(1.00) | (1Raj 22:24) |
(sh: Bagi Allah tidak ada unsur kebetulan. (Rabu, 15 Maret 2000)) Bagi Allah tidak ada unsur kebetulan.Pernahkah Anda mendengar suatu kisah nyata dimana seorang yang karena terlambat bangun, ketinggalan pesawat yang akan membawanya ke luar negeri. Namun pesawat itu tidak pernah sampai ke tujuannya karena telah meledak di udara hingga menewaskan seluruh penumpang dan awaknya. Mungkin Anda berkomentar: 'Kebetulan ia terlambat bangun dan ketinggalan pesawat'. Sedangkan komentar dari orang yang selamat itu adalah 'wah karena kebetulan malam sebelumnya aku bertemu dengan teman lama, jadi kami ngobrol hingga larut malam. Akibatnya aku terlambat bangun'. Berdasarkan komentar-komentar di atas dapat disimpulkan bahwa istilah 'kebetulan' dipergunakan untuk mengekspresikan suatu peristiwa yang kemungkinan terjadinya sangat kecil karena berbagai alasan. Namun tidak terkandung suatu keyakinan bahwa ada suatu kuasa yang mengontrol dan memungkinkan suatu hal yang tidak mungkin terjadi, menjadi kenyataan. Bagaimana tanggapan kita tentang peristiwa kematian Ahab? Apakah suatu kebetulan jika Ahab merencanakan untuk keluar berperang dengan cara menyamar menjadi seorang prajurit? Jika seorang tentara musuh menarik panahnya dan menembak sembarangan, tetapi akhirnya mengenai Ahab tepat di antara sambungan baju zirahnya yang terbuat dari besi? Jawaban untuk pertanyaan- pertanyaan di atas adalah semua rentetan peristiwa yang terjadi hingga tewasnya Ahab, bukanlah suatu kebetulan. Ada suatu kuasa yang begitu berdaulat yang mengontrol segala sesuatu dan mengizinkan segala sesuatu terjadi atau tidak. Allah di belakang semua peristiwa itu. Ia ingin menunjukkan bahwa firman yang Ia ucapkan melalui Mikha adalah benar adanya. Walau Ahab berusaha membuktikan bahwa ramalan Mikha tidak akan pernah terjadi, namun yang terjadi justru sebaliknya. Ia terkena panah musuh tepat di bagian yang sangat tidak mungkin untuk dijadikan sasaran. Allah ingin menunjukkan bahwa kekuasaan Ahab tidak ada artinya. Renungkan: Ahab mungkin berhasil memberangus mulut Mikha dengan jalan memenjarakan Mikha, namun kebenaran tetap akan muncul, dan bukan secara kebetulan. Tidak ada satu pun peristiwa yang terjadi secara kebetulan, karena Allah yang berdaulat mengendalikan semuanya. |
(0.80) | (2Raj 17:24) |
(full: MENYURUH MEREKA DIAM DI KOTA-KOTA SAMARIA.
) Nas : 2Raj 17:24 Raja Asyur mendatangkan tawanan asing untuk tinggal "di kota-kota Samaria" (yaitu seluruh wilayah kerajaan utara) supaya menghancurkan perasaan nasionalisme yang masih ketinggalan. Kawin campur di antara orang Israel yang tidak diangkut ke Asyur dan orang-orang asing yang dibawa ke wilayah Israel menghasilkan orang yang disebut "orang Samaria." Hasilnya ialah suatu campuran tradisi agama dan budaya asing dengan kebiasaan dan iman Ibrani (ayat 2Raj 17:29-33). Akan tetapi, pada zaman PB banyak orang Samaria telah meninggalkan cara-cara kafir mereka dan mengembangkan iman yang semata-mata dilandaskan pada Pentateukh (kelima kitab pertama Alkitab). Yesus bersaksi kepada seorang perempuan Samaria, berbicara tentang kurang lengkapnya tradisi Samaria (Yoh 4:4-26). Di kemudian hari banyak orang Samaria menjadi orang percaya di dalam Kristus melalui pelayanan Filipus (Kis 8:5-25). |