Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 341 - 360 dari 439 ayat untuk Betapa (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.09) (Mat 23:23) (sh: Doktrin tanpa aplikasi adalah pengetahuan yang gersang (2) (Kamis, 8 Maret 2001))
Doktrin tanpa aplikasi adalah pengetahuan yang gersang (2)

Yesus masih melanjutkan kecaman-Nya terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dengan alasan-alasan yang tegas dan jelas untuk menelanjangi kebobrokan mereka selama ini.

Kemunafikan mereka yang lain adalah bahwa: [1]. mereka memutarbalikkan prioritas peraturan dalam hukum Taurat (23-24), yang seharusnya utama justru disepelekan dan sebaliknya yang kurang penting justru menjadi utama; [2]. mereka lebih mementingkan penampilan luar untuk menyembunyikan kebusukan hati (25-26). Perkataan dan perbuatan mereka semata-mata untuk mendapatkan pujian dan kehormatan dan bukan lahir dari kemurnian dan ketulusan hati. [3]. Mereka menutupi keserakahan dan motif dosa dengan kata-kata dan perbuatan manis (27- 28). Mereka berupaya sedemikian rupa untuk melabur dosa- dosa mereka dengan perkataan dan perbuatan yang menunjukkan kesalehan, kesucian, dan kerohanian. [4]. Mereka sepertinya memelihara ibadah kepada Allah tetapi sesungguhnya mereka telah melawan Allah dan membinasakan para utusan-Nya (29-31). Merenungkan perbuatan mereka yang sangat keji dan menjijikkan karena menggunakan kedok rohani demi kepentingan diri sendiri, betapa hancur dan pedihnya hati Kristen, bila memiliki pemimpin rohani seperti ini. Bagaimana dengan zaman kini, apakah kita masih menemukan pemimpin rohani seperti di atas, yang nampaknya membawa orang kepada Allah namun sesungguhnya semua perbuatan mereka mengarah kepada pemujaan diri, keuntungan diri, dan kepentingan diri?

Ketika kita terjun lebih jauh dan lebih dekat dalam kehidupan para pemimpin rohani atau kita sendiri sebagai pemimpin rohani, seringkali banyak orang kecewa dan mulai menjauh dari gereja, karena perbuatan tidak sejalan dengan perkataan. Masih sanggupkah kita berdiam berpangku tangan menyaksikan banyak jemaat yang akhirnya meninggalkan gereja dan bahkan mengingkari iman mereka karena tersandung para pemimpin mereka?

Renungkan: Kristen membutuhkan para pemimpin rohani yang mau mengoreksi dirinya dan berani membongkar kemunafikan di dalam dirinya, sehingga berkat firman Tuhan mengalir murni dalam keteladanan hidupnya. Saksikan pelajaran firman Tuhan ini atau jadikan pecut bagi diri sendiri!

Pengantar Kitab Mazmur 17-32

Mazmur 17: ratapan individu yang memohon kepada Allah untuk dibebaskan dari musuhnya. Pemazmur tidak bersalah dan memohon agar Allah memperlakukan musuh-musuh-Nya seperti mereka memperlakukan orang lain.

Mazmur 18: dimulai dengan bahasa ratapan namun segera berubah menjadi pujian ucapan syukur, lebih khusus lagi adalah pujian kemenangan. Mazmur 19: dibuka dengan lagu (1-6) yang menggambarkan kekuatan Allah yang dinyatakan melalui ciptaan-Nya. Wahyu umum diungguli oleh wahyu khusus di dalam firman-Nya.

Mazmur 20: ucapan berkat bagi raja (1-5), mengekspresikan keyakinan bahwa Allah akan menolong sang raja (6-8) sebelum menutup dengan doa untuk kemenangan dan pembebasan (9).

Mazmur 21: nyanyian ucapan syukur karena kemenangan raja. Keberhasilan pemerintahan raja berkaitan erat dengan penghancuran musuh oleh Allah.

Mazmur 22: contoh yang sempurna untuk ratapan pribadi.

Mazmur 23: menggunakan metafora gembala untuk menyatakan kepercayaan. Mazmur ini berakhir dengan perubahan gambaran dari domba kepada manusia yang menjadi tamu Allah.

Mazmur 24: menggabungkan pujian dan hikmat. Merupakan pujian untuk memasuki Bait Allah.

Mazmur 25: pujian yang menyatakan kepercayaan kepada Allah serta permohonan pengampunan. Ini merupakan ratapan pribadi.

Mazmur 26: ratapan individu. Pemazmur membanggakan pelayanan dan kebenarannya yang memotivasi Allah untuk menolongnya.

Mazmur 27: ratapan inidividu yang diselingi panggilan kepada Allah untuk melakukan intervensi.

Mazmur 28: ratapan individu teriakan minta tolong dan ucapan terima kasih atas pertolongan Allah.

Mazmur 29: sebuah pujian dari alam menyaksikan kebesaran Tuhan.

Mazmur 30: nyanyian ucapan syukur yang telah disembuhkan dari sakit.

Mazmur 31: dimulai sebagai ratapan namun diselingi dengan ucapan syukur karena kelepasan dari Allah.

Mazmur 32: berisi ratapan dan ajaran hikmat yang mendorong pembaca untuk menyatakan pertobatan kepada Allah.

(0.09) (Mat 24:15) (sh: Penyesat dan mukjizat (Kamis, 29 Maret 2001))
Penyesat dan mukjizat

Percayakah Anda bila ada seorang yang memiliki kemampuan luar biasa: menyembuhkan, mengajar, berbahasa roh, mengusir setan, dan memimpin sebuah KKR, kemudian ia mengaku sebagai mesias? Apakah hal-hal ini yang menandai bahwa dialah Yesus Anak Allah? Sama sekali tidak cukup mewakili!

Memang tidak dapat disangkali bahwa para mesias atau nabi palsu dapat melakukan tanda-tanda ajaib dan mukjizat- mukjizat yang dapat menarik perhatian dan iman seseorang. Zaman akhir ini semakin banyak bermunculan berita yang sempat menghebohkan, membingungkan, menguatirkan, dan menantang kesetiaan iman orang percaya. Sepertinya apa yang diungkapkan para penyesat layak dipercaya dan diikuti. Banyak orang telah rela mengorbankan hidupnya mati sia-sia bersama sang pemimpin yang nampaknya rohani, suci, dan berhikmat. Namun sesungguhnya para pemimpin ini sendiri tidak jelas untuk apa atau siapa mereka berkorban dan dengan tujuan apa. Mengingat betapa simpang-siurnya kedatangan mesias yang disalahgunakan para penyesat, maka Yesus mengingatkan para murid-Nya dan Kristen masa kini untuk waspada dan tidak mudah diombang-ambingkan. Ia tidak menginginkan seorang pun Kristen yang gagal mempertahankan imannya karena beralih kepada perkataan para penyesat.

Namun di lain pihak, Pembinasa keji, seperti dinyatakan dalam Kitab Daniel, akan menyatakan penghukuman-Nya. Saat ini adalah saat penyiksaan yang berat, sampai dikatakan bahwa batas waktu yang ditetapkan hanya karena mengingat keselamatan orang-orang percaya (22). Tidak seorang pun tahan menghadapi penghukuman-Nya yang dahsyat dan mengerikan, akibat dosa manusia yang menumpahkan murka Allah.

Saat akhir ini bertujuan menguji iman Kristen. Bagaimana Kristen menghadapinya? Tak ada kuasa dalam diri kita yang memampukan kita bertahan dan setia, hanya Allah yang berdaulat dan berkuasa yang sanggup membawa kita ke jalan kemenangan dan kehidupan kekal. Maukah kita tetap berpegang senantiasa kepada pengharapan ini?

Renungkan: Doa adalah kunci utama menghadapi para penyesat dan jangan takut karena yang memastikan pengharapan adalah Allah yang menguasai dan mengontrol segala sesuatu. Ia tidak pernah membiarkan kita tersesat.

(0.09) (Mat 26:1) (sh: Kebencian vs kasih (Selasa, 15 Maret 2005))
Kebencian vs kasih


Paskah adalah perayaan Yahudi paling besar. Orang Yahudi melihat Paskah penting bagi jatidiri mereka sebagai umat sebab saat itulah nenek moyang mereka mengalami pembebasan dari perbudakan di Mesir. Paskah membuat mereka kembali mereguk penggenapan janji-janji Allah kepada Abraham yang melaluinya ingin mendatangkan berkat bagi semua bangsa di dunia.

Dua hari menjelang Paskah, tiga kejadian penting terjadi. Pertama, Yesus mengaitkan perayaan itu dengan penyaliban yang akan ditanggung-Nya (ayat 2). Ucapan demikian menjadi dasar bagi umat Kristen kelak yang mengartikan kematian dan kebangkitan-Nya sebagai dasar terbentuknya umat tebusan Perjanjian Baru. Yesus sedia menanggung harga tebusan dosa sedemikian mahal sebab kasih-Nya kepada manusia. Kedua, pada waktu hampir bersamaan berkumpul juga orang-orang yang selama ini menentang Dia. Kini terbukti bahwa peringatan dan teguran Yesus tentang mereka benar adanya. Tujuan puncak mereka berunding itu adalah untuk melenyapkan Yesus (ayat 4). Kemunafikan mereka tetap saja nyata. Mereka tidak mau melakukan itu pada hari perayaan Paskah yang sedemikian dipentingkan rakyat banyak (ayat 5).

Ketiga, betapa mengharukan bahwa di saat-saat segenting itu seorang perempuan di Betania mengungkapkan kasihnya dengan mengorbankan minyak yang mahal harganya untuk mengurapi kaki Yesus. Bahkan untuk para murid pun tindakan itu dianggap pemborosan yang tak perlu. Sebenarnya bagi Dia yang melimpah kasih tidak ada ungkapan dan perbuatan kasih kita yang terlalu boros atau berlebihan (ayat 10-13). Tindakan ini secara tidak langsung mengungkapkan hakikat perbuatan-perbuatan kasih yang dibenarkan Tuhan dalam pengadilan akhir kelak (ayat 25:35-39). Di zaman akhir ini, apakah perbuatan-perbuatan kasih kita akan semakin surut dan gersang atau justru sebaliknya?

Renungkan: Kita sedang berlutut melayani Yesus dengan curahan kasihkah dalam sepanjang hidup kita?

(0.09) (Mat 26:36) (sh: Berjaga-jagalah dengan Aku (Minggu, 5 April 1998))
Berjaga-jagalah dengan Aku

Tidak jauh dari tempat itu, Yesus sedang bergumul. Dunia dengan segala isinya sedang dipertaruhkan. Ia berjuang sekuat tenaga menggumuli berbagai konsekuensi dahsyat yang harus ditanggung-Nya yang sebenarnya tidak mungkin dipahami seorang pun, apalagi ditanggung bersama dengan-Nya. Ia ingin sekali melepaskan hal yang disebut-Nya cawan pahit itu, tetapi Ia harus meminumnya sampai tetes-tetes yang terakhir. Ironisnya tidak jauh dari tempat di mana Yesus sedang bergumul, murid-murid-Nya malahan tertidur lelap. Pada saat yang sedemikian mendebarkan dimana nasib seluruh isi dunia termasuk ketiga murid itu sedang genting, mereka malah tidak berjaga-jaga bersama Yesus. Syukurlah Yesus berjaga terus, bergumul terus sampai menang bulat dalam penaklukkan diri penuh kepada rencana penyelamatan Allah untuk manusia. Untuk kita para manusia yang tak sanggup bersiaga rohani sendiri.

Kehendak-Mu jadilah. Yesus tidak berdoa supaya yang diinginkan-Nya menjadi kenyataan. Yesus tidak memutlakkan kehendak-Nya, tetapi berserah kepada kehendak Tuhan. Bukan kepentingan sendiri yang diperjuangkan, tetapi kepentingan Tuhan dan kepentingan umat manusia. Tiga kali ia mendoakan hal yang sama, tanda begitu serius Ia menggumuli, memohonkan, menghayati apa yang didoakan-Nya itu. Tiap kali Ia mendoakan, Ia sadar benar akan dahsyatnya penderitaan yang harus ditanggung-Nya. Tiap kali Ia mendoakan, Ia mengakui ketakutan dan keinginan diri-Nya. Tiap kali pula Ia mempersegar komitmen-Nya untuk tunduk penuh kepada kehendak Bapa, betapa pun sulit dan dahsyat hal itu. Tiap kali pula Ia makin mempertautkan diri kepada rencana Allah. Kemenangan Yesus di Getsemani itulah yang menghasilkan Golgota, Gunung Batu Keselamatan kita.

Renungkan: Jika kita gagal dalam Getsemani kita, kita tak akan pernah menjadi instrumen rencana Allah bagi dunia ini.

Doa: Kiranya nafas hidupku serasi dengan doa Yesus: Jangan kehendakku bapa, kehendak-Mu jadilah.

(0.09) (Mat 27:1) (sh: Berapa harga nyawa Anda? (Rabu, 23 Maret 2005))
Berapa harga nyawa Anda?


Uang dapat membuat manusia silau, juga bisa membuatnya gelap mata sehingga menghalalkan berbagai perbuatan nista dan keji untuk mendapatkannya. Yudas yang serakah akan uang (Yoh. 14:4-6) dan yang kecewa bahwa pengharapan mesianis duniawinya tidak sesuai dengan misi Yesus, menjual Yesus seharga 30 keping perak. Nilai 30 keping perak sama dengan upah makan 120 hari seorang pegawai pada zaman ini. Sungguh suatu penghinaan sebab nyawa manusia mana pun tidak dapat dinilai dengan uang. Namun, penghinaan ini justru menegaskan betapa mahalnya pengurbanan Yesus, yang adalah Pencipta langit dan bumi.

Yudas menyesali perbuatannya setelah dia tahu bahwa Yesus akhirnya dijatuhi hukuman mati (ayat 3). Dia juga sadar telah berdosa karena menyebabkan seseorang yang tidak bersalah menanggung hukuman (ayat 4). Yudas sangat menyesal dan berusaha menutupi rasa bersalahnya dengan mengembalikan 30 keping perak tersebut (ayat 5). Namun, penyesalannya terlambat! Juga tidak membawa dia kepada pertobatan karena ia tidak mencari pengampunan Tuhan melainkan mencoba mengatasi rasa bersalahnya dengan bunuh diri (ayat 5).

Semua yang terjadi pada Yesus ini adalah penggenapan nubuat penyelamatan di PL. Dalam kedaulatan-Nya, Allah telah menjadikan dosa manusia sebagai alat perwujudan kasih karunia-Nya. Ini tidak berarti pembenaran terhadap perbuatan dosa Yudas. Ia tetap harus bertanggung jawab di hadapan Allah. Apa yang Yudas lakukan masih dapat terjadi pada masa kini. Misalnya, jika kita menjual identitas Kristen kita demi hal-hal seperti kedudukan, keuntungan, kenikmatan, dlsb. Kita perlu waspada agar tidak ada akar keinginan, konsep, sikap hidup yang salah yang dapat menjerat kita ke dalam tindakan dosa yang pada hakikatnya menjual Yesus kembali. Itu sama saja menjual nyawa sendiri.

Renungkan: Berapa harga nyawa Anda? Yesus sudah membayar harga tebusan nyawa kita dengan nyawa-Nya sendiri. Dia dapat menolong kita sungguh menghargai hidup.

(0.09) (Mrk 7:14) (sh: Hati-hati dengan hati Anda! (Kamis, 13 Maret 2003))
Hati-hati dengan hati Anda!

Yesus meneruskan proses olah kata menuju olah makna yang lebih menusuk. Ia memanggil orang banyak lagi, suatu indikasi kenabian -- Ia akan meminta mereka mendengarkan sesuatu yang penting bagi kehidupan mereka, sebuah pesan Ilahi! Terdengarlah suara surgawi, suara yang melawan sistem manusia, suara yang antibatasan semu. Sistem kemurnian bukanlah sesuatu yang di luar manusia, tetapi yang di dalam manusia.

Yesus memberikan penjelasan kepada murid-murid-Nya yang sering kali digambarkan lamban untuk mengerti. Bukan makanan yang menajiskan seseorang, tetapi natur manusia yang berdosa, itulah yang mencemarkan kehidupan. Hati yang rusak bagaikan mata air yang terpolusi, mengalirkan air beracun senantiasa. Kita seakan-akan di sini mendengar gema teriakan dalam Yer. 17:9, "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?" Kalau hati dalam pemahaman Ibrani adalah pusat dari kepribadian manusia yang menentukan keseluruhan tindakannya baik yang aktif maupun pasif, maka kerusakan hati manusia akan menjadi sumber kenajisan.

Itulah yang tak dapat dilihat oleh orang-orang Farisi. Mata mereka silau dengan kemegahan jubah keagamaan dan peraturan-peraturan kaku. Sayang, mereka lupa bahwa dosa-dosa "roh" jauh lebih berbahaya dan mengakar daripada dosa-dosa "daging". Dosa-dosa yang tak kelihatan itulah yang mematikan -- dosa kekerasan hati, dosa kesombongan.

Orang-orang Farisi gagal untuk memahami kebenaran ini. Namun, murid- murid diharapkan dapat mengerti pesan kekal tersebut.

Renungkan: Hati Anda adalah milik Kristus. Perhatikan dengan saksama supaya Anda tidak jatuh dalam kekacauan pribadi dan sosial.

(0.09) (Luk 1:57) (sh: Mulutku puji nama-Nya (Jumat, 26 Desember 2003))
Mulutku puji nama-Nya

Ingat lagu sekolah minggu: “Tanganku kerja buat Tuhan, mulutku, puji nama-Nya, kakiku berjalan cari jiwa, upahku besar di Surga”? Zakharia akhirnya memperoleh kembali suara yang telah dicekal Tuhan darinya. Maka iapun “berkata-kata dan memuji Allah.”

Ketika akhirnya Elisabet melahirkan, yang bersukacita bukan hanya keluarga tetapi juga tetangga, serta sanak saudara. Mereka semua turut menyatakan syukur, merayakannya dan ikut berpartisipasi di dalam upacara keagamaan yang menjadi kewajiban keluarga (penyunatan dan pemberian nama). Namun, kesukacitaan itu bukan semata untuk merayakan kelahiran putra Zakharia dan Elisabet saja, tetapi karena peristiwa itu membuktikan betapa besar rahmat Tuhan. Masalah muncul ketika mereka hendak memberi nama si bayi. Menurut tradisi yang berlaku saat itu, nama bayi laki-laki itu harus sama dengan nama ayahnya. Namun, kali ini Elisabet dan Zakharia tidak mengikuti tradisi. Zakharia menuliskan “Yohanes” sesuai pesan malaikat kepadanya, untuk menamakan bayi itu demikian. Ketika itu juga suara Zakharia dipulihkan kembali oleh Tuhan. Ia dilepaskan dari belenggu kebisuan.

Pengakuan Zakharia terhadap kepastian nama Yohanes bagi bayinya merupakan bentuk ketaatannya kepada Allah, sesuai dengan nubuat Gabriel (lih. 1:20). Pengakuan Zakharia bahwa Allah berdaulat dan sikap menerima kehendak Allah itulah yang membukakan mulut dan membebaskan dirinya dari kebisuan beberapa saat. Kini Zakharia telah mempersiapkan hati dan mulutnya untuk menaikan puji-pujian.

Renungkan: Kapan terakhir kali Anda membisukan mulut Anda dari memuji Tuhan? Haruskah Anda menunggu perbuatan ajaib Tuhan lebih dahulu dinyatakan baru memuji Tuhan? Jangan-jangan yang diberikan Tuhan justru kebisuan-kebisuan akibat ketidakpercayaan Anda.

(0.09) (Luk 1:67) (sh: Allah melawat umat-Nya (Sabtu, 27 Desember 2003))
Allah melawat umat-Nya

Pernahkah kita berpikir secara serius bahwa Allah yang Mahatinggi, Mahakudus, Mahamulia itu melawat umat-Nya? Jika kita melihat keberadaan kita di hadapan Allah, rasanya mustahil mengharapkan Allah melawat kita. Tetapi, dalam nyanyian Zakharia ini kita melihat paling sedikit dua hal penting tentang alasan mengapa Allah melawat umat-Nya.

Pertama, lawatan Allah menyelamatkan umat-Nya memang merupakan rencana Allah sejak awal oleh karena kesetiaan-Nya terhadap perjanjian-Nya dengan Abraham, nenek moyang Israel (ayat 68-75). Kedua, sekarang lawatan itu berkembang luas, tidak lagi menjadi milik satu bangsa, tetapi sudah melampaui batasan bangsa dan berkat-berkat jasmaniah, karena yang dijanjikan-Nya adalah pengampunan dosa, kelepasan dari naungan maut dan anugerah untuk menikmati damai sejahtera-Nya (ayat 77-79).

Supaya lawatan yang sekarang itu tercapai, Yohanes dibangkitkan untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan yang akan datang melawat (ayat 76). Yohanes akan disebut sebagai nabi Allah yang Mahatinggi karena pemberitaan-pemberitaan pertobatannya yang menyadarkan umat akan dosa-dosa mereka dan mengarahkan kepada kebutuhan pengampunan dosa, supaya mereka dilepaskan dari ikatan kegelapan dan dituntun kepada kehidupan yang berdamai dengan Allah. Jadi lawatan Allah akan disambut dengan pertobatan sejati, yang akhirnya dilanjutkan dengan ibadah sejati.

Betapa indahnya, jika kita menjadi seperti yang Yohanes maksudkan dalam pemberitaan-pemberitannya. Kita tidak hanya akan menjadi pendahulu dan penyiap jalan bagi Tuhan untuk melawat umat manusia, tetapi kita menjadi alat Allah untuk mewartakan Injil.

Renungkan: Hidup yang berguna adalah bila kita boleh dipakai Allah sebagai tim pendahulunya sebelum lawatan Allah itu tiba. Allah memakai orang-orang yang menyiapkan sesamanya agar siap menyambut lawatan Allah.

(0.09) (Luk 5:33) (sh: Ibadah sejati menuntut hidup yang sejati (Rabu, 14 Januari 2004))
Ibadah sejati menuntut hidup yang sejati

Pernahkah Anda ke rumah duka untuk melawat keluarga dari teman yang meninggal? Biasanya kita akan bertemu dengan banyak teman lama yang juga melayat. Tidak jarang pertemuan itu diteruskan dengan ngobrol ringan, sesekali terdengar gelak tawa. Suasana dukacita diganti dengan sukacita.

Pada bacaan hari ini kita menjumpai orang-orang Farisi yang menuduh para murid mengabaikan hukum Taurat mengenai hal berpuasa. Bagi Farisi, berpuasa adalah kewajiban yang harus dilakukan apapun alasannya. Tetapi Yesus berprinsip bahwa setiap tindakan harus dilakukan pada saatnya masing-masing. Saat berduka dan menghadapi hal yang genting adalah saat yang tepat untuk berpuasa. Sebaliknya, ketika hadir dalam perjamuan bersama mempelai, itulah saat bersukacita. Sesungguhnya, ibadah yang benar selalu sesuai dengan konteksnya.

Untuk menguatkan argumen-Nya, Yesus memakai dua perumpamaan. Pertama, kain baru yang dipakai untuk menambal baju tua yang koyak. Kedua, anggur baru yang disimpan di kirbat tua. Baik baju tua maupun kirbat tua, keduanya akan hancur karena tidak mampu bertahan menghadapi kain baru dan anggur baru. Makna rohani yang Tuhan Yesus mau ajarkan adalah, ibadah sejati dalam iman yang baru di dalam Tuhan Yesus tidak bisa dicampurkan dengan cara-cara lama yang sudah tidak tepat lagi. Orang Kristen dipanggil untuk menjalani kehidupan imannya, dan meninggalkan pola hidup lamanya, yang di luar Tuhan.

Ibadah yang tidak sejalan dengan kehidupan sehari-hari yang benar adalah kemunafikan. Di hadapan Allah, ibadah sedemikian tidak diterima-Nya sedangkan di hadapan manusia, hanya membuat orang lain menjadi jijik melihat kita.

Renungkan: Betapa memalukan bila suatu saat ada orang yang berkata,”Lihat orang Kristen itu! Jangan meniru tingkah lakunya!

(0.09) (Luk 6:12) (sh: Pilihan Allah berdasarkan kedaulatan dan rencana-Nya (Jumat, 16 Januari 2004))
Pilihan Allah berdasarkan kedaulatan dan rencana-Nya

Betapa girangnya hati Ranti ketika ia dipilih untuk mewakili kantornya dalam kepanitiaan perayaan HUT kantor nasional mereka yang ke-50. Dalam kegirangan itu Ranti maupun rekan-rekan lainnya sadar bahwa mereka dipilih bukan karena prestasi atau pun dedikasi mereka tetapi karena ditentukan oleh pimpinan mereka.

Sebelum Yesus memilih 12 belas murid dari antara murid-murid-Nya yang selama ini mengikut Dia, Ia berdoa semalam-malaman kepada Allah (ayat 12). Pemilihan murid adalah hal yang serius, tidak boleh dibuat main-main. Pemilihan murid adalah untuk misi Yesus, oleh karenanya Yesus tidak memilih berdasarkan kriteria subyektif-Nya, melainkan Ia menyerahkan pemilihan itu kepada kedaulatan Allah Bapa di surga. Selepas berdoa, Yesus mengumpulkan para murid-Nya, lalu memilih duabelas dari antara mereka untuk menjadi rasul-Nya. Rasul berarti ‘orang yang diutus untuk mewakili.’ Berarti, mereka adalah pilihan Allah bagi Yesus untuk mewakili Yesus dalam melaksanakan dan menggenapi rencana Allah di dalam dan melalui Yesus.

Yesus memilih para rasul sesuai dengan kehendak Allah. Hal menarik yang Lukas sampaikan di sini adalah ia mencantumkan komentarnya mengenai Yudas Iskariot sebagai rasul yang kemudian mengkhianati Yesus (ayat 16). Apakah pemilihan Yesus salah? Tentu tidak, karena Allahlah yang memilih melalui Yesus. Lalu, apa rencana Allah dibalik pemilihan Yudas Iskariot? Saat ini belum jelas. Akan tetapi, kita boleh yakin pada satu hal yaitu bahwa semua yang Allah rencanakan pasti untuk mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya, termasuk pengkhianatan Yudas kelak menjadi jalan untuk kematian Kristus yang menyelamatkan itu.

Renungkan: Jangan membanggakan diri dengan berkata “saya umat pilihan”. Sebaliknya, dengan rendah hati naikkanlah syukur dan hidupi panggilan mulia itu dengan setulus-tulusnya.

(0.09) (Luk 7:36) (sh: Pemulihan total karena pengampunan (Jumat, 14 Januari 2000))
Pemulihan total karena pengampunan

Melalui peristiwa dalam kisah ini kita melihat contoh betapa sulitnya masyarakat menerima kehadiran seorang yang bereputasi buruk di tengah-tengah mereka. Seorang perempuan yang dikenal umum berprofesi sebagai perempuan sundal dianggap berdosa dan sangat tidak layak berada di tengah-tengah orang Farisi. Bahkan orang Farisi tersebut menginginkan agar Yesus memiliki pandangan yang sama. Respons Yesus justru sebaliknya kepada perempuan berdosa yang menghampiri dan meminyaki kaki-Nya dengan minyak wangi yang mahal dan menyeka dengan rambutnya. Yesus melihat bahwa dari sikap dan kesungguhan hatinya, terpancar cinta kasihnya kepada Tuhan dan keinginan untuk meninggalkan dosa-dosanya, bertobat dari kehidupan lamanya.

Memang sulit bagi orang-orang yang dicap bereputasi buruk seperti mantan narapidana, wanita tuna susila, dlsb., untuk memperbaiki atau mengubah citra mereka di tengah-tengah masyarakat. Fakta ini tidak selalu disebabkan oleh tidak adanya kemauan orang tersebut untuk berubah, tetapi disebabkan oleh sikap masyarakat yang sukar untuk mengubah pandangan yang telah ada. Yesus mengubah cara pandang seperti ini. Bila masyarakat menganggap orang-orang berdosa adalah orang yang tidak layak berada di tengah masyarakat, berbeda dengan Yesus. Ia selalu menyediakan tempat bagi orang-orang yang ingin berubah, meninggalkan dosa-dosanya dan memperbaiki diri. Justru orang-orang berdosa yang ingin berubah inilah yang mendapat prioritas utama di mata Yesus. Demikianlah Yesus mengangkat harkat dan martabat perempuan itu.

Renungkan: Sikap Yesus menerima orang yang ingin pengampunan dari dosa-dosanya dengan hati terbuka, seharusnya menjadi sikap bagi gereja dalam menerima dan melayani setiap warga jemaatnya. Banyak warga jemaat telah meninggalkan masa lalunya dan belajar menjalani hidup sebagai Kristen. Mereka ingin diterima, dilayani, diangkat harkat dan kehormatannya oleh Gereja, dan ingin memulai hidup baru, bagaimana respons Gereja? Pada warga jemaat inilah Gereja merealisasikan ajaran firman Tuhan yang selalu didengungkan. Karenanya Gereja harus menentukan sikap positif menghadapi mereka. Realisasikanlah kebutuhan warga jemaat tersebut melalui program-program Diakonia, Koinonia, dan Marturia.

(0.09) (Luk 8:1) (sh: Kasih yang dialami dan dinyatakan (Sabtu, 15 Januari 2000))
Kasih yang dialami dan dinyatakan

Dalam tradisi Perjanjian Lama, -- bagi orang-orang Yahudi -- status dan kedudukan wanita berada di bawah kedudukan pria. Wanita adalah golongan masyarakat kelas dua, sebab tempat dan peran utama dipegang oleh pria. Tapi dalam perkembangan selanjutnya tradisi ini tidak lagi mutlak. Alkitab memaparkan tentang peran penting kaum wanita dalam keluarga, masyarakat, dan sejarah keselamatan. Meskipun demikian masih ada yang tetap berpegang pada tradisi ini hingga zaman Perjanjian Baru. Kaum Wanita tidak memiliki peluang untuk berkarya. Dalam perikop hari ini kita bertemu dengan beberapa wanita yang dilibatkan Yesus dalam pekerjaan-Nya. Yesus tidak pernah membedakan pria dan wanita, keduanya menjadi fokus pelayanan dalam misi keselamatan-Nya.

Dilibatkannya para wanita dalam misi pelayanan Yesus di beberapa desa dan kota kita belajar dua hal. Pertama, Yesus menepis anggapan yang mengatakan bahwa tidak ada kesempatan bagi kaum wanita untuk berkarya. Kedua, Yesus ingin menunjukkan bahwa wanita-wanita itu yang telah mengalami sentuhan kasih Yesus dan diselamatkan, akan mewujudkan kasih yang nyata dalam kehidupannnya yang baru. Sentuhan kasih dan keselamatan inilah yang telah mengubah mereka. Ungkapan syukur atas kasih dan keselamatan dari Allah itu mereka aplikasikan dalam wujud saling melayani. Setiap orang yang telah mengalami sentuhan kasih Allah dan diselamatkan pasti mengalami perubahan. Perubahan itu akan mendorong setiap orang yang telah merasakan dan mengalami kasih tak terselami dalam Kristus, untuk menyatakan kepada siapa pun yang ditemuinya betapa dalamnya kasih Kristus. Kerinduannya yang amat dalam membuat orang lain pun mengalami kasih Kristus.

Renungkan: Keselamatan yang Yesus anugerahkan kepada para wanita itu telah menghasilkan suatu perubahan dan menumbuhkan keyakinan iman yang luar biasa. Keyakinan akan keselamatan itu jugalah yang membawa diri mereka terlibat dalam pelayan Yesus. Kasih dan anugerah keselamatan dari Yesus, seharusnyalah membuat Kristen menyatakan perubahan dari hari ke hari dan makin mengleuarkan buah roh dalam setiap perkataan, pikiran, dan perbuatannya, serta mewujudkan anugerah keselamatan itu dengan terlibat serta dalam mendukung pelayanan Gereja dan masyarakat.

(0.09) (Luk 8:22) (sh: Keselamatan atas kuasa alam (Selasa, 18 Januari 2000))
Keselamatan atas kuasa alam

Dalam sebuah perjalanan lewat udara, penumpang dikejutkan oleh pengumuman yang menghimbau aagar mereka duduk tenang dan segera mengenakan sabuk pengaman karena badai di udara. Keadaan yang terjadi di luar perkiraam itu menimbulkan kepanikan semua penumpang. Suasana tegang, gelisah, kuatir, dan takut bercampur menjadi satu. Seandainya salah satu penumpangnya adalah Anda, apa yang akan Anda lakukan? Mungkin Anda pun akan merasakan hal yang sama. Dalam suasana seperti ini sangat sulit untuk tetap bersikap tenang dan percaya bahwa keadaan dapat dikendalikan oleh awak pesawat yang handal dan tahu bagaimana cara mengatasinya.

Keadaan yang sama dihadapi para murid Tuhan Yesus ketika perahu yang mereka tumpangi dilandai angin taufan dan badai kencang. Pada saat itu mereka berada bersama-sama Yesus dan mereka tahu bahwa Dia berkuasa atas jagad raya, termasuk alam tetapi kepanikan dan ketakutan tenggelam melilit mereka. Titik lemah para murid dalam peristiwa ini muncul dalam keraguan mereka terhadap keyakinan iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Iman mereka ditutupi oleh keraguan bahwa kekuatan dan keganasan alam tak dapat diatasi. Anggapan ini bukan saja telah mengesampingkan kuasa dan kedaulatan Yesus sebagai Tuan atas alam, tetapi juga peran-Nya sebagai Juruselamat atas hidup manusia. Para murid seharusnya percaya bahwa berada bersama Yesus memampukan mereka tetap bersikap tenang dan berpikir jernih menghadapi berbagai bentuk bencana, bukan sebaliknya. Bencana angin taufan itu hanyalah salah satu dari bencana-bencana lain yang pasti dialami dalam hidup selanjutnya.

Renungkan: Permasalahan yang dihadapi para murid sebenarnya masalah yang sering muncul dalam kehidupan kita juga. Bencana alam dapat menimpa tanpa dapat diduga. Peristiwa terjadinya gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor, air pasang dlsb. biasanya meminta korban jiwa yang tidak sedikit. Hal ini menunjukkan betapa rapuhnya manusia, yang tak mampu menahan amukan alam. Apapun bencana yang terajdi, kita tetap memiliki Tuhan yang berkuasa atas alam yang diciptakannya. Milikilah pengharapan di dalam-Nya, karena hanya Dia, Tuhan atas alam yang mampu memeberikan kedamaian dan ketenangan.

(0.09) (Luk 10:25) (sh: Hidup kekal dan kepedulian (Senin, 16 Februari 2004))
Hidup kekal dan kepedulian

Ahli Taurat itu mengajukan pertanyaan yang luar biasa penting kepada Yesus tentang bagaimana orang dapat mewarisi hidup kekal. Sayang ia bertanya dengan motivasi salah dan praanggapan keliru. Ia bertanya bukan karena ia sungguh sedang menggumuli pertanyaan itu tetapi karena ia ingin mencobai Yesus (ayat 25). Ia tidak sedang mencari jawaban sebab ia sudah punya pranggapan bahwa orang dapat mewarisi hidup kekal melalui perbuatan membenarkan diri (ayat 25,29).

Terasakah oleh Anda betapa mengejutkan jawaban Yesus? Dengan mengacu kepada sari Taurat (Ul. 6:5), Yesus ingin menyadarkan dia bahwa hidup kekal bukan masalah warisan tetapi masalah hubungan. Faktor intinya bukan perbuatan tetapi kondisi hati. Kasih Allah yang telah mengaruniakan hidup dengan menciptakan manusia dan memberikan hukum-hukum-Nya, patut disambut dengan hati penuh syukur dan kasih di pihak manusia.

Mungkinkah orang mengalami kasih Allah dan hidup dalam kasih yang riil kepada-Nya namun hatinya tertutup terhadap rintih tangis sesamanya? Tidak, sebab kasih kepada Allah pasti akan mengalir dalam kasih kepada sesama. Namun, siapakah sesama yang harus kita kasihi itu? Itu menjadi pertanyaan berikut si ahli Taurat kepada Yesus. Lalu, lahirlah jawab menakjubkan dari Yesus tentang perumpamaan orang Samaria yang baik. Pertama, orang-orang yang dalam praanggapan si ahli Taurat pasti akan berbuat benar, ternyata tidak. Kedua, orang yang dalam praanggapan si ahli Taurat pasti salah, ternyata berbuat benar sebab memiliki kasih. Ketiga, ahli Taurat itu seharusnya tidak bertanya siapakah sesamanya tetapi bertanya apakah ia sedang menjadi sesama bagi orang lain.

Renungkan: Untuk dilakukan: Orang yang mempraktikkan kasih seluas kasih Allah menunjukkan bahwa ia memiliki hubungan dengan Allah dan hidup kekal. Sikap dan tindakan apa yang harus kutumbuhkan agar aku menjadi sesama bagi orang-orang di sekitarku?

(0.09) (Luk 11:1) (sh: Belajar berdoa dari Yesus (Rabu, 18 Februari 2004))
Belajar berdoa dari Yesus

Yang melatarbelakangi permohonan para murid agar Yesus mengajar mereka berdoa adalah tindakan Yesus. Yesus berdoa. Mereka lalu meminta agar Yesus mengajarkan mereka berdoa (ayat 1). Ini penting untuk kita perhatikan. Ada apakah dengan doa atau kehidupan doa Yesus sehingga mereka terdorong untuk belajar hal berdoa dari-Nya? Tentu ada hal yang sangat menarik dari yang mereka lihat tentang Yesus yang berdoa, sehingga para murid meminta diajar berdoa. Hanya doa yang hidup di dalam mana kemesraan hubungan terpancar yang mampu membuat orang lain tertarik untuk berdoa. Sebenarnya doa tidak dapat dipelajari seperti orang belajar ilmu. Doa juga bukan suatu metode yang dapat dikuasai melalui banyak latihan. Doa adalah hubungan dengan Allah yang bertumbuh makin mesra sehingga menjadi sesuatu yang hidup. Itu sebabnya Yesus mengajar para murid-Nya agar doa dimulai dengan menyapa Allah sebagai Bapa (ayat 2). Justru karena Yesuslah kita boleh mengenal dan menyapa Allah sebagai Bapa. Karena sang Putra adalah uluran tangan Bapa menyambut kita maka kita menghayati hubungan anak-Bapa dengan Allah di surga.

Doa yang benar tidak bersemangatkan pementingan diri sendiri. Seperti halnya semua hubungan atau percakapan yang sehat menaruh perhatian pada semua pihak yang bercakap, demikian pun seharusnya isi doa. Itu sebabnya doa yang Yesus ajarkan ini memberi perhatian baik kepada kepentingan Allah (ayat 2) maupun kepada kepentingan kita (ayat 3-4). Kepentingan Allah didahulukan bukan karena kepentingan kita tidak penting, tetapi justru supaya kita menyadari betapa besar kasih dan perhatian Bapa kepada kita. Prinsip dan kerangka pemikiran doa yang Yesus ajarkan ini patut membentuk pula kehidupan doa kita. Ingatlah bahwa bila Yesus berkenan mengajar kita berdoa, pasti Bapa berkenan menyambut doa kita.

Renungkan: Tanda pertama bahwa kita dalam hubungan erat dengan Allah adalah hidup dalam doa.

(0.09) (Luk 16:19) (sh: Hati yang beku (Rabu, 10 Maret 2004))
Hati yang beku

Masalah orang kaya di dalam perumpamaan ini adalah hati yang beku, sama sekali tidak peka akan kebutuhan orang di sekelilingnya. Hati beku itu hanya mungkin dimiliki oleh orang yang seluruh hidupnya dikuasai oleh diri sendiri dan kesenangannya, yaitu hidup mementingkan diri sendiri.

Orang kaya ini hidup berkelimpahan (ayat 19). Sementara berpesta pora tidak sedikit pun ia peduli akan seorang pengemis yang hadir setiap hari di dekat pintu rumahnya. Pengemis yang begitu tidak memiliki apa-apa bahkan untuk makan saja menantikan remah atau sisa dari meja orang kaya tersebut. Bahkan pengemis itu dinajiskan oleh anjing-anjing yang menjilat boroknya. Yang lebih mengerikan lagi dari si orang kaya itu, adalah sebenarnya ia mengenal nama si pengemis itu, Lazarus (ayat 24). Berarti ketidakpedulian orang kaya itu bukan karena ia tidak pernah melihat atau bertemu dengan Lazarus melainkan karena ia mengeraskan hati untuk tidak mempedulikannya.

Kesempatan di dunia ini ada batasnya, demikian juga dengan penderitaannya. Lazarus mati dan diangkat malaikat untuk menikmati apa yang tidak pernah dinikmatinya sebelumnya di dunia ini, yaitu kasih dan perhatian, kepedulian terhadap nasibnya. Orang kaya itu mati juga dan sekarang dalam keadaan menderita luar biasa. Sekarang orang kaya itu merasakan bagaimana penderitaan yang dialami Lazarus dahulu, bahkan saya percaya lebih lagi daripada yang dirasakan Lazarus. Sekarang orang kaya itu merasakan betapa sengsaranya tidak dipedulikan Allah! Bukan untuk sementara, tetapi untuk selamanya. Tidak ada yang dapat mencairkan kebekuan hati, kalau itu adalah pilihan yang disengaja! Tidak juga kalau mukjizat kebangkitan orang mati terjadi di depan mata (ayat 31).

Camkanlah: Hanya hati yang masih mau mendengar suara Tuhan akan mampu mendengar jeritan orang lain. Jangan sampai hatimu beku!

(0.09) (Luk 18:9) (sh: Syarat menjadi orang yang dibenarkan (Senin, 15 Maret 2004))
Syarat menjadi orang yang dibenarkan

Orang bebal adalah orang yang selalu merasa diri paling benar. Amsal memberikan nasihat kepada kita agar menghindarkan diri dari orang seperti itu karena biarpun kesalahannya sudah di depan mata, mereka akan tetap ngotot bahwa mereka benar. Namun, betapa pun mereka menganggap diri paling benar, di hadapan Allah sumber Kebenaran mereka tetaplah orang berdosa.

Hanya ada dua cara untuk menjadi orang yang disebut benar menurut Firman Tuhan yang kita baca hari ini. Pertama, dibenarkan oleh Allah sendiri. Hal inilah yang terjadi pada si pemungut cukai dalam perumpamaan Yesus di 9-14. Pemungut cukai itu datang dengan penuh kerendahan diri dan penyesalan akan keberdosaannya. Ia menyadari diri tidak layak untuk diampuni, oleh karenanya ia hanya memohon belas kasihan. Tetapi, justru kesadaran diri berdosa dan tidak layaklah yang membuatnya dilayakkan menerima anugerah pembenaran.

Hal yang sebaliknya terjadi pada si orang Farisi. Ia datang dengan keyakinan yang tinggi akan hidupnya yang benar. Ia datang tidak untuk meminta belas kasih Tuhan. Ia malah dengan bangga memaparkan hal-hal yang baginya adalah bukti kebenarannya. Yesus berkata, orang Farisi tetap tinggal sebagai orang berdosa, sedangkan si pemungut cukai mendapatkan pembenaran dari Tuhan.

Kedua, untuk mendapatkan pembenaran dari Allah, kita harus menjadi seperti anak kecil (ayat 17). Anak kecil dicirikan dengan ketulusan dan kepolosan, tanpa pretensi. Sikap inilah yang diperlukan untuk dapat menyambut uluran tangan kasih Allah. Sikap jujur bahwa dirinya membutuhkan jamahan Allah adalah syarat untuk seseorang dijamah Allah.

Renungkan: Dengan mengakui bahwa kita adalah orang-orang berdosa, kebenaran Allah akan diberlakukan atas kita.

(0.09) (Luk 20:41) (sh: Peringatan dan kecaman untuk para pemimpin (Jumat, 26 Maret 2004))
Peringatan dan kecaman untuk para pemimpin

Kini giliran Yesus untuk memperingatkan dan mengecam sikap para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi. Memang semua orang Yahudi sedang mengharapkan hadirnya Sang Mesias dari turunan Daud. Tetapi mereka tidak mengerti bagaimana Mesias itu datang dalam rupa insan manusia? Yesus mengutip Mazmur 110:1, untuk menunjukkan bahwa Mesias yang mereka nantikan itu lebih besar kuasa-Nya daripada Daud.

Betapa memalukan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh para ahli Taurat dan Saduki. Mereka mengambil kesempatan dalam kesempitan karena memanfaatkan kedudukan mereka sebagai pemimpin agama untuk menarik keuntungan dan kehormatan bagi diri mereka sendiri (ayat 41-44). Yesus menegaskan bahwa konsekuensi dari tindakan tersebut adalah bahwa mereka tidak akan luput dari hukuman (ayat 45-47). Ini adalah kecaman Yesus yang sangat keras terhadap para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi.

Mengapa peringatan dan kecaman Yesus terhadap para pemimpin agama Yahudi ini dikaitkan dengan persembahan seorang janda miskin? Di mata manusia siapa sebenarnya yang kaya? Seseorang yang dikatakan kaya harta adalah orang yang memberi persembahan yang banyak. Tetapi penilaian tersebut berbeda dari sudut pandang Allah. Pada penilaian Allah sang janda miskin itulah yang kaya. Bila kita bandingkan dengan Lukas 19:46, maka para pemimpin yang disebutkan sebagai penyamun, mereka secara tidak lang-sung telah merampas hak orang-orang miskin. Dari situlah mereka merasa kaya karena kedudukan dan jabatan mereka. Sedangkan perempuan janda miskin ini memberi sebagai ungkapan kemurahan hatinya dan pengorbanannya dalam melayani Tuhan, sebab ia memberi seluruh nafkahnya (ayat 21:1-4).

Camkan: Pemimpin yang mengorbankan orang lain demi dirinya sendiri tidak akan luput dari hukuman Tuhan.

(0.09) (Luk 22:1) (sh: Persepakatan dengan Iblis (Selasa, 30 Maret 2004))
Persepakatan dengan Iblis

Paskha (bukan Paskah) merupakan perayaan penting bagi warga Yahudi. Biasanya Paskha diikuti perayaan hari Raya Roti tidak beragi (ayat 1). Kedua hari raya tersebut merupakan satu perayaan. Paskha mengingatkan malam ketika Israel keluar dari Mesir (Kel.12). Sementara hari raya Roti Tidak Beragi mengingatkan perjalanan keluar dari Mesir dan juga awal masa penuaian (Im. 23:5-8). Pada masa perayaan Paskha, umat Yahudi dari berbagai tempat datang ke Yerusalem untuk merayakannya.

Dalam konteks perayaan Paskha dilaporkan bahwa pemimpin agama Yahudi putus asa menghadapi Yesus. Mereka tidak punya cara lain kecuali membunuh-Nya (ayat 2). Tetapi bagaimana caranya? Saat ini sedang terjadi perayaan nasional di mana orang ramai berkumpul di Yerusalem. Mereka takut upaya membunuh Yesus akan mengundang keributan massa. Karena itu upaya untuk membunuh Yesus harus dilakukan diam-diam.

Dalam situasi demikian Yudas, salah seorang murid Yesus, menemui pemimpin agama Yahudi (ayat 4). Di balik rencana Yudas berdiri Iblis (ayat 3). Yudas tidak bertindak sendiri. Yudas menyanggupi rencana pemimpin agama Yahudi (ayat 5). Jadi dapat kita bayangkan betapa gembiranya mereka menerima Yudas. Uang segera disiapkan. Tidak tahu dari mana sumber uang ini. Yudas juga senang menerima uang.

Ketika Iblis mempengaruhi seseorang maka berbagai bentuk kerusakan dan kehancuran akan terjadi. Lukas telah memberi ilustrasi tentang hal ini dalam Lukas 8:26-39. Orang Gerasa hancur hidupnya ketika Iblis mempengaruhi hidupnya. Begitu pula halnya dengan Yudas. Pengaruh Iblis membuatnya tidak segan-segan menjual gurunya yang selama ini dekat dengannya. Yudas berkomplot bersama pemimpin agama Yahudi untuk membunuh Yesus.

Renungkan: Rencana jahat selalu cepat terlaksana, dan Iblis secara cepat dan gesit akan membantu rencana tersebut. Ketika kerusakan dan kehancuran terjadi iblis bersukacita.

(0.09) (Luk 23:33) (sh: Kematian Kristus dan kebutuhan manusia. (Jumat, 21 April 2000))
Kematian Kristus dan kebutuhan manusia.

Kematian Yesus bukanlah kematian yang sia-sia, yang dicari-cari atau pun    konyol. Sebaliknya kematian-Nya  memberikan makna dan tujuan    baru bagi kehidupan manusia. Kematian-Nya pun mengungkapkan    betapa berharganya jiwa manusia di mata-Nya.

Ketika tergantung di kayu salib, para pemimpin Yahudi dan    prajurit mengolok-olok ketidakmampuan-Nya menyelamatkan diri-Nya    sendiri (ayat 35-37). Tindakan mereka itu hanya terpusat kepada    keselamatan fisik. Yesus memang telah membuktikan bahwa Ia mampu    membebaskan rakyat Yahudi dari berbagai masalah sosial seperti    penyakit dan pangan. Namun mengapa sekarang Ia tidak berdaya dan    tergantung di kayu salib? Jika demikian Ia bukanlah Mesias yang    dinanti-nantikan.

Yesus menegaskan bahwa tujuan-Nya datang ke dunia dan mati di    kayu salib bukan untuk keselamatan manusia secara fisik.    Kematian-Nya merupakan penggenapan Paskah yang selalu    diperingati dan  dirayakan bangsa Israel. Paskah pertama memang    merupakan pembebasan bangsa Israel dari kekuatan Firaun. Namun    sebetulnya peristiwa Paskah itu terdiri dari 2 tahapan. Sebelum    mereka keluar dari negeri perhambaan, mereka telah dibebaskan    atau diselamatkan terlebih dahulu dari murka Allah dengan darah    anak domba. Kematian Kristus telah membebaskan umat manusia yang    berdosa dari murka Allah (ayat 43). Kematian Kristus juga mendamaikan    manusia dengan Allah yang ditandai dengan terbelahnya tabir Bait    Allah (ayat 45). Semua itu tidak akan tercapai jika Kristus tidak    datang ke dalam dunia dan mati.

Renungkan:  Kematian Yesus adalah karya-Nya yang terbaik buat    manusia yang terburuk, agar mereka menerima anugerah yang    terbesar yaitu keselamatan kekal. Kristen harus melakukan karya    terbaik dan termulia bagi Allah, sebagai ungkapan terima kasih    yang terbesar.

   Bacaan  untuk Jumat Agung:    Yesaya 52:13-53    Ibrani 4:14-16; 5:7-9    Yohanes 19:17-30    Mazmur 22:1-18

   Lagu: Kidung Jemaat 430



TIP #09: Klik ikon untuk merubah tampilan teks alkitab dan catatan hanya seukuran layar atau memanjang. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA