Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 1373 ayat untuk menerima Tuan [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (1Sam 14:7) (bis: yang hendak Tuan lakukan)

Sebuah terjemahan kuno: yang hendak Tuan lakukan; Ibrani: yang hendak Tuan lakukan. Berbaliklah.

(0.92) (1Sam 14:7) (endetn: sekehendak hati tuanku)

"Hatiku seperti .....", diperbaiki menurut terdjemahan Junani. Tertulis: "didalam hati tuanku tjenderung kepada tuan"; "dengan tuan didalam hati tuan".

(0.77) (Kel 5:16) (endetn: sehingga jang bersalah (sebenarnja) bangsa tuan)

Mungkin lebih tepat Jun., Syr: "sehingga tuan memperlakukan bangsanja setjara tidak adil" (chata' et 'ammeka: haplogr) Symm.: "tuan jang salah" (chata 'immak).

(0.75) (Mzm 119:19) (ende)

Tuhan adalah tuan rumah (dunia) dan manusia seorang asing sadja.

Ia tidak tahu akan adat-istiadat (Taurat), hingga tuan rumah itu (Allah) harus mengadjarnja.

(0.71) (1Raj 11:19) (ende: tuan Tahpenes)

Rupa2nja kata Hibrani mentjerminkan gelar Permaisuri Mesir, bukan namanja.

(0.71) (Luk 12:36) (ende: Tuan)

Jang dimaksudkan ialah Jesus pada kedatanganNja kembali pada achir zaman.

(0.71) (Kel 21:9) (jerusalem: anak-anak perempuan) Yaitu anak-anak perempuan tuan rumah sendiri.
(0.63) (Kol 3:22) (jerusalem: akan Tuhan) Tuhan Kristus adalah satu-satunya "Majikan" (dalam bahasa Yunani kata yang sama berarti Tuhan/tuan dan tuan/majikan) baik para majikan maupun para hamba.
(0.62) (Kej 43:33) (ende)

Saudara-saudara Jusuf merasa heran, bagaimana mungkin tuan rumah mengatur tempat mereka duduk tepat menurut usia mereka.

(0.62) (Neh 3:5) (ende: tuan2nja)

ialah Nehemia dan rekan2nja. Nehemia bertemu dengan pelawan djuga diantara orang2 Jahudi.

(0.62) (Ef 6:1) (sh: Relasi umat Allah: sebagai anak, orangtua, tuan-hamba (Jumat, 18 Oktober 2002))
Relasi umat Allah: sebagai anak, orangtua, tuan-hamba

‘Tunduk’ juga berlaku dalam relasi anak-orangtua, hamba-tuan (ayat menerima+Tuan&tab=notes" ver="">5:21). Pada masa kini, banyak orangtua sulit menjalankan fungsinya. Juga banyak anak-anak bingung bagaimana harus berlaku sebagai anak. Masalah ini terjadi karena kedua pihak tidak memahami kata tunduk. Bentuk tunduk anak adalah taat. Anak-anak tunduk kepada orangtua bukan karena tuntutan budaya, melainkan taat kepada kehendak Allah (ayat menerima+Tuan&tab=notes" ver="">2). Sesuai tuntutan hukum kelima (Kel. 20:12). Janji kebahagiaan dan umur panjang melekat pada hukum kelima ini. Sejalan d engan ketaatan anak, orangtua juga tunduk kepada anak. Bentuk tunduk orangtua diekspresikan melalui perbuatan yang tidak membangkitkan amarah anak dan melalui didikan dalam ajaran dan nasihat Tuhan (ayat menerima+Tuan&tab=notes" ver="">4).

‘Tunduk’ juga berlaku dalam relasi hamba-tuan. [1]. Hamba taat kepada tuan dengan takut dan gentar (ayat menerima+Tuan&tab=notes" ver="">5), bukan karena tertekan atau terpaksa, melainkan karena menyadari bahwa Kristus adalah Tuan yang tidak kelihatan. [2]. Hamba taat dengan bekerja segenap hati (ayat menerima+Tuan&tab=notes" ver="">6). [3]. Hamba bekerja bukan untuk menyenangkan hati tuan melainkan untuk menyenangkan Tuhan Yesus (ayat menerima+Tuan&tab=notes" ver="">7). Meski tidak dilihat tuannya, hamba bekerja rajin dan tekun karena kehadiran Yesus Kristus. [4]. Hamba taat kepada tuan dengan bekerja baik karena upahnya berasal dari Tuhan (ayat menerima+Tuan&tab=notes" ver="">8), bukan hanya manusia saja. Sejalan dengan itu, tuan juga harus tunduk kepada hamba. Tuan harus membayar upah yang layak dan memberi waktu istirahat yang cukup. Bentuk tunduk tuan diungkapkan melalui penggunaan otoritas yang benar. Otoritas disertai ancaman akan merusakkan relasi hamba-tuan. Relasi sejati tidak pernah dibangun di atas ancaman. Bentuk tunduk tuan ditampakkan dengan kesadaran bahwa Tuhan Yesus adalah Tuan mereka dan juga Tuan para hamba (ayat menerima+Tuan&tab=notes" ver="">9).

Renungkan: Menurut Anda, mengapa di Indonesia sering sekali kita menjumpai tindakan/aksi protes kaum pekerja/karyawan yang menuntut perusahaan/tuan mereka?

(0.53) (Kel 21:7) (ende)

Jang dimaksudkan seorang budak, jang oleh tuannja diambil mendjadi selir (gundik); budak ini dibedakan dari budak-budak biasa, jang dapat didjual kepada tuan lainnja.

(0.53) (Rut 2:2) (ende)

Walaupun menurut taurat orang2 miskin memungut gandum dsb., tetapi pada kenjataannja banjaklah tergantung pada tuan tanah.

Sebab itu Rut mentjari orang jang akan mengidjinkannja.

(0.53) (Rat 3:15) (ende)

Allah dibandingkan dengan tuan rumah, jang mendjadikan kepada tamunja hidangan jang tidak dapat dimakan atau diminum. Ibarat kemalangan jang ditimpakan Allah.

(0.53) (Kel 28:30) (jerusalem: keputusan bagi orang Israel) Yang dimaksudkan ialah alat untuk menanyakan Tuan dan begitu menjatuhkan hukum bagi rakyat, Kel 28:6+.
(0.53) (Ezr 10:3) (jerusalem: perempuan itu) Dalam 3Ezr 8:90 dan satu naskah Ibrani terbaca: perempuan asing itu
(0.53) (Mzm 5:5) (jerusalem: Pembual) Ini semacam istilah (searti dengan orang bodoh) yang berarti: orang fasik, pendosa
(0.50) (1Ptr 2:13) (full: TUNDUKLAH ... KEPADA SEMUA LEMBAGA MANUSIA. )

Nas : 1Pet 2:13

Lihat cat. --> Rom 13:1.

[atau ref. Rom 13:1]

(0.49) (Mat 20:1) (sh: Anugerah bukanlah upah (Sabtu, 24 Februari 2001))
Anugerah bukanlah upah

Seorang anak asuh yang biasanya malas membantu orang-tuanya, tiba-tiba menjadi sangat rajin dan bersemangat membersihkan rumah. Di akhir minggu itu ibunya menemukan secarik kertas bertuliskan jumlah jam kerja dan sejumlah upah yang seharusnya diterima anaknya. Esok harinya anaknya terkejut karena menemukan balasan surat ibunya yang berisi daftar seluruh kebutuhan hidupnya sejak ia berusia 1 tahun: susu, makan, pakaian, uang jajan, sepatu, sekolah, tas, buku, dll. Anak ini tidak menyadari bahwa kesempatan menjadi anak dalam keluarga tersebut adalah anugerah, yang tidak dapat dibandingkan dengan upah sebesar apa pun.

Perumpamaan orang-orang upahan di kebun anggur pun mengajak kita berpikir tentang anugerah yang tidak dapat diperhitungkan seperti upah. Dikisahkan bahwa tuan rumah itu mencari pekerja untuk kebun anggurnya, menjelaskan bahwa dia sebagai pemilik kebun anggur dan dia yang berinisiatif mencari pekerja-pekerja, maka berapa pun upah yang diberikan kepada para pekerja sepenuhnya berdasarkan keputusannya. Kepada sekelompok pekerja pertama yang bekerja dari pagi hingga malam, ia sepakat memberi upah sedinar sehari. Kemudian ia berulang kali mendapati orang-orang yang menganggur dan ia meminta mereka bekerja di kebunnya. Mereka pasti tidak akan mendapatkan upah bila menganggur sepanjang hari, jadi kesempatan bekerja adalah anugerah. Ketika malam tiba, tuan rumah tersebut memberikan upah kepada setiap pekerja mulai dari yang terakhir sampai yang bekerja dari pagi. Para pekerja yang bekerja dari pagi sampai malam protes atas tindakan tuan tersebut karena memberikan upah yang sama kepada semua pekerja. Tuan rumah itu mengatakan bahwa mereka telah menerima sesuai kesepakatan, jadi protes mereka tidak beralasan. Jika yang mereka permasalahkan adalah upah yang diberikan kepada para pekerja lainnya, maka sepenuhnya itu adalah hak tuan tersebut, jadi ini pun tidak beralasan.

Renungkan: Demikianlah Allah yang murah hati, yang memberikan anugerah kepada siapa Dia mau memberikannya. Tak seorang pun memiliki hak untuk mempertanyakan keadilan-Nya, karena hidup kekal yang dimilikinya pun adalah anugerah-Nya. Masih adakah upah yang layak kita minta sebagai hasil pelayanan kita, bila kita menyadari bahwa kesempatan hidup dan melayani-Nya pun adalah anugerah-Nya?

(0.49) (Luk 16:10) (sh: Siapakah Tuanmu? (Selasa, 9 Maret 2004))
Siapakah Tuanmu?

Mata-mata tugasnya memang mengabdi kepada dua tuan. Tuan yang pertama adalah tuan yang sebenarnya, tuan yang kedua adalah orang yang dimata-matainya demi tuan yang pertama. Ada juga mata-mata yang berkhianat kepada tuan pertamanya, sekaligus kepada tuan yang kedua. Alasannya sederhana, uang. Ia tidak mengabdikan dirinya kepada salah satu dari tuan itu, melainkan kepada kekayaan yang akan didapatnya dengan sikap mendua tersebut.

Sebagai orang Kristen seharusnya tidak ada alternatif siapa Tuan kita. Justru orang luar bisa menilai kita dapat dipercaya, baik hal kecil maupun hal besar, karena ternyata kita setia kepada Tuan kita (ayat menerima+Tuan&tab=notes" ver="">10-12). Orang akan mempercayakan kita Mamon yang tidak jujur, karena kita jujur. Mereka percaya kepada kita karena kita hanya mengabdi kepada Allah dan bukan kepada Mamon (ayat menerima+Tuan&tab=notes" ver="">13-14).

Hal ini berlawanan dengan apa yang diyakini oleh orang-orang Farisi. Mereka munafik dalam hal lahiriah sepertinya mereka mengabdi kepada Allah, padahal batin mereka menyembah Mamon (ayat menerima+Tuan&tab=notes" ver="">14-15). Apa yang tidak kelihatan di dalam tingkah lahiriah mereka, sebenarnya terpancar juga dari ucapan dan ajaran mereka.

Maka, siapa yang mempertuankan Tuhan Yesus akan mengenal dengan sungguh otoritas-Nya. Dia yang datang mengakhiri era Perjanjian Lama dan memulai era Kerajaan Allah menarik banyak orang untuk menjadi umat Kerajaan Allah (ayat menerima+Tuan&tab=notes" ver="">16b, 'setiap orang menggagahinya berebut memasukinya' bisa dibaca lebih tepat menjadi 'setiap orang ditarik untuk memasukinya'). Namun Dia tidak datang menyudahi peraturan Taurat itu. Justru dalam kedaulatan-Nya, Taurat diperjelas dan ditafsir secara lebih kontekstual seperti yang dinyatakan-Nya mengenai masalah perceraian (ayat menerima+Tuan&tab=notes" ver="">18).

Renungkan: Siapakah Tuhanmu? Adakah pengabdian Anda kepada-Nya dapat dilihat orang dalam kesetiaan akan hal-hal sehari-hari di dunia ini?



TIP #21: Untuk mempelajari Sejarah/Latar Belakang kitab/pasal Alkitab, gunakan Boks Temuan pada Tampilan Alkitab. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA