Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 361 - 380 dari 686 ayat untuk Kisah 1:8* (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.18) (Kid 1:7) (jerusalem: menggembalakan domba) Ini mungkin menyinggung Kej 37:16. Bdk Yeh 34:1+. Dalam segenap persanjakan cinta ada dua pokok utama yang ditonjolkan. Yang satu ialah: kedua kekasih terpisah dan saling mencari. Pokok kedua yang menonjol (tetapi kurang) ialah: kedua kekasih bertemu dan menikmati persatuannya. Pokok pertama tsb tampil dalam Kid 3:1-4; 4:8; 5:2-8; 6:1. Kid 1:7 ini menempatkan percintaan itu pada latar belakang hidup para gembala domba-kambing, bdk kisah cinta Yakub dan Rahel, Kej 29:1-12. Latar belakang adegan yang tercantum dalam Kid 5:2-8 berbeda. Tetapi semuanya hanya buah khayal penyair, bukannya suatu kenyataan.
(0.18) (Mat 2:23) (jerusalem: Orang Nazaret) Kata Yunani "nazaraios" yang dipakai oleh Matius,Yohanes dan Kisah Para Rasul searti dengan "nazarenos" yang dipakai Markus; Lukas menggunakan kedua-duanya. Kedua-duanya adalah transkripsi yang lazim dari kata sifat Aram yang sama (nasrat). Kedua kata Yunani tersebut dipakai sehubungan dengan Yesus untuk menunjuk asal-usulNya, Mat 26:69,71, dan juga sehubungan dengan pengikut-pengikutNya, Kis 24:5. Dalam dunia bangsa-bangsa Semit (a.1. Arab) kata "nasrat" (nasrani, serani) masih terus dipakai untuk menyebut pengikut-pengikut Yesus, sedangkan sebutan "Kristen", Kis 11:26, menjadi lazim di dunia Yunani Romawi. Tidak jelas nubuat manakah dimaksudkan Matius dalam Mat 2:23 ini. Barangkali Matius berpikir kepada "nazir" dalam Hak 13:5,7 atau kepada "netzer" dalam Yes 42:6; Yes 49:8. Dari kata itu diturunkan kata "natsur" artinya: sisa.
(0.18) (Luk 4:1) (jerusalem) Lukas mempersatukan dalam ceritanya keterangan yang diberikan Markus (empat puluh hari percobaan) dan keterangan yang diberikan Matius (tiga percobaan setelah empat puluh hari Yesus berpuasa). Lukas merobah urutan percobaan, seperti disajikan oleh Matius, sehingga yang terakhir terjadi di Yerusalem; bdk Luk 2:38+. Mengenai ciri percobaan itu, bdk Mat 4:1+.
(0.18) (Kis 6:1) (jerusalem: murid) Sebutan baru untuk menyebut orang Kristen ini hanya terdapat dalam bagian-bagian Kisah para rasul tertentu saja (tanda bahwa sumber tertentu dipergunakan). Sebutan itu menyamakan semua orang Kristen dengan kelompok kecil yang tetap setia pada Yesus dan yang oleh injil-injil disebutkan murid-muridNya
(0.18) (Kis 9:2) (jerusalem: Jalan Tuhan) Harafiah: jalan itu. Jalan berarti kelakuan manusia dan seperti halnya di sini, ajaran dan hidup jemaat Kristen. Istilah itu sudah terdapat dalam Perjanjian Lama, bdk Maz 1, tetapi dalam Perjanjian Baru artinya diperdalam. Sebab dalam Perjanjian Baru jalan itu berarti gaya hidup yang sesuai dengan gaya hidup Kristen, Mat 7:13-14; 22:16; 1Ko 4:17; 12:31; Ibr 9:8; 10:19-22; 1Pe 2:2. Yesus menyebut diriNya "jalan", Yoh 14:6+. Hanya Kisah para rasul menggunakan istilah itu tanpa keterangan lebih jauh, Kis 18:25,26; 19:9,23; 22:4; 24:14,22
(0.18) (Kis 19:10) (jerusalem: dua tahun lamanya) Dalam Kis 20:31 dikatakan: tiga tahun lamanya. Selama waktu ini Paulus menulis surat pertama kepada jemaat di Korintus, surat kepada jemaat-jemaat di Galatia, dan mungkin surat kepada umat di Filipi
(0.18) (Kis 20:18) (jerusalem) Wejangan Paulus yang ketiga dalam Kisah para rasul. Wejangan pertama mencerminkan pewartaannya kepada orang-orang Yahudi, Kis 20:13; yang kedua menggambarkan pewartaannya kepada orang-orang bukan Yahudi, Kis 20:17; sedang yang ketiga berupa nasehat pastoral. Paulus berbicara dengan pimpinan jemaat yang paling penting yang didirikannya. Ada banyak kesamaan antara wejangan ini dan surat-surat Paulus; jiwa dan semangatnya sesuai dengan jiwa dan semangat surat-surat pastoral. Setelah mengingatkan karyanya di Asia, Kis 20:18-21, dan menyinggung bahwa akan berpisah untuk selama-lamanya, barangkali karena mati, Kis 20:22-27, Paulus memberikan ajakannya yang terakhir kepada para pemimpin jemaat di Efesus (dan melalui mereka kepada semua pemimpin jemaat dan Gereja): mereka hendaknya berjaga-jaga, Kis 20:28-32; melayani dengan kasih dan tanpa mencari keuntungan sendiri, Kis 20:33-35. Ajakan-ajakan itu didukung oleh teladan Paulus sendiri yang dengan bagusnya dipaparkan dalam wejangan ini.
(0.18) (Kis 28:30) (jerusalem) Tibanya Paulus di Roma menyelesaikan suatu rencana pewartaan injil, bdk Luk 24:47; Kis 1:8+, tetapi sekaligus tampil sebagai titik tolak perambatan agama Kristen yang baru. Lukas menutup injilnya dengan melayangkan pandangannya kepada karya para rasul; ia menutup Kisah para rasul dengan sekali lagi menatap masa depan.
(0.18) (Kej 6:5) (jerusalem) Bagian kitab Kejadian ini menyatukan dua ceritera sejalan mengenai peristiwa yang sama. Ceritera pertama berasal dari tradisi Yahwista. Ia bergaya bahasa hidup dan berwarna-warni dan merangkum Kej 6:5-8; 7:1-5,7-10 (berupa saduran), Kej 6:12,16,17,22; 8:2-3,6-12,13,20-22. Ceritera lain berasal dari tradisi Para Imam. Bahasa dan rumusannya lebih tepat dan lebih dipikirkan masak-masak, tetapi gaya bahasanya kurang menarik. Ia merangkum Kej 6:9-22; 7:6-11,13-16,18-21,24; 8:1-2,3-5,13,14-19; 9:1-17. Penyadur yang menyatukan kedua ceritera itu mempertahankan corak khas masing-masing ceritera. ia sama sekali tidak berusaha menghilangkan beberapa perbedaan antara kedua tradisi tsb. Ada juga terpelihara beberapa ceritera mengenai air bah yang berasal dari Babel. Ceritera-ceritera itu menunjukkan berbagai persamaan yang menyolok dengan kisah yang tercantum dalam Alkitab. Ceritera Alkitab tidak bergantung pada ceritera-ceritera Babel secara langsung, namun bersumber pada tradisi asli itu berupa sebuah kemenangan akan satu atau beberapa banjir dahsyat yang pernah melanda lembah sungai Tigris dan Efrat. Lama kelamaan banjir itu dalam tradisi diperbesar sampai menjadi air bah yang melanda seluruh bumi. Hanya ceritera Kitab Suci memperkaya kisah rakyat aseli itu dengan ajaran mengenai keadilan dan kerahiman Allah dan dengan ajaran mengenai kedosaan manusia serta keselamatan yang dikaruniakan Allah kepada orang benar (bdk Ibr 11:7). Air bah merupakan penghakiman Allah dan mengibaratkan penghakiman di akhir zaman, Luk 17:26 dst; Mat 24:37 dst, sama seperti keselamatan yang dianugerahkan Allah kepada Nuh menjadi lambang keselamatan yang diperoleh manusia melalui baptisan, 1Pe 3:20-21.
(0.18) (Kel 19:2) (jerusalem: gurun Sinai) Letaknya gunung Sinai sukar dipastikan. Sejak abad keempat Mas di kalangan Kristen umum diterima pendapat bahwa gunung tsb terletak di bagian selatan Semenanjung yang sama namanya dengan gunung itu. Sekarang gunung itu memang bernama "Jebel Musa" (2245 m). Dewasa ini pendapat yang tersebar luas di kalangan para ahli berkata bahwa gunung Sinai terletak di Arabia di mana gunung-gunung berapi masih hidup di zaman yang diceriterakan Alkitab. Pendapat itu berdasarkan ceritera mengenai penampakan Tuhan, Kel 19:16+, serta kisah mengenai tempat-tempat persinggahan bangsa Israel di padang gurun menurut Bil 33+. Tempat-tempat persinggahan yang disebut dalam Bil 33:16-35 memang terletak di bagian timur laut negeri Arabia. Tetapi bukti-bukti yang dikemukakan para pendukung pendapat ini kurang meyakinkan. Sebab ayat-ayat lain mengandaikan bahwa gunung Sinai terletak agak berdekatan dengan negeri Mesir dan dengan bagian selatan negeri Palestina. Oleh karena itu ada pendapat lain yang mengatakan bahwa gunung Sinai terletak dekat Kadesy. Pendapat ini berlandaskan beberapa ayat yang menghubungkan Seir, Edom dan gunung Paran dengan penampakan Tuhan, Hak 5:4; Ula 33:2; Hab 3:3 Akan tetapi Kadesy tidak pernah dihubungkan oleh Kitab Suci dengan gurun Sinai. Sejumlah ayat dengan jelas sekali berkata bahwa padang gurun itu jauh letaknya dari Kadesy, Bil 11-13; 33; Ula 1:2,19. Oleh karena itu tradisi Kristen tsb yang menempatkan gunung Sinai di bagian Selatan Semenanjung Sinai tetap paling meyakinkan. Walaupun apa yang terjadi di gunung itu dan hukum Taurat yang menurut tradisi diumumkan di situ, Kel 3:1-4:17; 18:19-27; Bil 1-10, membawa pengaruh penting bagi bangsa Israel untuk selanjutnya, namun tampaknya orang Israel agak segera lupa akan letaknya gunung Sinai. Kisah tentang nabi Elia di gunung Sinai, 1Ra 19 bdk Sir 48:7 adalah suatu kekecualian. Menurut Paulus, Gal 4:24 dst, gunung Sinai melambangkan Perjanjian Lama yang tidak berlaku lagi.
(0.18) (Yos 3:1) (jerusalem) Kisah mengenai penyerbuan sungai Yordan dan masuknya Israel ke negeri Kanaan ini agak sejalan dengan kisah mengenai keluaran Israel dari tanah Mesir, sebagaimana digarisbawahi penggubah sendiri, bdk Yos 3:7; 4:14,23; Tuhan menghentikan arus sungai Yordan, Yos 3:7-4:18; sama seperti Ia mengeringkan Laut Teberau, Kel 14:5-31; tabut perjanjian merintis jalan bagi umat, Yos 3:6-17; 4:10-11, sama seperti tiang awan atau tiang api mendahului umat di Laut Teberau, Kel 13:21-22; 14:19-20. Dalam penyebrangan sungai Yordan, Yos 3:7; 4:14, Yosua berperan sama seperti Musa dalam penyeberangan Laut Teberau. Penggubah Yosua berpendapat umat bersunat waktu keluar dari negeri Mesir, dan sekarang keturunan mereka disunat juga, Yos 5:2-9. Selama di gurun umat diberi makan manna, Kel 16 tetapi waktu umat masuk ke negeri Kanaan manna berhenti turun, Yos 5:12. Setelah menyeberang sungai Yordan umat merayakan Paskah di Gilgal, Yos 5:10, sama seperti mereka merayakan Paskah sebelum keluar dari Mesir dan menyeberang Laut Teberau, Kel 12:1-28; 13:3-10. Keselamatan tsb antara peristiwa-peristiwa pada awal keluaran dengan peristiwa-peristiwa pada akhir menyebabkan bahwa mujizat air (yang berhenti mengalir) pada penyeberangan sungai Yordan diberi imbalannya dengan menciptakan mujizat serupa (terbelahnya air Laut Teberau) pada awal keluaran juga, Kel 14+. Oleh karena penderitaan dan kebangkitan Yesus secara rohani mengulangi peristiwa-peristiwa keluaran, bdk 1Ko 10:1 maka Yosua yang menyelesaikan peristiwa-peristiwa di tingkat Perjanjian Lama, oleh para pujangga Gereja diartikan sebagai pra-lambang Kristus, lebih-lebih karena nama Yosua sama dengan nama Yesus.
(0.18) (Est 1:1) (jerusalem)

KITAB-KITAB TOBIT, YUDIT DAN ESTER

PENGANTAR

Dalam terjemahan Latin, Vulgata, tiga kitab, yakni Tobit (Latin:Tobit), Yudit dan Ester ditentukan sesudah kitab-kitab sejarah. Beberapa naskah penting yang memuat terjemahan Yunani (Septuaginta) mengikuti urutan yang sama. Tetapi naskah-naskah Yunani lain menempatkan kitab-kitab itu sesudah kitab-kitab Kebijaksanaan (Hikmat). Ketiga kitab tersebut merupakan sebuah kelompok kecil yang ada banyak ciri khas padanya.

1. TEKS ketiga kitab itu adalah kurang pasti dan kurang terjamin. Kitab Tobit aslinya ditulis dalam bahasa Semit (Ibrani atau Aram). Tetapi teks asli itu sudah hilang Hieronimus menterjemahkan sebuah teks yang memakai bahasa "Khaldea" (Aram) dan terjemahan ini tercantum dalam Vulgata. Tetapi teks yang dipakai Hieronimus untuk menterjemahkannya itu juga tidak kita miliki lagi. Tetapi dalam sebuah gua didekat Qumran ditemukan kembali beberapa kepingan dari empat naskah kitab Tobit yang memakai bahasa Aram dan dari satu naskah yang memakai bahasa Ibrani. Terjemahan Yunani, Siria dan Latin masing-masing mewakili satu dari empat resensi yang tersedia (resensi = teks kitab yang pada umumnya sama, tetapi dengan perbedaan lebih kurang besar). Dua dari keempat resensi adalah paling penting. Yang satu terdapat dalam naskah (kodeks) Vaticanus (B) serta naskah Alexandrianus (A) dan yang lain tersimpan dalam naskah (kodeks) Sinaiticus (S) serta dalam terjemahan Latin kuno. Resensi yang kedua inilah yang sesuai dengan teks yang terdapat dalam kepingan-kepingan dari naskah-naskah yang diketemukan di Qumran. Maka resensi inilah yang nampaknya paling tua usianya. Terjemahan kami uji (pada umumnya) menuruti resensi yang terdapat dalam naskah S.

Teks Ibrani asli dari kitab Yudit juga hilang. Memang dalam abad-abad pertengahan beredarlah beberapa teks dalam bahasa Ibrani. Tetapi boleh disangsikan apakah teks itu betul-betul teks Ibrani yang asli. Ada tiga teks Yudit dalam bahasa Yunani yang cukup berbeda satu sama lain. Selebihnya terjemahan Latin (Vulgata) juga menyajikan sebuah teks yang berbeda dengan semua teks Yunani. Rupa-rupanya Hieronimus hanya memperbaiki suatu terjemahan Latin kuno berdasarkan sebuah parafrase Yudit yang memakai bahasa Aram.

Kitab Ester ada dua bentuknya, yaitu bentuk pendek dalam bahasa Ibrani (termasuk Alkitab Ibrani) dan bentuk lebih panjang yang disajikan terjemahan Yunani itu sendiri ada dua resensi. Resensi yang satu umumnya dipakai dan terdapat dalam naskah-naskah Septuaginta. Tetapi beberapa naskah Yunani memuat suatu resensi lain yang agak menyimpang dan dikerjakan oleh Lusianus dari Antiokhia. Terjemahan Yunani menambah beberapa bagian pada kitan Ester Ibrani, yakni mimpi Mordekhai yang ditempatkan paling dahulu dan tafsiran mimpi itu yang terdapat sesudah Tob 10:3; dua maklumat raja Ahasyweros yang ditempatkan sesudah Tob 3:13 dan Tob 8:12; doa Mordekhai dan doa Ester yang ditaruh sesudah Tob 4:17; suatu ceritera lebih panjang mengenai Ester yang menghadap raja Ahasyweros ditempatkan sesudah Tob 5:1(2) dan mengganti teks Ibrani: suatu kata penutup mengenai dikerjakan terjemahan Yunani ditaruh pada akhir seluruh kitab. Hieronimus menterjemahkan tambahan-tambahan itu, tetapi semua ditempatkan pada akhir terjemahannya yang menurut naskah Ibrani (Vulg 10:4-16:26). Dalam terjemahan ini teladan Hieronimus dituruti, sehingga semua tambahan Yunani itu terdapat pada akhir terjemahan menurut naskah Ibrani.

2. Ketiga kitab itu baru di zaman belakangan masuk ke dalam DAFTAR KITAB SUCI. Kitab Yudit dan kitab Tobit tidak tercantum dalam Alkitab Ibrani dan tidak diterima sebagai Kitab Suci oleh gereja-gereja Reformasi. Maka kitab-kitab itu disebut "Deuterokanonik" atau, dalam peristilah gereja-gereja reformasi: Apokrip. Baru di zaman para Bapa Gereja kitab-kitab itu umum diterima sebagai kitab-kitab suci dan itupun dengan agak banyak keberatan dari pihak beberapa orang. Namun demikian sejak dahulu kala kitab-kitab itu dibaca dipakai. Karenanya dicantumkan juga dalam daftar resmi kitab-kitab suci, di sebelah barat sejak sinode di Roma (th 382 Mas.) dan di sebelah timur sejak konsili Konstantinopolis "in Trullo" (th 692). Bagian-bagian tambahan pada kitab Ester juga disebut "Deuterokanonik"(Apokrip) dan menempuh sejarah sama dengan sejarah kitab Tobit dan Yudit. Dalam abad pertama tarikh Mas. para rabi Yahudi berselisih pendapat apakah kitab Ester (Ibrani) termasuk Kitab Suci atau tidak. Tetapi kemudian dari itu kitab itu sangat dihargai oleh orang-orang Yahudi.

3. GAYA SASTERA ketiga kitab itu pada umumnya sama juga. Baik sejarah maupun ilmu bumi diperlakukan dengan bebas sekali. Menurut kitab Tobit, maka Tobit ayah Tobia, di masa mudanya masih mengalami terpecahnya kerajaan Israel setelah Salomo mangkat (th 931, Tob 1:4); ia diangkat ke pembuangan bersama suku Naftali (th 734, Tob 1:5, 10) dan anaknya. Tobia, baru meninggal setelah kota Ninive hancur (th 612, Tob 14:15); seluruhnya 300 tahun lebih. Kitab Tobit menyebut Sanherib sebagai pengganti langsung raja Salmaneser, Tob 1:15, dengan tidak berkata apa-apa tentang raja Sargon yang mengganti Salmaneser. Jarak antara kota Ragai yang terletak dipegunungan dan kota Ekbatana yang letaknya di tengah dataran, menurut Tob 5:6 adalah dua hari perjalanan jauhnya, padahal kedua kota itu terpisah dengan jarak 300 km dan selebihnya kota Ekbatana, yang terletak di ketinggian 2000 m lebih tinggi dari Ragai. Unsur-unsur historis Kitab Ester memang lebih tepat. Keterangan-keterangan mengenai kota susan cukup kena. Demikianpun halnya dengan apa yang diceriterakan mengenai beberapa adat Persia. Raja Ahasyweros dengan nama Yunaninya Kserkses cukup dikenal.

Wataknya seperti digambarkan kitab Ester cocok dengan apa yang dikatakan Herodotor tentang raja itu. Akan tetapi penetapan yang bermaksud membinasakan orang-orang Yahudi dan ditandatangani raja Ahasyweros kurang sesuai dengan politik toleran wangsa Akhemedes. Dan apa yang sama sekali tidak masuk akan ialah: Raja mengizinkan bawahan-bawahannya sendiri dimusnahkan; dan 75.000 orang Persia membiarkan dirinya dibunuh tanpa perlawanan. Di waktu peristiwa yang diceriterakan Ester terjadi permaisuri raja Persia sesungguhnya bernama Amestris dan ilmu sejarah tidak tahu-menahu tentang seorang permaisuri yang bernama Wasti atau Ester. Seandainya Mordekhai benar-benar diangkat ke pembuangan di zaman raja Nebukadnezar, Est 2:6, maka di masa pemerintahan Ahasyweros ia berumur lebih kurang 150 tahun.

Khususnya kitab Yudit ternyata tidak menghiraukan sejarah atau ilmu bumi. Peristiwa yang diceriterakan terjadi di zaman pemerintahan "Nebukadnezar" yang merajai orang-orang Asyur di Ninive, Ydt 1:1, padahal Nebukadnezar sesungguhnya raja Babel waktu Ninive sudah dimusnahkan oleh ayah Nebukadnezar, yaitu Nabopolasar, Selebihnya kembalinya Israel dari pembuangan di zaman pemerintahan Koresy, raja Persia, dikisahkan sebagai suatu kejadian di masa yang lampau, Ydt 4:3; 5:19. Nama Holofernes dan Bagoas memang nama-nama Persia, tetapi ada juga beberapa ayat dalam kitab Yudit yang dengan jelas menyinggung adat-istiadat Yunani, Ydt 3:7-8; 15:13. Jalan yang ditempuh tentara Holofernes, Ydt 2:21-28, menjadi suatu teka-teki bagi para ahli ilmu bumi. Setelah Holofernes tiba di daerah Samaria, diharapkan ceritera menjadi lebih tepat. Dan memanglah nama-nama tempat menjadi banyak. Akan tetapi kebanyakan nama tidak dikenal dan bunyinya agak aneh sedikit. Bahkan letaknya kota Betulia yang menjadi pusat ceritera tidak dapat ditentukan tempatnya di peta negeri Palestina, walaupun keterangan-keterangan yang diberi Yudit tentang tempat letaknya kota itu nampak sangat terperinci.

Sikap yang tidak ambil pusing mengenai sejarah dan ilmu bumi itu hanya dapat dipahami kalau para pengarang Kitab Tobit, Ester dan Yudit memang tidak bermaksud menulis buku sejarah, tetapi sesuatu yang lain. Mungkin titik-tolak ceritera-ceritera mereka adalah peristiwa-peristiwa yang sungguh pernah terjadi. Tetapi mustahillah menentukan peristiwa-peristiwa manakah yang menjadi landasan ceritera-ceritera itu. Ceritera-ceritera sendiri memang diciptakan oleh pengarang-pengarang dengan maksud menyampaikan suatu pengajaran kepada para pembaca. Maka pentinglah menentukan maksud masing-masing kitab dan menyimpulkan ajarannya.

Adapun KITAB TOBIT adalah sebuah kisah keluarga. Tobit yang bertempat tinggal di kota Ninive adalah seorang suku Naftali yang masuk pembuangan. Ia seorang saleh yang taat hukum Taurat dan suka beramal, tetapi telah menjadi buta. Di kota Ekbatana ada seseorang sanak-saudara Tobit yang bernama Raguel dan mempunyai seorang anak perempuan. Sara namanya. Sara mengalami bahwa tujuh suaminya berturut-turut mati terbunuh oleh setan Asmodeus pada malam hari mereka menikah dengan Sara. Baik Tobit maupun Sara memanjatkan doa kepada Allah, supaya Ia sudi mencabut nyawa mereka. Tetapi Allah membuat kemalangan mereka menjadi sukacita besar. Allah mengutus malaikat Rafael yang mengantar Tobia , anak Tobit, kepada Raguel. Tobia diberiNya Sara sebagai isteri dan obat yang dapat menyembuhkan mata Tobit, ayahnya. Kisah yang mengharukan itu mau membina. Perhatian khusus diberikan kepada kewajiban mengubur mayat dan memberi sedekah; dengan cara menarik peranan keluarga yang baik terungkap dan keluhuran perkawinan ditonjolkan perkawinan sebagai yang diidam-idamkan kitab Tobit sesungguhnya perkawinan Kristen sebelum agama Kristen di bumi. Malaikat Rafael sebagai alat Allah baik menyingkapkan maupun menyembunyikan karya Allah. Kitab Tobit mengajak para pembaca, supaya melihat penyelenggaraan ilahi yang berkarya dalam hidup sehari-hari dan betapa dekatnya Allah yang penuh belas kasihan. Kitab Tobit berlatar belakang beberapa kisah dan ceritera yang terdapat dalam Kitab Suci. Ceritera-ceritera mengenai para bapa bangsa yang terdapat dalam Kejadian cukup besar pengaruhnya. Ditinjau dari segi seni sastra menduduki tempat antara kitab Ayub dan Ester, antara Zakharia dan Daniel. Kecuali itu ada persamaan antara Tobit dan suatu karangan yang di zaman dahulu sangat laris dan yang berjudul: Hikmat Akhikar, bdk Tob 1:22; 2:10; 11:18; 14:10. Karangan itu sekurang-kurangnya dalam abad ke lima seb. Mas. sudah dikenal. Kitab Tobit sendiri agaknya ditulis di sekitar th 200 seb. Mas. dan barangkali di Palestina dengan memakai bahasa Aram.

KITAB YUDIT menceritakan bagaimana umat terpilih mengalahkan seorang musuh berkat tindakan seorang perempuan. Bangsa yahudi yang kerdil berhadapan dengan tentara raksasa yang dikepalai Holofernes. Panglima raja Nebukadnezar itu telah diberi tugas menaklukan seluruh bumi kepada raja Nubukadnezar dan memusnahkan setiap ibadah kecuali ibadah kepada raja. Orang-orang Yahudi terkepung di kota Betulia. Mereka menderita kekurangan air dan hampir mau menyerah saja. Pada saat yang gawat itu muncullah Yudit. Ia seorang janda yang cantik, bijak, saleh dan teguh hati. Berturut-turut Yudit dapat mengalahkan ketawanan hati saudara- saudara sebangsa dan bala tentara Asyur. Para pemimpin kota Betulia ditegurnya karena kurang percaya kepada Allah. Lalu ia berdoa, bersoleh, meninggalkan kota Betulia dan membiarkan dirinya dibawa menghadap panglima musuh, Holofernes. Dengan cerdiknya Yudit berhasil membujuk dan menipu panglima itu. Ketika seorang diri dengan pejuang yang berpengalaman tetapi kini mabuk itu Yudit memenggal kepada Holofernes. Tentara Asyur mendapat tahu tentang kejadian itu, lalu terkejut dan gugup melarikan diri. Orang-orang Yahudi habis-habis merampasi perkemahan tentara musuh. Mereka memuji-muji Yudit dan pergi ke Yerusalem untuk mengadakan ibadah syukur atas kemenangan yang gemilang itu.

Agaknya pengarang Yudit dengan sengaja mengacaukan peristiwa-peristiwa sejarah, agar supaya pembaca kisahnya jangan terpikat pada konteks historis, tetapi memusatkan perhatiannya kepada drama keagamaan yang dipentaskah dan pada akhir drama itu. Susunan kisah sangat halus dan lancar. Contoh-contoh seni sastera yang serupa ditemukan dalam sastera Apokaliptik. Holofernes, hamba Nebukadnezar, melambangkan kejahatan: Yudit, yang namanya berarti "Wanita Yahudi", mengibaratkan pihak Allah yang disamakan dengan pihak umat-Nya. Umat Allah dimusnahkan, tetapi Allah mengurniakan kemenangan dengan perantaraan seorang perempuan yang lemah. Maka umat kudus kembali ke Yerusalem. Ada kesamaan antara kitab Yudit dan Daniel, Yeheskiel dan Yoel. Peristiwa terjadi di dataran Yizree, dekat megindo atau Harmagedon, tempat menurut kitab Wahyu akan berlangsung pertempuran eskatologis, Why 16:16. Kemenangan yang diperoleh Yudit merupakan balasan atas doanya serta ketelitiannya dlam melakukan hukum-hukum tentang ketahiran seperti yang ditentukan hukum Taurat. Namun demikian kisah Yudit mempunyai ciri universil. Sebab keselamatan Yerusalem terjamin oleh apa yang terjadi di Betulia yang terletak di daerah orang-orang Samaria yang dimusuhi oleh kalangan para saleh dalam agama Yahudi yang picik. Makna keagamaan bentrokan yang dikisahkan Yudit dengan tepat diungkapkan oleh Ahior, orang Amon, Ydt 5:5-21, yang akhirnya bertobat kepada Allah sejati, Ydt 14:5-10. Kitab Yudit dikarang di Palestina, kira-kira di pertengahan abad ke-2 seb. Mas. waktu semangat kebangsaan dan keagamaan hangat-hangat sebagai hasil pemberontakan para Makabe.

Sama seperti kitab Yudit, demikian KITAB ESTER menceriterakan bagaimana umat terpilih dibebaskan dari musuhnya dengan perantaraan seorang perempuan. Orang- orang Yahudi yang tinggal di negeri Persia terancam kebinasaan karena dibenci oleh perdana menteri. Haman, yang sangat berkuasa. Mereka diselamatkan oleh tindakan Ester, seorang pemudi sebangsa yang telah menjadi permaisuri di istana raja dan yang dibimbing oleh pamannya, Mordekhai. Tindakan Ester berhasil baik, lalu keadaan terbalik: Haman disulakan. Moedekhai menjadi perdana menteri dan orang-orang Yahudi menumpas musuh-musuh mereka. Sebagai kenangan akan kemenangan itu ditetapkan hari raya Purim yang setiap tahun wajib dirayakan orang-orang Yahudi.

Kisah kitab Ester menggambarkan kebenciannya yang dialami orang-orang Yahudi di zaman dahulu oleh karena ciri khas cara hidup mereka yang bertentangan dengan hukum raja (bandingkan penganiayaan yang dialami bangsa Yahudi di zaman Antiokhus IV Epifanes). Rasa kebangsaan yang tebal dibangkitkan pada bangsa yahudi justru sebagai suatu cara untuk membela diri. Rasa kebangsaan tebal yang tampil dalam kitab Ester belum tahu akan sikap hati yang dibawa oleh wahyu Kristus, Kecuali itu, gaya sastera kitab itu perlu diperhatikan juga. Persekongkolan dan tipu muslihat dalam mahligai raja serta pembunuhan masal yang diceriterakan Ester hanya bermaksud secara dramatis mengungkapkan suatu ajaran yang tidak lain kecuali ajaran keagamaan. Tindakan Mordekhai dan Ester yang membawa keselamatan itu mengingatkan kepada kisah mengenai Daniel dan lebih- lebih lagi kepada kisah tentang Yusuf, yang dianiaya lalu dimuliakan demi keselamatan bangsanya. Dalam kisah mengenai Yusuf sebagaimana tercantum dalam Kejadian itu Allah tidak memperlihatkan kekuasaanNya. Namun Dialah yang memimpin jalannya peristiwa. Dan demikianpun halnya dalam kitab Ester yang berbahasa Ibrani. Kitab itu bahkan tidak sampai menyebut nama Allah. namun penyelenggaraan ilahi membimbing babak demi babak drama umat Israel. Para pelaku drama itu insaf akan bimbingan itu. Mereka dengan sebulat hati percaya pada Allah yang melaksanakan rencana penyelamatanNya, kalaupun manusia yang menjadi pelaksana rencana itu kerap kali mengecewakan. Sehubungan dengan itu perlu dibaca Est 4:13-17, yang menjadi kunci seluruh kitab. Bagian-bagian tambahan yang ditulis dalam bahasa Yunani mempunyai ciri keagamaan yang lebih nyata. Tetapi tambahan- tambahan ini hanya dengan jelas mengungkapkan apa yang disarankan oleh pengarang Ibrani. Terjemahan Yunani kitab Ester sudah ada dalam thun 144 (atau 78) seb. Mas. Terjemahan itu dikirim kepada orang-orang Yahudi di negeri Mesir dengan maksud memperkenalkan hari raya Purim (Ester tambahan Yunani pada akhir kitab). Kitab Ester Ibrani dikarang lebih dahulu. Menurut 2Mak 15:36 orang-orang Yahudi di Palestina sudah merayakan "Hari(raya) Mordekhai" dalam tahun 160 seb. Mas. Ini membuktikan bahwa kisah Ester dan barangkali kitabnya sudah dikenal pada waktu itu. Maka kitab Ester mungkin dikarang di pertengahan abad ke-2 seb. Mas. bagaimana hubungan sebenarnya antara kitab Ester dan Hari raya Purim tidak jelas. Sebab Est 9:20-32 barangkali suatu tambahan, oleh karena gaya bahasa bagian ini berbeda dengan gaya bahasa seluruh kitab. Asal asul hari raya Purim juga tidak jelas. Mungkin kitab Ester baru di kemudian hari dihubungkan dengan hari raya itu (2Mak 15:36 tidak menyebut hari raya Purim, tetapi Hari Mordekhai) dengan maksud memberi dasar historis kepada perayaan itu.

KITAB-KITAB MAKABE

PENGANTAR

Kedua kitab Makabe tidak termasuk ke dalam daftar kitab-kitab suci Ibrani. tetapi oleh Gereja katolik diterima sebagai Kitab Suci (Deuterokanonik), sedangkan gereja-gereja Reformasi tidak menerimanya. isi kedua kitab Makabe ialah: Perjuangan bangsa Yahudi melawan pemerintah wangsa Seleukos di Siria guna merbut kemerdekaan di bidang agama dan politik. Jahudi kedua kitab itu (Makabe) berasal dari gelar "Makabe" yang diberikan kepada pahlawan utama dalam sejarah perjuangan tsb, yaitu Yudas, 1Mak 2:4, lalu kepada saudara-saudaranya.

Pendahuluan KITAB MAKABE YANG PERTAMA, 1-2, memperkenalkan lawan-lawan yang berhadapan maka dalam sejarah yang mau diceritakan, yaitu, di satu pihak kebudayaan Yunani yang bersemarak dan jaya, yang didukung oleh sekelompok orang Yahudi; di lain pihak perlawanan dari pihak kesadaran kebangsaan Yahudi yang taat kepada hukum Taurat dan menjunjung tinggi Bait Allah. Dengan perkataan lain: yang berhadapan maka ialah: di satu pihak Antiokhus, Epifanes, raja Siria, yang mencerminkan Bait Allah dan dengan mengamuk menganiaya agama Yahudi: di lain pihak Matatias yang mengumumkan perang suci.

Bagian inti IMakabe terdiri atas tiga bagian. Masing-masing bagian mengisahkan usaha seorang dari ketiga anak laki-laki Matatias yang berturut-turut memimpin perjuangan bangsa Yahudi. Yudas Makabe (yhn 166-160 seb. Mas), Mak 3:1-9:22, berkali-kali berhasil mengalahkan panglima-panglima yang diutus raja Antiokhus. Yudas dapat mentahirkan Bait Allah dan memperoleh bagi bangsanya kebebasan untuk hidup sesuai dengan adat-istiadat nenek moyang. Di mana pemerintahan raja Demetrius I kegiatan Yudas terlambat oleh persekongkolan Imam Besar, Alkimus. Tetapi Yudas tetap jaya dalam perang. Panglima Nikanor yang bermaksud menghancurkan Bait Allah dapat dikalahkan dan ditewaskan oleh Yudas. Dengan maksud memperkuat kedudukannya terhadap Siria. Yudas berusaha bersekutu dengan orang-orang Roma. Akhirnya Yudas sendiri gugur di medan perang ia diganti adiknya. Yonatan (thn 160-142 seb. Mas.). Mak 9:23-12:53. Sekarang catur politik diutamakan dari perang. Dengan cerdik Yonatan memanfaatkan perebutan takhta yang pada waktu itu timbul di negara Siria. Oleh raja saingan, yaitu Aleksander Balas, Yonatan diangkat menjadi Imam Besar. Pengantar itu kemudian disahkan oleh raja Demetrius II, lalu diteguhkan juga oleh raja Antiokhus VI. Yonatan berusaha perjanjian persahabatan dengan bangsa Sparta dan Roma. wilayah kekuasaannya semakin meluas. Waktu perdamaian di dalam negeri nampaknya terjamin, Yonatan secara kotor dibunuh oleh Trifon yang juga membunuh Antiokhus VI yang masih muda. Kakak Yonatan, yaitu Simon (thn 142-134 seb. Mas.), mak 13:1-16:24 berpihak kepada raja Demetrius II yang baru saja berhasil merebut kekuasaan sebagai raja Siria. Maka oleh Demetrius II dankemudian oleh Antiokhus VII diakui sebagai Imam Besar, panglima dan penguasa orang-orang Yahudi. Dengan demikian otonomi politik sudah terwujud. Gelar-gelar tsb. semua disahkan oleh sebuah penetapan rakyat Yahudi. Perjanjian persahabatan dengan orang-orang Roma dibaharui lagi. Sudah tibalah masa perdamaian dan kesejahteraan. Tetapi raja Antiokhus VII berubah haluan dan mulai memerangi orang-orang Yahudi. Simon beserta dua anaknya dibunuh oleh menantunya sendiri yang menyangka tindakannya itu berkenan di hati raja.

Kisah kitab I Makabe meliputi 40 tahun lamanya, mulai dengan awal pemerintahan raja Antiokhus Epifanes, thn 175 seb. Mas., sampai dengan kematian Simon serta permulaan masa pemerintahan Yohanes Hirkanus, thn 134 seb. Mas. Kitab I Makabe ditulis dalam bahasa Ibrani, tetapi sampai kepada kita dalam terjemahan Yunaninya. Penulis adalah seorang Yahudi tinggal di Palestina. Ia mengarang karyanya sesudah thn 134 seb. Mas., tetapi sebelum Yerusalem direbut oleh Pompeius, panglima Roma, dalam thn 64 seb. Mas. bagaimana penutup kitab, 1Mak 16:23-24, menyarankan, bahwa 1 Makabe selesai dikarang pada akhir masa pemerintahan Yohanes hirkanus, bahkan mungkin sekali segera setelah Yohanes Hirkus meninggal, di sekitar thn 100 seb. Mas. Sebagai dokumen sejarah kitab 1 Makabe sangat berharga untuk mengenal zaman itu. Hanya perlu diperhatikan jenis sasteranya yang meniru gaya sastera tawarikh Israel dahulu. Pun pula maksud pengarang perlu diperhatikan.

Sebab, walaupun penulis 1 Makabe dengan panjang lebar menceritakan peperangan dan catur politik, maupun tujuan utamanya ialah mengisahkan sejarah keagamaan. Kemalangan yang menimpa bangsanya diartikan oleh penulis sebagai hukuman atas dosa; kemenangan-kemenangan para pejuang Yahudi selalu dihubungkan dengan Allah yang kemenangan-kemenangan mereka.

Kitab 1 Makabe dikarang oleh seorang Yahudi yang sungguh-sungguh dijiwai Imannya dan yakin, bahwa justru Iman itulah yang menjadi taruhan dalam bentrok antara pengaruh peradaban kafir dan adat-istiadat nenek moyang Yahudi. Penulis sangat memusuhi kebudayaan Yunani dan mengagumi pahlwan-pahlawan yang berjuang demi untuk hukum Taurat dan Bait Allah, lalu berhasil memperoleh kebebasan agama bagi bangsa mereka dan juga kemerdekaan politiknya. Pengarang 1 Makabe mencatat peristiwa-peristiwa perang yang menyelamatkan agama dan bangsa Yahudi sebagai penerus Wahyu Ilahi.

KITAB MAKABE YANG KEDUA bukanlah lanjutan 1 Makabe. Isi 2 Makabe memang sebagiannya sejalan dengan isi 1 Makabe. Tetapi ia mulai sejarahnya lebih dahulu dengan mengisahkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada akhir pemerintahan raja. Seleukus IV, pendahulu Antiokhus Epifanes. Dan hanya melanjutkan kisahnya sampai kekalahan panglima Nikanor sebelum Yudas Makabe tewas di medan perang. Dengan demikian kisah 2Makabe hanya meliputi lima belas tahun dari kisah yang disajikan 1 Makabe, yaitu tahun-tahun yang diuraikan dalam 1 Makabe 1-7.

Jenis sastera 2 Makabe sangat berbeda dengan jenis sastera 1 Makabe, 2 Makabe langsung ditulis dalam bahasa Yunani dan memperkenalkan diri sebagai ringkasan sebuah karya besar yang dikarang oleh seseorang yang bernama Yason dari Kirene, 2Makabe 2:19-32. Di muka kisahnya pengarang 2 Makabe menempatkan dua pucuk surat yang dikirim orang-orang Yahudi di Yerusalem kepada orang-orang Yahudi di perantauan, 2Makabe 1:1-2:18. Gaya bahasa 2 Makabe meniru-niru sastrawan Yunani di zaman itu, tetapi peniruannya kurang berhasil. Bahasa 2 Makabe kadang- kadang berlebih-lebihan. Gaya bahasa semacam itu lebih sesuai dengan ahli pidato dari pada dengan seorang penulis sejarah. Namun demikian ternyata, bahwa penulis 2 Makabe melebihi pengarang 1 Makabe dalam hal pengetahuan tentang lembaga- lembaga yunani dan tokoh-tokoh yang berperan di zaman yang diceritakannya.

Tujuan pengarang 2 Makabe ialah menyenangkan dan membina, 2Mak 2:25; 15:39, melalui ceritera-ceritera mengenai perang kemerdekaan yang dipimpin oleh Yudas Makabe, didukung oleh penampakan-penampakan sorgawi dan dimenangkan berkat Allah yang turun tangan dalam jalannya peristiwa-peristiwa, 2Mak 2:19-22. Bahkan penganiayaan diartikan oleh penulis sebagai bukti belas-kasihan Tuhan yang memperbaiki umat Israel sebelum dosanya memuncak tak tersembuhkan, 2Mak 6;12- 17. Pengarang 2 Makabe menulis kitabnya bagi orang-orang yahudi di Aleksandria. Maksudnya membangkitkan semangat persatuan mereka dengan saudara-saudara di Palestina. Ia ingin menarik perhatian mereka kepada hal-ihwal Bait Allah yang merupakan pusat hidup keagamaan menurut hukum Taurat, tetapi menjadi rasa benci bangsa-bangsa lain.

Maksud-tujuan penulis 2 Makabe itu nampak dalam susunan kitabnya. Setelah disajikan kisah mengenai Heliodorus,2Mak 3:1-40, dengan maksud menekankan kesucian Bait Allah yang tidak terganggu-gugat, maka bagian pertama kitab, 2 Mak 4:1-10:8, Berakhir dengan kematian ngeri pengejaran yang mencerminkan Bait Allah, yaitu raja Antiokhus Epifanes, dan ditetapkannya hari raya Pentahiran Bait Allah. bagian kedua, 2Mak 10:9-15:36juga berakhir dengan kematian seorang musuh Bait Allah yang lain, yakni Nikanor yang mengancam Bait Allah, dan ditetapkannya hari peringatan yang lain. Sesuai dengan maksud-tujuan itupun kedua puncuk surat yang ditempatkan pada bagian permulaan kitab 2Mak 1:1- 2:18. Kedua surat itu merupajan suatu undangan yang dialamatkan kepada orang- orang Yahudi di Mesir, supaya mereka turut merayakan hari raya Pentahiran Bait Allah (atau: Pentahbisan Bait Allah).

Oleh karena peristiwa terakhir yang dilaporkan ialah kematian Nikanor, maka karya Yason dari Kirene yang diikhtisarkan 2 Makabe, agaknya dikarang tidak lama sesudah thn 160 seb. Mas. Andaikan peringkas sendiri - hal ini memang diperdebatkan para ahli - menempatkan kedua surat pembukaan di muka ringkasan karya Yason sebagai surat pengantar, maka tahun penyusunan ikhtisar itu (ialah 2 Makabe) dapat ditanggalkan pada thn 124 seb. Mas,. sesuai dengan petunjuk yang terdapat dalam 2Mak 1:10a.

Nilai historis 2 Makabe jangan terlalu diremehkan. Sudah barang tentu pembuat ikhtisar (atau seorang redaktur) tidak segan menampung juga cerita-cerita apokrip, seperti yang terdapat dalam 2Mak 1:10b-2:18, dan tidak segan pula penyalin cerita-cerita ajaib seperti cerita tentang Heliodorus, 3, dan cerita- cerita hebat-hebat seperti kisah mengenai kemartiran Eleazar, 2Mak 6:18-31, dan ketujuh orang bersaudara serta ibu mereka, 9, yang semua dipetik dari karya Yason. Cerita-cerita itu memang mendukung (dan dimaksudkan demikian juga) pikiran-pikiran keagamaan yang mau dipaparkan penulis 2 Makabe. Namun demikian, menurut garis-garis besarnya, kisah 2 Makabe sesuai dengan 1 Makabe. Kesesuaian itu menjamin nilai historis kejadian-kejadian yang diceritakan oleh kedua sumber yang tidak bergantung satu sama lain itu. Ada satu peristiwa penting dimana 2 Makabe tidak sesuai dengan 1 Makabe, 1Mak 6:1-13 menempatkan pentahiran Bait Allah sebelum kematian Antiokhus Epifanes, sedangkan 2Mak 9:1-29 menempatkan peristiwa itu sesudah kematian raja itu. Tetapi dalam hal ini 2 Makabe ternyata benar dan 1 Makabe keliru. Baru-baru ini ditemukan sebuah papan yang ditulisi khronologi kerajaan "Babel" dan papan itu membenarkan 2 Makabe. Menurut papan itu Antiokhus Epifanes meninggal dalam bulan Oktober-Nopember thn 164 seb. Mas., jadi sebelum pentahiran Bait Allah yang diadakan dalam bulan Desember. Mengenai peristiwa-peristiwa yang hanya dikisahkan dalam 2 Makabe, tidak perlu diragukan keterangan-keterangan yang tercantum dalam bab 4 tentang tahun-tahun yang mendahului perampasan Bait Allah oleh Antiokhus Epifanes. Lebih-lebih peringkas (2 Makabe) dari pada Yason dari Kirene yang bertanggung jawab atas dicampur- adukkannya beberapa hal, yaitu: Penulis memiliki sepucuk surat dari Antiokhus V, 2Mak 11:22-26, lalu dalam 2Mak 11:1-12:9 dideretkannya beberapa surat lain dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada akhir zaman pemerintahan Antiokhus Epifanes, yang seharusnya ditempatkan dalam bab 8-9.

Sehubungan dengan ajarannya, 2 Makabe penting oleh karena membenarkan kepercayaan bahwa orang-orang mati akan dibangkitkan, 2Mak 7:9; 14:46; bahwa orang mendapat balasan di alam baka, 2Mak 6:26, dan bahwa arwah orang yang meninggal dapat didoakan, 2Mak 12:41-46. Iapun membicarakan jasa para martir, 2Mak 6:18-7:41, dan pengantaraan orang kudus, 2Mak 15:12-16. Semua hal itu tidak diuraikan dengan jelas dalam kitab-kitab Perjanjian Lama yang lain. Dan justru itulah yang membenarkan Gereja Katolik dalam memasukkan 2 Makabe ke dalam daftar kitab-kitab Suci.

Sistem urutan dalam waktu (khronologi) yang dituruti masing-masing kitab Makabe dapat kita kenal dengan lebih baik berkat papan tsb. yang baru-baru ini ditemukan. Papan (kepingan-kepingan) itu ditulis dengan huruf-huruf yang berupa paku. Ia memuat sebagai dari daftar raja-raja wangsa Seleukus. Atas dasar itu dapat ditetapkan tahun mangkatnya Antiokhus Epifanes. Menjadi jelas pula, bahwa 1 Makabe menuruti tarikh Makedonia (Yunani) yang mulai dengan bulan Oktober thn 312 seb. Mas. Sebaliknya 2 Makabe menuruti tarikh Yahudi yang sangat berdekatan dengan tarikh Babel. Tarikh ini mulai dengan bulan Nisan (3 April) thn 311 seb. Mas. Tetapi ada dua kekecualian: dalam 1 Makabe peristiwa-peristiwa yang menyangkut Bait Allah dan sejarah bangsa Yahudi ditanggalkan menurut tarikh Babel-Yahudi (1Mak 1:54; 2:70; 4:52; 9:3, 54; 10:21; 13:41, 51; 14:27; 16:14); sebaliknya, surat-surat yangdikutip 2Mak 11 ditanggalkan menurut tarikh Makedonia dan hal ini memang masuk akan juga.

Adapun TEKS kedua kitab Makabe tersimpan dalam tiga buah naskah yang bertuliskan huruf-huruf besar (unciales), yaitu kodeks Sinaiticus, kodeks Alexandrinus dan kodeks Venetus. Ada pula l.k. tiga puluh naskah yang bertuliskan huruf-huruf kecil/miring (minusculae). hanya sayanglah, dalam kodeks Sinaiticus (yang paling baik) bagian yang memuat 2 Makabe sudah hilang lenyap. Naskah-naskah minusculae yang memuat teks-saduran Lukianus (thn 300 Mas) kadang-kadang menyajikan sebuah teks yang lebih tua dari pada yang terdapat dalam naskah-naskah besar tsb. Teks itu sama dengan yang terdapat dalam Antiquitates Judaicae, ialah sebuah karya sejarahnya Yahudi, Flanius Yosefus. Flavius Yosefus biasanya mengikuti sejarah sebagaimana disajikan 1 Makabe dan sama sekali tidak memperhatikan cerita-cerita yang tercantum dalam 2 Makabe. Adapun terjemahan Latin kuno (Vetus Latina) berlatar-belakang sebuah teks Yunani yang hilang juga. Kerap kali teks terjemahan Latin itu lebih baik dari pada teks Yunani yang terdapat dalam naskah-naskah Yunani yang kita kenal. Terjemahan Latin (Vulgata) bukan karya Hieronimus, tetapi karya seorang lain, sebab Hieronimus tidak menganggap kitab- kitab Makabe sebagai Kitab Suci.

KITAB-KITAB KEBIJAKSANAAN

PENGANTAR

Lima kitab dalam Perjanjian Lama, yaitu kitab Ayub, Amsal, Pengkhotbah, Bin Sirakh dan Kebijaksanaan Salomo, diberi judul bersama: "Kitab-kitab Kebijaksanaan" atrau "Kitab-kitab Hikmat". Kitab Mazmur dan Kidung Agung secara kurang tepat dicantumkan dalam kelompok kitab-kitab ini. Kitab-kitab Kebijaksanaan itu mencerminkan suatu alam pikiran yang juga dijumpai dalam bagian-bagian tertentu Kitab Tobit dan kitab Barukh.

Kesusasteraan "Hikmat" semacam itu berkembang di seluruh dunia Timur dahulu. Bangsa Mesir sepanjang sejarahnya menghasilkan karya-karya kebijaksanaan. Sejak zaman bangsa Sumer di negeri Mesopotamia ada pengarang yang menciptakan pepatah- pepatah, dongeng-dongeng dan juga syair-syair yang bertemakan penderitaan dan yang boleh dibandingkan dengan kitab Ayub. Aliran kebijaksanaan yang berkembang di Mesopotamia itu juga menyusup ke negeri Kanaan. Di Ras Syamra ditemukan kembali tulisan-tulisan kebijaksanaan yang memakai bahasa Akkad. Dari kalangan- kalangan yang berbahasa Aram berasallah "Hikmat Ahikar", yang dikarang di negeri Asyur, lalu diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa kuno. Maka kebijaksanaan itu mempunyai sifat internasional. Ini kurang memperhatikan masalah keagamaan, lebih bertemakan hal keduniawian. Diterangkan olehnya nasib perorangan, tetapi bukan melalui pemikiran ilmu filsafat sesuai dengan kebiasaan orang-oran Yunani, melainkan berdasarkan pelbagai pengalaman. Hikmat itu tidak lain kecuali peri kehidupan yang baik, sebagaimana layak bagi orang yang berpendidikan. Hikmat itu mengajar manusia, bagaimana menyesuaikan diri dengan tata tertib alam semesta dan memberi petunjuk tentang cara orang mencapai kebahagiaan dan mendapat sukses. Tetapi oleh karena tidak senantiasa demikian halnya, maka pengalaman sedih itu membenarkan sikap pesimis dan muram yang diuraikan beberapa karya kebijaksanaan, baik yang digubah di negeri Mesir maupun di negeri Mesopotamia.

Hikmat-kebijaksanaan semacam itu juga dikenal orang-orang Israel. Untuk memuji- muji hikmat raja Salomo, alkitab menegaskan bahwa kebijaksanaan raja itu melebihi kebijaksanaan Bani Timur dan orang-orang Mesir, 1Raj 4:30. Dalam Yer 49:7; Bar 3:22-23; Ob 8, disebelah orang bijak dari negeri Arab dan bangsa Edom. Memang Ayub serta ketiga sahabatnya yang berhikmat, berkediaman di negeri Edom. Pengarang kitab Tobit mengenal "Hikmat Ahikar", sedangkan Ams 22:17-23:11 jelas dan kuat-kuat terpengaruh oleh petuah-petuah Amenemope dari negeri Mesir. Sejumlah mazmur dipertalikan dengan Heman dan Etan, yaitu dua orang bijak dari negeri Kanaan menurut 1Raj 4:31. Kitab Amsal memuat perkataan Agur, Ams 30:1-14, dan perkataan Lemuel, Ams 31:1-9, yang berasal dari Masa, yaitu sebuah suku yang hidup di bagian utara negeri Arab, Kej 25:14.

Tidak mengherankan bahwa karya-karya hikmat pertama yang dikarang di Israel tidak lain kecuali kumpulan-kumpulan sejumlah besar pepatah yang serupa dengan yang lazim di luar Israel. Sebab karya-karya itu berasal dari daerah yang sama. Bagian-bagian tertua dalam kitab Amsam seluruhnya berisikan patokan-patokan kebijaksanaan manusia. Kecuali kitab Bin Sirakh dan kitab Kebijaksanaan Salomo, yang dua-duanya dikarang di kemudian hari, kitab-kitab Kebijaksanaan tidak menyinggung tema-tema yang biasa muncul dalam Perjanjian Lama, yakni: Hukum Taurat, perjanjian pemilihan, keselamatan. Para bijak di Israel tidak menyibukkan diri dengan sejarah atau masa dengan bangsanya. Sama seperti rekan- rekan mereka di daerah Timur mereka memperhatikan nasib manusia perorangan. Hanya mereka merenungkannya dalam terang sorgawi, yaitu dalam cahaya agama Yahwe. Walaupun sama asalnya dan banyak persamaannya dengan karya bangsa-bangsa lain, namun karya para bijak di Israel berbeda secara hakiki. Dan perbedaan yang mengutamakan bijak di Israel dari rekan-rekannya diluar negeri itu semakin jelas dalam perkembangan Wahyu. Hikmat yang diperlawankan dengan kebodohan di Israel menjadi kebenaran, yang lawannya ialah ketidak-benaran atau takwa yang berlawanan dengan kefasikan. Memang hikmat sejati ialah takwa dan takwa tidak lain adalah kesalehan. Kalau hikmat bangsa-bangsa Timur lain boleh dikatakan kemanusiaan, maka hikmat Israelboleh disebut peri kemanusiaan yang bertakwa.

Tetapi mutu keagamaan hikmat itu mekar sedikit demi sedikit. Istilah Ibrani "hokmah" mempunyai banyak arti. Dapat berarti ketangkasan atau keahlian dalam salah satu kejuruan, kebijaksanaan dalam utusan politik, kecerdikan dan malahan kelicikan, "know how" dan ilmu sihir. Hikmat manusiawi dapat dipakai untuk hal- hal yang baik dan yang jahat. Justru karena sifat hikmat yang tidak menentu itu, maka para nabi suka mengecam para bijaksana, seperti misalnya Yes 5:21; 29:14; Yer 8:9. Sifat yang mendua itupun menjadi sebab mengapa begitu lama orang tidak berkata tentang hikmat Allah, walaupun Dialah yang menganugerahkannya kepada manusia dan walaupun di kota Ugarit hikmat sudah dipandang sebagai sifat yang dimiliki ilah utama, yakni El Baru dalam tulisan-tulisan sehabis masa pembuangan dikatakan bahwa hanya Allahlah yang berhikmat, bahwa kebijaksanaan bersifat transenden. Dalam karya penciptaan Allah menusia dapat menatap hikmat itu, tetapi tidak sanggup menyelaminya, Ayb 28:38-39; Sir 1:1-10; 16:24 dst; 42:15- 43:33, dll. Dalam bagian pembukaan kitab Amsal yang panjang, Ams 1-9. Hikmat Allah bertitah sebagai pribadi; Ia berada dalam Allah sejak awal-mulanya dan bergiat bersama denganNya dalam penciptaan, lih terutama Ams 8:22-31. Dalam Ayb 28 ditanyakan bahwa Hikmat itu berbeda dengan Allah, satu-satunya yang tahu di mana Hikmat itu menyembunyikan diri. Tetapi dalam Sir 24 Hikmat itu sendiri menyebut dirinya sebagai yang berasal dari mulut Yang Mahatinggi; Ia bertempat tinggal di sorga, lalu diutus oleh Allah kepada umat Israel. Menurut Keb 7:22-8:1 hikmat itu ialah"pancaran murni dari kemuliaan Yang Mahakuasa" dan "gambar kebaikanNya". Dengan demikian maka hikmat sebagai sifat Allah menjadi terpisah dari padaNya dan mempribadi. Dalam terang kepercayaan. Perjanjian Lama ungkapan-ungkapan yang begitu tajam itu bukan hanya sarana sastera yang memperorangkan sifat ilahi, tetapi dengan tetap mengurung rahasia keterangan-keterangan itu menyiapkan pernyataan tentang adanya diri-diri ilahi. Sama seperti Hikmat itu, demikian Logos yang disebut oleh Yohanes, sekaligus berada di dalam Allah dan di luar. Semua keterangan yang penting itu membenarkan Paulus dalam memberi Kristus gelar "Hikmat Allah", 1Kor 1:24.

Oleh karena para bijaksana terutama sibuk dengan nasib masing-masing manusia, maka masalah pembalasan menjadi persoalan yang mahapenting bagi mereka. Justru di kalangan mereka dan berkat pemikirannya ajaran mengenai pembalasan itu berkembang maju. Dalam bagian-bagian kitab Amsal yang tertua, hikmat, artinya: kelakuan benar, dengan sendirinya menghasilkan kebahagiaan; sedangkan kebodohan, ialah kefasikan, memang membawa kehancuran. Begitulah Allah mengganjar orang yang baik dan menghukum yang jahat. Pendirian yang sama masih terdapat dalam bagian pembukaan kitab Amsal, Keb 3:33-35; 9:6 dan 18. Ajaran itu menjadi dasar pengajaran kebijaksanaan dan berupa kesimpulan yang diambil dari dunia yang dibimbing oleh Allah yang berhikmat dan adil. Ajaran itu dianggap berdasarkan pengalaman. Tetapi justru pengalaman itulah yang sering kali menyangkal benarnya ajaran tersebut. Hal ini secara dramatis diuraikan dalam kitab Ayub, di mana ketiga sabahat Ayub membela pendirian tradisionil itu. Tetapi atas persoalan yang diajukan oleh orang bertakwa yang menderita tidak ada jawaban yang memuaskan hati selama dipertahankannya ajaran tentang pembahasan di dunia. Dalam persoalan itu tidak ada jalan ke luar, kecuali dengan kepercayaan menyerah kepada Allah. Meskipun nadanya berbeda, kitab Pengkhotbah tidak memberi pemecahan persoalan itu secara lain. Juga Pengkhotbah menegaskan bahwa jawaban yang lazim tidak memuaskan. Ia menolak kemungkinan meminta pertanggungan jawab dari Allah atau menuntut kebahagiaan sebagai hak pribadi. Kitab Bin Sirakhpun mempertahankan pendirian yang sama. Yesus bin Sirakh memang memuji kebahagiaan orang yang berhikmat, Keb 14:20-15:10, tetapi ia juga dihantui oleh pemikiran akan kematian: ia tahu bahwa segala-galanya bergantung pada saat terakhir itu. Maka ia menegaskan "Mudah bagi Tuhan pada hari terakhir membalas manusia tingkah-lakunya", Keb 11;26, bdk Keb 1:13; 7:36; 28:6; 41:9.

Dalam kitab Bin Sirakh ini sudahmulai terasa ajaran tentang "nasib terakhir". Hanya ajaran itu belum juga sampai diungkapkan dengan jelas. Tidak lama sesudahnya. Dan 12:2 akan menguraikan kepercayaan akan suatu pembalasan sesudah kematian: Dalam kitab Daniel kepercayaan itu terkait pada kepercayaan akan kebangkitan orang mati. Ini sesuai dengan alam pikiran Ibrani, yang tidak tahu-menahu tentang jiwa yang dapat hidup terus, setelah terpisah dari badan. Dalam pemikiran Yahudi dikota Aleksandria perkembangannya lebih kurang sejalan, hanya lebih maju selangkah. Berkat filsafah Plato dan teorinya tentang jiwa yang tidak dapat mati maka pemikiran Ibrani dibebaskan dari belenggu-belenggunya. Kitab Kebijaksanaan Salomo dapat berkata bahwa "Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan". Sesudah kematiannya jiwa orang beriman dekat pada Allah, menikmati kebahagiaannya yang tidak ada kesudahannya, sedangkan orang jahat akan menerima hukumannya, Keb 3:1-12. Demikian akhirnya terpecahkan persoalan besar yang merepotkan para bijak bangsa Israel.

Bentuk sastera kebijaksanaan yang paling sederhana dan paling kuno ialah "masyal". Inilah (dalam bentuk jamak) judul kitab yang kita sebut kitab Amsal. Kata Indonesia-Arab ini (mufradnya: misal) pada pokoknya sama dengan kata Ibrani itu. Sebuah "masyal" ialah suatu ungkapan jitu yang mencari perhatian, suatu peribahasa rakyat, pepatah atau petuah. Dalam bagian-bagian kitab Amsal yang tentu hanya terdapat peribahasa-peribahasa pendek saja. tetapi kemudian "masyal" itu berkembang menjadi perumpamaan atau kiasan, uraian dan risalat. Perkembangan yang sudah terasa dalam bagian-bagian pendek yang ditambahkan pada kitab Amsal dan terlebih dalam bagian pembukaannya, Ams 1-9, ini, dengan cepat berkembang dalam kitab-kitab Kebijaksanaan yang berikut. Memang kitab Ayub dan kitab Kebijaksanaan Salomo merupakan karya sastera yang besar.

Dengan menembus segala bentuk sastera, bahkan yang paling sederhana sekalipun, orang harus mencari asal-usul hikmat itu dalam hidup kekeluargaan dan kesukaan. Pengalaman-pengalaman mengenai dunia dan manusia yang turun-temurun terkumpul akhirnya terungkap dalam bentuk petuah dan peribahasa yang lazim di kalangan kaum tani, dalam wejangan-wejangan pendek yang bertujuan membina akhlak dan menjadi patokan bagi kelakuan yang baik. Demikian asal-usul perumusan hukum adat yang pertama, yang kadang-kadang isi dan bukan saja bentuknya mengingatkan pepatah-pepatah kebijaksanaan itu. Hikmat kerakyatan itu berkembang terus sejalan dengan terbentuknya kumpulan petuah kebijaksanaan. Hikmat kerakyatan itu berkembang terus sejalan dengan terbentuknya kumpulan petuah kebijaksanaan. Hikmat kerakyatan misalnya mencetuskan pepatah-pepatah yang terdapat dalam 1 Sam 24:14; 1 Raj 20:11, dan dongeng-dongeng dalam Hak 9:8-15 dan 2Raj 14:9. Malahan para nabipun tidak segan memanfaatkan kebijaksanaan rakyat itu, Yes 28:24-28; Yer 17:5-11.

Pendeknya pepatah-pepatah yang mudah dapat dihafal itu menjadi pengajaran lisan. Ayah atau ibu mengajarkan kepada anak, Ams 1:8; 4:1; 31:1; Sir 3:1. Para guru kebijaksanaan akan menyapa anak didiknya sebagai "anakku", sebab para bijaksana memang memimpin sekolah, Sir 51:23; bdk Ams 7:1 dst; 9:1 dst. Hikmat manjadi urusan khusus golongan terdidik, dan golongan itu oleh karenanya juga pandai menulis. Para bijaksana dan para penulis dalam Yer 8;8-9 tampil berdampingan. Sir 38:24-39:11 memuji para penulis yang mendapat kesempatan untuk memperoleh hikmat, sampai memperlawankan para penulis denganpara tukang dan pekerja. Dari kalangan para penulis yang berhikmat berasallah pegawai-pegawai raja dan justru terutama di istana raja berkembanglah kebijaksanaan itu. Semuanya itu juga dijumpai di negeri-negeri Timur yang lain, seperti di negeri Mesir atau Mesopotamia, di mana hikmat dibina dan berkembang. Satu dari kumpulan-kumpulan amsal salomo yang terdapat dalam kitab Amsal memang disusun oleh "pegawai- pegawai Hizkia, raja Yehuda", Ams 25:1. Tetapi para bijaksana bukan hanya pengumpul pepatah-pepatah yang sudah tersedia;mereka juga menciptakan dan menuliskannya. Dua karya sastera yang barangkali dikerjakan di istana Salomo, yaitu riwayat Yusuf dan kisah mengenai penggantian takhta Daud, boleh dianggap sebagai karya kebijaksanaan.

Kalangan para berhikmat cukup berbeda dengan kalangan-kalangan yang menghasilkan karanga-karangan para imam dan kitab para nabi. Yer 18:18 memang menyebut tiga macam golongan, yaitu: para imam, para bijaksana dan para nabi. Berbeda-beda pula apa yang menyibukkan ketiga golongan itu. Para bijaksana itu tidak begitu memperhatikan ibadat dan tidak begitu tergerak hatinya oleh kemalangan- kemalangan yang melanda bangsa mereka dan mereka juga tidak tertarik kepada pengharapan yang menyemangati bangsa Israel. Tetapi mulai dari masa pembuangan ketiga golongan tersebut saling bertemu dan bercampur. Bagian pembukaan kitab Amsal bernada kenabian; Bin Sirakh, Sir 44-49, dan kitab Kebijaksanaan Salomo, Sal 10-19, dengan panjang lebar merenungkan sejarah kudus; Bin Sirakh menjunjung tinggi imamat, menaruh minat besar kepada ibadat dan akhirnya ia menyamakan Hikmat dengan hukum Taurat, Sir 24:23-34. Inilah persekutuan antara penulis (yang berhikmat) dengan ahli Kitab, seperti yang kita jumpai di masa pewartaan Injil.

Penggabungan hikmat dengan hukum Taurat itu dalam Perjanjian Lama merupakan akhir suatu perkembangan yang menempuh perjalanan yang makan banyak waktu. Pada awal perkembangan itu ditemukan raja Salomo. Dalam hal inipun ada kesamaan antara bangsa Israel dan dunia Timur pada umumnya. Ada dua tulisan hikmat Mesir yang dikatakan berupa pengajaran yang pernah diberikan oleh seorang Firaun kepada puteranya. Mulai dengan 1Raj 4:29-34, bdk 1Raj 3:9-12, 28; 10:1-9, sampai dengan Sir 47:12-17, raja Salomo dipuji sebagai orang berhikmat yang paling besar di Israel. Dengan dialah dihubungkan kedua kumpulan pepatah-pepatah yang paling penting dan tertua dalam kitab Amsal, 10-22 dan 25-29. Inipun sebabnya mengapa seluruh kitab Amsal diberi judul: Amsal-amsal Salomo bin Daud, Ams 1:1 Nama Salomo itu juga dicantumkan pada kitab Pengkhotbah, kitab Kebijaksanaan Salomo dan kitab Kidung Agung. Seluruh pengajaran hikmat- kebijaksanaan yang tahap demi tahap disampaikan kepada umat terpilih mempersiapkan penyataan Hikmat yang telah menjadi daging Hanya "yang ada di sini lebih dari pada Salomo", Mat 12:42.

(0.18) (Kej 2:4) (sh: Bukan budak, tetapi juga tidak untuk bermanja-manja (Sabtu, 1 Februari 2003))
Bukan budak, tetapi juga tidak untuk bermanja-manja

Seperti kemarin, perbandingan antara wawasan dari narasi penciptaan di kitab Kejadian dengan wawasan-wawasan dunia menunjukkan keunikan dan keagungan Allah. Kisah-kisah penciptaan agama-agama politeistis purba menempatkan manusia sebagai diciptakan karena kebetulan, atau paling beruntung sengaja diciptakan untuk menjadi babu dari para dewa-dewi. Wawasan dunia modern masa kini menempatkan manusia sebagai sang Ubermensch, manusia super yang eksis demi kebahagiaan dan memanjakan dirnya sendiri tanpa perlu bertanggung jawab kepada otoritas luar lain selain dirinya sendiri.

Dalam nas ini, nyata bagaimana Allah menciptakan manusia bukan untuk menjadi budak-Nya tanpa kemampuan menikmati hidup, tetapi bukan juga untuk bermanja-manja. Memang taman di Eden itu sangat indah. Ada empat sungai yang mengelilingi taman itu; aliran sungai yang juga menjadi lambang kehidupan yang berkelanjutan di tempat tersebut. Allah juga menumbuhkan berbagai pohon yang buahnya menarik, jelas tidak hanya untuk dimakan manusia, tetapi untuk dinikmati oleh mereka. Tetapi, manusia itu ditempatkan di sana bukan untuk menjalani program pensiun dini Ilahi. Allah memberikan dua tanggung jawab spesifik kepada manusia: pertama, mengusahakan dan memelihara taman Eden yang diciptakan Allah itu (ayat 15, 8). Kedua, diserahi kepercayaan untuk tidak melanggar larangan memakan pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Kedua tanggung jawab ini tidak bersifat menindas, tetapi juga tidak memanjakan dan memberikan kemungkinan bagi pendewasaan manusia. Sayang manusia gagal untuk melakukannya.

Renungkan: Hidup hanya akan terasa lebih hidup bila disertai dengan arah hidup dan kesadaran akan tanggung jawab yang jelas. Arah hidup yang sejati itu hanya dapat ditemukan di dalam anugerah keselamatan Allah melalui Anak-Nya Yesus Kristus.

(0.18) (Kej 9:18) (sh: Pengaruh dosa (Rabu, 12 Feruari 2003))
Pengaruh dosa

Hidup berlanjut terus, dosa pun mengikutinya. Kisah Nuh dan anak-anaknya menggambarkan lagi kebobrokan umat manusia. Nuh mabuk dan telanjang. Setelah manusia berpakaian, dalam dosanya ketahuanlah bahwa ia sebenarnya telanjang. Anaknya, Kanaan, tidak merasa itu mempermalukan. Ia malah memanggil kedua saudaranya, yang segera menutupi ketelanjangan ayah mereka. Sebagaimana Allah menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa, Sem dan Yafet menutupi ketelanjangan Nuh. Mereka tidak ingin melihat ketelanjangan itu.

Firman ini berbicara tentang masalah seksualitas, entah dalam tingkat yang tinggi ataupun rendah. Yang kita ketahui adalah bahwa dalam periode-periode sejarah selanjutnya, perintah untuk menghormati orang tua dan tidak menyingkapkan aurat ayah merupakan hal-hal yang amat penting. "Menyingkapkan" aurat di sini mungkin mengacu ke hubungan seksual dengan istri Nuh (atau bahkan homoseksual) -- Imamat 18. Namun, bisa juga hanya sekadar ketelanjangan biasa. Intinya Allah ingin manusia berseksualitas terhormat. Peraturan Allah selanjutnya tentang seksualitas perlu kita hayati sebagai anugerah-Nya.

Kutukan Allah perlu kita perhatikan. Kutukan ini dahsyat. Kanaan akan menjadi yang terendah di antara saudara-saudaranya. Perhatikan kontras antara Ham dan Sem. Sem akan beranak cucu dan menghasilkan bangsa Semit, Israel. Ham akan memperanakkan bangsa Kanaan. Kedua bangsa ini akan bertarung akhirnya. Maka, kisah ini mencoba menceritakan asal-usul pertarungan dua bangsa. Keturunan Ham berlaku tidak bermoral dan tidak menuruti kehendak Allah. Keturunan Sem menaati perintah Alah. Keturunan Sem akan menang bukan karena kekuatan mereka, tetapi karena janji berkat Allah!

Renungkan: Kemenangan Anda terhadap dosa bukan dengan kekuatan Anda, tetapi karena kebergantungan pada janji Allah.

(0.18) (Kel 10:21) (sh: Allah mengendalikan segala sesuatu (Selasa, 12 April 2005))
Allah mengendalikan segala sesuatu


Tulah-tulah yang ada di dalam kisah-kisah ini merupakan pernyataan kemahakuasaan Tuhan atas ketidakmampuan manusia. Tulah-tulah yang diberikan meningkat semakin berat beranjak dari yang pertama hingga yang terakhir.

Bagi Israel tulah gelap gulita mengingatkan mereka akan penciptaan. Kejadian 1:1-2 membeberkan keberadaan dunia pada awalnya dan "gelap gulita" menjadi ciri dunia yang belum berbentuk. Gelap gulita menjadi lambang dari keadaan dunia yang kacau sebelum penciptaan.

Di dalam tulah yang kesembilan ini, gelap gulita ini begitu dahsyat berlangsung selama tiga hari tanpa jeda, baik pada waktu pagi maupun siang (ayat 22). Ketika tulah belalang datang, Mesir juga mengalami kegelapan (ayat 5,15). Namun, gelap gulita pada tulah kesembilan ini jauh lebih pekat sehingga membuat seseorang tidak bisa melihat apa-apa yang ada di sekitarnya (ayat 23). Yang luar biasa adalah kegelapan tidak meliputi pemukiman Israel. Ini adalah anugerah Allah bagi umat-Nya (ayat 23).

Tulah ini merupakan puncak dari tulah-tulah alami sebelumnya. Gelap gulita yang melambangkan kekacauan ini ternyata dikendalikan oleh Allah. Seharusnya Firaun sadar bahwa dewa terang/matahari yang mereka sembah justru tunduk kepada kuasa kendali Allah. Ia seharusnya sadar bahwa ia tidak bisa menahan lagi kehendak Allah agar orang Israel keluar dari Mesir. Memang, sesaat Firaun merespons dengan mengizinkan mereka pergi, tetapi disertai dengan syarat-syarat yang tidak masuk akal. Firaun tidak pernah berubah, ia tetap mengeraskan hati (ayat 24-27).

Tuhan berdaulat atas semua kekacauan di dunia ini. Ia dapat memakai kekacauan itu untuk menghukum orang-orang yang mengeraskan hati tetap tinggal di dalam dosa, tetapi Ia juga dapat melindungi anak-anak-Nya yang berserah penuh pada-Nya dari kekacauan itu.

Peringatan: Jangan keraskan hati kita melawan kekuatan Allah. Tunduk dan bertobatlah sebelum Allah menghancurkan kita.

(0.18) (2Sam 12:15) (sh: Hidup dalam tanggung jawab (Sabtu, 16 Agustus 2003))
Hidup dalam tanggung jawab

Semua orang memiliki masa lalu, sebagian bahagia, sebagian kelam. Daud pun demikian. Ia baru saja melakukan dosa yang keji: mengingini isteri sesama, perzinahan, pembunuhan. Allah menghukum dia dengan menulahi anak yang ada dalam rahim Batsyeba. Daud pun memberanikan diri berpuasa dan berdoa berhari-hari untuk memohon kesembuhan anaknya. Dalam kedudukannya yang tinggi, Daud merendahkan diri sampai ke debu di hadapan Allah yang dikasihinya.

Permohonan Daud tak dikabulkan oleh Allah. Keputusan Allah bahwa anak Daud harus mati, tidak dapat diubahkan, dan itu pasti terjadi. Mengetahui kenyataan tersebut, sebelum para pegawainya memberitahukan dia, Daud bangkit dari tanah dan memulai hidupnya kembali. Ia sadar akan segala konsekuensi terhadap segala dosa yang telah dilakukannya. Semua orang tercengang melihat sikap Daud. Penjelasan Daud membuat kita memahami bahwa ia meninggalkan masa lalunya untuk hidup dalam kekinian dan menyongsong masa depan dengan penuh tanggung jawab (ayat 23).

Daud sudah sepenuhnya hidup dalam kekinian. Hal ini bisa kita perhatikan bukan hanya dari sikapnya di atas, namun juga dari kemampuannya untuk menghibur Batsyeba, yang sekarang sudah dianggap sebagai istrinya (ayat 24). Di sana juga kita perhatikan bahwa Daud dipulihkan dengan kelahiran Salomo (dari kata shalom, "damai"). Kisah Daud dan Batsyeba merupakan kisah penghukuman dan penghakiman, namun di tengah-tengahnya kasih Allah dinyatakan, dan Daud menerimanya dengan penuh syukur.

Kekinian Daud terakhir dinyatakan dengan majunya ia berperang, mengambil alih posisi Yoab dan menaklukkan Amon. Daud sudah memulai hidup yang baru!

Renungkan: Masa lalu yang gelap tak dapat menghalangi kasih Allah yang tetap. Dalam anugerah Kristus, jalanilah hidup hari ini dengan tegap dan sigap -- matahari telah bersinar lagi!

(0.18) (2Raj 1:1) (sh: Selalu ada peringatan yang lebih dari cukup (Minggu, 14 Mei 2000))
Selalu ada peringatan yang lebih dari cukup

Karena begitu besar kasih Allah akan umat manusia baik sebagai individu maupun kelompok, maka Ia akan menggunakan berbagai cara dan media untuk menegur, memperingatkan, dan menyadarkan seorang manusia agar ia bertobat. Selain keberagaman cara dan media, Allah juga menggunakan keberagaman intensitas dalam menggunakan cara dan media. Itu semua disesuaikan dengan kondisi dan situasi seseorang, khususnya disesuaikan dengan berapa lama lagi manusia itu masih mempunyai kesempatan untuk hidup.

Pemahaman ini tergambar jelas dalam kisah Ahazia. Sebagai pengganti Ahab - ayahnya, ia hanya memerintah selama 2 tahun. Waktu yang singkat itu dipenuhi oleh perbuatan jahat, sehingga menimbulkan sakit hati Allah (1Raj. 22:54). Di dalam waktu yang singkat itu pula, terjadi beraneka ragam bencana, baik yang nampaknya alamiah maupun supranatural yang harus ditanggung oleh Ahazia. Di dalam bidang politik, terjadi pemberontakan oleh Moab setelah Ahaz meninggal. Peristiwa ini pasti mempengaruhi kondisi, sosial, ekonomi, dan keamanan negara Israel. Dalam bidang ekonomi, Allah menggagalkan kerjasama ekonominya dengan Yosafat (2Taw. 20:36-37). Hukuman ini adalah cara Allah memperingatkan Ahazia agar bertobat.

Ketika Ahazia 'meniadakan' Allah dengan cara mencari petunjuk dari Baal-Zebub dan dilanjutkan dengan rencananya menangkap Elia, Allah masih mau memberikan peringatan yang lebih jelas dan keras melalui hukuman api yang menimpa 2 orang perwira Ahazia dan 50 bawahannya. Hukuman ini dimaksudkan untuk menyatakan dengan lebih tegas lagi bahwa Ia ada dan jauh lebih berkuasa dari Baal.

Renungkan: Begitu besar kasih Allah kepada manusia. Itulah sebabnya Allah tetap selalu memperingatkan dosa-dosa kita lebih dari cukup.

Bacaan untuk Minggu Paskah 4:

Kisah Para Rasul 2:36-41 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Kis/T_Kis2.htm#2:36 1Petrus 2:19-25 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/1Pe/T_1Pe2.htm#2:19 Yohanes 10:1-10 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Yoh/T_Yoh10.htm#10:1 Mazmur 23 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Maz/T_Maz23.htm

Lagu: Kidung Jemaat 157

(0.18) (2Raj 5:1) (sh: Perbedaan yang dijembatani dan ditiadakan (Minggu, 21 Mei 2000))
Perbedaan yang dijembatani dan ditiadakan

Di kalangan Kristen ada semacam keyakinan bahwa untuk menjangkau jiwa-jiwa dari kalangan atas seperti para pejabat tinggi, para top eksekutif, dan pengusaha besar, dibutuhkan hamba Tuhan dari kalangan mereka. Keyakinan ini berdasarkan suatu konsep bahwa dari kalangan mereka akan lebih mudah diterima dan membuat pendekatan yang tepat, karena mengerti kebutuhan dan cara berpikir mereka. Namun keyakinan ini juga mencerminkan bahwa ada semacam gap yang tak terjembatani, sekalipun oleh pelayanan.

Keyakinan seperti ini tidak boleh dimutlakkan karena gap tadi dapat berkembang sehingga menciptakan dua kubu, yaitu kubu dengan status sosial tinggi, dan kubu dengan status sosial rendah. Tidak demikian yang terjadi dalam kisah Naaman. Seorang tawanan perempuan kecil dapat meyakinkan tuannya, sang perwira tinggi, bahwa ia butuh Allah yang diwakili oleh Elisa, sehingga Naaman menemui Elisa. Anak perempuan ini berperan sangat efektif untuk menjangkau jiwa seperti Naaman. Padahal secara status sosial, berbeda jauh, nyaris tak terjembatani.

Yang menjadi 'rahasia keefektifan' anak perempuan itu adalah karena ia mempunyai kasih yang menembus ras, suku, golongan, dan status sosial. Walau ia hanya sebagai hamba istri Naaman, namun ia peduli dan tahu kebutuhan atasannya. Ia pun yakin "Siapa" yang dapat menyembuhkan Naaman. Kasih dan keyakinannya telah menjembatani gap perbedaan sosial. Sedangkan sikap Elisa terhadap Naaman tidak sekadar menjembatani tetapi juga meniadakan gap itu. Dengan tidak menemuinya secara tatap-muka, Elisa menandaskan bahwa di hadapan Allah siapa pun sama, siapa pun butuh anugerah-Nya, sehingga tidak perlu diberikan penghormatan dan perhatian khusus.

Renungkan: Tak ada gap sosial-ekonomi yang ter-lalu jauh untuk dijembatani oleh kasih dan keyakinan iman, dan tidak ada yang terlalu luas ditiadakan oleh anugerah-Nya.

Bacaan untuk Minggu Paskah 5:

Kisah Para Rasul 6:1-7 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Kis/T_Kis6.htm#6:1 1Petrus 2:4-10 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/1Pe/T_1Pe2.htm#2:4 Yohanes 14:1-12 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Yoh/T_Yoh14.htm#14:1 Mazmur 33:1-11 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Maz/T_Maz33.htm#33:1

Lagu: Kidung Jemaat 40

(0.18) (2Raj 11:1) (sh: Rencanamu bukan rencana-Ku (Jumat, 24 Juni 2005))
Rencanamu bukan rencana-Ku


Arah penulisan nas ini bergeser yakni dari kisah keluarga Ahab menjadi cerita keluarga Ahazia. Berbeda dengan keluarga Ahab yang mengalami penghukuman Allah maka dalam keluarga Ahazia rencana Tuhan justru dinyatakan.

Kisah pada nas ini masih berkaitan dengan pembunuhan Raja Ahab dan Raja Ahazia oleh Yehu (ayat 2Raj. 9:27). Kematian Raja Ahazia menyebabkan Atalya (cucu Omri, anak Ahab; seorang penyembah Baal), ingin memerintah kerajaan Yehuda (ayat 11:1). Demi ambisinya ini, ia pun tak segan-segan menghabisi semua keturunan Raja Ahazia. Pembunuhan mereka dilakukan sebagai upayanya untuk berkuasa penuh.

Manusia boleh berencana, Tuhan yang menentukan. Inilah yang terjadi pada Atalya. Rencana jahatnya memang berhasil dilakukan, namun Allah memegang kendali. Rencana-Nya bagi hidup Yoas tidak dapat dibendung oleh Atalya. Yoas pun terhindar dari pembunuhan (ayat 2). Selama enam tahun pemerintahan Atalya kerajaan Yehuda menyembah berhala. Akan tetapi, selama itu Allah melindungi dan memelihara hidup Yoas (ayat 2b-3). Bahkan Allah juga menjadikannya raja melalui imam Yoyada (ayat 4-12). Tindakan Yoyada ini bukan saja mengadakan pembaruan dalam bidang politik (ayat 13-16), tetapi juga membawa perubahan bidang rohani kerajaan Yehuda. Yakni dari pemujaan Baal beralih pada penyembahan Allah Israel (ayat 12,17-20).

Banyak orang Kristen yang mempertanyakan pertolongan Tuhan ketika kesulitan datang. Pada saat seperti itu, kita mudah lupa bahwa rencana Tuhan bukan rencana kita. Yoas menunggu enam tahun sebelum dinobatkan menjadi raja dan membawa umat Yehuda berbalik kepada Tuhan. Bagaimana dengan kita? Akankah kita tetap percaya bahwa rencana Tuhan terbaik dan terindah meski harus menunggu waktu-Nya?

Renungkan: Rencana Tuhan tidak pernah terlambat bagiku. Kehendak-Nya untuk hidupku tidak terhalangi oleh sikap manusia.



TIP #29: Klik ikon untuk merubah popup menjadi mode sticky, untuk merubah mode sticky menjadi mode popup kembali. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA