Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 81 - 100 dari 6375 ayat untuk Mereka bertanya (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.35) (Yes 21:11) (sh: Peringatan Tuhan. (Selasa, 13 Oktober 1998))
Peringatan Tuhan.

Duma adalah sebuah kota di Edom (ayat 11-12). Kota itu dipilih sebagai isyarat, sebab dalam bahasa Ibrani dumah berarti 'diam'. Pertanyaan "Hai pengawal, masih lama malam ini?" tidak begitu jelas jawabnya. Tentunya, bertanya tentang waktu adalah hal yang biasa. Tetapi, pertanyaan itu dikaitkan dengan "malam gelap" dari tekanan-tekanan yang datang dari pihak Asyur. Jawab terhadap pertanyaan Edom itu bisa mewakili jawab terhadap orang yang menginginkan kelepasan dari penderitaan. "Pagi" kelepasan itu memang akan datang, tetapi orang harus bertanya kepada Tuhan. Tanpa bertobat dan beriman, tidak ada kelepasan sejati.

Hukuman Tuhan. Allah maha adil dan berkuasa, Ia melakukan apa yang telah ditetapkan-Nya, sehingga tidak ada seorang pun yang dapat terluput daripada-Nya. Bangsa Arab yang terkenal sebagai petualang sejati pun tidak luput dari panasnya api peperangan (ayat 13-17). Allah menggunakan cara-cara tersendiri untuk menghukum orang yang telah diperingatkan sebelumnya.

Renungkan: Percuma saja bersembunyi atau lari dari Tuhan. Hampirilah Dia, terimalah uluran tangan-Nya. Hajaran-Nya itu akan kita alami sebagai kasih sayang yang memulihkan.

(0.35) (Mal 2:17) (sh: Meragukan Allah. (Minggu, 13 Desember 1998))
Meragukan Allah.

Umat bertanya dengan nada sinis, "Di manakah Allah yang menghukum?" Namun seolah-olah pertanyaan ini langsung dijawab, "Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya!". Kedatangan Tuhan dipersiapkan oleh seorang utusan (">Mal. 3:1), yang oleh Tuhan Yesus diidentikkan dengan Yohanes Pembaptis (Mat. 11:10).

Menyangkal Tuhan. Bangsa Israel pada zaman nabi Maleakhi dan Kristen zaman ini, pasti yakin telah menyembah Allah yang benar. Tetapi selalu ada bahaya terjadinya penyimpangan. Misalnya, mengkondisikan Tuhan sesuai selera kita. Akibatnya, semua perbuatan salah dibenarkan! Kristen telah dibebaskan dari gelap menuju terang, dari buta total menjadi dapat melihat. Allah membuat perubahan radikal dalam diri manusia. Tetapi jika firman Tuhan tidak lagi dihargai otoritasnya, atau tidak lagi menjadi prioritas dalam proses pengambilan keputusan, maka kebenaran pun menjadi kabur, kebaikan Tuhan diragukan.

Tuhan yang benar. Tuhan tidak membeda-bedakan dosa. Dari yang bersifat spiritual (sihir dan sejenisnya), yang bersifat pribadi (zinah), maupun dosa mempermainkan keadilan, menindas yang lemah, dlsb. Artinya, Tuhan tidak pernah menekankan pengecaman hanya kepada salah satu dosa saja. Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang membuat perjanjian -- yang merangkul manusia dengan kasih yang tidak patut mereka terima; Tuhan yang dahsyat; Tuhan yang bertindak untuk meneguhkan keadilan; Tuhan yang tidak langsung menghancurkan, tetapi berkarya memurnikan iman yang seringkali melalui penderitaan (1Ptr. 5, 6); Tuhan, sumber Pengharapan. Mereka yang telah jatuh jauh pun seperti Petrus, diubah secara radikal sehingga hidupnya dimampukan menyenangkan hati Tuhan daripada menyusahkan (ayat 2:17;3:4" context="true">2:17; 3:4); Tuhan menuntut agar manusia hidup sesuai dengan hukum kasih dan akan menghakimi mereka yang tidak mengindahkan perintah-perintah-Nya, antara lain mereka seperti pemfitnah, pemeras tenaga pekerja dengan upah rendah, berlaku tidak adil dan tidak peduli terhadap orang lemah.

Renungkan: Sang Pemurni dosa yang dijanjikan itu telah datang dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Dia datang untuk menangani permasalahan dosa yang telah merasuk dalam seluruh keberadaan hidup orang percaya.

Doa: Jernihkanlah pemahaman kami mengenai Engkau, ya Tuhan semesta alam dan bantulah kami bersikap hormat dan penuh penghargaan kepada-Mu.

(0.34) (Mzm 74:1) (sh: Allah membela umat-Nya (Kamis, 21 April 2005))
Allah membela umat-Nya


Mazmur ini adalah suatu nyanyian ratapan atas Bait Allah yang telah dihancurkan ketika Yerusalem diinvasi oleh bangsa Babel pada tahun 587 SM. Umat Allah telah dibawa ke pembuangan. Sion, tempat mezbah Allah pernah ada dan yang merupakan lambang kehadiran Allah sendiri telah menjadi celaan di antara bangsa-bangsa kafir (ayat 3-9). Peristiwa penghancuran itu rupanya sudah berlangsung lama, sementara Yerusalem dan Bait Suci masih tetap menjadi reruntuhan, dan umat Tuhan belum kembali dari pembuangan. Keadaan itu membuat peMazmur bertanya "Mengapa, ya Allah, Kaubuang kami untuk seterusnya?" (ayat 1a). Sepertinya Allah telah melupakan umat-Nya sendiri (ayat 2,19) dan mendiamkan serta membiarkan umat-Nya tertindas yang justru membuat para musuh mencela dan menista Dia (ayat 9-11).

Dalam situasi yang tidak berpengharapan itu ternyata peMazmur tidak berpaling dari Allah. Ia percaya bahwa Allah yang disembahnya berkuasa atas alam semesta ini. (ayat 12-17). Oleh keyakinan itu ia mohon supaya Allah bangkit menolong umat-Nya. PeMazmur memberikan alasan bahwa perbuatan para musuh kepada mereka itu sebenarnya dilakukan kepada Allah sendiri. TUHANlah yang dicela dan dinista oleh para musuh (ayat 18,22-23). PeMazmur juga mengingatkan Allah akan perjanjian yang Allah telah ikat dengan umat-Nya. Atas dasar perjanjian itu peMazmur mohon supaya Allah bertindak menyelamatkan mereka (ayat 20-22).

Saat Gereja ditindas dan dianiaya oleh musuh-musuh Allah, ingatlah bahwa sesungguhnya Allah sendirilah yang dicela dan dinista oleh mereka. Ingat juga bahwa Allah kita adalah Allah Semesta Alam. Ia berdaulat atas semua kejadian di muka bumi ini. Panjatkan doa mohon pertolongan yang sama dengan yang dipanjatkan oleh si peMazmur. Keberanian doa kita juga didasarkan oleh ikatan perjanjian Tuhan dengan Gereja-Nya di dalam Tuhan Yesus.

Ingat: Kristus adalah kepala Gereja yang akan bertindak membela umat-Nya demi nama-Nya dan pada waktu-Nya.

(0.34) (Luk 2:41) (sh: Sisi lain dari Inkarnasi Kristus (Sabtu, 28 Desember 2002))
Sisi lain dari Inkarnasi Kristus

Sekali lagi, Yusuf dan Maria masih harus menjalani "proses pembelajaran" mengenai siapa diri Yesus. Setelah seharian mereka mencari Yesus akhirnya mereka menemukan Yesus (tiga hari dalam ayat 46 termasuk hari pertama perjalanan ke luar Yerusalem, hari kedua kembali ke Yerusalem, hari ketiga mereka sadar bahwa Yesus tidak ikut pulang). Ia ada di Bait Allah, sedang belajar bersama para ahli keagamaan (ayat 47-48). Cara belajar-mengajar keagamaan Yahudi waktu itu memang lebih banyak melalui saling bertanya dan menjawab. Dari jawaban-jawaban Yesus meskipun secara tersirat, dapat ditarik kesan bahwa seharusnya Yusuf dan Maria tahu kalau Yesus akan ada di rumah Bapa-Nya (ayat 49). Kata-kata-Nya ini menandakan: pertama, bahwa Yesus telah memiliki kesadaran tentang pentingnya ibadah, bahkan pada usia semuda ini (walaupun pada usia 12 tahunlah seorang anak Yahudi memang bersiap-siap menjalani ujian Taurat sebelum diterima sebagai anggota komunitas keagamaan Yahudi). Hal kedua yang juga terpenting, kata "Bapa-Ku" menunjukkan kesadaran adanya hubungan yang khusus antara diri-Nya dengan Sang Bapa. Rata-rata orang Yahudi yang saleh menggunakan istilah yang lebih hati-hati, "Bapa kami", walaupun dalam doa pribadi.

Sekali lagi, Maria menyimpan semua ini dalam hatinya dan merenungkannya (ayat 51, bdk. 2:19, juga 1:66). Dari sisi narasi Injil, ini jugalah yang diinginkan Lukas agar dilakukan oleh para pembaca Injil. Merenungkan kembali sejauh mana jati diri Kristus telah ditampilkan, ditunjukkan. Di sini kita melihat pertama kali dari sisi diri Kristus sendiri, kedekatan-Nya dengan Sang Bapa sebagai Sang Anak. Namun, Yesus tetap taat kepada Yusuf dan Maria, dan ikut pulang ke Nazaret. Rupanya Yesus juga menunjukkan bahwa tidak mungkin taat kepada Allah tanpa ketaatan kepada orang tua.

Renungkan:
Syukuri fakta bahwa Kristus sungguh-sungguh menjadi manusia. Kesediaan Kristus untuk menjalani semua implikasi dari kemanusiaan-Nya, termasuk keremajaan, merupakan bukti betapa besar kasih Allah akan dunia ini (Yoh. 3:16).

(0.33) (2Raj 24:8) (sh: Hukuman Allah memang mengerikan (Kamis, 20 Juli 2000))
Hukuman Allah memang mengerikan

Pernah seorang bertanya di dalam kemarahan dan kebencian yang sudah tak tertahankan melihat kebobrokan moral dan akhlak bangsa kita: "Aku sudah memohon kepada Tuhan berkali-kali, kiranya Ia menjatuhkan hukuman kepada bangsa ini agar mau bertobat. Tapi kenapa Allah belum juga menjatuhkan hukuman-Nya?" Jawabannya adalah Allah, karena kasih-Nya, masih memberikan kesempatan kepada bangsa ini untuk bertobat tanpa harus mengalami penghukuman-Nya. Sebab penghukuman dari Allah sungguh dahsyat dan mengerikan seperti api besar membara yang akan menghanguskan semua yang disentuhnya.

Apa yang dialami Yoyakhin merupakan salah satu contoh betapa dahsyat dan ngerinya penghukuman Allah. Yehuda tidak mungkin lepas dari penghukuman yang sudah dinubuatkan. Mereka tidak bisa lari atau menghindar. Perubahan politik internasional yang biasanya mendatangkan keuntungan malah menciptakan penderitaan yang hebat. Mesir yang menindas Yehuda berhasil ditaklukkan oleh Babel. Namun ini tidak membuat Yehuda menjadi bangsa yang merdeka. Seperti kata pepatah 'lepas dari mulut singa, masuk ke mulut buaya'. Lepas dari Mesir, masuk ke cengkeraman Babel. Peristiwa ini membuat Yoyakhin tidak hanya terpaksa lengser dalam waktu yang sangat singkat (8), namun identitasnya juga dihilangkan secara paksa, dari seorang raja menjadi seorang tawanan; dari kedudukan sosial yang tingi kepada seorang yang tidak berstatus sosial sama sekali. Demikian pula ibunya dan para pembesar lainnya.

Kehilangan identitas secara paksa merupakan penghinaan yang besar dan memberikan tekanan mental yang berat. Nebukadnezar benar-benar rakus, buas, dan sadis sebab ia tidak hanya menguras seluruh kekayaan Yehuda bahkan juga menutup dan memusnahkan kesempatan Yehuda untuk dapat bangkit membangun perekonomian negrinya, karena hanya orang-orang yang tidak mempunyai keahlian untuk membangun kembali negara Yehuda yang ditinggalkan di tanah Yehuda (13-16).

Renungkan: Paparan penghukuman Allah ke atas Yehuda haruslah membuat kita bersyukur bahwa sampai saat ini bangsa kita masih dikasihani oleh-Nya dan mendorong kita untuk terus-menerus menjadi juru-bicara Allah yang menyerukan kebenaran kepada mereka yang sudah bosan mendengarkan kebenaran-Nya.

(0.33) (Luk 18:18) (sh: Apakah yang terutama dalam hidup ini? (Kamis, 6 April 2000))
Apakah yang terutama dalam hidup ini?

Ini tampaknya merupakan strategi yang dijalankan oleh orang kaya dalam bacaan    kita hari ini. Di hadapan masyarakat umum, ia mempunyai    kehidupan moralitas yang tidak tercela karena ia telah mentaati    Hukum Taurat yang berbicara tentang hubungan antar manusia (ayat 20).    Sebagai pengusaha ia bersih luar dan dalam. Sebagai anak pun ia    termasuk anak yang berbakti kepada orang-tua. Kehidupan    moralitas yang mengagumkan ini bukan baru dijalani satu atau dua    tahun. Sebaliknya ia telah menjalani kehidupan untuk waktu yang    lama. Kesetiaan dan ketahanujiannya sudah terbukti.

Apa yang orang kaya lakukan ini, bagi Allah tidaklah cukup.    Allah masih menuntut kesempurnaan dalam menaati Hukum Taurat.    Dalam hal ini si orang kaya itu masih belum mengungkapkan    ketaatannya terhadap hukum yang pertama dan yang utama. Kualitas    hubungan dengan Allah yang dituntutNya tidak sekadar suatu    ketaatan agama seperti memberikan persembahan korban tiap bulan,    bahkan tiap hari. Lebih lagi, Allah menuntut tempat terutama di    dalam hati, jiwa, dan pikiran seseorang.

Perintah Yesus kepada orang kaya itu untuk menjual seluruh    hartanya, membagi-bagikan kepada orang miskin, dan mengikut    Tuhan  merupakan suatu ujian untuk mengetahui dimanakah orang    kaya itu menempatkan hati, jiwa, dan pikirannya. Dari perintah    itu terungkaplah   bahwa ia tidak menempatkan Allah pada porsi    utama dalam hidupnya. Bahkan bagi dirinya, nilai hidup kekal    yang ia ingin dapatkan tidak lebih besar dari kekayaan yang ia    miliki. Melalui ujian itu terungkaplah bahwa ia tidak sungguh-    sungguh secara utuh menggenapi Hukum Taurat Padahal Allah    menuntun ketaatan yang sempurna. Karena itulah murid-murid    bertanya siapakah yang dapat diselamatkan. Yesus meresponi    pertanyaan murid-murid-Nya dengan menegaskan bahwa bagi  Allah    tidak ada yang mustahil. Bahkan Dia menambahkan bahwa ada banyak    hal-hal lain yang jauh melebihi dari apa yang pernah mereka    miliki baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang yang    akan mereka terima  (ayat 30). Itu semua dimungkinkan karena kuasa    Allah.

Renungkan: Allah telah membuat ketidakmungkinan menjadi    kemungkinan melalui kasih-Nya yang melampaui segala kemungkinan    yang dapat dipikirkan manusia.

(0.33) (Yoh 21:15) (sh: Pemulihan (Sabtu, 6 April 2002))
Pemulihan

Yesus telah menunjukkan perhatian dan pemeliharaan-Nya bagi para murid dengan menyiapkan hidangan pagi mereka. Namun, masih ada hal penting lain yang Dia ingin kerjakan. Sesudah menyaksikan kubur yang kosong, Petrus memang telah yakin bahwa Guru dan Tuhan-Nya telah bangkit. Tetapi, penyangkalannya terhadap Yesus sebanyak tiga kali berturut-turut pasti membuat dia ada dalam tindihan beban berat rasa bersalah. Bisa jadi juga itulah sebab mengapa Petrus dengan motif yang tidak jelas mengajak teman- temannya menjala ikan kembali. Kini sesudah melayani para murid dengan pemeliharaan-Nya, Tuhan Yesus mengkhususkan pelayanan pemulihan-Nya untuk Petrus.

Percakapan Tuhan Yesus dengan Simon Petrus bukanlah percakapan biasa. Pertanyaan yang sama, tetapi yang dilontarkan sampai tiga kali oleh Tuhan Yesus dan dengan tekanan makna yang berbeda (ayat 15,16,17), pasti akan menyentuh nurani Petrus secara mendalam. Pertanyaan tersebut tidak saja mengingatkan Petrus tentang tiga kali penyangkalan yang telah ia lakukan kepada Tuhan Yesus (Yohanes 18:17,26,27), tetapi juga menuntun dia untuk menyadari bahwa Dia tidak dapat setia dan mengasihi Tuhan hanya dengan mengandalkan kekuatan kodrat dirinya. Kasih adikodrati seperti yang ada pada Tuhan Yesus adalah kasih yang Tuhan tuntut darinya dan karena itu yang perlu ia peroleh dengan jalan bergantung penuh kepada Tuhan. Selain bertanya, Tuhan juga meresponi sebanyak tiga kali dalam bentuk penugasan “gembalakanlah domba- domba-Ku.” Matius dan Lukas mencatat bahwa ketika Petrus sadar telah menyangkali Yesus, ia pergi keluar dan menangis dengan sedih. Petrus terhukum oleh rasa bersalahnya. Sangat mungkin ia merasa tidak layak dan tidak berguna lagi. Namun, Tuhan Yesus memulihkannya. Pemulihan dari Tuhan tidak saja mengampuni, tetapi membongkar akar kesalahan, memperbarui, dan memperlengkapi agar orang kembali masuk ke dalam rencana Allah yang sempurna atasnya. Petrus dilayakkan kembali menjadi pemimpin dengan menyadari bahwa ia tidak boleh memimpin mengikuti suara hatinya sebab yang dipimpinnya adalah milik sang Gembala yang baik yang telah mati bagi mereka.

Renungkan: Sesudah dipulihkan Tuhan, bersikaplah sebagai murid yang rendah hati dan mengandalkan kekuatan-Nya.

(0.31) (1Taw 3:1) (sh: Rencana yang istimewa (Kamis, 24 Januari 2002))
Rencana yang istimewa

Menyambung silsilah Ram (ayat 2:10-17), penulis Tawarikh melanjutkan dengan anak-anak Daud: yang lahir di Hebron dan Yerusalem (ayat 1-9), keturunan Salomo dari sebelum sampai tibanya pembuangan (ayat 10-16), serta keturunan Yekhonya (Yoyakhin) selama dan sesudah pembuangan (ayat 17-24).

Pertama, penulis Tawarikh mendaftarkan anak-anak Daud secara lengkap di Hebron (ayat 3:1-4a) dan Yerusalem (ayat 4b-9). Ini dimaksudkan untuk membedakan keturunan Daud secara umum dari keturunan khusus yang akan menjadi raja-raja. Kedua, Salomo difokuskan (ayat 10-16). Tidak seperti dalam kitab Raja-raja, penulis Tawarikh tidak melaporkan perselisihan antara Salomo dan Adonia (ayat 1Raj. 1-2). Dari sudut pandang penulis Tawarikh, pelimpahan takhta dari Daud kepada Salomo berjalan mulus sesuai rencana Allah.

Ketiga, anak-anak Yekhonya (ayat 17-24). Ia disebut orang kurungan karena diangkut ke Babel tahun 597 sM. Penulis Tawarikh tahu bahwa Allah telah menolak keluarga Yekhonya sebagai garis keturunan raja (Yer. 22:28-30). Nubuat ini membuat orang bertanya-tanya tentang keturunan Yekhonya setelah pembuangan. Apakah garis keturunan lain dari Daud harus mengambil alih takhta kerajaan? Dalam silsilah ini, penulis Tawarikh menegaskan bahwa Allah telah mengangkat kutuk-Nya dan menegakkan kembali garis keturunan Yekhonya sebagai sarana pengharapan kerajaan Israel. Yekhonya sendiri dilepaskan dari penjara Babel (ayat 2Raj. 25:27-30). Keturunannya, Zerubabel, adalah pemimpin komunitas pascapembuangan (Ezr. 1:1-13). Bahkan Allah menyebut dia sebagai cincin meterai (Hag. 2:24). Ini secara langsung membalikkan kutuk terhadap Yekhonya (lih. Yer. 22:24).

Zerubabel tidak pernah menjadi raja, tetapi penulis Tawarikh mengakhiri silsilah kerajaannya dengan Zerubabel sebagai fokus (ayat 19-24). Bangsa Israel harus menaati perintah Allah untuk menempatkan keturunan Daud yang diwakili keluarga Zerubabel sebagai kepala bangsa agar mendapatkan berkat (bdk. Mat. 1:12-13; Luk. 3:27).

Renungkan: Allah memiliki rencana yang istimewa untuk orang-orang pilihan-Nya. Namun demikian, Ia juga menuntut kepatuhan mereka untuk mengikuti jalan yang telah ditentukan-Nya.

(0.31) (Yer 45:1) (sh: Pelajaran dari Barukh (Kamis, 17 Mei 2001))
Pelajaran dari Barukh

Pasal ini merupakan penutup bagi kisah Yeremia dan Yehuda karena nama Yeremia disebut terakhir kalinya sebagai bagian dari sebuah peristiwa. Berdasarkan keterangan waktu yang diberikan (1), pasal ini berhubungan dengan pasal 36.

Sebagai pembantu setia Yeremia, Barukh pasti ikut mengalami risiko yang hebat dari pelayanan Yeremia (11:18-23; 36:19; 43:3). Mengamati apa yang menimpa Barukh kita pasti cenderung untuk membenarkan sikap Barukh yang mengeluh (3), atau paling tidak beranggapan bahwa reaksi Barukh adalah wajar. Mengapa kita berpikir demikian? Sebab kesetiaan, kegigihan, dan ketekunan Barukh tidak seharusnya mendapatkan perlakuan demikian (lih. pasal 36). Dengan kata lain kita bertanya mengapa Allah membiarkan hamba-Nya yang setia mengalami itu semua?

Berdasarkan respons Allah atas keluhan Barukh yang nampaknya tidak lemah lembut (4-5) ada empat kebenaran yang dapat kita pelajari. Pertama, kesetiaan, kegigihan, dan ketekunan dalam pelayanan bukan tiket masuk ke dalam kehidupan yang bebas dari sakit hati, tangis, ketakutan, maupun ancaman maut. Kedua, risiko apa pun yang dialami oleh seorang pelayan Tuhan harus selalu dilihat dari perspektif tujuan karya Allah yang lebih besar bagi manusia. Jika Allah bertujuan untuk meruntuhkan apa yang sudah Ia bangun dan mencabut apa yang sudah Ia tanam bahkan sekalipun seluruh negeri, mengapa Barukh memikirkan kepentingannya sendiri? Ketiga, kesulitan, tekanan, dan ancaman yang dialami oleh hamba-Nya yang setia sudah diberi batas oleh Allah (5). Keempat, konsekuensi dosa dari kelompok mayoritas akan dialami oleh seluruh masyarakat termasuk di dalamnya orang benar. Seperti Yeremia dan Barukh, mereka pun harus merasakan kekurangan makanan, hidup di antara puing-puing, dan dipaksa mengungsi ke Mesir.

Renungkan: Hidup Kristen sangat dinamis karena melibatkan emosi, perasaan, dan rasio. Kristen bukan robot. Ia diberi kesempatan untuk mengobservasi, berinteraksi, dan menganalisa peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan yang menimpanya. Dengan jalan demikian ia akan menjadi manusia yang bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kehendak-Nya berdasarkan kerelaannya sendiri. Namun demikian Allah tetap memberikan batas-batas agar Kristen tidak sampai dihancurkan.

(0.31) (Yoh 9:13) (sh: Iman yang tumbuh dalam tekanan (Senin, 21 Januari 2002))
Iman yang tumbuh dalam tekanan

Menarik sekali melihat perkembangan pengenalan orang buta tentang Tuhan Yesus. Ketika tetangga-tetangganya bertanya bagaimana ia menjadi celik, ia hanya mengenal nama Yesus (ayat 11). Namun, ia sama sekali tidak tahu di mana Yesus berada (ayat 12). Kelihatannya ia tidak begitu mempedulikan Yesus yang menyembuhkannya. Namun, saat ia diperiksa oleh pemimpin-pemimpin agama, ia menjadi sadar bahwa Yesus bukanlah manusia biasa. Orang buta ini menyadari bahwa Yesus adalah seorang nabi (ayat 17). Ketika ia diperiksa untuk kedua kalinya, pengenalannya akan Yesus meningkat tajam. Orang buta ini menyatakan bahwa Yesus bukan orang berdosa (ayat 25). Yesus didengar Allah (ayat 31). Bahkan orang buta ini menegaskan bahwa Yesus datang dari Allah (ayat 33). Pernyataannya ini membuat ia dibuang oleh pemimpin-pemimpin agama (ayat 34).

Namun, Yesus tidak membuangnya. Yesus mencarinya (ayat 35). Yesus menyatakan diri kepadanya dan mengundangnya untuk percaya kepada-Nya. Orang buta ini percaya kepada Yesus dan menerima-Nya sebagai Tuhan (ayat 38). Ia tidak hanya percaya, namun juga menyembah Yesus. Ia tidak mempedulikan para pemimpin agama. Di depan mereka ia menyembah Yesus (ayat 41). Tentulah perbuatan ini mengejutkan pemimpin-pemimpin agama. Bukankah hanya Allah yang patut disembah? Mengapa orang buta ini menyembah Yesus? Mengapa Yesus tidak melarang orang buta ini untuk menyembah-Nya? Semuanya ini mengungkapkan satu hal kepada kita. Orang buta tersebut menyadari bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, sehingga ia tidak segan-segan untuk menyembah-Nya.

Jika kita melihat perkembangan pengenalan orang buta ini akan Yesus, kita kagum sekali. Ia mengenal Yesus bukan dari kesaksian murid-murid Yesus atau Tuhan Yesus sendiri. Pengenalannya akan Tuhan Yesus berkembang karena tekanan pihak-pihak yang ingin menganiaya Tuhan Yesus. Melalui interogasi yang berusaha memojokkannya dan juga menjerat Tuhan Yesus, orang buta ini semakin mengenal Yesus. Dengan perkataan lain, kesulitan hidup yang dialami orang buta membawanya ke pengenalan akan Yesus.

Renungkan: Iman sejati selalu tumbuh. Iman kepada Yesus akan membawa orang percaya menyembah-Nya. Iman melahirkan ibadah.

(0.31) (Dan 12:4) (full: METERAIKANLAH KITAB ITU. )

Nas : Dan 12:4

Daniel diperintahkan untuk memeteraikan kitab itu; nubuat-nubuat itu bukan hanya untuk zamannya, tetapi juga untuk akhir zaman, untuk mendorong orang yang hidup pada masa itu. Daniel kemudian melihat dua malaikat, satu di tiap-tiap tepi sungai, sambil bertanya berapa lama hingga akhir zaman tiba. Orang yang berpakaian kain lenan (bd. Dan 10:5-6) bersumpah demi Allah bahwa waktunya akan menjadi tiga setengah tahun, mungkin mengacu kepada paruhan terakhir dari tujuh masa yang ke-70

(lihat cat. --> Dan 9:27).

[atau ref. Dan 9:27]

(0.31) (Mzm 15:1) (jerusalem: Siapa yang boleh datang kepada TUHAN?) Sajak ini meringkaskan kewajiban sosial orang benar. Diajukan pertanyaan, Maz 15:1, yang ditanggapi, Maz 15:2-5, disusul janji, Maz 15:5. Barangkali kidung ini dinyanyikan waktu kaum ziarah datang ke bait Allah. Imam bertanya dahulu, Maz 15:1 lalu seorang (atau sekelompok) penyanyi menjawab, bdk Maz 24:2-5. Kewajiban yang disebut genap berjumlah sepuluh; semacam Dekalog sosial.
(0.31) (1Taw 14:1) (sh: Bagaimana tahu bahwa Allah menyertai? (Jumat, 8 Februari 2002))
Bagaimana tahu bahwa Allah menyertai?

Penyertaan Allah adalah hal yang sangat menentukan dalam hidup. Disadari atau tidak, dengan cara benar atau salah, sejak manusia jatuh ke dalam dosa dan tersesat dari hadirat Allah, isu penyertaan Allah ini penting dan dicari orang. Terlebih dalam kepemimpinan seperti yang Daud pikul. Bagaimanakah kita tahu bahwa Allah menyertai?

Bagian ini memberikan kita empat petunjuk tentang penyertaan Allah. Pertama, penyertaan Allah datang dan terbukti dalam dukungan pihak-pihak yang sebenarnya tidak tergolong di pihak "kita". Daud sekian lama telah berhasil menegakkan kekuasaannya dengan menaklukkan lawan-lawannya. Semua itu dilakukannya bersama para pembantunya. Namun, kini dalam membangun istana, bantuan datang dari pihak bukan Israel, yaitu dari raja Tirus. Dukungan dan pengakuan luas dari dunia luar adalah kenyataan bahwa Allah menyertai.

Kedua, meski dalam sudut pandang Perjanjian Baru pernikahan hanya terjadi dengan seorang pasangan hidup saja, dalam bagian ini penyertaan Tuhan nyata dalam kesuburan Daud yang menghasilkan banyak keturunan pewaris kerajaannya.

Ketiga, kemenangan berikut yang Daud peroleh atas Filistin terjadi karena sikap Daud yang selalu bertanya-tanya akan kehendak dan pimpinan Allah. Tidak semua keberhasilan dapat dijadikan bukti bahwa Allah menyertai. Kemenangan ini Daud peroleh karena Daud tidak bertindak menuruti ambisinya sendiri atau mengandalkan kemampuan perangnya semata. Sikap bertanya dan meminta penyertaan Allah ini adalah unsur dan bukti terpenting penyertaan Allah. Bergantung dan bertindak sesuai kehendak Allah adalah bukti terpenting bahwa kita dan Allah ada dalam hubungan yang serasi.

Keempat, penyertaan Tuhan tidak hanya terbatas pada perasaan batin seperti damai sejahtera dan kesukaan, tetapi ke luar dalam bentuk pengakuan dari pihak lain. Dalam hal Daud, namanya menjadi masyhur dan bangsa-bangsa lain menjadi takut karena Allah beserta dia.

Renungkan: Bukti penyertaan Tuhan adalah akibat dan bukan tujuan. Yang harus kita cari adalah penyertaan Tuhan bukan bukti atau tandanya.

(0.31) (Yer 32:1) (sh: Ketaatan mendahului pemahaman (Sabtu, 28 April 2001))
Ketaatan mendahului pemahaman

Ketika seorang bocah laki-laki berumur 3 tahun mengambil sebuah obeng dan mencoba mengutak-atik stop kontak yang beraliran listrik, sang ayah segera memerintahkan untuk menghentikan perbuatannya. Dengan kebingungan namun belum menaati perintah ayahnya, sang bocah malah bertanya mengapa harus berhenti bukankah ayah juga pernah melakukan tindakan yang sama? Kisah ini mewakili respons kita ketika Allah memerintahkan kita untuk menaati-Nya, kita malah bertanya mengapa tidak boleh? Mengapa harus begini?

Tindakan Yeremia merupakan teladan yang indah bagi kita untuk tetap taat walaupun kita belum atau tidak memahami perintah Allah. Tentara Babel sedang mengepung Yerusalem dan Yeremia ditahan karena firman Allah yang ia sampaikan kepada raja Zedekia, ketika Allah berfirman kepada Yeremia untuk membeli sebidang tanah di Anatot (1-7). Yeremia menaati firman Allah. Ia membeli tanah itu, menuliskan pembeliannya, memeteraikan, dan memanggil saksi-saksi. Kepada para saksi ia memberitahu bahwa walaupun tanah ini nanti akan diduduki oleh musuh untuk waktu yang lama, namun di masa yang akan datang tanah itu akan kembali menjadi milik Yehuda (8-15). Apakah ketaatan Yeremia didasari atas pemahamannya mengenai kehendak Allah? Tidak! Ia sendiri sebetulnya masih bingung dengan perintah Allah. Mengapa harus membeli tanah yang tidak ada gunanya sebab sebentar lagi akan diduduki oleh musuh-musuh Yehuda (25)?

Yeremia tetap taat walaupun ia bingung. Namun ia juga tidak mau diam dalam kebingungannya karena itu berdoa meminta Allah untuk menjelaskannya (16-25). Doa Yeremia adalah doa yang sangat jujur karena dalam doa itu terungkap kebingungannya atas perintah Allah ketika ia menyatakan bagaimana memahami kesetiaan Allah dalam penghukuman Yehuda bila dihubungkan dengan perintah untuk membeli tanah (25). Inilah ketaatan yang mendahului pemahaman.

Renungkan: Seperti Yeremia, iman kita tidak melihat segala sesuatu berdasarkan fakta yang ada sekarang namun menyerahkan fakta yang ada sekarang ke dalam tangan Allah. Karena itu ketaatan harus kita utamakan walaupun kita mungkin belum memahami mengapa Allah memerintahkan kita untuk melakukan hal-hal tertentu.

(0.25) (Ayb 3:1) (full: MENGUTUKI HARI KELAHIRANNYA. )

Nas : Ayub 3:1

Ayub sedang menderita, terhina dan menderita sakit. Kesedihannya yang terbesar ialah bahwa Allah tampaknya telah meninggalkannya.

  1. 1) Dalam tutur katanya (ayat Ayub 3:2-26) Ayub dengan terus-terang memberitahukan perasaannya kepada Allah. Ia mulai dengan mengutuki hari lahirnya dan keadaannya yang menyedihkan, tetapi perhatikan bahwa dalam semua ini Ayub tidak mengutuk Allah. Seruannya merupakan ungkapan penderitaan dan keputusasaan, bukan seruan yang menentang Allah.
  2. 2) Senantiasa yang terbaik bagi orang percaya ialah mengungkapkan keraguan dan perasaannya dengan jujur kepada Tuhan di dalam doa. Menghampiri Allah dengan kesedihan dan dukacita kita untuk menjumpai Dia serta memohon belas kasihan-Nya tidak pernah salah. Yesus Kristus sendiri bertanya kepada Allah demikian, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Mat 27:46; bd. juga Yer 20:14-18; Rat 3:1-18).
(0.25) (Mzm 63:2) (full: MELIHAT KEKUATAN-MU DAN KEMULIAAN-MU. )

Nas : Mazm 63:3

Kita bukan hanya harus sungguh-sungguh mencari kehadiran Allah dalam kehidupan pribadi, tetapi kita juga harus merindukan agar Roh, kuasa, dan kemuliaan-Nya dinyatakan dalam rumah-Nya. Kita harus berdoa agar Allah menyatakan diri dalam kuasa melawan kekuasaan dan penindasan roh jahat (Mat 12:28; Mr 1:34,39), dosa (pasal Rom 6:1-23), dan penyakit serta kelemahan (Mat 4:23; 9:35; Kis 4:30; 8:7). Kita harus sungguh-sungguh menginginkan agar Injil menginsafkan dan menyelamatkan orang berdosa (Yoh 16:8-11; Kis 4:33), menguduskan mereka (Yoh 17:17) dan menuntun mereka kepada kepenuhan Roh (Kis 1:8; 2:4;

lihat art. KERAJAAN ALLAH).

(0.25) (Gal 5:7) (full: MENGHALANG-HALANGI ... TIDAK MENURUTI KEBENARAN LAGI? )

Nas : Gal 5:7

Ajaran palsu akan berbentuk penyangkalan kebenaran inti iman Kristen

(lihat cat. --> Gal 1:9),

[atau ref. Gal 1:9]

atau menyatakan bahwa di samping apa yang dinyatakan PB masih diperlukan sesuatu lain untuk menjadi seorang Kristen yang utuh (bd. Gal 1:6; Gal 2:16; Gal 5:2,6).

  1. 1) Semua pengajaran Kristen harus melalui ujian kebenaran rasuli, yaitu apakah ajaran itu sesuai dengan berita asli yang disampaikan Kristus dan para rasul sebagaimana terdapat dalam PB? (bd. Gal 1:11-12; Gal 2:1-2,7-9;

    lihat cat. --> Ef 2:20).

    [atau ref. Ef 2:20]

    Kita harus bertanya: apakah ajaran itu kurang daripada ajaran rasuli? Apakah ajaran itu menambahkan sesuatu yang tidak alkitabiah kepada kebenaran sedangkan mengakui ajaran rasuli?
  2. 2) Kita sama sekali tidak boleh menguji ajaran hanya dengan perasaan, pengalaman, hasil, mukjizat, atau apa yang dikatakan oleh orang lain. PB merupakan patokan kebenaran yang mutlak.
  3. 3) Kita harus berhati-hati terhadap semua ajaran yang mengatakan bahwa Firman Allah tidak lagi memadai sehingga gereja memerlukan kesarjanaan, ilmu pengetahuan, filsafat, psikologi atau penyataan-penyataan baru untuk mencapai kedewasaan di dalam Kristus.
(0.25) (2Sam 5:11) (sh: Diberkati agar menjadi berkat. (Sabtu, 21 Februari 1998))
Diberkati agar menjadi berkat.

Tuhan memberkati pemerintahan dan rumah tangga Daud. Ia dihormati dan dibanggakan bangsa Israel. Wibawa pemerintahannya diakui rakyat dan disegani bangsa-bangsa lain. Semua berkat kejayaan dan keagungan yang diterima Daud adalah karena tanggung-jawabnya sebagai raja atas umat Allah. Allah memberi semua itu agar Daud menjadi berkat bagi umat dengan memimpin dalam keadilan, kebenaran, kesucian dan ketaatan kepada Allah. Siapa pun yang diberkati Tuhan menjadi pemimpin haruslah menjadi pengayom, yang membuat orang yang dipimpinnya merasakan berkat Tuhan.

Kemenangan sempurna. Dibanding para pengikut Daud, bala tentara Filistin jauh lebih hebat. Tetapi kemenangan memihak Daud. Ia tidak berperang dengan mengandalkan senjata, strategi perang, ataupun militansi pengikutnya. Ia bertanya kepada Tuhan. Berperang bersama dan dalam tuntunan Tuhan. Kemenangan yang sempurna atas setiap pergumulan akan terjadi jika kita setia dan berharap kepada Tuhan.

Renungkan: Pemimpin yang jadi berkat ialah yang penuh wibawa dan berkat Allah dan selalu sadar akan kehambaan dirinya.

Doa: Ya Tuhan saya mau mengisi kehidupan ini seturut kehendak-Mu dan menjadi berkat bagi sesama.

(0.25) (Ayb 24:1) (sh: Benarkah Allah tidak peduli? (Minggu, 19 Desember 2004))
Benarkah Allah tidak peduli?

Maraknya berita kejahatan yang disuguhkan oleh media cetak dan elektronik menimbulkan pertanyaan teologis di benak kita. "Di mana Allah?" atau "Mengapa Allah tidak bertindak atas berbagai kesengsaran yang menimpa orang tidak bersalah?" atau "Mengapa Allah diam saja dan tidak menghukum pelaku kejahatan?"

Pertanyaan yang sama pun muncul ketika Ayub menyaksikan berbagai kejahatan terjadi di dunia sekitarnya (ayat 2-16). Ayub bertanya-tanya bahkan mengeluh mengapa Allah tidak berbuat apa-apa? Ayub bingung karena Allah terlihat seolah membiarkan ketidakadilan (ayat 1, 17). Lalu, keresahan Ayub ini digantikan oleh kesadaran bahwa setiap orang yang melakukan kejahatan pasti akan berhadapan dan tunduk pada hukum maut (ayat 18-20). Ayub yakin bahwa Allah pasti bertindak menurut waktu dan rencana-Nya bagi manusia (ayat 23).

Sebenarnya Allah bukan tidak peduli terhadap kesengsaraan yang manusia derita. Dia bukan Allah yang tidak menindak para pelaku kejahatan. Bukan pula Allah yang berpihak pada ketidakadilan. Sesungguhnya, Allah justru menangis melihat manusia menderita. Ia peduli dan telah bertindak melalui Yesus, anak-Nya. Hari ini kita memasuki Minggu Adven ke-4. Suatu masa di mana kita mengingat kembali kedatangan Allah dalam diri Yesus Kristus yang akan memberikan kekuatan dan penghiburan kepada setiap orang yang mengalami penderitaan.

Camkanlah: Hanya manusia yang bersekutu dengan Allah saja, yang mampu meyakini bahwa Ia tetap berpihak pada keadilan dan akan bertindak menumpas kejahatan!



TIP #21: Untuk mempelajari Sejarah/Latar Belakang kitab/pasal Alkitab, gunakan Boks Temuan pada Tampilan Alkitab. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA