Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 10 dari 10 ayat untuk (56-10) Maka AND book:15 (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Ezr 4:24) (endetn: Demikian)

diperbaiki menurut kiraan. Tertulis: "Maka".

(0.97) (Ezr 10:1) (endetn: maka)

diperbaiki menurut terdjemahan Latin (Vgl). Tertulis: "sebab".

(0.90) (Ezr 3:1) (jerusalem: maka serentak.... di Yerusalem) Bdk Neh 8:1 di mana ungkapan yang sama dipakai sehubungan dengan rapat besar yang dikerahkan Ezra.
(0.89) (Ezr 4:8) (jerusalem: bupati) Yaitu bupati (gubernur) Samaria, Ezr 4:17. Kota Samaria memang menjadi pusat administratip bagi propinsi yang juga mencakup wilayah Yehuda. Maka gubernur Samaria mempunyai hak pengawasan atas Yerusalem.
(0.86) (Ezr 6:15) (full: MAKA SELESAILAH RUMAH ITU. )

Nas : Ezr 6:15

Pembangunan Bait Suci itu selesai pada tahun 516 SM, 21 tahun setelah meletakkan dasarnya (Ezr 3:10). Tabut perjanjian yang berisi dua loh batu Taurat tidak ada di dalam Bait Suci yang baru, karena rupanya sudah dibinasakan pada suatu waktu dahulu yang tidak diketahui dalam sejarah Yehuda.

(0.86) (Ezr 7:6) (jerusalem: ahli kitab) Harafiah: penulis yang mahir. Bdk Maz 45:2+. Karena pandai menulis maka para penulis menjadi pegawai negeri. Karena itu gelar "penulis" dalam Ezr 7:11 dan Ezr 7:21 menyatakan bahwa Ezra menjabat semacam "sekretaris bagi urusan Yahudi" di istana raja Persia. Tetapi gelar resmi "penulis" oleh si Muwarikh diterangkan berdasarkan tindakan Ezra di Yerusalem, Neh 8:8+. "Penulis" ialah orang yang membaca, menterjemahkan dan menafsirkan hukum Taurat bagi umat. Penulis menjadi "ahli Taurat". Dengan Ezra mulailah jabatan itu, yang pada masa sesudah pembuangan semakin berkembang. Para ahli Taurat/Kitab yang tampil dalam Perjanjian Baru merupakan cucu-cucu Ezra "penulis yang mahir".
(0.84) (Ezr 2:1) (sh: Orang Yahudi mau tetap tinggal di Babilonia karena mereka (Rabu, 1 Desember 1999))
Orang Yahudi mau tetap tinggal di Babilonia karena mereka

sudah berhasil dalam perdagangan dan usaha mereka. Dengan kata lain, "buat apa kembali ke Yerusalem, negeri yang membutuhkan waktu lama untuk dibangun kembali, bila sudah memiliki kehidupan yang mapan di negeri orang?" Karena itu hanya orang-orang yang digerakkan hatinya oleh Allah yang berkomitmen untuk kembali. Mungkin yang tinggal, menganggap keputusan yang mereka ambil adalah tepat, karena faktor kenyamanan; tetapi nama mereka tidak dicantumkan dalam firman Allah. Sebaliknya, mereka yang kembali ke Yerusalem mendapatkan berkat yang tidak dapat dinilai dengan uang dan harta, yaitu nama mereka tercantum dalam firman Allah dan menyaksikan pembangunan kembali Bait Allah. Manakah yang kita pilih?

Hati yang terbuka. Mengapa mereka memilih untuk tetap tinggal di Babilonia? Kenikmatan dan kemapanan sering menutup hati dan mata terhadap pimpinan Tuhan. Biarlah hati kita selalu terbuka terhadap pimpinan Tuhan, sehingga apabila Ia memanggil dan menggerakkan hati untuk melakukan pekerjaan dan kehendak-Nya, maka dengan penuh kerelaan kita meresponinya.

Renungkan: Bukalah hati dan persilakan Tuhan menggenapkan rencana-Nya melalui kita.

(0.84) (Ezr 3:1) (sh: Altar Allah adalah nomor satu (Kamis, 2 Desember 1999))
Altar Allah adalah nomor satu

Bila mereka yang tetap ingin tinggal di Babilonia memiliki alasan sendiri, maka bagi mereka yang ingin kembali pun memiliki alasan sendiri. Tentunya alasan tersebut berbeda makna dan kepentingannya. Mereka yang memutuskan untuk kembali memiliki semangat nasionalisme dan kesungguhan hidup spiritualitas agama mereka. Mereka datang dari berbagai kota dan berkumpul sebagai satu bangsa di Yerusalem untuk menyembah di altar Allah. Demi semua itu mereka tak segan-segan meninggalkan segala urusan pekerjaan mereka. Mereka lebih memilih mengutamakan dan mendahulukan altar Allah. Bahkan mereka pun tidak takut terhadap musuh-musuh mereka. Sikap ini mengingatkan kita pada nenek moyang bangsa Israel, yakni Abraham, yang tak pernah lupa untuk mendirikan altar Allah di mana pun ia berada.

Tempat Allah adalah terdepan. Ketika tiba di Yerusalem, mereka menjumpai reruntuhan dan semak ilalang. Pekerjaan berat menghadang di depan mereka. Apa yang mereka lakukan adalah tepat sekali, yaitu mereka mendahulukan Allah, pulang ke Yerusalem dan membangun kembali kota itu. Apa pun kesulitan yang menghadang kita, tetaplah berkomitmen untuk mendahulukan Allah. Dengan demikian pujian dan sukacita akan memenuhi hati kita.

(0.84) (Ezr 6:13) (sh: Sumber sukacita (Selasa, 7 Desember 1999))
Sumber sukacita

Meskipun harus mengalami kesulitan dan halangan selama bertahun-tahun, akhirnya pembangunan Bait Allah dapat diselesaikan. Dengan jalan menggerakkan hati para pembesar dan raja untuk mengubah sikap mereka terhadap Yehuda, Allah mengisi kehidupan Yehuda dengan sukacita. Ungkapan syukur mereka luapkan ketika rumah Tuhan ditahbiskan. Sukacita itu terpancar sebagai respons atas kebaikan Allah, Sang Sumber sukacita. Berbagai hal dialami umat Kristen zaman ini, tetapi bila kita melihat dan menikmati buah pembangunan "rumah Allah" kelak, maka hati kita akan melimpah dengan syukur dan sukacita.

Allah masih terus bekerja. Pembangunan kembali rumah Allah membutuhkan waktu yang panjang. Dalam waktu yang panjang itu Allah tidak pernah berhenti bekerja memulihkan keadaan umat. Dalam perwujudan rencana tersebut, kadang-kadang Allah bekerja di dalam dan melalui kehidupan musuh umat-Nya. Kita harus beriman bahwa rencana dan tindakan musuh yang dipakai Allah tidak akan melewati batas rencana dan kedaulatan-Nya.

Renungkan: Segala usaha yang kita lakukan demi terciptanya suatu kesatuan umat Allah membutuhkan waktu yang lama. Bersabarlah, karena dalam waktu-waktu yang panjang itu Allah tetap bekerja.

(0.84) (Ezr 7:28) (sh: Bukan pemimpin "One man show" (bekerja sendiri) (Jumat, 10 Desember 1999))
Bukan pemimpin "One man show" (bekerja sendiri)

Ezra diberi wewenang yang besar dari raja Koresy, namun hal ini tidak membuat dia ingin mengungkungi semua bidang pelayanan yang ada. Ezra berpikir realistis, mengakui keterbatasan dirinya. Sebagai pemimpin, Ezra mengikuti peraturan yang ada dan berlaku yaitu "siapa" yang harus memimpin "apa". Karena itu ketika di antara orang-orang yang dipimpin kembali ke Yerusalem tidak ada orang Lewi, maka dia memutuskan untuk meminta didatangkan orang Lewi. Baginya tugas menyelenggarakan ibadah di rumah Allah adalah tugas orang Lewi.

Perlunya budaya malu. Malunya Ezra perlu diteladani. Ia sudah memproklamirkan siapa Allah dan apa yang akan dilakukan-Nya bagi bangsa Yehuda. Jika sekarang Ezra menghadapi masalah, ia hanya akan berpaling kepada Allah, bukan kepada raja Koresy yang secara lahiriah mampu memberikan pertolongan. Ia malu jika ia tidak menerapkan apa yang ia yakini dan imani. Kristen harus belajar dari sikap dan keyakinan iman Ezra. Apa artinya mengandalkan diri dan orang lain, bila hal yang sesungguhnya itu berasal dari Allah? Lebih tepat dan lebih terjamin apabila kita langsung berpaling kepada Allah!

Renungkan: Peliharalah budaya malu kepada Allah, hal itu akan mengontrol kemauan diri untuk bergantung kepada manusia.



TIP #19: Centang "Pencarian Tepat" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab tanpa keluarga katanya. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA