Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 101 - 120 dari 160 ayat untuk membesarkan dirinya AND book:[1 TO 39] AND book:19 (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.74) (Mzm 87:1) (sh: Kota Sion, kota Allah. (Selasa, 25 Agustus 1998))
Kota Sion, kota Allah.

Dengan penuh keyakinan dan keberanian pemazmur menyatakan bahwa Kota Sion adalah Kota Allah. Luar biasa! Padahal banyak kota yang bersejarah di Israel. Apa yang membuat kota Sion lebih unggul, lebih utama, lebih istimewa, lebih dicintai Tuhan? Karena Tuhan sendiri membangun, dan mendirikan-Nya (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1). Kemuliaan Sion bukan dari dirinya sendiri, tetapi dari Tuhan Allah yang mencintai-Nya (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">3). Sedangkan kota-kota lain tidak pernah digambarkan dengan hal-hal mulia. Untuk memperjelas keistimewaan Kota Sion ini kita bandingkan dengan. membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">2:6">Mzm. 2:6; membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">2:3">Yes. 2:3; Ibr. 12:22; Why. 14:1).

Yerusalem Baru. Perenungan pemazmur tiba-tiba beralih ke Yerusalem di masa depannya. Kota itu bukan lagi pusat kegiatan orang-orang Yahudi saja tetapi segala bangsa dari penjuru dunia. Ia akan menjadi kota internasional. Ia akan menjadi pusat dunia. Dalam Kitab Wahyu kita membaca penglihatan tentang kota surgawi yaitu Yerusalem baru, wujud Kerajaan Allah di muka bumi ini. Meski Gereja tidak identik dengan Kerajaan Allah, tetapi sebagai bagian darinya, hendaknya kemuliaan Allah sungguh terpancar di dalam keberagaman warganya. Tentu gereja harus terus menerus menyampaikan kabar baik supaya melahirkan orang-orang percaya yang mengenal Allah, Tuhan Yesus Kristus (membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1:12">Yoh. 1:12; membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">3:3">Yoh 3:3;. membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">17:3">Yoh 17:3).

Doa: Tuhan, ajarlah kami untuk mensyukuri keistimewaan yang Tuhan anugerahkan. Amin.

(0.74) (Mzm 115:1) (sh: Allah yang menghantar (Selasa, 17 Agustus 1999))
Allah yang menghantar

Ayat-ayat pertama Mazmur ini merupakan doa agar Allah yang hidup, yang mulia pada peristiwa Laut Merah dan sungai Yordan kembali dimuliakan dan ditinggikan, karena Allah sudah tidak lagi ditakuti bangsa-bangsa lain, bahkan dicemooh (2). Dilihat dari perspektif zaman sekarang, hal ini mengingatkan kita bahwa Allah yang sudah menghantar Indonesia menuju kemerdekaan, tidak lagi ditinggikan dan dimuliakan dalam kehidupan yang kudus dan adil. Mulut tidak berkata tentang kebenaran. Kejahatan dan ketidakadilan dibiarkan seolah tidak dilihat. Suara teriak orang tertindas hanya menembus dinding karena telinga tak berfungsi.

Allah yang membimbing. Bagaimana Kristen hidup masa kini, tidak boleh lepas dari apa yang Allah lakukan di masa lalu. Itulah fondasi hidup masa kini dan masa depan. Karena itu Kristen harus mempertaruhkan hidup masa kini dan masa depannya hanya pada-Nya. Perwujudannya adalah dalam kesiapan memuji Tuhan sekarang ini dan sampai selama-lamanya. Tidak berarti bahwa Kristen hanya bernyanyi sepanjang hidupnya, tetapi selalu diwarnai ucapan syukur, karena keyakinan akan diri-Nya. Kita harus yakin bahwa Allah tidak hanya menghantar kepada kemerdekaan, namun akan terus membimbing bangsa ini menuju pada masa depan yang penuh pengharapan.

(0.74) (Mzm 119:1) (sh: Dampak hidup berpegang pada firman Tuhan (Jumat, 20 Agustus 1999))
Dampak hidup berpegang pada firman Tuhan

Selama ini banyak orang beranggapan salah tentang sumber kebahagiaan. Kebahagiaan diukur pada keberhasilan "memperoleh" bukan pada kerelaan "memberi". Orang-orang berlomba-lomba mengejar kebahagiaan sekalipun dengan menggerogoti kebahagiaan orang lain. Cara seperti ini kasar, rakus, memalukan, dan menyeramkan. Kebahagiaan yang sebenarnya bersumber pada kehidupan yang bersih, berkepribadian seimbang, benar, dan jujur di hadapan Allah. Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga orang lain. Itu sebabnya kebahagiaan hanya di dapat dalam Tuhan, di dalam ketaatan kepada hukum-hukum-Nya.

Mempertahankan kelakuan bersih. Kebahagiaan dan kegembiraan hidup bersumber pada kehidupan yang bersih. Mungkinkah seseorang tetap mempertahankan dan memelihara kehidupannya bersih dari dosa dan salah? Bukankah godaan-godaan di sekitar kita, kelemahan diri sendiri, dan aturan-aturan dalam masyarakat seolah membuat kita tidak bisa menjaga hidup bersih? Apa yang diusulkan pemazmur? Pengenalan akan Tuhan dan ketaatan pada firman Tuhan yang diikuti tekad untuk taat pada hukum-hukum Tuhan, mendasari kehidupan yang berkenan kepada-Nya.

(0.74) (Mzm 121:1) (sh: Tuhan Pertolonganku (Rabu, 1 September 1999))
Tuhan Pertolonganku

Dalam dunia yang penuh tantangan dan ancaman, kita memerlukan pertolongan sejati. Pemazmur menyadari ketiadaan pengharapan baik dari dirinya maupun orang lain. Ia mencoba mengarahkan pandangannya ke gunung-gunung, namun di sana pun ia tidak melihat secercah harapan. Akhirnya pemazmur menyadari dan menyatakan dengan tegas bahwa "pertolonganku ialah dari Tuhan". Ialah Pencipta yang Mahakuasa dan Penjaga yang tidak pernah terlelap. Seringkali kita mencari pertolongan pada sesuatu yang tampaknya mampu menolong, namun pada akhirnya kita harus mengakui bahwa tak ada pertolongan lain selain di dalam Tuhan, Penjamin hidup kita.

Tuhan penjagaku. Dalam keadaan bahaya, sangat dibutuhkan penjagaan ketat. Hal ini sangat terasa di sekitar kita yang saat ini banyak ketidakamanan dan ketidaknyamanan. Dalam lingkungan rumah kita, mungkin diberlakukan jadwal siskamling untuk menjaga keamanan. Harus diakui bahwa tak seorang pun mampu berjaga- jaga sepanjang hari tanpa istirahat. Kita berusaha memiliki tempat perlindungan yang senantiasa siaga, yakni Penjaga Israel, Allah kita. Ia bukan saja mampu bertahan menghadapi bahaya, namun secara aktif melindungi umat-Nya. Tak ada Penjaga lain yang sanggup berjaga-jaga seperti Dia.

Doa: Tuhan, Penjagaku, rasa aman hanya kuperoleh dalam-Mu.

(0.74) (Mzm 138:1) (sh: Nama dan firman-Nya (Jumat, 17 September 1999))
Nama dan firman-Nya

Daud mengundang kita untuk memfokuskan pikiran kita kepada Allah, khususnya mengenai nama dan firman-Nya. Nama-Nya dan firman-Nya melebihi segala sesuatu, sehingga semua yang ada di bumi akan menyanyi bagi Tuhan. Nama-Nya besar dan berkuasa, firman-Nya teguh dan kekal. Bila kita memfokuskan pikiran kepada-Nya, maka kita akan belajar percaya akan kasih dan kesetiaan-Nya.

Berharga di mata-Nya. Daud mengenal Allah yang Maha Tinggi, namun Allah mau merendahkan diri-Nya untuk melihat orang yang hina, dan mengenal orang yang sombong dari jauh. Biarlah kita belajar seperti Daud yang percaya bahwa tiap-tiap kita berharga di mata Allah. Tak sehelai rambut pun yang jatuh tanpa sepengetahuan-Nya. Tak seorang pun dianggap hina oleh Dia sehingga lepas dari perhatian-Nya. Inilah makna hidup yang sesungguhnya karena Allah menerima dan menghargai kita.

Tujuan hidup. Jika Allah sudah sedemikian menghargai kita, apa respons kita? Hidup ini milik-Nya, jadi janganlah menyia-nyiakan hidup ini. Kasih-Nya akan menuntun kita untuk hidup bermakna sesuai dengan rencana-Nya. Milikilah tujuan hidup yang jelas dan persembahkan hidup yang kudus dan berkenan kepada-Nya.

(0.73) (Mzm 3:1) (sh: Tuhan Perisaiku (Selasa, 7 Januari 2003))
Tuhan Perisaiku

Di mana di bumi ini yang aman dari bahaya? Di jalan? Teror, perampok, bom, dan kecelakaan menghantui. Di rumah? Sewaktu- waktu kebakaran, ledakan bom, banjir bisa menimpanya. Perisai macam apa yang bisa kita pakai untuk melindungi diri dari ancaman bahaya?

Pemazmur juga melihat di sekelilingnya penuh bahaya. Musuh mengepung dirinya, bukan hanya puluhan atau ratusan, melainkan puluhan ribu (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">7). Ini adalah suasana perang yang dilukiskan dalam mazmur ini. Pemazmur (mungkin raja Daud) sedang terjepit dari segala pihak. Menurut judul mazmur ini, Daud sedang menghadapi makar putranya sendiri, Absalom yang berhasil menghasut hampir seluruh rakyat dan pahlawan untuk menyingkirkan Daud. Namun, bahaya itu ia hadapi dengan berharap kepada Tuhan. Berbagai senjata pencabut nyawa boleh mengancamnya. Memang tidak ada perisai buatan manusia yang dapat melindunginya seratus persen. Tetapi, Tuhan adalah perisai, bukan hanya melindungi pemazmur (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">4), melainkan juga akan balik menghantam semua musuh sampai hancur (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">8). Ajaib, pemazmur merasa tenang dan tidak khawatir lagi, bahkan mampu tidur dengan nyenyak karena perlindungan Tuhan pasti adanya (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">6).

Sejarah mengajarkan bahwa kita tidak dapat mempercayakan kesejahteraan kita sepenuhnya pada sesuatu yang bukan Allah. Terali tidak dapat melindungi nyawa kita. Pengawal pribadi tidak mungkin memberi kebebasan. Jikalau Anda termasuk orang yang mengandalkan uang, senjata, kepandaian, dlsb., segeralah bertobat dan bergantung kepada Tuhan saja. Bahkan andaikan diri kita terancam sekali pun, di dalam Tuhan nasib kekal nyawa kita terjamin sempurna.

Renungkan: Jaminan sejati tidak datang dari dunia ini, tetapi dari surga. Jaminan apa pun dari dunia ini apabila melebihi kedudukan Tuhan, malah bisa berubah menjadi jerat pembantai hidup kita.

(0.73) (Mzm 7:1) (sh: Kedaulatan Allah, Hakim yang adil. (Sabtu, 18 Maret 2000))
Kedaulatan Allah, Hakim yang adil.

Banyak hal terjadi dalam kehidupan kita yang seringkali membuat kita bertanya: "Mengapa    semuanya ini terjadi dalam hidupku, padahal aku telah    mempertahankan hidup benar di hadapan-Nya?" Daud pun mengalami    pergumulan yang sama. Dalam perjalanan hidup iman dan kesalehan    hidupnya di hadapan Tuhan, ia mempertanyakan berbagai tragedi    yang dialaminya. Daud tahu kepada siapa ia mengadukan semuanya    ini.

Di tengah segala tantangan, ancaman, dan penderitaan yang    disebabkan para lawannya, Daud berseru kepada Tuhan yang setia    mendengarkan doanya. Ia berani mengadu dan menyatakan    ketidakbersalahannya, karena keyakinannya akan hidupnya yang    benar. Melalui pergumulan dan jawaban doa, pengenalannya akan    Tuhan semakin bertumbuh. Ia menyadari adanya kedaulatan Tuhan    yang melampaui tindakan, kebenaran, pengertian, dan standar    manusia. Orang benar diizinkan mengalami berbagai tekanan,    ancaman, tantangan, dan pergumulan agar semakin mengerti arti    hidup benar di hadapan-Nya. Justru melalui pergumulan inilah,    ada sesuatu yang begitu istimewa yang dibukakan oleh Tuhan    tentang misteri pergumulan. Orang benar tidak seharusnya    meragukan kehidupan benarnya atau kesetiaan Tuhan kepadanya,    ketika dalam pergumulan.

Daud kenal Tuhan sebagai Hakim yang adil, yang akan murka    kepada orang fasik dan meneguhkan orang benar. Pada akhirnya    Daud menyaksikan bagaimana Tuhan bertindak menyelamatkannya    dengan cara-Nya sendiri. Tuhan memakai berbagai rencana dan    tindakan kejahatan justru untuk menunjukkan keadilan-Nya dan    menyempurnakan pembentukan anak-anak-Nya. Daud dapat bersyukur    ketika ia mengerti dan mengalami bagaimana keadilan-Nya berlaku    dalam kehidupannya.  Betapa leganya ketika dia menyaksikan    bagaimana orang yang merencanakan segala kejahatan itu ternyata    "kena batunya".

Renungkan: Pengalaman dalam kehidupan silih berganti antara    suka dan duka. Kristen hampir tidak pernah lepas dari pergumulan    karena hidup dalam dunia yang berlawanan arus. Teladanilah sikap    pengaduan Daud dengan motivasi mencari jawab dan kepastian    keadilan Tuhan bagi orang benar seperti dirinya. Dan    bersyukurlah bila kita tetap memiliki pengharapan akan keadilan    Tuhan. Ia pasti menyatakan keadilan-Nya.

(0.73) (Mzm 9:1) (sh: Menyaksikan keadilan Allah (Senin, 17 Februari 2003))
Menyaksikan keadilan Allah

Dalam diri orang benar, setiap kali menyaksikan keadaan dirinya dan sekelilingnya, sering kali muncul tanda tanya. Hal yang dipertanyakan adalah: "Kalau Allah adil, mengapa hidupku sengsara, dan justru oleh perbuatan orang yang tidak mengenal Allah?" Orang fasik sebaliknya, merasa aman-aman saja melakukan kejahatan; Tuhan toh tidak peduli atau bahkan Dia tidak pernah ada. Paling tidak pengalaman hidup sehari-hari acap kali membawa kita pada kesimpulan tersebut. Benarkah demikian?

Pemazmur pun sempat mempertanyakan di mana keadilan Tuhan ketika melihat pengalaman sengasaranya sendiri (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">9:14), dan mengapa Tuhan begitu jauh darinya (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">10:1). Padahal, orang fasik justru bersombong-ria di dalam kejahatan mereka, bahkan merasa tidak ada yang dapat menggagalkan rencana-rencana jahat mereka, termasuk Tuhan tidak dapat menghalangi mereka (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">10:2-11). Namun, di dalam pertanyaan dan pergumulannya, si pemazmur tidak kehilangan iman. Ia meyakini bahwa Tuhan tetap adil dan tetap melindungi orang benar (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">9:5) karena Dia hakim yang adil (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">9:8-11; 10:16-18). Dia yang akan membalaskan orang jahat dengan keadilan-Nya (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">9:6-7, 16-19). Oleh sebab itu, si pemazmur menutup doa pengucapan syukurnya (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">9:2-3) dengan permohonan sekali lagi supaya keadilan Tuhan ditegakkan, orang fasik dibinasakan (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">10:12-15).

Boleh-boleh saja kita seperti si pemazmur berseru mempertanyakan keadilan Tuhan. Namun, seruan tersebut harus juga disertai iman, bahkan ucapan syukur bahwa Tuhan memang adil. Keadilan-Nya akan dinyatakan di dalam hidup ini, terhadap orang benar pembelaan dan terhadap orang fasik pembalasan.

Renungkan: Kapan terakhir Anda mengucap syukur justru pada saat ketidakadilan sepertinya berjaya atas hidup Anda. Ucapkan syukur dan naikkan doa permohonan penuh iman supaya Tuhan bertindak dan menyatakan keadilan-Nya segera!

(0.73) (Mzm 20:1) (sh: Pemimpin dan pendukungnya (Selasa, 13 Maret 2001))
Pemimpin dan pendukungnya

Perebutan kekuasaan masih terjadi di bumi Indonesia. Menghangatnya suhu politik ini tidak hanya dirasakan oleh mereka yang berada ditingkat elit namun juga dirasakan oleh para 'akar rumput'. Hal ini disebabkan karena para elit politik berlomba-lomba mencari pendukung dari 'akar rumput' sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara. Para akar rumput yang sudah terbujuk untuk mendukung tokoh tertentu akan sudi melakukan tindakan apa pun mulai dari demonstrasi, kerusuhan, hingga pemasangan bom demi kelanggengan kedudukan tokoh yang didukungnya.

Bagaimana mendukung pemimpin secara kristen? Apakah kita sebagai 'akar rumput' Kristen pun menghalalkan cara apa pun untuk mendukung pemimpin kita? Benarkah kita mendukungnya dengan cara yang efektif dan efisien? Kita akan belajar itu semua dari salah seorang pemimpin terbesar dalam sejarah manusia yaitu Daud.

Daud sebagai seorang pemimpin besar menggubah sebuah nyanyian yang berisi doa bagi seorang pemimpin. Hal ini mengungkapkan kerinduan Daud sebagai pemimpin untuk mendapatkan dukungan berupa doa dari para pendukungnya. Daud membutuhkan doa dari pendukungnya untuk 3 bidang yang berhubungan erat dengan tanggung jawabnya. Pertama, ia membutuhkan pertolongan, kekuatan, dan bimbingan dari Tuhan untuk menghadapi kesulitan, tekanan, bahkan serangan dari berbagai pihak (2-3). Ia tidak memohon dihindarkan dari semua itu sebab ia menyadari bahwa salah satu tugas pemimpin adalah menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat walaupun pasti akan menimbulkan serangan dan tekanan terhadap dirinya. Kedua, ia membutuhkan dukungan doa untuk kehidupan kerohaniannya (4). Seorang pemimpin yang kehidupan kerohaniannya tidak sehat akan gagal mengemban tugas dan tanggung jawabnya (7-9). Ketiga, ia membutuhkan pertolongan Tuhan untuk menyelesaikan segala program dan rencananya demi memajukan masyarakat. Program yang baik tanpa penyertaan Tuhan tidak akan berarti bagi masyarakat.

Renungkan: Para pemimpin kita saat ini pun membutuhkan doa untuk 3 bidang yang diungkapkan Daud. Karena itu marilah Kristen berdoa syafaat untuk para pemimpin bangsa supaya mereka dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan benar.

(0.73) (Mzm 20:1) (sh: Pemimpin yang berhasil (Rabu, 28 Mei 2003))
Pemimpin yang berhasil

Mazmur ini kemungkinan besar lahir dalam konteks perang yang harus dilakukan raja Israel (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">7-10). Dalam peperangan, perhitungan yang masak, sarana perang yang baik dan strategi adalah hal-hal utama untuk mencapai kemenangan. Namun untuk raja dan pemimpin Israel perlu hal lain lebih penting daripada sekadar unsur strategis tadi.

Pertama, raja perlu dukungan doa rakyat. Uniknya doa rakyat dalam mazmur ini tidak semata ditujukan kepada Allah tetapi ditujukan kepada raja (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-6). Itu berarti raja diingatkan bahwa bukan saja dukungan rakyat vital bagi keberhasilannya, tetapi jawab Tuhan atas doa tersebut adalah yang terpenting. Itu berarti pula bahwa dukungan dan doa rakyat harus sesuai dengan kehendak Allah. Usaha dan rancangan raja ditempatkan di bawah ketentuan tempat kudus. Doa rakyat saja tidak cukup. Raja perlu dukungan hamba Allah. Suara imam atau nabi (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">7-9) mengingatkan raja bahwa keberhasilan itu tidak berasal dari kemampuannya semata tetapi dari tangan kanan Allah yang perkasa (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">7b).

Sejarah Israel dan Yehuda memiliki contoh-contoh raja yang agung dan besar. Raja-raja seperti Salomo, Omri, Yerobeam II dan lainnya adalah raja-raja yang sukses dari segi kepemimpinan politis, perluasan wilayah, kemajuan ekonomi dan lainnya. Tetapi mereka gagal karena mereka tidak taat, bermegah dan bersandar pada kekuatan selain Allah. Mereka bahkan murtad. Bukan kepemimpinan demikian yang kini dipaparkan mazmur ini. Kepemimpinan yang kita perlu doakan dan ingatkan kepada para pemimpin agar terdapat dalam mereka adalah kepemimpinan yang mengandalkan Allah dan melaksanakan kehendak-Nya.

Renungkan: Seorang pemimpin yang baik adalah orang yang sadar bahwa ia adalah hamba Allah dan dalam kesadaran itu bertindak taat mengandalkan Allah, membiarkan dirinya dipakai Allah untuk memimpin umat-Nya.

(0.73) (Mzm 21:1) (sh: Kejayaan pemimpin dan rakyatnya (Rabu, 14 Maret 2001))
Kejayaan pemimpin dan rakyatnya

Betapa indah kehidupan seorang raja atau pemimpin seperti yang digambarkan dalam mazmur kita hari ini. Kesukacitaan dan kegirangan meliputi kehidupannya karena sukses demi sukses diraihnya (2, 6). Kesuksesan itu membuat posisi dan kedudukannya sebagai pemimpin semakin kokoh (6) karena tiada yang mampu menjatuhkannya jika Allah selalu dipihaknya. Bahaya dan serangan musuh akan selalu ada namun Allah selalu bersamanya dan berperang baginya (9-13). Seluruh program pembangunan bangsa dan negaranya akan terlaksana dengan baik karena pertolongan Tuhan (3). Kehidupan pribadinya secara fisik, kejiwaan, dan materi sangat memuaskan (4, 5). Yang paling indah dalam kehidupan seorang pemimpin di atas bukan terletak pada kelimpahan materi, kejayaan, dan keberhasilannya, melainkan terpusatnya seluruh kegiatan pribadi maupun pemerintahannya kepada Allah. Buktinya setiap keberhasilan yang dicapai selalu berasal dari Allah. Apa kunci kejayaan seorang pemimpin? Tidak lain dan tidak bukan adalah kepercayaan penuh kepada pemeliharaan dan kesetiaan Allah yang senantiasa menopangnya (8).

Kejayaan seorang raja yang hidupnya berpusat kepada Allah bukan untuk dinikmati sendiri namun untuk negara dan seluruh rakyatnya, sebab salah satu peran terbesar dari seorang pemimpin adalah menjadi saluran berkat bagi rakyatnya (7). Betapa indahnya sebuah negara bila pemimpinnya menyadari bahwa perannya yang paling besar adalah menjadi saluran berkat dari Allah. Ia akan selalu memikirkan dan memprioritaskan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat banyak, dan bukan kemakmuran dan kesejahteraan dirinya sendiri. Ia juga akan mendapatkan dukungan doa dari seluruh rakyatnya (14). Tidak hanya itu, apa yang ia lakukan membawa rakyatnya kepada kebangkitan rohani (14). Mereka akan menempatkan diri mereka secara benar di hadapan Allah yaitu sebagai umat- Nya, memuliakan Tuhan dan bergantung kepada anugerah- Nya.

Renungkan: Betapa indahnya Indonesia jika pemimpinnya mempunyai kualitas pemimpin yang mampu membawa perbaikan kehidupan rohani, sosial, dan ekonomi bangsa secara menyeluruh. Marilah Kristen bersatu hati dan berdoa agar Allah mengaruniakan kepada bangsa kita pemimpin- pemimpin seperti di atas.

(0.73) (Mzm 24:1) (sh: Ya Raja Kemuliaan, datanglah! (Senin, 24 Februari 2003))
Ya Raja Kemuliaan, datanglah!

Tujuan Allah menitipkan alam kepada manusia adalah agar manusia dapat menjaga keseimbangan dan integritas alam ciptaan-Nya. Namun, keadaan yang terjadi justru sebaliknya. Manusia lebih cocok disebut penghancur bumi daripada pemelihara bumi. Apakah Allah akan bertindak terhadap para penghancur bumi ciptaan-Nya?

Mazmur ini memberikan jawaban kepada kita. Bahwa Dia, sang Pencipta langit dan bumi, yang menguasai alam semesta, dan yang bertakhta atas dunia ini (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1-2) suatu saat akan datang dan mengklaim milik-Nya. Maka, celakalah mereka yang tidak layak bila saatnya tiba. Siapakah yang layak menghampiri gunung-Nya yang kudus, berdiri di hadapan takhta kudus-Nya? Hanya mereka yang menjaga diri dari kenajisan hidup, yang bersih dan integritas dirinya utuh (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">4), serta selalu mencari dan melakukan apa yang berkenan kepada-Nya (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">6) yang akan menerima berkat Tuhan dan keselamatan dari-Nya (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">5). Dia akan datang, dan sungguh kedatangan-Nya akan membuat kubu-kubu yang tertutup dengan rapat menjadi terbuka, tiada yang dapat bertahan di hadapan Raja Kemuliaan (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">7-9). Tidak satu pintu pun yang tinggal tertutup dapat bertahan di hadapan Pemilik alam semesta.

Manusia boleh mencoba menolak Raja Kemuliaan sebagaimana dulu kedatangan-Nya yang pertama telah ditolak (Yoh. 1:11), bahkan mereka menyalibkan Dia (Mat. 17:22, 23). Tetapi, kali ini Dia akan datang sebagai Raja Kemuliaan yang berdaulat dan berkuasa penuh. Dia akan meminta tanggung jawab dan kesiapan kita. Siapakah yang dapat bertahan di hadapan-Nya?

Renungkan: Tujuan kedatangan-Nya yang pertama adalah untuk menjadi juruselamat dunia. Tujuan kedatangan yang kedua adalah untuk menyatakan kerajaan-Nya yang mulia. Waspadalah dan persiapkan diri Anda. Jangan sampai Anda ditolak-Nya karena kedapatan tidak siap!

(0.73) (Mzm 28:1) (sh: Pertolongan pada saat kesesakan (Jumat, 28 Februari 2003))
Pertolongan pada saat kesesakan

Bila rasanya pertolongan Tuhan tak kunjung tiba, serasa tangan- tangan jahat sedang merenggut jiwa kita menuju kebinasaan. Saat- saat seperti itu membuat kita merasa kehilangan akal, dan mungkin tergoda untuk mencari pertolongan dari pihak lain, sangat mungkin untuk kompromi dengan para musuh kita.

Pemazmur ada dalam situasi yang sangat mirip. Ia tertekan karena sepertinya Tuhan berdiam diri dan membisu (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1). Ia merasa dengan membisunya Tuhan, dirinya seperti sudah ditinggalkan untuk mati ("aku menjadi seperti orang yang turun ke dalam liang kubur"). Pemazmur merasa hampir terseret kepada perbuatan orang fasik (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">3). Namun, pemazmur tetap bertahan dan tetap mengharapkan Tuhan mendengar permohonan dan teriakan minta tolong (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">2), supaya ia tetap bertahan untuk tidak tergoda berkompromi dengan kejahatan pemazmur mohon, supaya Tuhan mengganjar orang-orang jahat karena kejahatan mereka (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">4-5). Lebih jauh lagi pemazmur memanjatkan ucapan syukur seakan Tuhan sudah mendengar permohonannya dan sudah menolongnya (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">6-7). Adalah keyakinan pemazmur bahwa Tuhan penolong dan penopang umat-Nya (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">8). Oleh sebab itu, seruan kepada Tuhan ini juga ditujukan demi umat milik Tuhan sendiri (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">9).

Pemazmur menyatakan iman (=percaya)nya di tengah situasi yang sepertinya tidak berpengharapan. Godaan kuat untuk menyerah begitu besar, namun imannya tidak goyah karena ia tahu dan yakin akan pertolongan Tuhan. Ia yakin Tuhan tidak akan membiarkan umat-Nya binasa.

Renungkan: Ketika saat-saat kesesakan begitu tidak tertahankan, godaan untuk menyerah begitu kuat, ingatlah akan doa Tuhan Yesus, "Kehendak-Mu yang jadi ya Bapa, bukan kehendakku." Jangan melihat ke situasi yang mencekam, lihatlah kepada Kristus yang sudah menang mengatasi godaan itu.

(0.73) (Mzm 30:1) (sh: Sukacita juga menderita (Sabtu, 24 Maret 2001))
Sukacita juga menderita

Dalam tradisi Yahudi, mazmur ini digunakan pada hari raya Pentahbisan Bait Allah (1 bdk. Yoh. 10:22) dimana pada hari itu orang Yahudi memperingati pentahbisan ulang Bait Allah setelah dihancurkan oleh musuh-musuh mereka pada abad ke-2 s.M. Berarti mazmur ini penting bagi Kristen secara komunitas. Namun yang harus diperhatikan adalah walaupun mazmur ucapan syukur ini dinyanyikan secara bersama oleh umat Allah, mazmur ini bersumber dari pengalaman pribadi Daud. Karena itu untuk mendapatkan makna yang dalam dari mazmur ini bagi kehidupan Kristen secara komunitas, kita perlu merenungkannya.

Mazmur ini ditulis oleh Daud pada masa tuanya, ketika ia selesai menghitung seluruh pasukannya dan kemudian Allah menghukumnya (2Sam. 24). Dalam mazmur ini memang ada indikasi bahwa Daud telah mengalami penderitaan yang berat baik secara pribadi maupun bersama seluruh rakyatnya (2-6) justru setelah menikmati keamanan dan kesenangan dalam kehidupannya (7). Berkat yang ia nikmati menghasilkan rasa aman dan percaya diri yang terlalu besar. Ia mulai menyombongkan dirinya maka Allah menghukumnya sehingga membuatnya tersadar. Peristiwa ini menyatakan bahwa ketika seseorang mengalami kelimpahan berkat Tuhan di satu bidang kehidupannya, biasanya ia diuji di bidang lainnya. Kesukacitaan dalam pengharapan perlu dibarengi dengan pengalaman akan penderitaan agar tidak menyebabkan dosa dalam kehidupan seseorang. Ketika menyadari kesalahannya (8b), Daud segera bertobat, maka pengampunan dan pemulihan dari Allah segera dialaminya (6, 12). Pertobatan sejati yang diikuti pemulihan akan membuahkan puji-pujian kepada Allah (5-6, 13).

Renungkan: Kehidupan gereja Tuhan di Indonesia di satu sisi memang mengalami berkat yang berkelimpahan secara luar biasa, namun di saat yang sama gereja juga mengalami beberapa penderitaan seperti pengrusakan dan pengeboman gereja-gereja akhir-akhir ini. Kita perlu merenungkan dan merefleksikan peristiwa-peristiwa itu dalam terang mazmur kita hari ini. Ini perlu dilakukan agar kita dapat mengambil tindakan yang tepat, agar pada akhirnya kita dapat tetap memuji dan memuliakan Allah, bahkan mengajak semua orang untuk memuji-Nya.

(0.73) (Mzm 32:1) (sh: Kebahagiaan hanya masalah pilihan (Selasa, 27 Maret 2001))
Kebahagiaan hanya masalah pilihan

Setiap manusia sepanjang zaman berusaha dengan segala daya upaya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Bahkan ada yang bekerja tanpa mengenal waktu dan menomorduakan keluarga agar meraih promosi jabatan, karena mereka berpikir bahwa kebahagiaan akan didapatkan jika mereka bergelimang harta dan meraih kedudukan tinggi. Setelah meraih semua itu, bukan kebahagiaan yang ia dapatkan namun penyakit karena stress dan bekerja terlalu keras. Lalu dimanakah kebahagiaan?

Sesungguhnya kebahagiaan bukanlah hal yang sulit digapai oleh manusia. Daud sudah membuktikan. Ia menemukan kebahagiaan bukan dalam kekayaan, kedudukan, dan kekuasaan yang ia miliki namun dalam pilihan bijak yang ia tetapkan. Ia memilih untuk bertobat dan mohon ampun dari Allah maka ia menemukan kebahagiaan (1-2, 5). Orang yang menyadari dosanya namun tidak bertobat tidak akan mengalami kedamaian hati namun justru tekanan (3- 4). Ia juga memilih untuk menggantungkan hidupnya kepada Allah (7). Walaupun tekanan dan kesulitan tetap melandanya, ia tidak sendiri sebab Allahlah tempat perlindungannya (6). Yang terakhir ia memilih untuk menaati perintah Allah (8) bukan seperti kuda atau bagal yang terkenal senang membangkang. Pilihannya yang terakhir adalah sangat tepat sebab orang fasik akan mengalami derita bukan selalu secara fisik, namun yang pasti secara hati dan jiwa karena hanya orang yang sudah dipulihkan hubungannya dengan Allah yang akan merasakan damai sejahtera yang sesungguhnya (10).

Kebahagiaan yang diajarkan oleh Daud adalah kebahagiaan yang sejati sebab tidak tergantung dari situasi dan kondisi dirinya, masyarakat sekitar maupun lingkungannya. Bencana dan derita apa pun boleh menimpanya namun karena pilihannya, ia tetap dapat bersukacita dan bersorak-sorai (11).

Renungkan: Karena itu apa sebenarnya yang Anda cari dengan bekerja keras tanpa batas hingga mengalami stres dan gangguan kesehatan yang serius? Uang, rumah, mobil mewah, atau kedudukan? Daud sudah membuktikan bahwa itu semua tidak membawa kebahagiaan. Tentukanlah apakah Anda mau memilih apa yang Daud pilih. Jika ya maka kebahagiaan sejati tidak jauh dari hidup Anda.

(0.73) (Mzm 34:1) (sh: Ketidakwarasan pembebasan (Senin, 26 Mei 2003))
Ketidakwarasan pembebasan

Kita lebih suka menganggap diri kita sebagai orang-orang Kristen yang terhormat, yang waras baik tubuh maupun pikiran. Begitu kuatnya pola ideal ini, kita lupa bahwa karya sejarah keselamatan melibatkan apa yang bagi dunia adalah suatu bentuk "ketidakwarasan". Bukan pura-pura tidak waras untuk menyelamatkan diri (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1), tetapi karena berbeda dengan dunia. Yeremia disindir sebagai nabi gila (Yer. 29:26-27). Yesus dianggap tidak waras oleh keluarga-Nya (Mrk. 3:21). Festus menganggap Paulus gila karena pemberitaan Injilnya (Kis. 26:24), dan banyak contoh lain dari Alkitab. Mereka dianggap gila, karena kehendak Allah bertentangan dengan "akal sehat" mayoritas orang yang tidak mengenal kehendak Allah.

Dimana letak "kegilaan" dari karya perlindungan Allah? Ada suatu pepatah Perancis yang mengatakan: "Tuhan berpihak kepada armada yang besar, dan melawan armada yang kecil." Inilah prinsip ketentaraan, dan bagi sebagian orang, prinsip hidup yang "waras". Allah pemazmur justru berpihak yang lemah. Mereka yang rendah hati (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">3), tertindas (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">7), yang menjaga dirinya dari kejahatan (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">14-15), benar (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">16-18), patah hati dan malang (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">19-21), mereka inilah yang menerima perlindungan Allah. Mereka menjadi lemah, karena seperti pemazmur, mereka bermegah karena dan berseru kepada Tuhan. Tetapi mereka menjadi kuat, karena Allah berpihak kepada mereka, "orang-orang benar itu" (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">18).

Yang kita pelajari bukanlah teladan Daud yang berpura-pura gila, tetapi hikmat yang timbul dari pengalamannya itu: betapa berbahagia ada dalam perlindungan Tuhan, Sang Allah yang punya prinsip berkarya yang berbeda dengan dunia yang berdosa.

Renungkan: Kapan terakhir kali Anda dianggap gila, bukan karena lelucon kita yang tidak biasa, atau ambisi dan rencana hidup kita, tetapi karena keputusan kita untuk berharap kepada Allah dan menaati-Nya?

(0.73) (Mzm 37:21) (sh: Kebahagiaan orang benar (ayat 2) (Senin, 2 Juni 2003))

Di dua bagian terdahulu kita telah melihat bagaimana pemazmur mengajar orang benar untuk tidak marah karena kesuksesan dan kemakmuran orang fasik. Bagian ketiga (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">23-29) masih meneruskan pokok-pokok pikiran dari dua bagian sebelumnya, tetapi dengan fokus yang agak berbeda. Kalau bagian pertama didominasi oleh panggilan kepada orang benar untuk bersandar dan berlindung kepada Tuhan, dan bagian kedua menitikberatkan pada kesia-siaan usaha orang fasik, bagian ketiga sekarang memusatkan perhatian pada Tuhan dan perlindungan-Nya atas orang benar.

Tuhan menjaga orang benar sehingga walaupun mereka dapat "jatuh" mereka tidak akan sampai tergeletak (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">23-24). Tuhan juga mencukupi kebutuhan mereka dan bahkan dari kecukupan itu mereka dapat memberi dengan murah hati (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">25-26). Bagian ini ditutup dengan panggilan ajakan untuk menjauhi kejahatan dan melakukan kebaikan karena Tuhan adalah Tuhan yang "mencintai hukum". Juga terdapat penegasan tentang orang benar yaitu bahwa mereka akan mewarisi negeri (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">27-29). Siapa saja orang benar yang akan mewarisi negeri? Orang-orang yang mulutnya mengucapkan hikmat, yang lidahnya mengatakan hukum, yang hatinya dituntun oleh Taurat Allah (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">31), dan yang hidupnya senantiasa menantikan Tuhan dan mengikuti jalan-Nya meskipun berada di tengah-tengah ancaman orang fasik (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">32-34).

Jika Anda tergoda oleh suatu pencobaan, bandingkanlah hasil akhir orang benar dan orang fasik. Orang yang jatuh ke dalam dosa, sering kali disebabkan oleh kemalasan untuk tidak berpikir panjang. Mata gelap, pikiran pendek, membuat orang begitu saja membiarkan dirinya melakukan dosa.

Renungkan: Pikiran dan pemahaman firman adalah hal utama dalam kehidupan. Bangunlah kebiasaan baik mempelajari firman bila Anda ingin memiliki ketahanan dan ketangguhan rohani.

(0.73) (Mzm 38:1) (sh: Disiplin Tuhan (Selasa, 3 Juni 2003))
Disiplin Tuhan

Kita mengetahui bahwa ketika Allah mendisiplin anak-anak-Nya, ketika itu ada kesakitan, ada perasaan yang terluka, lemah dan pedih. Karena itu setiap orang yang pernah mengalaminya pasti dapat membayangkan perasaan luka, lemah dan pedih yang dialami Daud. Namun, satu hal dapat kita pelajari tentang sikap tepat yang ditempuh Daud, yaitu bahwa akibat tidak enak disiplin dari Tuhan itu tidak membuatnya menghindar, tetapi malah datang kepada Allah membawa segala kepedihannya. Itulah sikap benar ketika Tuhan mendisiplin kita.

Mazmur 38 adalah sebuah doa yang dinaikkan Daud ketika mempersembahkan korban peringatan (ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1; bdk. Mzm 70). Ia memohon agar Tuhan menolong dia dalam situasi kesakitan menanggung disiplin dari Tuhan dan tekanan musuh-musuhnya. Mazmur ini disusun sebagai sebuah kiasmus: ayat membesarkan+dirinya+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-5 dicerminkan dalam ayat 22-23: berisi permohonan pengampunan dan keselamatan dari Tuhan. Ayat 6-13 dicerminkan dalam ayat 18-21: keduanya merupakan ratapan pemazmur atas penderitaan dan ketidakadilan yang dialaminya, dan ayat 14-17 menjadi pusat dari mazmur ini, yaitu seruan pemazmur agar Tuhan membela dan memberikan keadilan kepadanya.

Penyakit dan penderitaan tidak selalu akibat dosa, tetapi bisa juga merupakan disiplin Allah atas kita karena dosa-dosa kita. Karena itu disiplin Allah juga harus dilihat dalam konteks yang lebih luas, yaitu bahwa tindakan disiplin tersebut selalu dibungkus oleh kasih Allah. Dari perikop ini kita belajar dua hal penting: pertama, di tengah-tengah kesakitan dan penderitaannya, Daud mengakui kemahatahuan Tuhan. Kedua, Daud menundukkan dirinya di bawah kemurahan Allah Maha pengampun.

Renungkan: Bila Anda jatuh dalam dosa, datanglah pada Tuhan, mintalah pada- Nya untuk diperlakukan sesuai kekudusan dan kemurahan-Nya.



TIP #09: Klik ikon untuk merubah tampilan teks alkitab dan catatan hanya seukuran layar atau memanjang. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA