Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 52 ayat untuk bahaya maut AND book:[1 TO 39] AND book:19 (0.002 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 3 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.77) (Mzm 40:3) (jerusalem: nyanyian baru) yaitu mazmur syukur ini, yang seolah-olah diciptakan oleh Tuhan sendiri dengan memberi pertolongan: bdk Maz 33:3+
(0.77) (Mzm 86:13) (jerusalem: dari dunia orang mati....) Bahasa penghebat ini berarti: bahaya maut, bdk Maz 63:10+.
(0.68) (Mzm 116:3) (jerusalem: Tali-tali maut) Bdk Maz 18:5+
(0.60) (Mzm 71:20) (jerusalem: samudera raya bumi) Ialah air (samudera purba) yang dibayangkan di bawah bumi, tempat dunia orang mati dan yang melambangkan bahaya maut, bdk Maz 18:5+; Maz 9:14; 40:3.
(0.59) (Mzm 18:4) (jerusalem: Tali-tali maut) Teks Ibrani kerap kali diperbaiki sesuai dengan 2Samuel menjadi: ombak-ombak maut. Maut ialah dunia orang mati, di perorangan dan dibandingkan dengan pemburuan yang menjerat binatang bdk, Maz 18:6
(0.59) (Mzm 49:14) (ende)

Pratala dan Maut dibajangkan sebagai suatu penggembalaan dan seorang gembala.

(0.59) (Mzm 79:11) (ende: dibaktikan kepada maut)

Dahulukala tawanan2 perang biasanja dibunuh.

(0.59) (Mzm 86:13) (ende: lubuk pratala)

bahasa penghebat jang berarti: bahaja besar, bahaja maut.

(0.58) (Mzm 116:3) (ende: tali2 maut....djerat2 pratala)

bahasa kiasan jang berarti: bahaja besar. Maut dan pratala dibajangkan sebagai seorang pemburu.

(0.58) (Mzm 107:18) (jerusalem: sampai pada pintu gerbang maut) Artinya hampir mati. Maut ialah dunia orang mati, bdk Maz 6:6+
(0.58) (Mzm 32:6) (jerusalem: Engkau dapat ditemui) Terjemahan ini tidak pasti. Naskah Ibrani nampaknya rusak. Terjemahan lain: di waktu kesesakan
(0.56) (Mzm 116:1) (jerusalem: Terluput dari belenggu maut) Ini nyanyian syukur mengiringi korban syukur yang dipersembahkan untuk membayar nazar, Maz 116:12-14,17-19. Tuhan telah mengabulkan doa minta tolong, Maz 116:1-2, dari seseorang yang terancam bahaya maut (sakit?), Maz 116:3-4 dan yang sudah putus asa, Maz 116:10-11. Namun dalam keadaan itupun ia tetap percaya pada Tuhan dan begitulah ia dibebaskan dari bahaya, Maz 116:5-9,15-16. Dalam terjemahan Yunani dan Latin mazmur ini dengan kurang tepat dibagikan menjadi dua (Maz 114:1-115:18)
(0.52) (Mzm 71:20) (ende: rongga2 bumi)

ialah: pratala, bahasa kiasan disini jang berarti: bahaja maut.

(0.52) (Mzm 102:20) (ende: tawanan)

ialah umat dalam pembuangan, jang "terserah kepada maut", oleh sebab tawanan2 perang biasanja dibunuh.

(0.49) (Mzm 9:14) (ende: gerbang2 Puteri Sion)

ialah Jerusjalem, tempat kegembiraan dan kesukaan, bertentangan dengan "pintu2 Maut", tempat kesedihan.

(0.49) (Mzm 18:4) (ende)

Bahasa kiasan jang berarti bahaja besar jang mengantjam. Maut dan pratala dibajangkan sebagai laut jang bergelora dan seorang pemburu.

(0.49) (Mzm 49:15) (ende)

Sebenarnja manusia tidak sanggup menebus diri sendiri, tetapi si djudjur akan ditebus Allah dari pratala (disini bukan maut).

(0.48) (Mzm 116:1) (sh: Allah pasti mempertahankan milik-Nya (Minggu, 5 Mei 2002))
Allah pasti mempertahankan milik-Nya

Mazmur ini dibuka dengan ungkapan pemazmur, “Aku mengasihi Tuhan”. Kasih pemazmur ini merupakan respons terhadap kasih Allah yang telah menyendengkan telinga-Nya kepadanya (ayat 2). Ungkapan ini didasari pada pengalamannya dibebaskan dari bahaya maut. Memang tidak disebutkan oleh apa bahaya maut itu disebabkan, tetapi ia merasa sudah tertangkap oleh sang maut (ayat 3). Pemazmur menuturkan bagaimana ia mengalami krisis iman ketika tenggelam dalam penderitaannya. Tidak ada seorang pun yang menolong. Sendiri dalam penderitaan melahirkan kekecewaan yang dalam (ayat 11). Namun, keadaan itu tidak menggoyahkan kepercayaannya kepada Tuhan (ayat 10). Wajar bila pemazmur rindu untuk membalas segala kebaikan Allah. Ia akan mengangkat piala keselamatan, menyerukan nama-Nya (ayat 13), membayar nazarnya di depan umat Allah (ayat 14,18); mempersembahkan kurban syukur kepada Allah. Arti nya, ia ingin hidupnya selalu memuliakan Allah.

Dari pengalaman iman pemazmur bersama Allah ini, kita belajar tiga hal. Pertama, hakikat hidup kita adalah karunia Tuhan semata-mata, dan bernilai kekal. Kedua, hidup kita berharga di mata-Nya. Hal ini makin membuat kita menghayati kehadiran dan keberadaan Allah yang mempedulikan keberadaan umat-Nya. Bahkan tidak akan dibiarkan-Nya kematian menjemput mereka sebelum waktunya (ayat 15). Ketiga, kebaikan Allah yang juga bernilai kekal itu diresponi dengan sikap paling mulia, yaitu mengabdi sebagai hamba-Nya, makin mengasihi-Nya untuk selama-selamanya.

Renungkan: Allah mengizinkan kita mengalami “krisis iman” agar kita menyadari dan makin menghayati kasih setia Allah dalam hidup kita.



TIP #33: Situs ini membutuhkan masukan, ide, dan partisipasi Anda! Klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA