Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 161 - 180 dari 686 ayat untuk Kisah 1:8* (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.29) (Kej 39:1) (jerusalem) Ceritera ini melanjutkan bab 37 sesuai dengan tradisi Yahwista. Bab 40 yang berasal dari tradisi Elohista dengan cara berbeda menceritakan hal yang sama. Kedua tradisi yang berbeda itu dipersatukan melalui beberapa saduran yang melancarkan kisah, misalnya nama Potifar kepala pengawal raja dalam Kej 39:1; bdk Kej 37:36; 40:3.
(0.29) (Kel 16:34) (jerusalem: tabut hukum Allah) Harafiah: tabut kesaksian. Kesaksian itu ialah kedua loh batu hukum Allah, bdk Kel 25:16+, yang diletakkan di dalam tabut perjanjian yang kerap kali disebut: tabut kesaksian. Dalam jalannya kisah Keluaran di masa ini loh-loh itu belum ada.
(0.29) (Bil 20:22) (jerusalem) Kisah ini berasal dari tradisi Para Imam. Letaknya gunung Hor tidak diketahui. Catatan "di perbatasan tanah Edom" adalah sebuah sisipan dari masa pembuangan. Di waktu itu orang Edom yang asli mendiami daerah di seberang timur Araba merambat ke barat juga dengan mendesak wilayah Yehuda, bdk Ula 2:1+.
(0.29) (Bil 21:33) (jerusalem: untuk berperang) Ceritera tentang perang dengan Og bermaksud melengkapi kisah mengenai perebutan daerah seberang Yordan. iapun bermaksud membenarkan setengah suku Manasye yang menghaki daerah Basyan, meskipun dalam kenyataannya orang Israel tidak pernah menguasai daerah itu. Raja Og adalah seorang tokoh dongengan, Ula 3:11.
(0.29) (Yos 4:1) (jerusalem) Kisah ini mempersatukan dua unsur yang berbeda: 1 Suatu keterangan atas sejumlah batu yang membentuk bundaran di Gilgal, Ula 4:19+; bundaran batu itu dihubungkan dengan penyeberangan sungai Yordan oleh suku-suku Israel. 2. Suatu keterangan atas setumpuk batu di dalam sungai Yordan; tumpukan itu dihubungkan dengan peristiwa tabut perjanjian yang menyeberang sungai Yordan, Yos 4:9.
(0.29) (Hak 16:23) (jerusalem: Dagon) Dagon aslinya dewa utama di daerah sepanjang sungai Efrat tengah. Kemudian dewa itu dipuji juga di Siria dan Palestina, bdk nama tempat: Bet-Dagon, Yos 15:41; 19:27. Orang Filistin mengambil alih pemujaan Dagon. Mereka agaknya segera melupakan agama mereka sendiri. Dalam kisah mengenai hal ihwal tabut perjanjian dewa Dagon kembali berperan, 1Sa 5:2 dst.
(0.29) (1Sam 18:17) (jerusalem) Ayat-ayat ini tidak sesuai dengan kisah selanjutnya. Dalam 1Sa 18:20-27 (kecuali sebuah sisipan dalam 1Sa 18:21) yang berceritera tentang hal serupa sehubungan dengan Mikhal, sekali-kali tidak tersinggung bahwa Daud sudah diberi janji bahwa dapat kawin dengan Merab, walaupun tidak terjadi juga.
(0.29) (2Raj 11:4) (jerusalem: Yoyada) Tokoh ini adalah kepala para imam di Yerusalem, 2Ra 12:7
(0.29) (2Raj 24:18) (jerusalem) Kisah ini dipakai sebagai bagian penutup kitab Yeremia, Yer 52 Selebihnya 2Ra 25:1-12 juga tercantum dalam Yer 39:1-10 (2Ra 25:3 berupa tambahan). Mungkin juga bahwa 2Ra 24:18-25:30 dan Yer 52; 39:1-10 berasal dari sumber bersama.
(0.29) (1Taw 20:2) (jerusalem: kepala raja mereka) Barangkali naskah Ibrani perlu diperbaiki menjadi: kepala (dewa) Milkom. Antara ayat 1 mengenai Daud yang tinggal di Yerusalem dan ayat 2 di mana raja berada di Raba, si Muwarikh melewatkan seluruh kisah mengenai dosa Daud, 2Sa 11:2-12:25.
(0.29) (1Taw 21:18) (jerusalem) Ceritera yang tercantum dalam 2Sa 24 oleh si Muwarikh dirubah begitu rupa sehingga menjadi kisah pendirian bait Allah di Yerusalem, 1Ta 22:1. Hanya si Muwarikh saja yang langsung menghubungkan bait Allah yang dibangun Salomo dengan tempat pengirikan Ornan (Arauna menurut 2Samuel). Sama seperti di masa sesudah pembuangan, Ezr 3:1 dst, mezbah didirikan sebelum bait Allah dibangun.
(0.29) (2Taw 5:11) (jerusalem: Para imam yang ada....) Bagian 1Ta 4:11-13 (Pada ketika... ) disisipkan ke dalam kisah 1Ra 8:10-13. Sisipan itu barangkali diselipkan oleh si Muwarikh sendiri atau oleh seseorang penerus yang dalam 1Ta 23-27 memang menonjolkan peranan para penyanyi.
(0.29) (2Taw 24:1) (jerusalem) Kisah 2Tawarikh ini pada umumnya sejalan dengan 2Ra 12:1-17. Tetapi ada perbedaan-perbedaan yang sebegitu besarnya sehingga jelas bahwa si Muwarikh memakai suatu sumber lain dari 2Raja-raja. Sumber itu barangkali "Tafsiran (midrasy) kitab raja-raja" yang disebut dalam 2Ta 24:27.
(0.29) (Ayb 1:1) (jerusalem)

KITAB AYUB

PENGANTAR

Karya sastera paling unggul yang dihasilkan gerakan kebijaksanaan di Israel ialah kitab Ayub. Kitab ini dimulai dengan sebuah ceritera dalam prosa. Sekali peristiwa mengizinkan Ayub dicobai Iblis untuk melihat, kalau-kalau juga dalam kemalangan ia tetap setia. Mula-mula Ayub kehilangan seluruh harta-bendanya dan anak-anaknya. Kenyataan ini diterimanya juga, sebab dengan jalan itu Allah hanya mengambil apa yang diberikannya dahulu. Lalu Ayub didatangi penyakit yang menjijikkan dan sangat memayakan. Inipun tetap diterima Ayub, yang tidak menurut desakan isterinya untuk mengutuki Allah. Kemudian datanglan tiga orang sahabat Ayub, yaitu Elifas, Bildad dan Zofar. Mereka datang melawat untuk mengucapkan belasungkawa danmenghibur Ayub, Ayb 1-2. Sesudah bagian pendahuluan ini, ceritera berubah menjadi dialog bersajak. Ini merupakan bagian pokok kitab Ayub. Dialog tersebut berlangsung antaraempat orang. Dalam tiga rangkaian percakapan, Ayb 3-14, 15-21, 22-27, ayub serta teman-temannya berutut-turut mengemukakan pendapatnya masing-masing tentang keadilan Allah. Jalan pikiran dengan agak bebas berkembang maju, tegasnya: dalil-dalil yang mula-mula dikemukakan berulang-ulang ditegaskan kembali oleh masing-masing pembicara. Elifas berbicara dengan tenang, sesuai dengan umurnya yang sudah lanjut, tetapi juga dengan keras berdasarkan pengalamannya yang lama tentang manusia. Sebaliknya, sesuai dengan umur mudanya Zofar berkata dengan panas: Bildad ternyata gemar akan banyak kata dan uraian panjang: ia menempuh jalan tengah. Tetapi ketiga sahabat Ayub semua mempertahankan pendirian tradisional tentang pembalasan di bumi, yaitu: Jikalau Ayub menderita maka sebabnya ialah: ia berdosa. Mungkin ia menganggap dirinya orang benar, tetapi tidak mungkin ia orang benar di hadapan Allah. Ayub tetap mempertahankan bahwa tidak bersalah, tetapi ketiga sahabatnya semakin kuat berpegang pada pendiriannya semula. Dalam pembelaannya Ayub melawankan pertimbangan-pertimbangan sahabat-sahabatnya dengan pengalamannya yang penuh kepedihan serta dengan ketidak-adilan yang bersimaharajalela di bumi. Berkali- kali Ayub mengulang pendapatnya, tetapi terus-menerus ia terbentur pada rahasia Allah yang memang adil, namun menimpakan kemalangan pada orang benar. Ayub tidak dapat memecahkan masalah itu dan meraba-raba dalam kegelapan. Dalam kebingungan Ayub sekali memberontak, sekali tunduk, sama seperti dalam kesakitan badannya, ia kadang-kadang mengalami krisis dan di lain waktu merasa lega. Kedua sikap hati Ayub yang berlain-lain itu mencapai puncaknya masing-masing dalam ucapan kepercayaan, bab 19, dan pernyataan bahwa tidak berdosa, bab 31. Maka tampillah seorang tokoh yang baru, yaitu Elihu. Dengan berpidato panjang lebar Elihu menyalahkan baik Ayub maupun sahabat-sahabatnya, bab 32-37, dan ia berusaha membenarkan Allah. Lalu Yahwe sendiri menyela pidato Elihu. "Dari dalam badai", yang mengingatkan penampakan-penampakan Allah di zaman dahulu, Tuhan menjawab Ayub. Tegasnya, Yahwe enggan menjawab, sebab manusia memang tidak berhak menghadapi Allah yang mahabijaksana dan mahakuasa kepada pengadilannya. Maka Ayub mengakui, bahwa ia telah berbicara tanpa pengertian Ayb 38:1-42:6. Kitab Ayub diakhiri dengan bagian penutup yang ditulis dalam prosa dan menyimpulkan isinya: Yahwe menegur ketiga sahabat Ayub dan menganugerahi Ayub dengan putera- puteri dan melipatgandakan harta-bendanya, Ayb 42:7-17.

Pelaku utama drama itu ialah Ayub. Ia adalah seorang pahlawan di zaman dahulu, Yeh 14:14,20, dan bertempat tinggal di daerah yang orang bijaksana termasyur, Yer 49:7; Bar 3:22-23; Ob 8. Dari daerah itu juga datang ketiga sahabat Ayub. Tradisi menganggap Ayub sebagai seseorang yang sungguh-sungguh benar, bdk Yeh 14, yang tetap setia kepada Allah, walaupun tertimpa musibah yanghebat. Pengarang kitab Ayub mempergunakan sebuah cerita kuno sebagai rangka kitabnya sendiri. Meskipun gaya bahasa dan nadanya berbeda-beda, namun dialog bersajak tidak dapat dibayangkan tanpa adanya ceritera berprosa, yang berperan sebagai pembukaan dan bagian penutup.

Beberapa bagian dari dialog itu diragu-ragu keasliannya. Syair tentang Hikmat bab 28, tak mungkin diucapkan Ayub, sebab di dalamnya terdapat suatu pengertian, tentang Hikmat yang tidak ada pada Ayub atau sahabat-sahabatnya. Sebaliknya, syair itu ada persamaannya dengan wejangan Yahwe, bab 38-39. Namun demikian syair itu tidak berasal dari kalangan yang sama, yang menghasilkan bagian-bagian kitab Ayub yang lain. Syair itu digubah tanpa hubungan dengan kitab Ayub. Tidak diketahui mengapa syair itu disisipkan ke dalam kitab Ayub tepat pada tempatnya sekarang. Bagian ini memang tidak sesuai dengan konteksnya. Wejangan-wejangan Yahwe, bab 38-41, jiga diperkirakan berasal dari sebuah sajak yang lebih tua dari kitab Ayub. Tetapi dugaan semacam itu tidak secukupnya memperhatikan mana arti kitab Ayub. Memang wejangan-wejangan Yahwe itu tidak mengindahkan perdebatan antara Ayub dengan sahabat-sahabatnya dan tidak pula menyinggung keadaan Ayub: wejangan-wejangan itu memindahkan diskusi dari tingkat manusiawi ke tingkat ilahi melulu. Tetapi justru dengan jalan itulah wejangan-wejangan itu memecahkan masalah dengan suatu cara yang samar-samar dirasakan pengarang kitab, yakbi: Tindakan-tindakan Allah senantiasa penuh rahasia. Dalam wejangan-wejangan Yahwe itu sementara ahli mau mencoret sebagai tidak aseli, setidak-tidaknya bagian tentang burung unta, Ayb 39:16-21, dan uraian-uraian panjang tentang kuda nil dan buaya, Ayb 40:10-41:25. Kalau bagian-bagian mengenai binatang- binatang ganjil itu dihilangkan, maka hampir tidak ada lagi yang sisa dari wejangan Yahwe yang kedua. Kita kiranya sampai kepada kesimpulan bahwa mula- mulanya hanya ada satu wejangan Yahwe yang kemudian ditambah, lalu dibagi menjadi dua dengan disisipkan jawaban pendek pertama yang diberikan Ayub, Ayb 39:34-38. Hipotesa ini sangat menarik. Namun tidak ada satu buktipun yang dapat meyakinkan. Selebihnya, masalah itu sama sekali tidak penting. Dalam rangkaian pembicaraan yang ketiga, bab 24-27, ada kekacauan. Ini dapat dijelaskan dengan mengandaikan bahwa naskah-naskah kitab Ayub mengalami kerusakan atau dengan menerima bahwa penggubah kitab mengacaukan bahannya.

Yang sunggu-sungguh dapat diragukan keasliannya ialah uraian Elihu, bab: 32- 37. Tiba-tiba tokoh ini muncul dengan tidak disebut terlebih dahulu. Yahwe yang memotong pidato Elihu sekali-kali tidak menghiraukan apa yang sudah dikatakan olehnya. Ini semakin mengherankan mengingat bahwa Elihu terlebih dahulu mengatakan apa yang akan difirmankan Tuhan. Wejangan Elihu malahan seolah-olah mau melengkapi keterangan-keterangan Tuhan. Di lain pihak Elihu hanya mengulangi apa yang dikatakan ketiga sahabat Ayub dengan tidak ada kemajuan pikiran. Akhirnya perbendaharaan kata dan gaya bahasa pidato Elihu berbeda dengan kosakata dan gaya bahasa yang dipakai bagian-bagian kitab Ayub yang lain. Pengaruh bahasa Aram dalam uraian Elihu lebih terasa pada dalam bagian-bagian lain. Maka nampaknya bab-bab ini (32-37) ditambahkan pada kitab Ayub oleh seorang pengarang lain. Namun bab-bab inipun menyumbangkan ajaran yang khas.

Pengarang kitab Ayub hanya kita kenal melalui karya unggul yang dihasilkannya. Ia pasti seorang Israel yang sering merenungkan tulisan para nabi dan ajaran para bijaksana. Mungkin sekali ia bertempat tinggal di Palestina. Tetapi pasti membuat perjalanan-perjalanan atau malahan tinggal di luar negeri, khususnya di negeri Mesir. Kita hanya dapat menerka-nerka di zaman mana pengarang hidup. Bagian-bagian berprosa sangat serupa dengan ceritera-ceritera mengenai para bapa bangsa. Kesamaan itu menyebabkan orang di zaman dahulu yakin, bahwa kitab Ayub sama seperti kitab Kejadian ditulis oleh Musa. Tetapi dugaan itu paling-paling berlaku untuk rangka kitab Ayub saja. tetapi warna dan nada ceritera berprosa itu juga dapat diterangkan sebagai warisan tradisi atau sebagai kesusateraan yang dibuat-buat saja. Kitab Ayub pasti dikarang sesudah zaman nabi Yeremia dan Yehezkiel. Sebab di dalamnya terdapat persamaan ungkapan dan gagasan dengan nabi-nabi itu. Bahasa yang dipakai kitab sehabis masa pembuangan. waktu nasib bangsa kurang memikat hati Israel, sedangkan nasib manusia perorangan merepotkan. Tanggal dikarangnya kitab Ayub yang paling sesuai ialah awal abad ke-5 seb. Mas., tetapi kepastian tidak ada.

Pengarang Ayub merenungkan nasib orang benar yang menderita. Menurut pendapat tentang pembalasan di bumi yang beredar di kalangan umum, nasib semacam itu tidak masuk akal. Menurut pendapat umum itu manusia di bumi sudah memperoleh ganjaran berupa berkat atau hukuman atas perbuatan-perbuatabnya. Di tingkat kolektip pendapat itu paling jelas terungkap dalam dua nas Perjanjian Lama, yaitu Ul 28 dan Im 26. Kitab Hakim-hakim dan kedua kitab Raja-raja menguraikan pengetrapan prinsip itu dalam perkembangan sejarah. Arajan para nabi juga terus-menerus mengandaikan prinsip itu. Pengertian tentang tanggungjawab pribadi dengan samar-samar sudah terasa dalam Ul 24:16; Yer 31:29-30; 2Raj 14:6, tetapi secara jelas baru diuraikan dalam Yer 18. hanya Yehezkiel sendiri masih terikat pada ajaran mengenai pembalaan di bumi. Tetapi kenyataan dan kejadian-kejadian tegas menyangkal ajaran nabi. Ditinjau dari segi solidaritas dapat diterima, bahwa manusia perorangan terkena oleh dosa kelompok, sehingga juga orang benar turut dihukum bersama-sama dengan orang fasik. Tetapi kalau setiap orang harus diperlakukan sesuai dengan perbuatan-perbuatannya sendiri, bagaimana gerangan mungkin orang benar menderita? Sebab memang ada orang benar yang menderita, bahkan menderita dengan kejam. Buktinya Ayub. Tentu saja pembaca kitab Ayub tahu dari bagian pendahuluan bahwa kemalangan Ayub disebabkan Iblis, bukan Allah. Penderitaan Ayub juga hanya ujian kesetiaannya. Tetapi baik Ayub maupun sahabat-sahabatnya tidak mengetahuinya. Sahabat-sahabat itu memberi keterangan yang lazim: kebahagiaan orang fasik hanya berlangsung sebentar saja, bdk Mzm 37 dan 73, dan kemalangan orang benar hanya menguji kebenarannya, bdk Kej 22:12; ataupun kemalangannya berupa hukuman atas kesalahan yang dilakukan karena kurang tahu atau karena kelemahan saja, bdk Mzm 19:13; 25:7. Begitulah pendirian sahabat-sahabat selama masih yakin bahwa Ayub seorang yang kurang lebih benar. Tetapi jeritannya karena sengsara dan kedurhakaannya terhadap Allah akhirnya meyakinkan sahabat-sahabat itu bahwa pada Ayub ada kefasikan yang lebih mendalam. Maka kemalangan yang mendatangi Ayub menyatakan, bahwa ia seorang yang berbuat dosa berat. Kalau Elihu ia memperdalam pendirian ketiga sahabat itu: jikalau Allah membiarkan seseorang, yang nampaknya benar, menderita, maka tujuannya ialah, supaya ia mendapat kesempatan memulihkan dosa-dosa kelalaian atau kesalahan yang tida disengaha, atau - dan inilah sumbangan khas yang disampaikan Elihu dalam bab 32-37 - supaya orang benar disembuhkan dari kesombongannya. Namun sama seperti sengsara dan dosa pribadi, walaupun Elihu kurang keras dalam ucapannya.

Berdasarkan keyakinannya bahwa tidak bersalah, Ayub keras-keras menolah hubungan antara dosa pribadi dan penderitaannya. Ayub tidak menyangkal adanya pembalasan di bumi, sebaliknya ia justru mengharapkannya. Allah akhirnya juga memperlakukan Ayub sesuai dengan keyakinannya itu, sebagaimana kita mengetahuinya dari bagian penutup kitab. Tetapi Ayub durhaka dan tidak mau menerima bahwa ganjaran-ganjaran atas perbuatan-perbuatannya yang benar tidak diperolehnya sekarang juga. Dengan percuma saja Ayub mencari-cari makna penderitaannya sekarang. Dengan nekad ia berjuang untuk menemukan Allah yang sedang bersembunyi, walaupun Ayub tetap yakin bahwa Allah adalah baik. Ketika Allah akhirnya turun tangan, maka Ia hanya membuka tabir transendensiNya dan transendensi rencanaNya dan mendiamkan Ayub. Maka pelajaran kitab Ayub adalah sebagai berikut: Manusia harus tetap teguh iman dan kepercayaannya, walaupun akal budinya tidak memahami apa-apa. Pada tahap Wahyu ini pengarang kitab Ayub tidak dapat melangkah lebih jauh. Untuk menerangkan rahasia sengsara orang benar, masih perlu keyakinan tentang pembalasan di alam baka serta pengertian mengenai nilai penderitaan manusia yang telah dipersatukan dengan penderitaan Kristus. Masalah yang memberati Ayub dipecahkan dua nas Paulus: "Penderitaa zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita", Rom 8:18, dan: "AKu menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuhNya, yaitu jemaat", Kol 1:24.

(0.29) (Yes 38:6) (jerusalem: memagari kota ini) Di sini kiranya mesti disisipkan Yes 38:21-22 yang terpisah waktu nyanyian Hizkia, Yes 38:9 dst, disisipkan. Kisah 2Ra 20:1-11 yang sejalan jauh lebih panjang. Barangkali ada dua tradisi mengenai peristiwa itu. Kalau Yes 38:21-22 disisipkan di sini maka pada Yes 38:7 mesti ditambahkan: Maka berkatalah Yesaya: (Inilah.... ).
(0.29) (Luk 1:19) (jerusalem: menyampaikan kabar baik) Yunaninya: euanggelisasthai. untuk pertama kalinya Lukas menggunakan di sini kata yang digemarinya itu: 10 x dalam injil, 15 x dalam Kisah Para Rasul. Biasanya kata itu mengenai "Injil" Kerajaan Allah; lih, Mar 1:1+; Kis 5:42+; Gal 1:6+.
(0.29) (Kis 13:41) (jerusalem: yang tidak akan kamu percayai) Ketidakpercayaan dan penolakan dari pihak orang-orang Yahudi (bdk Mat 21:33+; Mat 22:1+) menjadi sebuah pokok yang suka ditampilkan oleh Lukas, bdk Kis 13:5+; dalam bagian terakhir Kisah para rasul masih muncul Kis 28:26-27.
(0.29) (Kis 16:4) (jerusalem) Ini sebuah catatan yang disisipkan oleh penyusun Kisah para rasul. Catatan itu sesuai dengan cerita mengenai Konsili di Yerusalem, seperti yang disajikan dalam bab 15. Dalam cerita itu diandaikan bahwa Petrus dan Paulus hadir waktu keputusan itu diumumkan; tetapi bdk Kis 15:1+.
(0.29) (Kis 17:16) (jerusalem: Atena) Kota yang menjadi pusat rohani kebudayaan Yunani ini oleh Lukas dianggap sebagai sebuah lambang. Ini nampak dalam wejangan yang diucapkan Paulus. Wejangan ini satu-satunya contoh pewartaan Paulus kepada orang-orang kafir, yang tercantum dalam Kisah para rasul. Dan hanya dalam wejangan ini sajalah Paulus menggunakan "hikmat" (filsafat) keduniaan untuk menentang kekafiran.
(0.29) (1Sam 1:1) (sh: Allah sumber pengharapan (Minggu, 27 Juli 2003))
Allah sumber pengharapan

Dalam masyarakat Yahudi, poligami bukan hal biasa. Namun, Alkitab kita menemukan juga beberapa peristiwa poligami terjadi, seperti pada Abraham, Yakub, Daud, Salomo, dll. Alasan mereka bermacam- macam, dan pada semua kisah itu kita melihat banyak masalah. Yang paling lazim adalah ketegangan hubungan. Pernikahan berkabut duka dan benci.

Kisah Elkana pun demikian. Karena Hana tidak mampu mengandung, Penina menyakiti hatinya. Meskipun Elkana sendiri mengasihi Hana, tetap kedukaan dan ketiadaan damai menggantung di dada Hana. Kiranya kisah-kisah PL ini cukup menjadi peringatan bahwa dalam rencana Allah hanya sepasang pria dan wanita boleh dan dapat menjadi satu.

Hana adalah wanita beriman. Ia tidak membalas kejahatan Penina. Ia mengadukan beban deritanya kepada Tuhan. Doa keluh kesah dan permohonannya sedemikian dalam sampai membuat Imam Eli salah tafsir. Namun ketika Hana menceritakan pergumulannya, Eli menyampaikan kabar baik dari Tuhan. "Allah Israel -- Allah yang hidup dan yang memihak keprihatinan umat-Nya akan memberikan apa yang dimintanya," demikian sabda Imam Eli. Memang jawab itu tidak langsung terwujud, namun Hana berubah karena ia telah berjumpa Allah Sang Sumber Pengharapan.

Renungkan: Mana yang lebih baik: tidak memiliki anak tetapi setia dalam monogami, atau memiliki anak namun melukai pasangan sendiri?


Bacaan untuk Minggu ke-8 sesudah Pentakosta

Yesaya 55:12-17; Roma 8:12-17; Matius 13:1-17; Mazmur 65

Lagu KJ 304



TIP #06: Pada Tampilan Alkitab, Tampilan Daftar Ayat dan Bacaan Ayat Harian, seret panel kuning untuk menyesuaikan layar Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA