala jemaat

Ajaran sesat mengakibatkan perpecahan dalam jemaat. Ini dialami oleh jemaat penerima surat 2 dan 3 Yohanes. Meskipun demikian, sang penatua bersukacita karena mendengar bahwa dalam kondisi memprihatinkan ini, ada anggota-anggota jemaat yang setia pada kebenaran dan hidup dalam kebenaran. Gayus adalah salah satu dari mereka.

Siapakah Gayus? Perjanjian Baru menyebutkan tiga orang bernama Gayus: (a) Gayus dari Korintus, yang dibaptis oleh Paulus (Rm. 16:23; 1Kor. 1:14) dan menurut tradisi menjadi Uskup (Penilik Jemaat) Tesalonika yang pertama; (b) Gayus dari Makedonia, teman seperjalanan Paulus yang ditangkap dalam kerusuhan di Efesus (Kis. 19:29); (c) Gayus dari Derbe, yang mengikuti Paulus dalam perjalanannya terakhir melalui Makedonia (Kis. 20:4). Karena tidak ada kepastian Gayus yang mana yang menerima surat ini, maka disimpulkan bahwa Gayus di sini adalah seorang pemimpin di salah satu jemaat asuhan Yohanes.

Dalam ungkapan sukacitanya, sang penatua menyebutkan kata "sukacita" dua kali (ayat 3, 4). Beberapa saudara, yang mungkin baru kembali dari kunjungan ke jemaat Gayus, memberikan kesaksian bahwa Gayus "hidup dalam kebenaran" (ayat 3). Maksudnya, Gayus setia pada kebenaran yang dikenalnya dalam Kristus. Bentuk kata kerja yang dipakai di sini menyatakan kesinambungan: Gayus "selalu hidup dalam kebenaran". Penulis mengasihi Gayus (dan jemaat) juga "dalam kebenaran" (ayat 1). Tema kembar ini saling melengkapi: mengenal kebenaran dibuktikan dengan saling mengasihi, dan saling mengasihi dimungkinkan karena mengenal kebenaran. Dua tema ini sangat menonjol dalam surat-surat Yohanes. Mendengar bahwa "anak-anakku hidup dalam kebenaran" membawa sukacita besar bagi sang Penatua (ayat 4). Istilah "anak-anakku" mengungkapkan kasih kebapaan Yohanes terhadap anak-anak rohaninya dan hubungan yang dekat diantara mereka.

Renungkan: Dalam berbagai krisis yang harus dihadapi seorang pemimpin Kristen, kesaksian iman dari mereka yang dipimpin menjadi sumber sukacita yang menyejukkan hati. Bagikanlah kesaksian iman Anda.

agar pemerintah kita selalu sadar akan sumber kekuasaan mereka, sehingga mereka bisa menjalankan roda pemerintahan berlandaskan takut akan Tuhan.



TIP #14: Gunakan Boks Temuan untuk melakukan penyelidikan lebih jauh terhadap kata dan ayat yang Anda cari. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA