Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 121 - 140 dari 1303 ayat untuk masih banyak lagi AND book:[1 TO 39] (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.46) (Ul 5:3) (ende)

Disini didjelaskan maksud dari pembaharuan deuteronomistis. Bangsa Israel jang hidup pada achir djaman radja: perlulah sadar kembali terhadap aktualitas Perdjandjian serta kewadjiban-kewadjiban Perdjandjian. Umat harus memilih sekali lagi dan menerima perdjandjian itu dengan sadar. Oleh penulis berita itu digambarkan setjara historis sebagai kata-kata Musa terhadap mereka jang masih mengalami kedjadian-kedjadian di Sinai itu dari dekat.

(0.46) (Yeh 29:21) (ende: tanduk)

ialah lambang biasanja jang berarti: kekuasaan (seorang radja sadja atau al-Masih?)

(0.46) (Am 9:11) (ende)

Pada masa depan (al-Masih) wangsa Dawud, jang sekarang runtuh, akan dipulihkan. Keradjaan Israil dan Juda akan bersatu lagi dibawah pimpinan radja dari wangsa Dawud. Keradjaan akan dipulihkan menurut batas jang di-idam2kan (Amomasih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="ende">9:12) dan jang kira2 terwudjud pada djaman Dawud.

(0.45) (1Sam 26:1) (sh: Keteguhan hati. (Sabtu, 07 Februari 1998))
Keteguhan hati.

Daud berhadapan kembali dengan kesempatan untuk membunuh Saul. Namun Daud tetap teguh pada janjinya, untuk tidak mencelakakan orang yang telah diurapi Tuhan. Tuhan sendirilah yang akan berurusan dengannya (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">23). Daud bisa bersikap demikian sebab yakin bahwa Tuhan yang benar dan adil tahu bagaimana mengurus Saul dengan cara-Nya sendiri. Sekali lagi Daud menunjukkan sikap seorang pahlawan Tuhan. Berjuang demi kemuliaan nama Tuhan, berkorban demi kepentingan banyak orang, bertekad untuk terus mempertahankan kebersihan perjuangannya.

Kerapuhan janji. Dua kali Saul dibiarkan selamat oleh Daud dan dua kali pula Saul berjanji untuk tidak mencelakakan Daud bahkan mengakui segala kesalahan dan dosanya. Memang pada bagian Alkitab selanjutnya tidak diceritakan tentang adanya usaha Saul untuk mencelakakan Daud lagi, namun dengan tidak kembalinya Daud ke istana, bahkan akhirnya malah mencari suaka politik kepada raja Akhis, memberikan petunjuk tentang kemungkinan rapuhnya janji Saul (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">27:5). Jangan mengucapkan janji demi nama Tuhan jika tidak dapat menepatinya, karena itu berarti sudah mendustai dan mempermainkan Allah. Camkan! Umat yang melanggar janji kesetiaannya kepada Allah adalah umat yang mempermainkan kemuliaan Allah.

(0.45) (2Sam 20:1) (sh: Mengail di air keruh. (Selasa, 14 Juli 1998))
Mengail di air keruh.

Lagi-lagi kita melihat kelicikan manusia. Ketegangan yang terjadi di antara suku-suku Israel dan Yehuda dimanfaatkan oleh Seba untuk memperoleh kekuasaan. Ia menghasut bangsa Israel dengan menyebarkan isu buruk tentang Daud, dan hasutan itu berhasil. Akankah ada sejahtera dalam hati bila memperoleh kedudukan dengan fitnah dan hasutan?

Pengabdian yang tulus. Untuk memadamkan pemberontakan Seba, Daud menunjuk Abisai, saudara Yoab, namun kita juga membaca bahwa Yoab ikut berjuang meski sudah tidak termasuk pasukan Daud. Kesediaan Yoab berjuang didasarkan pada kerinduannya mengabdi kepada raja bahkan kepada Tuhan sendiri yang mengangkat Daud sebagai raja Israel.

Nasihat bijaksana. Keberadaan seorang perempuan itu tidak diperhitungkan dalam budaya Yahudi. Tetapi ketika Yoab bermaksud menghancurkan kota Abel-bet-Maakha, tampillah seorang perempuan mengingatkan dengan pertanyaan yang singkat namun sarat makna (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">16-19). Hal ini mencerminkan kepedulian seseorang terhadap tindakan fatal dan mendatangkan banyak korban.

Renungkan: Meski bukan hal besar yang mampu Anda lakukan, sebuah kepedulian itu besar artinya. Bayangkan andai Tuhan tak peduli kepada ciptaan-Nya apa yang terjadi?

(0.45) (Mzm 12:1) (sh: Dunia dalam lautan dusta dan kecurangan (Rabu, 10 Januari 2001))
Dunia dalam lautan dusta dan kecurangan

Kecurangan demi kecurangan terus terjadi dalam masyarakat kita. Dusta demi ambisi pribadi, dusta demi keuntungan materi, dan dusta demi mempertahankan kedudukan, merupakan pemandangan yang dapat kita lihat setiap hari. Belum lagi penindasan dan pengeksploitasian orang-orang yang miskin dan lemah terus berlangsung tanpa ada satu pembelaan yang berarti bagi mereka. Apakah kenyataan ini membuat kita prihatin dan berontak? Ataukah kita tidak peka lagi karena kita mungkin ikut terlibat di dalamnya? Apa yang harus kita lakukan?

Pemazmur, ketika melihat masyarakat di sekelilingnya penuh dusta dan kecurangan, ia hanya berseru `tolong' sebagai ungkapan permohonannya (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">2). Mengapa hanya satu kata singkat yang diungkapkan kepada Allah? Apakah masalahnya terlalu sederhana? Sebaliknya Ia kebingungan dan ketakutan karena orang saleh telah habis, demikian pula orang-orang yang setia telah lenyap. Habisnya orang saleh dan lenyapnya orang setia ini bisa jadi karena kematian, pergi dari masyarakat, atau tidak lagi menjadi saleh. Dalam konteks ini nampaknya banyak orang yang meninggalkan kesalehan dan kesetiaannya. Inilah yang mendorongnya dengan kuat untuk minta tolong dan karena terlalu mendesak dan menyesak maka ia hanya mampu mengatakan satu kata `tolong`.

Kondisi masyarakat di sekeliling pemazmur memang sangat parah. Menjadi orang fasik bukan lagi suatu hal yang memalukan, bahkan seperti sudah menjadi kebanggaan dan hal yang patut dipamerkan (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">9). Jika sudah demikian maka masyarakat tidak lagi peka terhadap amoralitas ataupun kebejatan yang terjadi di sekeliling mereka. Semua itu sudah menjadi bagian hidup mereka. Bagaimana pemazmur dapat bertahan, sehingga ia tidak habis lenyap? Ia melandasi hidupnya dengan keyakinannya kepada firman Tuhan yaitu bahwa Ia akan menjaga dan melindunginya. Dengan kata lain, firman Tuhanlah yang menopang dan menyokong kehidupannya, sehingga walau apa pun yang terjadi di sekitarnya ia tidak akan menjadi habis ataupun lenyap. Ia tetap akan setia dan hidup benar.

Renungkan: Pilihan di hadapan Kristen adalah habis lenyap atau bertahan setia. Untuk menjadi habis lenyap jauh lebih mudah, namun konsekuensinya? Untuk bertahan setia sangat sulit, namun mahkotanya? Jika Anda pilih yang kedua: baca, renungkan, dan taati firman-Nya.

(0.45) (1Raj 11:1) (sh: Dosa dan konsekuensinya (Rabu, 16 Februari 2000))
Dosa dan konsekuensinya

Dalam perikop ini dosa puncak Salomo digambarkan tanpa penjabaran kejayaannya. Ia tidak hanya mempunyai banyak istri (walaupun ia tahu bahwa hal ini dilarang Allah), namun hatinya pun telah terpaut kepada allah-allah lain karena istri-istrinya. Perjalanan akhir hidupnya sangat ironis dan kemunafikan. Dahulu ia memanjatkan doa berkat untuk rakyatnya, ia mengharapkan hati seluruh umat dan dirinya dicondongkan kepada Tuhan agar hidupnya selalu menurut dan setia pada firman-Nya. Namun kenyataannya sekarang, hati Salomo condong ke allah lain.

Inilah puncak dosa Salomo. Hati adalah pusat segala kehendak manusia. Jika kehendak Salomo tidak lagi berpusat pada Allah melainkan kepada dirinya sendiri, maka bisa dipastikan segala tindakan-tindakan yang direncanakan dan dilakukan juga tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Bahkan ia sudah berani secara terang-terangan mendirikan bukit-bukit pengorbanan untuk semua istrinya.

Dampak dosa yang dilakukan Salomo tidak dapat dilokalisir hanya pada lingkungan istana, tetapi telah menjadi preseden yang sangat buruk bagi seluruh bangsa Israel. Akibatnya mereka pun akan melakukan apa yang dilakukan oleh rajanya. Dengan kata lain dampak dosa Salomo sudah menasional dan sudah merusak kehendak seluruh bangsa Israel juga.

Dampak terberat bagi Salomo adalah kejayaan yang telah ia bangun dengan susah payah akan memudar. Hanya karena komitmen penuh Allah kepada Daud, semua itu baru akan terjadi setelah Salomo meninggal. Dengan kata lain, jika secara penampakannya hingga akhir hidup Salomo, ia sendiri tidak mengalami hukuman atas dosanya, ini tidak berarti bahwa ia terbebas dari segala hukuman dosa atau Allah tidak tegas terhadap dosa yang sudah memuncak. Hanya anugerah Allah semata, konsekuensi itu akan dijatuhkan dan menghantam masa depan seluruh keluarga Salomo.

Renungkan: Bila kita melihat seorang yang telah melakukan dosa namun hidupnya nampak tenang dan masih menikmati kedudukan dan kekuasaannya, jangan beranggapan bahwa ia terbebas dari konsekuensi dosa. Hanya karena kasih karunia-Nya, Allah menunda hukuman-Nya, tetapi kelak pasti akan dijatuhkan setimpal dengan dosanya, sesuai dengan waktu dan kehendak-Nya.

(0.45) (1Taw 29:1) (sh: Persembahan bagi Allah (Senin, 25 Februari 2002))
Persembahan bagi Allah

Setelah berbicara dengan para pembesar Israel, Daud berbicara kepada segenap jemaah (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">1). Fokus pembicaraan adalah dukungan keuangan untuk pembangunan Bait Suci. Pidato Daud dibagi dalam 3 bagian: [1] Penjelasan kebutuhan (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">1), [2] Teladan pribadi Daud (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">2-5a), dan [3] Tantangan Daud bagi jemaah (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">5b).

Pertama, Daud menjelaskan mengapa pembangunan ini harus didukung. Alasannya adalah karena Salomo masih muda dan kurang berpengalaman (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">1) sehingga tidak mampu memikul tanggung jawabnya sendiri (lih. juga masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">22:2-5). Kedua, Daud berkomitmen mendukung Salomo dengan menyumbang dari harta istana secara berlimpah-limpah (ayat 2). Lebih dari itu, ia menyumbangkan harta pribadinya (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">3-5a). Ini menunjukkan antusiasme Daud dalam pembangunan Bait Suci. Ketiga, Daud kemudian menantang jemaah untuk mengikuti teladannya, yaitu dengan menyucikan diri mereka melalui memberikan persembahan secara sukarela (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">5b).

Ajakan Daud menyebabkan para jemaah tergerak, dimulai dari para para pemimpin Israel (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">6). Bagian ini dapat dibagi 2 bagian lagi: [1] Tindakan persembahan (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">6-8) dan [2] Respons setelah persembahan (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">9). Ada beberapa catatan penting di sini. Pertama, disebutkan bahwa para kepala suku, kepala puak, para kepala pasukan, dan para pemimpin pekerjaan yang memberikan persembahan. Ini mewakili seluruh rakyat Israel. Kedua, mereka memberikan dengan sukarela (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">6). Tindakan ini tidak diwajibkan, dan para pemimpin Israel memberikan persembahan lebih dari biasanya. Ketiga, jumlah persembahan sangat besar, mencakup logam-logam berharga dan bahkan batu permata (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">7-8). Dengan tindakan itu, jemaah dan Daud bersukacita (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">9). Mereka memberi dengan sukarela dan sepenuh hati untuk Allah, dan ada keselarasan antara raja dan rakyatnya.

Melalui ini, komunitas pascapembuangan diajak untuk memberikan dukungan keuangan lebih banyak bagi pemulihan Bait Suci (lih. Mal. 3:8-12), dan untuk pemulihan, raja perlu menyatukan umat dari berbagai suku. Dengan itu semua, sukacita akan mereka peroleh.

Renungkan: Kuduskan diri Anda dengan memberikan persembahan yang terbaik bagi Allah, dan persembahan yang terbaik itu ialah berikan diri Anda sendiri!

(0.45) (Im 12:1) (sh: Kenajisan karena melahirkan (Sabtu, 14 September 2002))
Kenajisan karena melahirkan

Kali ini kita bertemu dengan kenajisan yang berhubungan dengan sesuatu yang berasal dari diri manusia sendiri. Hal yang menurut Tuhan perlu dianggap najis itu adalah pengeluaran cairan sesudah seorang perempuan bersalin. Jadi yang najis bukanlah hal bersalin itu sendiri atau beroleh anak, melainkan mengeluarkan cairan darah sehabis bersalin yang sebenarnya adalah sesuatu yang wajar. Pada tahap awal biasanya cairan itu berwarna merah segar, persis seperti cairan yang keluar ketika menstruasi yang juga oleh Allah diatur sebagai sesuatu yang menajiskan (pasal masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">15). Pada tahap kedua cairan itu berubah merah tua kecoklatan, dan akhirnya ditahap ketiga berubah lagi menjadi merah pucat. Prempuan yang bersalin anak laki-laki selama tujuh hari tidak boleh kena apa pun termasuk ke Bait Allah, atau dua minggu bila anaknya perempuan, agar tidak menajiskan.

Untuk pembaca modern, peraturan ini menimbulkan tanda tanya. Mengapa sesuatu yang wajar dan merupakan bagian dari kodrat wanita dianggap najis? Lebih membingungkan lagi adalah mengapa darah yang dikeluarkan oleh perempuan sehabis bersalin merupakan hal yang disoroti sebagai pembuat kenajisan. Ada tiga hal yang dapat kita pelajari. Pertama, mahluk-mahluk hidup yang sekarat mengeluarkan darah atau cairan yang berbahaya. Jadi peraturan ini mengingatkan agar orang berhati-hati terhadap dosa dan segala hal yang membahayakan hidup. Kedua, kehilangan banyak darah dapat mengakibatkan kematian. Jadi peraturan ini mengingatkan bahwa sesuatu yang kehilangan unsur kehidupan adalah tidak layak. Satu hal lagi yang dapat kita pertimbangkan adalah bahwa mengeluarkan darah sehabis bersalin adalah wajar, baik dalam peraturan kurban maupun dalam proses mengandung darah adalah karunia hidup dari Allah. Sesuatu yang baik bisa juga menjadi najis bila tidak diatur. Itulah yang mungkin hendak Allah tanamkan dalam pengertian umatNya tentang kekudusan.

Renungkan: Seks, hubungan kasih, anak, teknologi, dlsb. Adalah karunia-karunia baik Allah yang perlu dikuduskan. Bila tidak hal-hal tersebut bisa saja menajiskan dan mematikan rohani kita.

(0.45) (Yes 49:14) (sh: Kau tidak Ku lupakan (Rabu, 17 Agustus 2005))
Kau tidak Ku lupakan

Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalah. Peribahasa ini berarti kasih ibu kepada anak tiada terputus sampai mati, tetapi kasih anak kepada ibu kadang-kadang amat sedikit dan dapat hilang. Ungkapan seperti ini dipakai Allah untuk menunjukkan kasih-Nya kepada Israel.

Wajarlah Israel beranggapan Allah telah melupakan mereka sebab mereka tidak ditolong-Nya saat Nebukadnezar menyerbu Yerusalem. Mereka justru ditawan ke negara Babel. Setelah puluhan tahun di tanah pembuangan, mereka semakin yakin Allah melupakan mereka (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">14, 21). Perasaan Israel ini dijawab Allah dengan pertanyaan retoris: "Bagaimana mungkin seorang ibu tidak lagi peduli kepada anak kandungnya?" (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">15-16). Tuhan sekali lagi menegaskan bahwa Ia mengingat umat pilihan-Nya itu. Israel tetap akan menjadi umat yang dikasihi Tuhan (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">15-16).

Allah bukan sekadar mengakui bahwa Israel adalah milik-Nya, tetapi Ia membuktikannya. Pertama, Tuhan akan membangun Sion kembali. Orang-orang yang dipakai Allah untuk membangun akan berkumpul bersama untuk merestorasi Sion (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">17-18). Akibatnya banyak orang akan datang memadati daerah Israel dan generasi yang tertinggal akan dipulihkan (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">19-21). Kedua, Israel akan menjadi bangsa yang dihormati semua bangsa dan tidak lagi mendapat malu (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">22-23). Semua janji-Nya akan digenapi karena Ia Allah yang setia pada umat-Nya. Ia membebaskan umat-Nya dari musuh mereka dan akan menghukum musuh itu (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">24-26).

Pada saat penderitaan dan tekanan hidup menimpa, kita sering merasa Tuhan telah melupakan bahkan meninggalkan kita. Sebenarnya, Tuhan tetap mengasihi kita bahkan Ia mau memulihkan kita. Yang perlu kita lakukan adalah tetap percaya kepada-Nya dan tekun menantikan pertolongan-Nya meski solusi belum dapat kita lihat.

Renungkan: Tuhan mengingat setiap anak-Nya satu per satu. Setiap kita memiliki tempat khusus di hati-Nya.

(0.45) (Yeh 14:1) (sh: Allah bukanlah alternatif (Minggu, 29 Juli 2001))
Allah bukanlah alternatif

Apa pun karakteristik dosa para pemimpin Yehuda yang ada di Yerusalem, yang sangat jelas adalah Allah tidak lagi menempati prioritas utama dalam hati mereka. Allah hanya sebuah alternatif bagi mereka. Inilah yang menghalangi hubungan antara Allah dengan mereka. Allah tidak akan menjawab mereka ketika mereka minta petunjuk kepada nabi (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">1), tetapi Allah justru akan menghukum bahkan melenyapkan mereka yang mengagungkan berhala (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">4, 8). Tindakan Allah ini terkesan sangat otoriter dan sadis. Namun kita harus memahaminya dari perspektif bahwa Allah justru membantu mereka untuk mempertegas sikapnya sebab ketika mereka sudah tidak lagi memprioritaskan Allah, maka mereka bukan lagi bagian dari umat Allah.

Melihat seluruh rakyat Yehuda juga hanya menempatkan Allah sebagai sebuah alternatif (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">5), kita dapat menyimpulkan bahwa setiap manusia termasuk umat Allah memang mempunyai kecenderungan untuk menempatkan Allah hanya sebagai sebuah alternatif. Benarkah demikian? Remedial apa yang dibutuhkan? Tidak lain tidak bukan adalah pertobatan sejati yang memimpin mereka kembali menjadi umat Allah. Pertobatan ini bukanlah alternatif sebab penghukuman yang dahsyat sudah menanti umat Allah yang mempunyai kehidupan ibadah yang munafik dan para nabi yang menghasut umat-Nya (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">10).

Renungkan: Faktor-faktor apa dalam kehidupan kita yang seringkali membuat atau mungkin memaksa Kristen menempatkan Allah hanya sebagai alternatif? Apakah Allah sekarang juga hanya sebagai alternatif dalam hidup kita karena harta kita sudah cukup banyak, karena karier kita sudah mapan, atau karena kita sedang mengejar harta dan karier? Bertobatlah sebelum penghukuman itu datang. Ini bukan alternatif.

Bacaan untuk Minggu Ke-8 sesudah Pentakosta

Amos 7:12-17

Efesus 1:3-10

Markus 6:7-13

Mazmur 85:7-13

Lagu: Kidung Jemaat 243

PA 4 Yehezkiel 8:1-18

Bangsa Yehuda sebagai umat pilihan Allah yang sejak nenek moyangnya banyak mengalami berkat dan keajaiban dari Allah, telah terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan kekejian di hadapan Allah yaitu menyembah Allah dan menyembah ilah lain baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Kita akan bersama-sama melihat 4 kekejian Yehuda agar kita sebagai Kristen yang sudah mengalami berkat dan keajaiban dari Allah di dalam Yesus Kristus dapat menarik pelajaran-pelajaran yang penting, sehingga kita tidak terjerumus ke dalam dosa yang sama.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Kekejian pertama apakah yang dilakukan oleh Yehuda (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">5)? Mengapa Allah memandangnya sebagai kekejian (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">6)? Apa yang Allah harus lakukan dan mengapa? Apa dampak tindakan Allah terhadap Yehuda?

2. Apakah kekejian kedua dan oleh siapa dan dimana kekejian itu dilakukan (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">10-11)? Mengapa mereka melakukannya di balik tembok? Mengapa mereka melakukan kekejian itu (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">12)? Pelajaran apa yang Anda dapatkan dari kedua pertanyaan tadi? Mengapa kekejian ini lebih besar dibandingkan sebelumnya?

3. Apa yang dilakukan oleh perempuan-perempuan Yehuda (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">14)? Dimana mereka melakukannya? Bandingkan dengan tempat kekejian kedua dilakukan! Kesimpulan apa yang dapat Anda ambil? Mengapa kekejian ketiga ini dinilai lebih besar oleh Allah?

4. Dimanakah kekejian keempat dilakukan (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">16)? Siapa dan apa yang mereka lakukan (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">16)? Mengapa Allah menilai bahwa ini adalah kekejian yang paling besar? Apa yang Allah akan lakukan atas mereka (ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">18)? Bagaimana Anda menilai tindakan Allah tersebut?

5. Berdasarkan penggalian di atas siapa saja yang dapat melakukan kekejian itu? Apa makna fakta ini bagi kita? Ceritakan kembali tingkatan kekejian yang dilakukan oleh Yehuda! Tingkatan-tingkatan itu dapat menunjukkan proses terjadinya kekejian yang lebih besar dan berbagai bentuk perzinahan rohani. Setujukah Anda? Jelaskan! Bagaimanakah bentuk kekejian pertama hingga keempat dalam zaman ini? Apa yang dapat memotivasi Kristen melakukan itu? Bagaimanakah kita harus melawannya?

(0.45) (Yeh 36:1) (sh: Tanah dan ranah (Selasa, 13 November 2001))
Tanah dan ranah

Tanah adalah berkah. Berkah adalah ranah (unsur atau elemen yang dibatasi) -- tiada berkah tanpa perbatasan. Ketika berkah tak lagi dianggap sebagai anugerah, kala tanah tak lagi dipertahankan cerah, di sanalah ranah dilanggar dan sang kafilah harus menanggung amarah.

Bagi bangsa Israel, tanah adalah sesuatu yang amat kudus -- jauh dari urusan broker seperti sekarang (lihat Im. 25). Tanah mengandung unsur rohani yang begitu dalam -- tanah Palestina adalah tanah Allah sendiri. Karena itulah tanah ini kudus: bukan karena pada dirinya sendiri tanah itu kudus, tapi karena Allah yang kudus memberikannya kepada Israel dan hadir di sana.

Mereka yang berada di Babel menangis. Tanah mereka dilalap habis oleh musuh yang bengis. Salah mereka sendiri. Mereka kemudian rindu rumah. Allah memberikan sepercik kebahagiaan lewat kata. Ia berjanji akan melawan musuh-musuh Israel. Edom akan dihancurkan dan tanah terjarah dapat kembali dihuni. Bangsa Israel akan mendapatkan kembali harta mereka yang sangat berharga. Keadaan akan kembali seperti dulu ketika Daud berkuasa, bahkan lebih daripada itu! Penderitaan bukan selama-lamanya. Harapanlah yang tinggal tetap.

Ayat masih+banyak+lagi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">16-21 menunjukkan suatu keadaan yang sangat menyedihkan. Waktu kekudusan tanah dilanggar, kekudusan Allah dilanggar pula. Kenajisan Israel digambarkan seperti wanita sehabis menstruasi, menyebabkan Allah murka dan menarik berkah-Nya. Tanah itu tiada lagi dapat didiami. Bangsa Israel tersebar ke mana-mana. Hukuman Allah tersebut membawa akibat kedua: kini bangsa-bangsa lain mencemoohkan nama Allah sendiri. Musuh- musuh Israel berkata, "Di mana Yahweh? Bukankah Allah mereka tidak berkuasa?" Nama Allah pun dipermalukan.

Renungkan: Allah yang kudus telah memberikan banyak hal yang baik bagi kita. Kita perlu ingat bahwa setiap berkat memiliki batasnya: jangan menajiskan berkat itu! Berdoalah pada Tuhan agar Anda dapat menghargai anugerah-Nya, sehingga Anda terluput dari hukuman dan tidak mempermalukan Sang Pemberi Rahmat!

(0.44) (1Raj 10:1) (sh: Batas tipis antara sukses dan dosa (Selasa, 15 Februari 2000))
Batas tipis antara sukses dan dosa

Sekali lagi kekayaan dan hikmat Salomo yang melebih segala raja di bumi dijabarkan dalam pasal ini. Semua raja memujinya, bahkan ratu Syeba dari Afrika pun menyempatkan diri mengunjungi untuk memuaskan rasa penasaran mengenai berita-berita yang membicarakan Salomo dan untuk menerima pengajaran hikmat dari Salomo (Mat. 12:42). Ini menandakan bahwa kebesaran dan keagungan Salomo bukanlah omong kosong, karena orang yang berada jauh di seberang benua pun mendengar kemasyhurannya. Singkat kata Salomo berada pada puncak kejayaannya.

Kejayaan yang meroket tinggi ini hanya berbatas tirai yang tipis dengan kehidupan yang berkompromi dan melupakan firman Tuhan. Dalam masa itu, tidak tercatat Salomo menaati peraturan bagi raja Israel yang diberikan oleh Allah (Ul. 17:14-20). Misalnya: tidak dicatat bahwa ia menyuruh bawahannya untuk menuliskan kembali hukum Allah dan menaruh di samping takhtanya. Sebaliknya di samping takhtanya hanya ada barang-barang yang terbuat dari emas yang menandakan bahwa ia memiliki banyak sekali emas (ayat 18-21). Ia pun berhasil mengumpulkan banyak kuda dan kereta kuda yang didatangkan dari berbagai daerah (ayat 26-29). Padahal Allah telah melarang para raja Israel untuk mengumpulkan emas terlalu banyak dan banyak kereta kuda agar mereka tidak bergantung pada kekuatan dan kekayaannya sendiri.

Dalam keadaan diberkati secara luar biasa, Salomo melakukan pelanggaran. Walaupun Allah belum menegur, tidak berarti dosa yang dilakukan Salomo dianggap remeh. Ini lebih menunjukkan bahwa dosa yang dilakukan Salomo belum memberikan efek yang fatal bagi dirinya dan bangsanya. Kehidupan Salomo merupakan contoh realita paradoks yang berbahaya dari kehidupan orang percaya. Di satu sisi tampaknya Salomo menikmati penggenapan janji Allah yang sudah diberikan sejak nenek moyang bangsa Israel, di sisi lain ia telah secara nyata melanggar apa yang Allah larang, walaupun tampaknya tidak begitu kelihatan.

Renungkan: Kekudusan dan kemurnian iman seseorang tidak diindikasikan dengan keberhasilan hidupnya, walaupun itu merupakan berkat Allah secara penuh. Tolok ukur kesuksesan yang mutlak adalah firman Tuhan dan bagaimana memegang dan menaati- nya. Adakah realita paradoks kehidupan dalam hidup Anda kini?

(0.44) (Kej 30:24) (bis: Yusuf)

Yusuf: Nama ini bunyinya seperti kata Ibrani yang berarti "ia memberi lagi" dan "ia menghilangkan".

(0.44) (Hos 8:10) (bis: menghukum mereka)

menghukum mereka atau: mereka tak akan lagi mengangkat raja atau pejabat-pejabat mereka sendiri.

(0.44) (Ul 4:39) (ende)

Seluruh kitab ini sekali lagi merupakan pengakuan jang djelas terhadap satu Allah jang tunggal.

(0.44) (Rut 1:9) (ende)

Na'omi berharap, kedua anak-menantunja akan bersuami lagi.

(0.44) (1Sam 12:1) (ende)

meneruskan 1Sa 10:17-24. Sjemuel sekali lagi muntjul sebagai pelawan keradjaan.

(0.44) (2Raj 6:27) (ende)

Sebangsa kutuk. "Dari penebahan dan pengindjakan" itu ialah: tiada lagi gandum, anggur dan minjak.

(0.44) (2Taw 11:20) (ende: sesudah)

disini tidak berarti setelah isteri pertama meninggal, melainkan hanjalah: mengambil isteri lain lagi.



TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA