Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 18 dari 18 ayat untuk Yang Benar AND book:5 (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Ul 6:25) (bis: Kalau ... kepada kita)

Kalau ... kepada kita, atau kita berlaku benar, apabila kita dengan setia mentaati segala sesuatu yang diperintahkan TUHAN Allah kita kepada kita.

(0.93) (Ul 15:7) (full: SEORANG MISKIN. )

Nas : Ul 15:7-11

Ketaatan kepada hukum Allah diharapkan timbul dari keinginan yang tulus untuk menolong mereka yang perlu bantuan (bd. Ul 24:14-15; Ams 14:21,31).

  1. 1) Allah memperhatikan sikap dan keinginan kita untuk menolong orang yang miskin dan malang. Kita harus menggunakan harta milik kita untuk menolong mereka yang benar-benar memerlukannya

    (lihat art. PEMELIHARAAN ORANG MISKIN DAN MELARAT).

    Memiliki sikap serakah dan mementingkan diri sendiri sehingga mengabaikan kebutuhan sesama membuat kita kehilangan berkat Allah (ayat Ul 15:9-10).
  2. 2) PB menekankan perlunya belas kasihan, keprihatinan, dan kemurahan terhadap mereka yang telah menderita kemalangan atau mengalami situasi naas yang mengakibatkan kemiskinan dan kekurangan (Mat 25:31-36; Gal 6:2,10).
(0.92) (Ul 17:8) (sh: Sikapi masalah keadilan dengan serius! (Kamis, 22 Mei 2003))
Sikapi masalah keadilan dengan serius!

Keadilan tidak bisa ditangani secara sembarangan. Proses peradilan harus betul-betul mencerminkan keadilan dan menjamin akan menghasilkan keadilan yang adil. Karena itu para hakim harus mengakui keterbatasannya dalam menangani sebuah perkara. Ketika mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan peradilan, mereka harus menyerahkannya kepada lembaga peradilan yang lebih tinggi yaitu para imam dan hakim-hakim di sekitar para imam (ayat 8,9). Melalui perantaraan para imam, Allah akan memberikan keputusan yang seadil-adilnya. Itulah keputusan yang benar dan tidak boleh diselewengkan oleh siapa pun. Tujuannya ialah agar kejahatan dihapus dari tengah-tengah umat Allah. Mungkin waktu itu para hakim terlalu berani menentang keputusan para imam dan mengikuti kehendak sendiri yang tidak mencerminkan keadilan Allah. Keputusan-keputusan yang mereka ambil tidak berorientasi kepada keadilan dan kebenaran Allah, sehingga banyak orang menjadi korban ketidakadilan. Keadilan benar-benar menyangkut hidup mati orang banyak.

Ulangan 17:14-20 menegaskan bahwa pemimpin bangsa selain pelayan keadilan adalah juga pelayan Tuhan. Karena itu kebijakan- kebijakan yang diambilnya haruslah berisi muatan keselamatan dan kasih Allah, dan orientasi kepada firman mengatasi perhatian kepada kepentingan sendiri bahkan kepentingan orang banyak. Perhatian pemimpin harus pada bagaimana ia dapat menjadi alat Tuhan penyelamat bangsa dan bukan penyelamat posisi serta kekuasaan. Kekuasaan itu penting. Tetapi kekuasaan tanpa keadilan adalah pemerintahan yang lalim. Keadilan tanpa kekuasaan adalah pemerintahan yang idealistis.

Renungkan: Kita tidak hidup dalam masyarakat yang semua anggotanya sekepercayaan. Karena itu kita terpanggil menjadi hukum-hukum Allah tertulis dalam hidup kita bagi masyarakat ini.

(0.92) (Ul 6:6) (full: APA YANG KUPERINTAHKAN ... ENGKAU PERHATIKAN. )

Nas : Ul 6:6

Allah benar-benar menginginkan bahwa firman-Nya tersimpan dalam hati umat-Nya (bd. Mazm 119:11; Yer 31:33;

lihat art. HATI).

Rasul Paulus menyatakan dengan jelas, "Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu" (Kol 3:16; bd. 2Tim 3:15-17). Hal ini hanya dapat dicapai dengan terus-menerus mempelajari Alkitab hari lepas hari (Mazm 119:97-100; Yoh 8:31-32); salah satu cara ialah membaca seluruh PB dua kali setiap tahun dan PL satu kali (bd. Yes 29:13;

lihat cat. --> Yak 1:21).

[atau ref. Yak 1:21]

(0.91) (Ul 4:24) (full: API YANG MENGHANGUSKAN. )

Nas : Ul 4:24

Frasa yang deskriptif ini mengacu kepada kecemburuan kudus, kemarahan, dan hukuman Allah terhadap mereka yang meninggalkan firman dan jalan-jalan-Nya yang benar mengikut bentuk penyembahan berhala tertentu (ayat Ul 4:23; Ibr 12:25,29; bd. Yeh 1:13-14,27-28; Dan 7:9-10; Wahy 1:14-15; 19:11-12).

(0.91) (Ul 33:13) (sh: Kebahagiaanku (Rabu, 21 Juli 2004))
Kebahagiaanku

Di zaman yang materialistis, manusia mengejar kelimpahan materi karena adanya asumsi bahwa kelimpahan tersebut menentukan kebahagiaan hidup seseorang. Sebaliknya tanpa kecukupan secara materi maka kebahagiaan tidak mungkin diraih. Benarkah kecukupan materi menjadi sumber kebahagiaan yang sejati? Mari kita bersama mencermati apa yang diungkapkan bagian ini mengenai kebahagiaan (ayat 26-29).

Melanjutkan perikop sebelumnya, Musa memberkati suku-suku lainnya (ayat 13-25). Penutup dari berkat-berkat ini ditujukan kepada bangsa Israel keseluruhan (ayat 26-29). Pada bagian penutup ini, Musa menyebut bangsa Israel berbahagia. Ia menjelaskan alasan bangsa Israel berbahagia serta apa arti kebahagiaan itu.

Pertama, Musa abdi Allah itu menyebut mereka dengan sebutan "Yesyurun" yang berarti bangsa yang benar. Dengan demikian bangsa Israel adalah orang-orang yang dibenarkan, bukan hanya benar di hadapan manusia tapi terutama di hadapan Allah.

Kedua, mereka memiliki Allah yang tiada duanya. Allah Israel adalah Allah yang hidup, tidak seperti ilah-ilah yang disembah oleh bangsa lain yang ada di sekitar mereka. Dia juga Allah yang kehadiran-Nya nyata di tengah-tengah bangsa Israel sebagai penolong dan tempat perlindungan yang abadi terhadap musuh-musuh di sekeliling mereka (ayat 26-27).

Ketiga, yang paling membahagiakan adalah bahwa di atas muka bumi ini tidak ada bangsa seperti bangsa Israel, suatu bangsa yang dipilih oleh Tuhan untuk menjadi saluran datangnya keselamatan bagi dunia ini (ayat 29).

Dengan demikian kita belajar bahwa kebahagiaan tidak hanya bergantung kepada materi atau hal-hal fisik saja, melainkan pada kehadiran Allah dalam hidup ini. Bagaimanakah Anda memberi arti bagi "kebahagiaan" dalam hidup Anda? Apakah yang menjadi tolok ukur dalam menyebut Anda berbahagia? Berdasarkan uraian di atas dapatkah Anda mengukur kebahagiaan hidup Anda saat ini?

Renungkan: Sudahkah Anda memiliki harta yang terindah dan tidak ternilai yaitu Allah sendiri?

(0.91) (Ul 6:4) (jerusalem: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa) Kadang-kadang kalimat ini mau diterjemahkan sbb: Yahwista (TUHANlah) Allah kita, hanya Yahwe semata-mata. Kalau demikian maka diri dan hanya berbakti kepada Dia semata-mata, tanpa menyangkal bahwa ada allah-allah lain yang boleh dipilih bangsa-bangsa lain. Tetapi ungkapan Ibrani itu benar-benar menyatakan monoteisme: Tidak ada Allah selain Yahwe (TUHAN). Ula 6:4 ini menjadi awal doa "syema" (dengarkanlah), yang tetap sebuah doa yang paling digemari orang Yahudi yang saleh. Sepanjang sejarah umat Israel kepercayaan akan Allah Yang Maha esa itu semakin tajam dan terus-menerus berkembang maju. Sekaligus semakin diperinci juga keyakinan bahwa Israel adalah bangsa terpilih dan lagi kepercayaan akan perjanjianpun semakin tebal, Kej 6:18; 12:1+; Kej 15:1+. Adanya allah-allah lain di zaman dahulu tidak pernah secara langsung dibenarkan. Tetapi semakin Allah yang hidup, Ula 5:26+, satu-satunya Penguasa dunia maupun umatNya ditekankan Kel 3:14+; 1Ra 8:56-60; 18:21; 2Ra 19:15-19; Sir 1:8-9; Ams 4:13; 5:8; Yes 42:8; Zak 14:9; Mik 1:1-2, semakin ditegaskan pula bahwa allah-allah lain tidak ada, Wis 13:10; 14:13; Yes 40:20+; Yes 41:21+.
(0.91) (Ul 22:13) (sh: Memuliakan Allah melalui kehidupan seksual yang benar (Rabu, 30 Juni 2004))
Memuliakan Allah melalui kehidupan seksual yang benar

Zaman di mana seks dianggap tabu sudah lewat. Kini, dari kota besar sampai ke desa terpencil, dari kaum muda gaul dunia ini sampai ke kalangan gerejani, seks sudah menjadi hal biasa. Dari menabukan kini orang cenderung menganggap seks sebagai sesuatu yang biasa seperti halnya makanan dan pakaian. Akibatnya, kesukaan yang harusnya hadir dalam sikap menghormati seksualitas digantikan oleh banyak perkara menyedihkan.

Alkitab tidak menganggap seksualitas sebagai sesuatu yang tabu atau suatu yang boleh diperlakukan seenaknya. Seksualitas ialah bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Setiap kali Alkitab menuliskan kalimat positif mengenai seksualitas, selalu dikaitkan dengan ikatan pernikahan yang sakral. Di luar pernikahan, seksualitas, menurut Alkitab, tidak boleh dipermainkan.

Perikop ini berbicara mengenai orang yang mempermainkan seksualitas dan pernikahan. Pertama orang yang memfitnah keperawanan istri yang ia nikahi. Orang seperti ini harus dihukum (ayat 13-21). Lalu, juga mengenai mereka yang melakukan seks tanpa ikatan pernikahan (mis: pemerkosaan atau kumpul kebo, ayat 22-30). Hukuman bagi mereka adalah dirajam. Mempermainkan seksualitas dan pernikahan adalah dosa dan harus dihukum.

Di tengah-tengah kehidupan modern yang tidak lagi menghargai seksualitas (apakah itu menahan atau mengumbar) di dalam pernikahan yang didirikan oleh Allah sendiri, kita dipanggil oleh Allah untuk memberikan teladan dalam masalah seksualitas. Sebagai pribadi, kita dipanggil untuk tidak mempermainkan seksualitas. Sebagai keluarga, kita dipanggil untuk menghormati pernikahan.

Renungkan: Allah ingin kita berlaku suci dalam keseluruhan aspek kehidupan. Kita dipanggil untuk menghayati seksualitas yang indah dan kudus sebab mengikuti aturan Allah.

(0.91) (Ul 7:26) (full: SESUATU KEKEJIAN MASUK KE DALAM RUMAHMU. )

Nas : Ul 7:26

"Sesuatu kekejian" mengacu pada perak dan emas yang dipakaikan pada berhala-berhala Kanaan (ayat Ul 7:25); segala sesuatu yang berkaitan dengan penyembahan berhala harus dibinasakan. Peringatan ini kepada orang Israel untuk membuang segala sesuatu yang keji dari rumah mereka juga berlaku sekarang ini. Segala sesuatu yang mendatangkan dosa dan ketunasusilaan dan bertentangan dengan tabiat kudus Allah tidak boleh diizinkan di dalam rumah kita (bd. Yeh 5:7,9). Oleh karena itu, orang percaya harus sangat berhati-hati supaya tidak membiarkan pengaruh dari gaya hidup yang bejat memasuki rumah mereka melalui orang lain atau sarana hiburan (bd. Ul 12:29-31; 18:12-13; Ams 6:16-19). Gantinya mengizinkan kejahatan dan kefasikan memasuki rumah tangga kita, kita justru harus "benar-benar merasa jijik dan keji terhadap hal itu" karena membiarkan dan menikmati kejahatan dalam rumah kita berarti jatuh di bawah kutukan Allah (bd. Ul 23:14;

lihat cat. --> Rom 1:32).

[atau ref. Rom 1:32]

(0.89) (Ul 14:26) (full: ANGGUR ATAU MINUMAN YANG MEMABUKKAN ... ENGKAU DAN SEISI RUMAHMU. )

Nas : Ul 14:26

Ayat ini berkenaan dengan kesempatan khusus untuk ibadah dan ucapan syukur yang diikuti seluruh rumah tangga, termasuk laki-laki, wanita, pemuda dan anak-anak. Kata Ibrani yang dipakai di sini untuk "anggur" (_yayin_) dapat menunjuk pada sari anggur beragi dan sari anggur tidak beragi. Kata Ibrani untuk "minuman yang beragi" (_shekar_) dapat diterjemahkan "minuman yang manis"

(lihat art. ANGGUR PADA ZAMAN PERJANJIAN LAMA

untuk keterangan terinci mengenai arti kedua kata Ibrani ini). Terjemahan ini meniadakan kesulitan yang mengusulkan bahwa orang dewasa dan anak-anak diperintahkan untuk menyembah Allah dengan minum minuman yang membuat kecanduan dan memabukkan. Setiap usaha untuk menafsirkan ayat ini dengan benar harus mempertimbangkan hal-hal berikut.

  1. 1) Tujuan dari kebaktian penyembahan itu ialah agar "belajar untuk selalu takut akan Tuhan, Allahmu" (ayat Ul 14:23). Supaya menyembah Allah dengan tepat dan belajar takut akan Dia, kita perlu senantiasa waspada dan menguasai diri

    (lihat cat. --> Ef 5:18;

    lihat cat. --> 1Tes 5:6;

    [atau ref. Ef 5:18; 1Tes 5:6-8]

    lihat art. TAKUT AKAN TUHAN).

    Perhatikan bahwa Allah menuntut pantangan mutlak dari minuman-minuman memabukkan supaya membedakan yang kudus dengan yang cemar, untuk mengajarkan perintah-perintah-Nya dengan benar (Im 10:9) dan memastikan bahwa kita tidak melupakan hukum Allah dan melakukan kesalahan

    (lihat cat. --> Ams 31:4-5).

    [atau ref. Ams 31:4-5]

  2. 2) Para imam Lewi harus hadir pada kebaktian penyembahan ini (ayat Ul 14:27-29). Allah memerintahkan para imam ini untuk berpantang minum minuman yang memabukkan (dengan ancaman hukuman mati) sementara bertugas sebagai imam (Im 10:9). Sangatlah bertentangan dengan sifat kudus Allah untuk membiarkan para penyembah meminum minuman memabukkan ketika bersama dengan para imam.
  3. 3) Sifat dari perayaan ini ialah perayaan panen ketika dipergunakan hasil bumi yang masih segar (versi Inggris NIV -- "anggur baru") (ayat Ul 14:23); hal ini menunjukkan bahwa yang dimaksudkan di sini adalah sari anggur segar.
  4. 4) Penemuan modern bahwa minuman beralkohol merusak janin kiranya juga harus dipertimbangkan sebelum beranggapan bahwa Allah yang mahatahu memberkati, mengizinkan, atau memerintahkan ayah, ibu, dan anak-anak Israel untuk "bersukaria" di hadapan-Nya sambil minum minuman yang memabukkan

    (lihat cat. --> Ams 23:31;

    [atau ref. Ams 23:31]

    lihat art. ANGGUR PADA ZAMAN PERJANJIAN BARU (2)).

(0.89) (Ul 16:18) (sh: Kata dan perbuatan (Selasa, 20 Mei 2003))
Kata dan perbuatan

Rumusan, pernyataan, dan pengakuan iman tentang karya penyelamatan Allah berakar pada tindakan nyata Allah dalam peristiwa dan sejarah umat Allah. Karena itu kata firman (Ibr. davar) mengandung dua arti yaitu kata dan perbuatan. Firman Allah adalah kata dan perbuatan Allah. Keduanya mengungkapkan hati Allah, keduanya mewujudkan kehendak Allah, serasi tanpa konflik. Apabila umat dituntut melakukan firman, maka yang dimaksud adalah memberitakan perbuatan Allah melalui kata sekaligus perbuatan. Tuntutan untuk serasi kata dan tindakan serta memberlakukan karya penyelamatan dan kasih Allah dalam kehidupan umat, khususnya perlu dilaksanakan di bidang peradilan.

Firman dengan dimensi peradilan ini disampaikan ketika berbagai penindasan dan ketidakadilan di tengah-tengah masyarakat Israel dilakukan para elit politik waktu itu. Jelas, penindasan dan ketidakadilan bertentangan dengan kebaikan, kasih dan kebenaran Allah. Setiap orang yang menerima suap dan mengadili dengan mempermainkan standar kebenaran, tidak hanya melanggar hukum peradilan, tetapi juga melawan Allah. Karena itu, para hamba peradilan diminta agar khusus menjaga diri dari menerima suap, sebab suap membutakan mata orang-orang bijaksana dan orang-orang benar (tsadiq). Para hamba peradilan menduduki kehormatan mewakili Allah. Sepatutnya bahwa wibawa Allah dan kebenaran dihormati oleh mereka. Mereka bertanggungjawab untuk menjamin peradilan yang adil dan benar bagi seluruh bangsa (bdk. 18,20). Keadaan bangsa Indonesia tercinta ini akan terus terpuruk karena praktik-praktik ketidakadilan dan suap. Selama orang tidak segan-segan melakukan ketidakadilan, berarti mata mereka buta dan tak berhikmat menegakkan keadilan.

Renungkan: Berserulah kepada Tuhan agar Ia menegakkan keadilan dan kebenaran-Nya di tengah-tengah bangsa kita.

(0.89) (Ul 32:1) (sh: Setialah (Sabtu, 17 Juli 2004))
Setialah

Musa menyampaikan pengajaran yang indah, baik isi maupun cara penyampaiannya. Hal ini berbeda dari kebanyakan kita kini melihat pengajaran. Pengajaran Musa tentang tindakan dan kebenaran Allah bagaikan air hujan atau embun yang menumbuhkan tanaman. Sama sekali jauh dari kesan banyak orang kini bahwa pengajaran (doktrin) adalah sesuatu yang gersang. Doktrin, yang berpusat pada pemahaman tentang maksud-maksud Allah dan yang bertujuan meninggikan Nama Allah (ayat 3), patut lebih dikembangkan dalam cara yang menarik untuk menumbuhkan kehidupan gereja Tuhan masa kini.

Pengajaran Musa itu berkisar pada fakta sikap dan tindakan Allah terhadap Israel dan bagaimana dampaknya terhadap status dan keadaan mereka. Allah telah berlaku begitu penuh anugerah, mengkhususkan mereka dari sekian banyak anak-anak Adam (ayat 8-13), menjadikan mereka harta kesayangan-Nya agar mereka dapat serasi menjadikan Allah harta kemuliaan mereka sebagai bangsa. Hanya umat Allah yang dapat merasakan hubungan anak-bapa dengan Allah, dapat mengalami penghormatan (ayat 10), jaminan pemeliharaan dan kasih mesra Allah yang menyeluruh (ayat 12). Sudahlah sepatutnya kebenaran ini menjadi makanan rohani yang menumbuhkan kesetiaan mereka makin teguh. Kesetiaan kita akan sangat terkait dengan sejauh mana kita memahami dan menghayati sikap dan tindakan Allah atas hidup kita.

Allah setia, adil dan benar. Allah tidak pernah dipengaruhi oleh tindakan umat-Nya. Dari sejak mereka di Mesir Allah setia menyertai mereka (ayat 7). Di padang gurun Allah menjaga mereka seperti biji mata-Nya (ayat 10). Sungguh mengagumkan kesetiaan Allah yang tidak pernah berubah kepada umat-Nya. Kesetiaan Allah berbeda dengan kesetiaan manusia yang bersyarat dan mudah pudar. Saat ini, banyak orang setia kepada Allah dengan syarat mendapat berkat (secara materi). Perikop ini mengajarkan bahwa kesetiaan Allah yang tidak pernah berubah adalah berkat terbesar bagi umat-Nya.

Renungkanlah: Belajar tidak melupakan kesetiaan Allah adalah disiplin untuk mencegah kita berlaku tidak setia kepada-Nya.

(0.88) (Ul 22:1) (sh: Allah memperhatikan keseharian kita (Selasa, 29 Juni 2004))
Allah memperhatikan keseharian kita

Manusia paling takut dengan kesendirian dan tidak dipedulikan orang lain. Kita ingin diperhatikan dan dipedulikan orang lain. Kita amat senang disapa dan ditanya kabarnya. Oleh karena itu gereja bukan saja tempat bersekutu dengan Allah tapi juga dengan sesama manusia. Apakah Allah yang kita sembah di dalam Yesus Kristus memperhatikan keseharian kita? Sulit dibayangkan Allah sampai perlu campur tangan dengan daftar belanjaan sehari-hari, atau naik turunnya kita dari angkutan kota, atau bahkan saat kita mengerjakan hal-hal yang praktis. Apakah benar Allah peduli kita sampai serinci itu?

Perikop kita pada hari ini mengajarkan bahwa ketika orang Israel masuk ke tanah Perjanjian, Allah bukan saja mengatur bagaimana mereka beribadah dengan Allah dan berhubungan dengan sesama manusia, tetapi juga mereka diperhatikan oleh Allah di dalam rincian terkecil sekalipun.

Salah satu contoh, di ayat 1-4, Allah mengatur apabila ada binatang yang hilang dan harus dikembalikan ke pemilik yang sah. Di ayat 5, 11, dan 12, Allah mengatur cara mereka berpakaian. Allah juga mengatur kepedulian orang Israel terhadap alam (ayat 6-7). Bahkan pendirian rumah mereka juga dipedulikan oleh Allah (ayat 8). Cara mereka bercocok tanam juga menjadi suatu hal yang diatur oleh Allah (ayat 9). Dengan kata lain, Allah peduli dengan segala bagian yang amat rinci. Kepedulian itu menunjukkan bahwa Ia ingin umat-Nya hidup diberkati dalam kebersamaan bukan kesendirian.

Allah peduli kepada segala sesuatu yang berhubungan dengan kesejahteraan anak-anak-Nya. Kita diperhatikan oleh Allah. Yesus mengatakan di Matius 6:27-32, bahwa Allah memperhatikan kita lebih dari segalanya.

Renungkan: Bersyukurlah kepada Allah yang peduli kepada kita, umat yang sudah ditebus oleh Yesus Kristus supaya hidup kita diberkati.

(0.88) (Ul 10:1) (sh: Takut akan Tuhan (Sabtu, 10 Mei 2003))
Takut akan Tuhan

Bagian Alkitab yang kita baca pada hari ini dimulai dengan pemberian dua loh batu yang baru dari Tuhan kepada Musa. Dua loh batu ini adalah buatan manusia. Sebelumnya Musa begitu marah sampai menghancurkan kedua loh batu pertama. Namun, ia meminta Tuhan memperbarui perjanjian-Nya dengan Israel. Tuhan mengabulkan permintaan itu sebuah perjanjian Sinai kembali ditegaskan dan dipelihara dalam sebuah tabut perjanjian.

Kita kemudian dihadapkan pada kisah kematian Harun. Harun memang selamat dari hukuman Tuhan waktu peristiwa anak lembu emas. Namun, sama seperti Musa, ia tidak dapat masuk ke Tanah Kanaan. Ia mati di padang gurun! Penunjukan kaum Lewi sebagai pelayan- pelayan sangatlah tepat. Mereka melawan para penyembah anak lembu emas (Kel. 32:26-29). Maka, patutlah mereka dijadikan pelayan-pelayan untuk ibadah yang sejati.

Kini Allah memberikan perintah lagi kepada bangsa Israel untuk pergi ke Tanah Kanaan dan menaklukkannya. Mereka harus mencintai dan menaati Tuhan dengan sepenuh hati (ayat 12-13). Ketaatan ini diserukan paling tidak karena dua alasan. Pertama, karena Allah adalah Allah yang mahakuasa, namun Israel mendapatkan hak istimewa untuk menjadi umat pilihan-Nya (ayat 14-15). Ini harus menimbulkan ucapan syukur sampai ke langit, dan diwujudkan dalam ketaatan yang membumi! Mereka harus mengalami "sunat hati", membuang bungkusan kekeraskepalaan dan kebebalan (ayat 16). Alasan kedua adalah karena Allah merupakan otoritas tertinggi, kuasa terdahsyat, dan hakim yang adil (ayat 17-18). Umat Israel tidak akan mendapatkan kelepasan begitu saja jika mereka berdosa. Mereka harus sungguh-sungguh taat kepada Allah mereka.

Renungkan: Ketaatan yang benar dan berlanjut tidak lahir dari paksaan atau rasa takut, tetapi dari hati yang penuh syukur dan cinta kepada Allah.

(0.88) (Ul 1:19) (sh: Antara ketakutan dan kemarahan (Rabu, 23 April 2003))
Antara ketakutan dan kemarahan

Ketika manusia menghadapi suatu keadaan yang tidak mengenakkan, yang menyerang dirinya, bisa timbul dua macam reaksi. Reaksi pertama adalah marah. Reaksi kedua adalah ketakutan. Ketakutan dan kemarahan menjadi emosi yang terus-menerus hadir bergantian dalam hidup manusia -- bahkan dalam hidup sebuah bangsa.

Musa mengingatkan bangsa Israel tentang perjalanan mereka dari Gunung Sinai (Horeb) sampai ke Kadesy. Mereka telah hadir di sana. Allah sebenarnya sudah memberikan tanah itu kepada mereka. Namun, Allah menginginkan agar mereka berjuang dengan kekuatan militer mereka, bersama dengan kemenangan yang akan Allah anugerahkan dengan pasti bagi mereka.

Musa sudah mengingatkan mereka agar jangan takut, jangan khawatir. Namun, kelihatannya bangsa Israel tetap tidak percaya. Mereka ingin mengutus agen-agen rahasia untuk memata-matai keadaan. Musa menyetujui rencana itu -- dan mungkin sekali karena itulah Tuhan menjadi marah kepadanya (ayat 37). Maksud Musa adalah baik, ia ingin agar laporan dari para mata-mata itu berkenaan dengan rute dan keadaan di tanah perjanjian memberikan semangat bagi bangsa Israel untuk pergi berjuang. Namun, mereka menjadi sangat takut karena ada orang-orang raksasa dan pertahanan yang mencengangkan. Musa waktu itu sudah mengingatkan mereka lagi akan sejarah pembebasan dari Mesir, bagaimana Tuhan telah menolong mereka dengan tangan-Nya yang kuat. Mereka tetap takut, dan menjadi marah kepada Tuhan. Allah pun marah. Ia tidak mengizinkan semua orang berusia dua puluh tahun ke atas, kecuali Kaleb (dan Yosua) untuk masuk ke dalam tanah perjanjian. Mereka harus kembali ke padang gurun untuk mati!

Renungkan: Tujukan kemarahan dan ketakutan Anda kepada objek yang benar. Takutlah kepada Allah, dan marahlah terhadap kejahatan!

(0.88) (Ul 11:26) (full: BERKAT DAN KUTUK. )

Nas : Ul 11:26

Allah memberikan pilihan menerima berkat atau kutuk kepada umat-Nya. Jikalau mereka taat kepada firman Allah dan tetap terpisah dari dosa bangsa-bangsa di sekitar mereka, maka berkat Allah akan turun atas mereka dan menyertai mereka (lih. Ul 28:1-14). Pada pihak lain, jikalau mereka menyesuaikan diri dengan jalan-jalan orang fasik, kutukan Allah akan menimpa mereka (lih. Ul 28:15-68).

  1. 1) Sayang sekali sebagian besar Israel tidak sungguh-sungguh menanggapi peringatan Allah ini. Terlalu sering mereka menerima cara hidup orang tidak percaya dan oleh karena itu terkena kutuk-Nya.
  2. 2) Allah memperhadapkan pilihan yang sama (berkat atau kutuk) kepada orang percaya PB. Jikalau kita membenci dosa, mengikut Kristus dan berusaha untuk senantiasa melayani Dia, maka berkat dan kuasa-Nya akan menjadi milik kita. Apabila kita meninggalkan Allah dan jalan-jalan-Nya yang benar, kita akan kehilangan kehadiran, pertolongan, dan perlindungan perjanjian Allah.
(0.87) (Ul 6:13) (sh: Untuk diingat dan dilakukan dalam keluarga (Minggu, 4 Mei 2003))
Untuk diingat dan dilakukan dalam keluarga

Orang tua Israel memiliki tanggung jawab yang besar dalam proses pendidikan agama bagi anak-anak mereka (ayat 20-21). Mereka harus mengajarkan kepada anak-anak bagaimana cara Tuhan menyatakan diri-Nya kepada Israel dan apakah yang diperintahkan- Nya bagi mereka.

Anak-anak Israel haruslah memahami bahwa melalui sejarah bangsa mereka, Tuhan menyatakan diri-Nya kepada Israel; [1] mereka memiliki pengalaman bersama Tuhan di saat Ia membebaskan Israel (ayat 21); [2] mereka menyaksikan penghakiman Tuhan di saat Ia mencelakakan Mesir (ayat 22); dan [3] mereka menerima janji serta rencana Tuhan dengan memiliki negeri (ayat 23). Anak-anak Israel haruslah memahami bahwa Tuhan juga menyatakan diri-Nya melalui firman-Nya. Ia memberikan ketetapan-ketetapan yang kepadanya Israel harus berpegang (ayat 24).

Anak-anak Israel haruslah memahami bahwa Tuhan menetapkan mereka untuk: [1] bersungguh-sungguh menjaga dan berpegang pada perintah-Nya karena melaluinya Tuhan akan memelihara mereka (ayat 17,23-24); [2] melakukan apa yang benar dan baik di mata Tuhan (ayat 18-19); serta [3] terus menceritakan kepada anak cucu mereka bagaimana Tuhan melepaskan mereka dari Mesir (ayat 20-22). Dengan demikian maka iman kepada Tuhan akan terus terpelihara dalam komunitas orang percaya.

Renungkan: Mengingat perbuatan Tuhan di masa lampau serta menjalani firman- Nya merupakan hal-hal mendasar bagi kita kini juga.

Bacaan Untuk Minggu Paskah 3

Kisah Para Rasul 3:12-19; 2Yohanes 3:1-7; Lukas 24:36b-48; Mazmur 4

Lagu: Kidung Jemaat 397

(0.87) (Ul 6:4) (full: DENGARLAH, HAI ORANG ISRAEL. )

Nas : Ul 6:4-9

Bagian ini sering kali disebut sebagai "_Shema_" (bah. Ibr. _shama_ -- mendengar). Bagian ini sangat dikenal orang Yahudi pada zaman Yesus karena diucapkan setiap hari oleh orang Yahudi yang saleh dan secara tetap dalam kebaktian di sinagoge. Shema ini merupakan pernyataan terbaik tentang kodrat monoteistis Allah (lih. catatan berikut); pernyataan ini diikuti dengan perintah ganda kepada bangsa Israel:

  1. (1) untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan (ayat Ul 6:5-6), dan
  2. (2) untuk mengajarkan iman mereka dengan tekun kepada anak-anak mereka (ayat Ul 6:7-9).


TIP #19: Centang "Pencarian Tepat" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab tanpa keluarga katanya. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA