Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 5641 - 5660 dari 5776 ayat untuk Pada (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.09) (Mzm 37:26) (sh: Jaminan teguh di dalam Tuhan (Selasa, 7 Agustus 2001))
Jaminan teguh di dalam Tuhan

Manusia membutuhkan rasa aman, baik untuk masa sekarang maupun masa depannya, baik di dunia ini maupun di balik kematiannya. Berbagai upaya dilakukannya untuk mendapatkan rasa aman ini, tidak terkecuali untuk motivasinya beragama. Tetapi apakah yang dapat menjadi jaminan yang pasti dan tidak berubah bagi kita untuk mendapatkannya? Terlebih lagi bagi kita yang berupaya untuk hidup dengan benar, tulus, dan jujur, di tengah dunia yang fasik ini, dimana justru orang-orang fasiklah yang nampaknya dapat bertumbuh dengan subur? Daud dalam Mazmur ini mengungkapkan rahasia masa depan orang benar, yang hidup dengan jujur, tulus, dan menyukai damai.

Rahasia jaminan yang teguh ini hanya ditemukan dalam relasi orang benar dengan Tuhan. Relasi ini dapat terpelihara melalui menjauhi kejahatan dan melakukan yang baik (ayat 27), serta menantikan Tuhan dan mengikuti jalan-Nya (ayat 34). Alasan dari langkah- langkah tersebut adalah karena Tuhan itu mencintai keadilan hukum dan tidak meninggalkan orang yang dikasihi-Nya (ayat 28). Dialah yang menjadi tempat perlindungan orang benar pada waktu kesesakan. Ia tidak akan menyerahkan dan membiarkan orang benar yang mengucapkan hikmat, mengatakan keadilan hukum dan memiliki Taurat di dalam hatinya, ke dalam tangan orang fasik, ataupun membiarkannya goyah dan dipersalahkan (ayat 30-33). Dialah yang menyelamatkan, menolong, dan meluputkan orang benar dari tangan orang fasik (ayat 39, 40). Jaminan ini berlaku senantiasa dan selama-lamanya, melintasi hidup dan menembus kematian (ayat 27, 28, 37). Jaminan seperti ini bukanlah milik orang fasik, yang tidak menemukan persekutuan dengan Tuhan. Walaupun mereka nampak bertumbuh mekar seperti pohon aras yang gagah dan sombong, namun akan dibinasakan dan dilenyapkan Tuhan bersama masa depan dan anak cucu mereka (ayat 28, 34, 38). Betapa tragisnya masa depan yang tiada pengharapan karena kesudahannya adalah kebinasaan.

Renungkan: Apakah Anda menyadari bahwa relasi dengan Tuhan yang terwujud dalam sikap menjauhi kejahatan, melakukan yang baik, menantikan dan mengikuti jalan-Nya, merupakan sesuatu yang sangat penting, bahkan terlebih penting dari semua upaya Anda yang lain?

(0.09) (Mzm 45:1) (sh: Keagungan mempelai (Rabu, 15 Agustus 2001))
Keagungan mempelai

Mazmur ini merupakan puisi yang dilantunkan pada upacara pernikahan kerajaan yang sering dipergunakan di sepanjang sejarah Israel. Namun demikian mazmur ini juga disebut Mazmur Mesianik (mazmur yang berbicara tentang Mesias yang akan datang sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam kerajaan yang didirikan oleh Allah). Dua dimensi mazmur ini dapat terjadi karena orang Yahudi memahami Kerajaan Dinasti Daud sebagai refleksi pemerintahan Allah, dimana Allah sendirilah yang menjadi penguasa tertinggi.

Sifat mesianik mazmur ini nampak melalui karakteristik raja yang digambarkan di sini: [1] Sang Raja bersifat kekal, Ia telah diberkati Allah untuk selama-lamanya (ayat 3), Takhtanya adalah kepunyaan Allah sendiri yang tetap untuk seterusnya dan selamanya (ayat 7), generasi demi generasi akan memasyurkan namanya dan segala bangsa akan bersyukur kepadanya untuk seterusnya dan selamanya (ayat 18); [2] Sang Raja bersifat Ilahi, takhtanya adalah milik Allah sendiri (ayat 7), ia dipanggil dengan sebutan "sebab itu Allah", padahal orang Israel tidak pernah melihat raja mereka sebagai sosok yang bersifat Ilahi (ayat 8); dan [3] Sang Raja adalah puncak keagungan manusia, ia terelok di antara anak- anak manusia (ayat 3), diurapi oleh Allah melebihi semua penguasa yang lain (ayat 8).

Semua gambaran di atas secara nyata berbicara tentang karakteristik Mesias yang digenapi dalam pribadi Yesus Kristus, sebagaimana dinyatakan penulis Perjanjian Baru, yang mengaplikasikan mazmur ini dalam keterkaitannya dengan hubungan antara Kristus sebagai mempelai laki-laki dan Gereja sebagai mempelai perempuan (bdk. ayat 7, 8 -- Ibr 1:8, 9; lih. Ef 5:31, 32; Why 19:6, 7; 21:2). Melalui bagian puisi yang indah ini, kita yang terhisap dalam Kerajaan Allah, sebagai mempelai wanita Kristus dapat menikmati kekayaan berkat-berkat (ayat 14-16) bersama Pahlawan kita yang dipenuhi dengan semarak dan keagungan (ayat 4-6) dan memerintah dengan kebenaran (ayat 7).

Renungkan: Kita seharusnya menyadari dan menghargai status khusus kita sebagai anggota gereja yang adalah mempelai wanita Kristus yang mulia dan agung, serta tidak membiarkan status ini dicemari oleh berbagai konflik tentang yang sia-sia dengan intrik-intriknya yang duniawi. Bagaimana kesadaran ini menolong Anda melihat kondisi gereja saat ini?

(0.09) (Mzm 51:1) (sh: Awas bahaya slogan: Dosa? Siapa takut? (Selasa, 21 Agustus 2001))
Awas bahaya slogan: Dosa? Siapa takut?

Alkitab memang merupakan sebuah cermin besar bagi manusia sepanjang zaman. Betapa tidak, Daud yang nampaknya begitu setia dan menjadi kekasih Allah dapat melakukan perzinahan dengan seorang istri dari prajuritnya yang setia. Itulah bukti ketidaksempurnaan seorang manusia. Namun demikian kita masih dapat meneladani pemahaman Daud akan dosa. Teladan ini penting sebab Kristen sekarang di bawah pengaruh dunia yang cenderung menyepelekan dosa dan konsekuensinya. Jika Kristen terpengaruh oleh paham dunia modern maka tidak akan ada lagi tonggak dan mercusuar moralitas di dunia ini.

Ungkapan perasaan Daud pertama kali setelah ditegur oleh Natan adalah ‘kasihanilah aku’ (ayat 2). Ini menandakan bahwa Daud tidak sekadar malu setelah boroknya dibongkar namun lebih dari itu ia sadar dengan sepenuh hati bahwa dosa sudah membuat dirinya menjadi seorang manusia yang tak berharga dan tak berpengharapan di hadapan Allah, karena hanya kepada-Nyalah Daud berdosa (ayat 6). Daud menempatkan secara tepat tempat dosa dalam jalur hubungan antara manusia dengan Allah. Karena itu sebelum memohon ampun, ia mohon belas kasihan dari Allah sebab belas kasihan merupakan dasar utama pengampunan Allah.

Selain dampak yang ditimbulkan mengapa dosa tidak dapat diremehkan? Sebab dosa adalah ketidakmampuan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan Allah (ayat 2), sebuah pemberontakan terhadap Allah (ayat 4, 6) serta sesuatu yang najis di hadapan Allah (ayat 4). Dengan kata lain disadari atau tidak, dosa adalah sebuah tindakan manusia untuk menetapkan dan menjalankan nilai- nilai ciptaan manusia dan bukan Allah. Dosa bahkan dipersonifikasikan sebagai suatu kekuatan (ayat 5). Manusia akan selalu kalah karena pada dasarnya manusia sudah rusak secara total (ayat 7).

Renungkan: Sejarah Alkitab mencatat bahwa setelah pertobatannya seperti yang tercatat dalam mazmur ini, Daud tidak lagi melakukan dosa yang sama. Karena itu pengajaran hakikat dosa dan konsekuensinya harus didengung-dengungkan terus agar jemaat Tuhan senantiasa jijik terhadap dosa. Mulailah dengan cara tidak menghaluskan kata-kata ketika menyebut suatu perbuatan yang bertentangan dengan firman Tuhan misalnya: pemberian uang kepada petugas ketika sedang mengurus surat dihaluskan menjadi biaya administrasi.

(0.09) (Mzm 58:1) (sh: Allah yang memberi keadilan di bumi (Kamis, 4 Oktober 2001))
Allah yang memberi keadilan di bumi

Mazmur 58 tidak mencatat suatu peristiwa penting di dalam sejarah, namun dari tinjauan isinya menunjukkan suasana kepahitan dari sebuah pemerintahan yang penuh kelaliman.

Mazmur ini dimulai dengan satu pertanyaan tajam yang ditujukan kepada para penguasa yang bertindak menghakimi manusia. Banyak ahli berpendapat bahwa para penguasa ini mungkin saja menerima gelar atau kehormatan setara dengan Allah, bila dibandingkan penggunaan kata yang dipakai menghadap Allah, menghadap imam-imam, atau menghadap hakim-hakim (Kel. 21:6; 22:8, 9; Ul. 17:8-13), lalu mengaitkannya dengan penguasa-penguasa masyarakat dalam Kel. 22:28. Dalam hal ini para penguasa berarti mereka yang kedudukannya sama tinggi dengan Allah dan melaksanakan hak menghakimi. Dan pemazmur sedang menelanjangi segala perbuatan mereka (ayat 4-6).

Pemazmur mohon agar Allah menjatuhkan 3 rangkap hukuman kepada para penguasa yang mencintai kelaliman. Pertama, pemazmur meminta agar mereka dibuat tidak berdaya (ayat 7) lalu dilenyapkan dari muka bumi (ayat 8a). Kedua, pemazmur memohon agar keadaan mereka yang sebenarnya dinyatakan, berkenaan dengan kefanaan mereka dan kerapuhan mereka, kemudian sehubungan dengan kejahatan yang sudah mengental di dalam diri mereka (ayat 8b, 9a). Ketiga, pemazmur menginginkan agar mereka disingkirkan bahkan dengan suatu penyingkiran yang mutlak sehingga seolah-olah mereka tidak pernah ada, seperti periuk yang dilanda api (ayat 9b, 10). Di penghujung mazmur ini, tampaklah kepuasan yang diperoleh orang benar, yang ditebus Allah, yang dipandang benar oleh-Nya ketika kejahatan dilenyapkan oleh Allah (ayat 12).

Mazmur ini secara keseluruhan menyatakan bahwa pada akhirnya semua manusia akan mengamini, bahwa hanya Allah yang dapat mengadili dengan adil (ayat 12) dan semua mulut akan mengaku bahwa pengadilan Allah tidak terelakkan (Flp. 2:9-11).

Renungkan: Kristen setiap hari berhadapan dengan kasus-kasus yang ringan dan yang pelik. Seringkali di dalam desakan kepenatan kita tergoda untuk bertindak sebagai hakim. Hari ini kita diingatkan kembali bahwa kita dapat menyerahkan seluruh perkara kita kepada Hakim Semesta Alam yang Maha Adil.

(0.09) (Mzm 66:1) (sh: Puasa yang membebaskan (Jumat, 12 Oktober 2001))
Puasa yang membebaskan

Pembaharuan hidup membutuhkan kuasa yang mampu mematahkan berbagai belenggu yang mengikat dan menjerat hidup kita. Dan kuasa pembebasan yang sejati hanya dapat ditemukan di dalam Tuhan yang mampu memberikan kemerdekaan sejati bagi kita.

Kuasa pembebasan seperti inilah yang menjadi inti pembahasan Mazmur 66 ini. Melalui mazmur ini, bangsa Israel dituntun untuk menyadari keberadaan Allah yang layak dimuliakan, karena Ia memiliki kuasa pembebasan yang dijalankan-Nya dengan cara yang dahsyat (ayat 1- 5). Ia hadir dan membebaskan umat-Nya dari belenggu perbudakan yang mengikat mereka di Mesir (ayat 6-7). Kuasa pembebasan ini akan terus berlangsung, akan kembali terulang, dan tidak dapat dihambat oleh kuasa mana pun. Dengan kuasa yang sama Ia tetap berkarya bagi umat-Nya.

Kuasa pembebasan yang Tuhan kerjakan ini sedemikian dahsyat dan punya peranan penting bagi kehidupan umat Allah. Peranan tersebut antara lain: [1] Sebagai pendorong bagi umat Allah untuk memuji Tuhan (ayat 1-7); [2] Sebagai kunci yang menolong umat Allah untuk dapat memahami peranan kesulitan dalam kehidupan mereka. Melalui kuasa pembebasan, umat Allah tidak lagi bertanya mengapa mereka harus mengalami kesulitan, melainkan secara positif dapat melihat peranan kesulitan sebagai alat Tuhan yang berfungsi memurnikan mereka (ayat 8-12); [3] Menjadi pembimbing bagi umat Allah untuk berespons secara pribadi kepada Allah, dalam bentuk persembahan (ayat 13-15), ataupun pengakuan iman yang lahir dari pengalaman pribadi mereka bersama Tuhan dalam kehidupan yang nyata (ayat 16- 19); Pada akhirnya kita dapat melihat bahwa kuasa pembebasan ini tidak lain adalah wujud kepedulian Tuhan yang tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari umat-Nya (ayat 20).

Renungkan: Tuhan sedemikian peduli dengan kehidupan umat-Nya, Ia tidak pernah memisahkan kita dari kasih setia-Nya, dan dengan kuasa pembebasan- Nya mematahkan berbagai belenggu yang mengikat kita. Di dalam kuasa pembebasan-Nya, Ia mampu mengubah keadaan kita, sehingga dalam Tuhan tidak dikenal kata putus asa. Seberapa besarkah kesadaran dan penghayatan Anda tentang hal ini? Belenggu-belenggu apakah yang selama ini sulit Anda patahkan? Bagaimana pemahaman hari ini menolong Anda untuk terus berharap?

(0.09) (Mzm 78:17) (sh: Kasih setia Tuhan tidak bergeser (Sabtu, 27 Oktober 2001))
Kasih setia Tuhan tidak bergeser

Mazmur ini mengajak Israel untuk mengingat kembali campur tangan Tuhan kepada nenek moyang mereka pada peristiwa Keluaran, ketika mereka gagal menaati Tuhan di padang gurun. Pemazmur mengajak Israel untuk mengingat bagaimana Tuhan menimpakan tulah atas Mesir (ayat 43-51), memimpin mereka melintasi Laut Merah dan padang gurun (ayat 13, 52, 53), dan memasuki serta menduduki tanah Kanaan (ayat 54-55). Namun demikian Israel memberontak terhadap Allah, mengharapkan Tuhan melakukan keajaiban-keajaiban ketika mereka tidak menaati kehendak-Nya (ayat 17-20), meragukan kemampuan-Nya (ayat 22), dan mencobai Dia (ayat 41).

Sebagai respons atas keluhan Israel, Tuhan mengirimkan api yang menimpa mereka (ayat 21), menghujani mereka dengan manna (ayat 23- 25), mengirimkan burung puyuh melalui angin tenggara (ayat 26-29), dan membunuh mereka yang dengan kerakusannya memberontak kepada Tuhan (ayat 30-31). Namun demikian mereka tetap berbuat dosa, tidak percaya, memperdaya Tuhan dengan mulut mereka, dan tidak setia kepada perjanjian Allah (ayat 32, 36, 37). Namun Tuhan yang penyayang mengampuni kesalahan mereka, tidak memusnahkan mereka, menahan murka-Nya, dan tidak membangkitkan segenap amarah-Nya (ayat 38), karena Ia mengingat kesementaraan mereka (ayat 39).

Kesetiaan Tuhan tidaklah bergantung kepada kesetiaan umat-Nya. Ia tetap setia ketika umat-Nya mengingkari-Nya. Ia tetap mengingat umat-Nya, sekalipun umat-Nya tidak lagi mengingat-Nya. Ia menghajar mereka sebagai tindakan pendisiplinan, namun tidak menarik kebaikan-Nya terhadap mereka. Yang memungkinkan Israel menjadi umat Allah bukanlah jasa, kebaikan, ataupun kelebihan mereka, melainkan kasih setia Tuhan yang tidak pernah bergeser dari kehidupan mereka. Demikian juga dengan kita. Yang memungkinkan kita tetap setia kepada Tuhan bukanlah diri kita sendiri, melainkan kasih setia Tuhan yang tidak pernah bergeser dari hidup kita.

Renungkan: Karakteristik kesetiaan manusia sedemikian rapuh, tetapi kasih setia Tuhan tidak berubah dan tetap teguh selama-lamanya. Inilah yang menjadi jaminan bagi kita untuk tetap menjadi umat-Nya. Renungkan bagaimana keagungan kesetiaan Tuhan menopang dan menguatkan Anda!

(0.09) (Mzm 84:1) (sh: Rindu tak kunjung padam (Sabtu, 3 November 2001))
Rindu tak kunjung padam

Perasaan sangat mempengaruhi hubungan kita dengan Allah. Tidak selalu kita berada di dalam suasana hati yang sangat antusias ketika bersentuhan dengan hal-hal rohani. Ini merupakan hal yang amat wajar, sekaligus menunjukkan kelemahan kita sebagai orang-orang berdosa.

Itulah sebabnya, Mazmur yang kita baca hari ini terasa sangat luar biasa, karena seakan-akan pemazmur terlalu berlebihan, ketika berbicara mengenai kerinduannya untuk senantiasa bersekutu dengan Allah yang hadir di tempat kediaman-Nya. Pada waktu itu ia berada dalam situasi yang tidak memungkinkan untuk beribadah di Yerusalem (2Raj. 18:13-16), padahal ia begitu mencintai Bait Allah (ayat 2-3). Ia iri terhadap burung-burung yang bebas bertengger di mana pun mereka suka (ayat 4). Ia meyakini kebahagiaan orang-orang yang senantiasa berada dekat Allah (ayat 5) dan selalu rindu berziarah ke Yerusalem (ayat 6-8), karena Allah akan mencurahkan rahmat-Nya kepada mereka.

Apakah pemazmur sungguh-sungguh meyakini maksud dan ucapannya? Tentu saja. Karena itulah ia berdoa kepada Allah agar raja di Yerusalem diberkati dan menjadi pelindung rakyat (ayat 10). Hanya apabila Tuhan memulihkan posisi raja dan keadaan Yerusalem, maka Bait Allah baru dapat dimasuki lagi dan pemazmur dapat kembali beribadah.

Kerinduannya yang tak kunjung padam ini dilandasi oleh nilai- nilai yang diyakininya, bukan sekadar perasaan. Seakan pemazmur ingin mengatakan bahwa bersama Tuhan semesta alam (ayat 2, 9, 13), ia tidak lagi kuatir akan hidupnya. Bukankah Allah tidak pernah mengecewakan orang yang menjaga kemurnian dirinya (ayat 12)? Itulah sebabnya ia menyebut berbahagia kepada setiap orang yang senantiasa bersekutu dengan Tuhan dan bersandar kepada-Nya (ayat 13).

Renungkan: Kerinduan kepada Allah seharusnya bukanlah sekadar hasil perasaan kita yang sering naik-turun, tidak menentu. Kita beribadah karena meyakini dengan penuh kesungguhan akan kebaikan dan perlindungan Allah. Mari kita memohon anugerah Tuhan agar Ia menolong kita memahami kasih-Nya yang besar dan mencondongkan hati kita ke arah Dia senantiasa.

(0.09) (Mzm 89:1) (sh: Kasih setia Allah (Kamis, 8 November 2001))
Kasih setia Allah

Kita semua ingin memiliki pemerintahan yang bersih.

Keadilan, kebenaran, kerukunan, keamanan, dan kesejahteraan merupakan nilai-nilai umum yang didambakan oleh warga masyarakat. Sayang sekali, dalam dunia ini tidak ada satu bangsa dan negara pun yang sempurna. Mungkinkah kehidupan yang ideal terwujud?

Mazmur 89:1-19 menunjukkan adanya kemungkinan terwujudnya idealisme dalam sebuah bangsa dan negara, yakni terletak pada kasih setia Tuhan. Pemazmur memulai nyanyiannya dengan suatu tekad yang indah, yaitu bersyukur atas kesetiaan Allah, bahkan ingin menceritakan-nya dari generasi ke generasi (ayat 2). Ia tahu bahwa Allah yang memimpin bangsa-Nya telah menetapkan rencana-Nya di surga (ayat 3) untuk memberkati takhta Daud seterusnya (ayat 4-5). Kasih setia Tuhan begitu luar biasa, sehing-ga makhluk-makhluk surgawi pun kagum akan keagungan-Nya (ayat 6-9).

Dalam pengertian aslinya, istilah "kasih setia" biasanya dipakai dalam sebuah hubungan perjanjian antara 2 pihak. Ketaatan manusia akan menghasilkan berkat, sedangkan ketidaktaatan membawa hukuman. Maka memang ada unsur kesetiaan di dalam istilah "kasih setia". Namun demikian, kesetiaan bukan satu- satunya unsur di sana. Yang lebih penting adalah "kasih". Allah memberikan kasih setia-Nya bukan melulu karena syarat yang telah dipenuhi manusia, tapi terutama karena pemberian- Nya berdasarkan anugerah semata. Ia menegakkan takhta Daud karena kasih-Nya yang cuma-cuma, dan inilah yang membuat langit kagum.

Allah yang memberikan kasih setia-Nya menjalankan kuasa pemerintahan di atas takhta Daud dengan tongkat keperkasaan- Nya yang mulia (ayat 10-17). Mereka yang berbagian dalam anugerah ini disebut ber-bahagia. Allah sendiri yang melindungi kerajaan yang dikasihi-Nya dan raja yang diurapi- Nya untuk menjadi wakil-Nya di dunia (ayat 18-19).

Renungkan: Segala kekuasaan dan nilai yang mulia hanya mungkin terwujud bila kasih setia Allah menopangnya. Marilah kita ber-syukur kepada-Nya dan mewujudkan nilai-nilai kerajaan-Nya di dunia. Doakan juga agar pemerintah kita selalu sadar akan sumber kekuasaan mereka, sehingga mereka bisa menjalankan roda pemerintahan berlandaskan takut akan Tuhan.

(0.09) (Mzm 95:1) (sh: Waktu untuk Tuhan? (Minggu, 8 November 1998))
Waktu untuk Tuhan?

Pemazmur memaparkan kepada umat Tuhan bahwa undangan beribadah Allah mungkin sekali ditujukan kepada umat yang telah undur dari pertemuan-pertemuan ibadah. Mengapa? Disadari bahwa kadang-kadang kehidupan rutin telah menyita banyak waktu kita, sehingga bila Ahad tiba, kesempatan itu digunakan sebaik-baiknya untuk menyegarkan pikiran yang jenuh, jiwa yang lusuh dan tubuh yang lesu. Berlibur bersama keluarga, mancing, tidur-tiduran di rumah, dlsb. Atau mungkin juga dimanfaatkan untuk menyelesaikan kepentingan bisnis yang tertunda. Begitu banyaknya kegiatan hingga tak ada jeda waktu mendengarkan suara Tuhan. Hubungan dengan Tuhan tidak lagi menjadi prioritas, bukan lagi yang utama. Jelas sekali hari ini umat dibawa kembali kepada keadaan semula bahwa semua itu ada karena Allah. Tak ada alasan untuk umat tidak datang beribadah kepada Tuhan dan bersyukur kepada-Nya! Umat diingatkan oleh Pemazmur untuk melihat dan menghayati karya-karya besar Allah: penciptaan dan pemeliharaan-Nya sebagai pendorong untuk bersyukur kepada-Nya.

Undangan beribadah. Suara Tuhan mengundang umat untuk bertobat, kembali ke dalam pelukan kasih pengampunan-Nya, ke jalan yang lebih utama yaitu jalan kebenaran-Nya, ke kuasa pengudusan-Nya. Marilah... masuklah...! Allah mengajak umat beribadah di hari perhentian-Nya. Beribadah dalam suasana sukacita yang dipenuhi ucapan syukur, menyembah dalam gegap gemerincing suara alat musik dan sorak sorai nyanyian umat. Undangan ini berlaku untuk semua orang yang menerima undangan dan mau datang menyembah Allah sang Pencipta yang menciptakan seluruh jagad raya ini (ayat 1-5).

Pentingnya mendengar. Peringatan keras bagi kita untuk mendengarkan suara Tuhan. Ketaatan dan respons kita dalam mendengarkan dan melakukan firman Tuhan menjadi faktor penentu masa depan apakah kita akan menikmati berkat Tuhan atau tidak. Ketidaktaatan, kepongahan dan kekerasan hati bangsa Israel menjadi contoh bagi kita. Mazmur ini juga memberikan satu pola beribadah: nyanyian, ucapan syukur, puji-pujian, doa, menyembah dengan bersuara maupun dalam keheningan, dan tidak kurang pentingnya adalah firman Tuhan, yaitu saat bagi kita merendahkan diri dan terbuka terhadap firman-Nya, serta mempersilahkan Allah berbicara menyatakan kehendak kepada kita.

Renungkan: Selama ini bagaimanakah cara saya beribadah dan terbuka pada suara Allah?

Doa: Tuhan, tolonglah kami untuk mampu menyediakan waktu bagi Engkau.

(0.09) (Mzm 97:1) (sh: Pemerintahan Allah, sukacita umat (Jumat, 12 April 2002))
Pemerintahan Allah, sukacita umat

Bersukacita dalam kenyataan dunia yang penuh dengan berbagai jenis kejahatan ini agaknya merupakan hal yang sulit. Lebih-lebih untuk orang beriman yang menderita demi kebenaran atau yang sangat menginginkan agar kebenaran Allah dinyatakan. Namun, mazmur ini dengan tegas mengumandangkan bahwa segenap bumi patut bersukacita karena Allah adalah Raja yang bertakhta di atas kebenaran dan keadilan.

Apa yang merupakan kenyataan surgawi pasti akan mempengaruhi keadaan duniawi kita. Mazmur ini memaparkan gerak arus dari surga turun mempengaruhi dan mengubah dunia ini (lihat ayat 1-4 ke ayat 5, ayat 6a ke ayat 6b-7). Karena Allah benar dan adil, Allah pasti akan menjalankan penghukuman atas dunia ini, suatu sumber sukacita bagi dunia ini (ayat 1), bagi umat Allah (ayat 8), bagi semua orang benar (ayat 11-12). Sifat-sifat Allah dapat dipercayai dan diandalkan sepenuhnya, dan dari sifat-sifat Allah ini, orang beriman boleh menumbuhkan sifat-sifat dan perilaku yang berkenan kepada Allah. Karena Allah sungguh memerintah maka terbuka kemungkinan untuk orang hidup benar dan mengalami sukacita.

Pemerintahan Allah tidak hanya sebatas lingkup rumah ibadah, juga tidak hanya sebatas kehidupan umat-Nya. Bahwa seruan untuk bersukacita ditujukan sampai ke pulau-pulau menunjukkan bahwa pemerintahan Allah merangkul seluas semesta (ayat 1,5). Penampakan Allah yang dipaparkan dalam bentuk awan gelap (ayat 2), halilintar (ayat 3-4a), gempa (ayat 4b-5) menekankan kedahsyatan Allah dilihat dari berbagai gejala alam yang ada dalam kendali-Nya. Penampakan kekuasaan Allah itu bertujuan ganda. Pertama, menegakkan kebenaran dengan akibat melahirkan sukacita dalam hidup orang beriman. Kedua, di pihak lain, pelaksanaan hukuman Allah akan membuat malu mereka yang tidak tunduk kepada-Nya, tetapi pada kekuatan lain di luar Allah. Kekuatan lain yang di sini disebut sebagai para dewa itu, akan Allah taklukkan (ayat 7-9). Sekali lagi, Allah yang memerintah dan sesungguhnya Raja, bukan kejahatan. Meski yang kita lihat dan alami kini seolah tidak demikian, tetapi dengan iman kita menanti dan melihat ke perwujudan pemerintahan Allah atas dunia ini.

Renungkan: Kekudusan Allah adalah sumber kekuatan dan kesukaan bagi orang yang hidup taat kepada-Nya.

(0.09) (Mzm 98:1) (sh: Kasih dan keadilan Allah dinyatakan bagi seluruh bumi (Sabtu, 13 April 2002))
Kasih dan keadilan Allah dinyatakan bagi seluruh bumi

Mazmur ini mengumandangkan pokok yang terus-menerus dominan dalam mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja. Mazmur ini pun menyatakan keadilan dan kebenaran sebagai inti kebijakan Allah yang akan Allah jalankan atas seisi dunia (ayat 2,9). Kebenaran ini menjadi sumber sukacita kemenangan sebab Tuhan telah mengalahkan kejahatan. Paduan suara manusia dan seluruh alat musik yang mengiringi tidak cukup untuk memuji kasih setia dan perbuatan-perbuatan ajaib yang dikerjakan oleh Raja dan Pencipta segala sesuatu. Perlu seluruh ciptaan untuk meresponi keajaiban kasih setia Allah tersebut (ayat 7-8).

Ajakan ini secara progresif meluas cakupannya. Mulai dengan jemaat yang ada di bait Allah (ayat 1-3), kemudian meluas bagi seluruh manusia di bumi (ayat 4-6); dan kemudian mengumandang bagi seluruh ciptaan (ayat 7-8). Seperti halnya dengan mazmur pujian lainnya, mazmur ini menunjuk pada fakta konkret hal-hal yang telah Allah buat di masa lampau (ayat 1-3). Bila kita menengok ke sejarah Israel, dua perkara besar dalam kehidupan umat dalam Perjanjian Lama adalah Keluaran dan kepulangan mereka dari pembuangan. Keduanya adalah tindakan penyelamatan yang bertujuan agar Allah menjadi nyata di seluruh bumi. Karya Allah berkelanjutan ke masa kini (ayat 4-6), dan masih akan memuncak di masa yang akan datang (ayat 7-9). Oleh karena Allah memerintah seisi semesta, membentuk dan mengendalikan sejarah, maka patutlah pujian bagi-Nya pun bersifat kekal dan semesta.

Mazmur ini mempersiapkan masa penggenapan keselamatan dari Allah di dalam diri Yesus Kristus. Hanya di dalam Yesus Kristuslah semua ciri penyataan kebesaran Allah dan keluasan penyelamatan Allah terpenuhi sempurna. Demikian juga, hanya melalui Kristuslah kita dimungkinkan memuji Allah dan mengambil bagian dalam pujian kekal semesta bagi Allah.

Renungkan: Jikalau Anda sudah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, maka Anda adalah bagian dari “bangsa-bangsa” dan “ujung bumi” yang melihat karya penyelamatan Allah (ayat 2,3). Adakah Anda termasuk juga di antara paduan suara semesta yang menyembah dan memuji kasih setia Allah di antara sesama Anda?

(0.09) (Mzm 102:1) (sh: Doa di dalam penderitaan (Rabu, 17 April 2002))
Doa di dalam penderitaan

Dalam penderitaan, orang beriman tidak saja boleh meratap, tetapi berhak berdoa dan berharap kepada Tuhan yang kekal memerintah (ayat 12), dan berbelas kasih (ayat 13). Mazmur ini sekaligus berisikan hal-hal tersebut dan merupakan jalinan identifikasi antara doa pribadi dan doa umat. Besar kemungkinan doa pribadi yang mengidentifikasikan diri dengan umat ini dipanjatkan oleh raja walau bisa juga oleh orang biasa. Dalam doa ini, kita melihat gerak timbal balik semacam dialog antara pendoa menyadari keadaan dirinya (ayat 1-11,23-24) dan pendoa menyadari hal-hal tentang diri Allah (ayat 12-22,25-28). Inilah doa yang benar. Pendoa tidak tenggelam dalam masalahnya saja, tetapi membuka diri bagi sorotan kebenaran tentang diri dan maksud Allah.

Pemazmur mulai dengan menaikkan permohonan (ayat 1-2) agar Allah mendengarkan ratapannya. Kekekalan Allah bukan kekekalan yang membuat-Nya tidak peduli akan apa yang terjadi di dunia ini. Keterlibatan Allah membuat pemazmur bisa memohon agar Allah mendengarkan, tidak menyembunyikan wajah-Nya (ayat 13:1, 69:17, 88:14), menyendengkan telinga-Nya (ayat 17:6). Di hadapan Allah, pemazmur menyadari singkat dan terbatasnya hidup yang fana dan berdosa ini, seperti asap, dan rumput yang bersifat sangat sementara (ayat 4,5). Selain kefanaan, masalah lebih berat adalah keberdosaannya yang digambarkannya dalam berbagai bentuk penderitaan akibat dosa (ayat 6-12). Dosa telah membuat jiwanya merana, tubuhnya sakit, hubungan sosialnya terganggu. Di dalam pergumulan doa itulah pemazmur mengalami perubahan, yaitu ketika perspektifnya berganti dari terfokus kepada keadaan diri dan umat dalam kefanaan dan akibat dosa, kepada Allah di dalam kekekalan kuasa dan kasih setia-Nya (ayat 12-17). Semua hal yang menekan kehidupannya kini disoroti di dalam terang sifat Allah yang kontras dari semua itu. Allah berkuasa, kekal, murah hati. Sifat- sifat tersebut menjadi dasar bagi pengharapan pembaruan dan penyelesaian masalah yang digumuli pemazmur. Lebih dari itu, Allah adalah Allah yang memandang dari ketinggian-Nya yang kudus, yang mendengar keluhan, dan membebaskan (ayat 20-22). Dengan menempatkan keadaannya di bawah sorotan sifat-sifat Allah, pemazmur boleh berharap lagi (ayat 26-29).

Renungkan: Semuanya tidak saja fana, tetapi juga akan binasa, kecuali mereka yang berharap pada kasih setia kekal Allah.

(0.09) (Mzm 104:1) (sh: Menikmati alam, memuji Allah (Jumat, 19 April 2002))
Menikmati alam, memuji Allah

Bersama Mazmur 103, mazmur ini memuji Allah karena perbuatan- perbuatan-Nya. Mazmur 103 mengagungkan kasih dan kemurahan Allah yang membuat manusia beroleh perkenanan-Nya (ayat 4,8,11,13,17). Mazmur 104 mengagungkan perbuatan-perbuatan Allah yang menyebabkan segenap alam berjalan teratur menuruti ekosistem yang rumit, namun serasi. Dengan demikian, kedua mazmur ini mengingatkan bahwa karya penyelamatan Allah tidak boleh diceraikan dari karya penciptaan Allah dalam alam semesta. Bahkan karya penyelamatan Allah untuk umat-Nya harus dilihat dalam rangka Allah ingin memakai umat-Nya untuk memelihara keutuhan segenap ciptaan-Nya.

Kata kunci dalam mazmur ini adalah “perbuatan”/ ”membuat” (ayat 4,13,24ab,31). Apabila kita mengikuti gerak pemazmur menjelajahi perbuatan-perbuatan Allah dalam alam ini, kita mendapatkan kesan sekilas bahwa mazmur ini tidak beraturan. Perhatian pemazmur seolah melompat-lompat dari langit (ayat 2-4) ke bumi (ayat 5-6), ke air (ayat 7-10), ke binatang liar (ayat 11), ke burung-burung (ayat 12), ke bumi kembali (ayat 13), ke tanaman (ayat 14-15), ke pohon-pohon (ayat 16), ke burung-burung (ayat 17), ke binatang liar (ayat 18), ke benda-benda langit (ayat 19-20a), ke binatang liar (ayat 20b-22), ke manusia kembali (ayat 23). Bandingkan gerak tak menentu ini dengan ketika Anda memandang hamparan pemandangan indah atau ketika seorang anak pada hari ulang tahunnya menerima setumpuk hadiah. Bukan lompatan perhatian tak menentu, tetapi tarian perhatian karena luapan kekaguman luar biasa.

Semua keindahan dan kemegahan dalam alam adalah lambang dari keagungan diri Allah. Keteraturan alam adalah ungkapan dari kuasa dan kebaikan Allah. Bila bait Allah adalah buatan tangan manusia untuk melukiskan kehadiran Allah, seluruh alam semesta ini adalah buatan tangan Allah sendiri yang menjadi bait kudus bagi-Nya. Pemahaman ini menghasilkan keyakinan iman yang berbeda radikal dari kepercayaan lain. Di tangan para ilah, bumi terguncang (ayat 82:5); tetapi di tangan Allah seluruh alam semesta dari tubir terdalam sampai langit tertinggi terpelihara teguh.

Renungkan: Bagi orang Kristen, kepekaan akan tanggung jawab ekologis dimulai dari mensyukuri setiap kebaikan dan keindahan Tuhan dalam alam semesta.

(0.09) (Mzm 104:19) (sh: Allah, sang penopang dan pemelihara semesta (Sabtu, 20 April 2002))
Allah, sang penopang dan pemelihara semesta

Dalam semua agama purba, terdapat kecenderungan untuk menyembah benda-benda alam yang dianggap menentukan kehidupan. Dua yang terpenting dari antaranya adalah matahari dan bulan. Selain penting bagi kehidupan makhluk, matahari dan bulan adalah kekuatan yang mengatur jalannya waktu: siang dan malam. Kini pemazmur memuji Allah karena melihat bahwa tidak saja Allah mengaruniakan bagi manusia semua kebutuhannya dan demi kesukaan hidupnya (ayat 14-18), Allah juga menjadikan matahari dan bulan pelayan-pelayan-Nya untuk memelihara kehidupan (ayat 19-23). Dengan demikian, sama halnya dengan kisah penciptaan dalam Kejadian 1, mazmur ini berfungsi menolak penyembahan terhadap benda-benda langit. Bila dalam Kejadian 1, hal itu diungkapkan dengan menempatkan matahari dan benda-benda langit bukan pada urutan sebab dari tanaman di bumi, tetapi sesudah semuanya ada, mazmur ini mengungkapkannya dalam uraian yang berbeda (ayat 19- 23).

Dalam ayat 24 dst., pemazmur seperti masuk ke dalam puncak luapan pujiannya. Bagian ini menyimpulkan seluruh perenungannya di bagian sebelumnya. Segala sesuatu berasal dari Allah: langit, bumi, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia — Allah menciptakan semua itu dan semua menjadi saksi tentang hikmat Allah. Karya penciptaan Allah sekaligus menunjukkan Allah seperti seorang pembangun dan seniman. Kekuasaan dan hikmat Allah sekaligus tampil mencengangkan dalam setiap wujud dan bangun benda dan makhluk ciptaan-Nya. Sekali lagi di sini kepercayaan salah bangsa-bangsa sekitar Israel dikritik. Waktu itu ada kecenderungan melihat laut sebagai sumber kekacauan dan lewiatan sebagai monster yang mengancam kehidupan di bumi. Tetapi, pemazmur melihat lain. Laut tidak akan dapat menjadi ancaman atau melahirkan kekuatan yang menghabisi hidup sebab Allah mengendalikannya penuh (ayat 25-26). Bahkan seluruh irama hidup dalam alam semesta ini Allah yang mengaturnya. Karena itu, tidak saja semuanya bergantung penuh kepada-Nya, tetapi semua makhluk berbudi patut memuji-muji Allah (ayat 33-35).

Renungkan: Kebangkitan Yesus dan pencurahan Roh Kudus tidak saja menegaskan pentingnya umat Tuhan bagi Tuhan, namun juga maksud Tuhan untuk menopang dan memelihara ciptaan-Nya dengan setia.

(0.09) (Mzm 105:16) (sh: Pujian dan ketaatan (ayat 2) (Senin, 22 April 2002))
Pujian dan ketaatan (ayat 2)

Kebesaran hikmat, kuasa, dan kasih Allah jauh melampaui baik pertimbangan manusia memahaminya maupun kelayakan manusia menerimanya. Kisah bagaimana Yusuf menjadi besar, menjadi penyelamat keluarganya dan bahkan dunia waktu itu, adalah bukti tentang kebesaran Allah tersebut (ayat 16-22). Kisah Yusuf ini lebih tepat disarikan sebagai kisah Allah membentuk dan menyiapkannya menjadi orang yang berperanan besar dalam sejarah umat dan dunia waktu itu melalui berbagai penderitaan dan ujian yang harus Yusuf lalui.

Untuk Israel pada umumnya, kisah terbesar dan terpenting bagi mereka sebagai umat adalah kisah Keluaran (ayat 26-38). Seperti halnya kisah Yusuf, kisah Keluaran pun bisa dilihat dari sisi manusia atau dari sisi Allah. Dari sisi manusia, hanya sedikit unsur heroik dapat kita jumpai baik dari tokoh para pemimpinnya maupun dari perilaku seluruh umat. Di balik latar depan kelemahan manusia itu, tampak jelas kasih, kesetiaan, hikmat, dan kuasa Allah yang mematahkan kekuatan perbudakan Mesir atas Israel, mempermalukan kepercayaan kafir Mesir kepada dewa-dewi mereka, memimpin, memelihara, dan mengajar Israel secara melimpah mulai dari keluar dari Mesir sampai mereka memasuki tanah perjanjian (ayat 26-42).

Yang indah dari kisah Keluaran bukan saja bahwa Allah mengalahkan rintangan-rintangan yang harus Israel alami, juga bukan saja Allah memelihara mereka dengan makanan dan minuman. Yang indah dan paling penting dari semua kejadian dalam kisah Keluaran itu adalah bahwa Allah sendiri hadir menyertai umat-Nya (ayat 39). Walau hal tersebut hanya disebut dalam satu ayat, maksud pemazmur jelas adalah menunjukkan seluruh penyertaan Allah sejak dari awal mereka keluar dari Mesir sampai mereka masuk ke Kanaan. Kehadiran Allah adalah konsep yang sangat penting dalam kehidupan umat Allah. Melalui kehadiran-Nya, agama atau iman tidak merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi konkret. Kehadiran-Nya tidak saja menjamin pemeliharaan atas kebutuhan, tetapi lebih dari itu menunjukkan bahwa Allah perjanjian sungguh adalah Allah dalam relasi dengan umat-Nya.

Renungkan: Tidak cukup hanya menghitung berkat Allah dalam hidup ini. Penting untuk hidup ibadah kita, mengenali dan merindukan kehadiran Allah secara nyata.

(0.09) (Mzm 107:1) (sh: Allah, sang penolong yang setia (Kamis, 25 April 2002))
Allah, sang penolong yang setia

Gema Mazmur 106 terdengar jelas dalam Mazmur 107 ini dengan disorotinya kembali beberapa pokok seperti “perbuatan besar Allah” (ayat 8,15,21,24,31), pemberontakan (ayat 11), ditebus (ayat 7), nasihat (ayat 7) ditundukkan (ayat 12), kesesakan (ayat 2,6,13,19,28), kejahatan (ayat 17). Lebih dari itu, tema yang memulai dan mengakhiri Mazmur 106 diulang kembali dalam ayat-ayat pembukaan Mazmur ini. Mazmur ini mengajak umat Allah memuji dan membesarkan Allah karena kasih setia-Nya yang telah menebus individu-individu dari berbagai kesulitan mereka (ayat 1-3).

Allah tidak saja mengasihi umat secara umum, tetapi orang per orang dengan setiap permasalahannya yang unik. Secara garis besar, berbagai pengalaman sulit manusia pada umumnya terwakili dalam bagian ini. Kisah tentang pengembara yang tersesat di gurun gersang, mengalami kelaparan dan kehausan, waktu itu merupakan hal yang lazim terjadi (ayat 4-9). Pengalaman tersebut sangat mungkin melambangkan pengalaman pengembaraan Israel selama mereka mengembara di padang gurun. Entah hanya pengalaman pribadi atau juga bagian dari pengembaraan umat, kebaikan Allah sajalah membuat pengembara tidak hanya terpelihara, tetapi juga terarah dalam pimpinan Allah. Jelas pemazmur mengaitkan peristiwa ini dengan tema keselamatan. Petunjuk untuk itu terlihat dalam penggunaan kata “berseru-seru” (ayat 6), yaitu ungkapan mencari pertolongan Allah dari kebutuhan hati yang amat dalam.

Pengalaman lain yang juga umum diderita banyak orang adalah berbagai penderitaan batin dan fisik seperti pengalaman tertekan, terhukum, terpenjara (ayat 10-16) sebagai akibat dosa. Demikian juga penderitaan seperti pengembaraan tanpa arah, terbuang dari negeri sendiri, hidup dalam gelap, adalah pengalaman riil yang melukiskan tekanan hidup dalam dosa. Segelap apa pun akibat dosa, keselamatan dari Allah melepaskan orang yang berseru-seru kepada- Nya (ayat 13). Dosa bisa juga berakibat dalam bentuk penyakit, mekipun tidak selalu penyakit adalah akibat dosa. Justru dengan mengakui adanya penyakit akibat dosalah, orang boleh sadar dan bertobat dan beroleh kesembuhan dari Allah.

Renungkan: Seruan yang dijawab Tuhan sepatutnya berubah menjadi pujian.

(0.09) (Mzm 110:1) (sh: Pengharapan mesianis (Senin, 29 April 2002))
Pengharapan mesianis

Yaitu kerinduan datangnya seorang tokoh yang diutus Allah untuk mendirikan kerajaan kebenaran-Nya di bumi, sudah berkembang sejak era pembuangan. Tokoh-tokoh seperti Musa, Harun, dan Daud menjadi model bagi sang mesias, yang diharapkan akan mengemban fungsi nabi, imam, dan raja secara sempurna. Bila Mazmur 109 berisi permohonan agar Allah menegakkan keadilan-Nya, mazmur ini lebih terpusat pada sang mesias. Karena itu, sejak awal era Perjanjian Baru, para bapa gereja mengartikan bahwa Yesus penggenapnya.

Pasal 109 menyatakan bahwa Allah berdiri di tangan kanan orang yang menderita (ayat 31). Mazmur 110 mengklaim bahwa sang Raja (yang mewakili seluruh umat sehingga seluruh umat tercakup di dalamnya) duduk di sebelah kanan Allah (dalam ayat 5, Allah di sebelah kanan raja). Jadi, kedua mazmur ini mengungkapkan hubungan mesra antara Allah dan umat-Nya. Allah di pihak umat-Nya yang menderita, umat-Nya merupakan wujud nyata pemerintahan Allah dalam dunia. Kekuasaan sang raja akan datang dari Allah sendiri. Ini ditegaskan melalui tiga hal: Allah sendiri mendudukkannya di sebelah kanan Allah (ayat 1a), membuat musuh-musuhnya alas kakinya (ayat 1b), dan mengulurkan tongkat kekuatan dari Zion (ayat 2a). Semua ini menunjukkan kemuliaan yang amat besar yang setara dengan yang biasa dipakai untuk mengungkapkan kebesaran Allah.

Raja memiliki fungsi rangkap. Seperti ayat 1, kini firman datang lagi menyatakan bahwa oknum yang sama juga adalah imam menurut garis Melkisedek (ayat 4). Dua hal penting muncul dalam kaitan dengan ungkapan ini. Pertama, dalam Perjanjian Lama, fungsi raja dipisah dari fungsi imam, meski dalam liturgi kadang-kadang raja bisa memimpin puji-pujian seperti yang pernah Daud lakukan (ayat 1Taw. 16). Kedua, keimaman raja yang bukan mengikuti garis keturunan Lewi kini disebut mengikuti keimaman Melkisedek. Hal ini menarik sebab dalam kisah Abraham yang adalah nenek moyang Harun dan Lewi, Abraham justru memberikan persembahan kepada Melkisedek. Ungkapan ini oleh Perjanjian Baru dilihat sebagai keimaman Yesus yang lebih mulia daripada keimaman Lewi (Ibr. 7).

Renungkan: Pernyataan bahwa Yesus adalah Tuhan tidak saja bermuatan rohani (keselamatan kita), tetapi juga bermuatan politis (pemerintahan- Nya atas dunia).

(0.09) (Ams 13:1) (sh: Sayangilah anak-anak dengan sepenuh hati (Sabtu, 29 Juli 2000))
Sayangilah anak-anak dengan sepenuh hati

Orang Yahudi terkenal sebagai orang tua yang terbaik di antara bangsa-bangsa purba. Karena itu ucapan yang terdapat di dalam Amsal 13:24a tidak mengandung arti bahwa orang Yahudi mendukung penyiksaan atau pelecehan hak asasi anak-anak. Pengertian yang terkandung di dalam ayat itu adalah orang tua yang gagal mendisiplin anak-anaknya adalah orang tua yang tidak sayang kepada anak-anaknya.

Orang tua yang sayang kepada anak-anaknya tidak akan membiarkan mereka melakukan kesalahan, tapi bertindak tegas untuk mengoreksi. Karena itu penulis Amsal melalui ayat ini ingin menegaskan betapa penting dan mendesaknya untuk menghajar anak-anak supaya kelak jika dewasa mereka dapat tetap memilih jalan Tuhan. Harap diingat pula bahwa kata `tidak menggunakan tongkat' harus dipahami sebagai kiasan dan tidak menyarankan pukulan sebagai bentuk penghukuman, meskipun hukuman semacam itu diberlakukan juga pada zaman Israel purba. Jadi hajaran di sini bukan berarti kekerasan namun kasih sayang dan mempunyai tujuan demi masa depan sang anak. Hajaran ini harus meliputi seluruh aspek kehidupan manusia antara lain masalah ekonomi (25), masalah hubungan antar manusia (10), kehidupan moral (6), integritas (5), komunikasi (2-3) serta yang terpenting adalah menumbuhkembangkan kebiasaan membaca dan menerapkan firman-Nya (13).

Di kota besar seperti Jakarta, penerapan yang benar untuk firman Tuhan ini menjadi permasalahan yang sangat pelik. Di satu pihak untuk memenuhi tuntutan hidup baik dari segi ekonomi maupun sosial, suami dan istri harus melakukan berbagai kegiatan di luar rumah di samping bekerja. Di pihak lain, dari belajar firman Tuhan, mereka menyadari bahwa mereka harus mendidik anaknya di jalan Tuhan. Ketegangan terjadi di sini. Mereka mengirim anaknya ke sebuah lembaga pendidikan formal maupun non-formal yang memang bergerak dalam bidang pendidikan anak baik secara mental, jasmani, maupun rohani.

Renungkan: Tindakan ini nampaknya menyelesaikan ketegang-an yang mereka alami. Mereka merasa menemukan kembali damai sejahtera sebab mereka merasa berhasil memenuhi 2 kebutuhan secara bersama-sama. Ditinjau berdasarkan Ul. 6:7-9 menurut Anda sudah berapa persenkah tindakan mereka itu memenuhi tuntutan Allah?

(0.09) (Ams 16:18) (sh: Madu dan racun (Jumat, 4 Agustus 2000))
Madu dan racun

Kata-kata mempunyai kuasa untuk membangun atau menghancurkan, menghibur atau menyakiti. Karena itu kata-kata dapat mendorong seseorang melakukan tindakan-tindakan yang sangat terpuji, yang berani sampai yang paling bodoh sekalipun. Ingatkah Anda asal mula kerusuhan Ketapang? Itu hanyalah salah satu contoh betapa kata-kata mempunyai kuasa yang luar biasa.

Karena itulah penulis Amsal perlu berbicara tentang kata-kata kepada umat Allah. Kerinduan Allah adalah kata-kata anak-anak-Nya hendaklah senantiasa seperti sarang madu bukan seperti madu (24). Artinya di dalam perkataan mereka haruslah ditemukan madu yang mempunyai banyak manfaat bagi manusia. Dengan kata lain hendaklah perkataan mereka itu memberikan manfaat bagi sesamanya, jangan malah sebaliknya menjadi racun yang menyebabkan kehancuran sesama kita, lingkungan (27), dan tatanan sosial masyarakat (28).

Bagaimana agar kata-kata kita bermanfaat bagi sesama, lingkungan, dan masyarakat? Kunci yang pertama terletak pada hati manusia (23). Tepat seperti yang pernah diucapkan oleh Yesus (Mat. 12:34-37). Karena itu hati manusia harus selalu diisi dengan norma-norma, nilai-nilai, dan kebenaran-kebenaran Illahi agar menjadi bijak dan berpengertian (21, 23). Itu semua bisa didapati di dalam firman-Nya (20). Hati yang diwarnai oleh firman-Nya akan menghasilkan 'madu' yang sangat berkhasiat bagi sesamanya (23). Kunci yang kedua adalah sabar dan penguasaan diri (32). Kunci ini mempunyai makna ganda: (1) kita harus sabar dan menguasai diri sehingga tidak mengeluarkan kata-kata yang beracun, (2) ketika orang lain mengeluarkan kata-kata beracun kepada kita, kita harus mendengarkan dan menerimanya dengan sabar dan penguasaan diri, sehingga kita bisa menaklukan kebencian dan sakit hati yang merupakan dorongan yang kuat untuk melakukan tindakan-tindakan yang bodoh dan tercela.

Renungkan: Satu minggu yang lalu berapa kali Anda memberikan 'madu' dan berapa kali Anda memberikan 'racun' kepada orang-tua, suami, istri, anak, saudara, teman-teman sejawat, bahkan pembantu rumah tangga Anda? Dari 2 kunci yang tersedia, manakah yang belum Anda miliki? Apa yang akan Anda lakukan agar kunci itu dapat Anda miliki?



TIP #32: Gunakan Pencarian Khusus untuk melakukan pencarian Teks Alkitab, Tafsiran/Catatan, Studi Kamus, Ilustrasi, Artikel, Ref. Silang, Leksikon, Pertanyaan-Pertanyaan, Gambar, Himne, Topikal. Anda juga dapat mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan ayat-ayat yang anda inginkan melalui pencarian Referensi Ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA