Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 13 No. 2 Tahun 1998 >  ETIKA AMSAL SALOMO > 
II. TEMA DAN KESATUAN STRUKTUR 

Banyak penafsir mencari tema yang mendasari seluruh Kitab Amsal. Ada yang mengusulkan judul pada awal kitab sebagai tema (Ams 1:7). Berdasarkan persamaan bilangan (numerical equivalents) dalam huruf Ibrani, P.W. Skehan membagi Kitab Amsal ke dalam tujuh bagian.1401 Sedangkan U. Skladny membagi komposisi Amsal ke dalam empat koleksi. Koleksi pertama berisi tiga sub tema (Ams 10-15): orang benar dan orang fasik, TUHAN dan raja, masalah-masalah ekonomi perdagangan kemasyarakatan. Tema koleksi pertama semata-mata mengenai kontras antara orang benar dan orang fasik di mana kategori benar dan fasik cenderung dilihat dari etika agama. Aspek pengetahuan dari hikmat kurang penting, karena penekanan lebih kepada kualitas perilaku (sittliche qualitaet). Maka pertanggungjawaban individu kepada masyarakat berdasarkan keadilan dan kebenaran. Wilayah kekuasaan raja dan ketergantungan pada raja juga dibatasi oleh keadilan dan kebenaran.

Koleksi kedua berisi empat sub tema (Amsal 16-22:16): TUHAN dan raja, orang benar dan orang fasik, orang berhikmat dan orang bodoh, perdagangan dan kemasyarakatan. Bila koleksi pertama lebih menekankan sikap dan nasib seseorang (Haltung-Schicksal Zusammenhang), koleksi kedua lebih mengacu kepada masalah keadilan hukum (juristische Termini) dan perilaku manusia yang konkret, akibat perbuatannya, dan kaitan sebab akibat dari suatu perbuatan (Tatfolge-Zusammenhang). Juga pada koleksi kedua memiliki lebih banyak nats dengan konteks atau lifesetting pendidikan (Unterweisung).

Pendidikan di Israel Kuno berasal dari keluarga, imam, nabi, sastrawan, dan kaum bijak, termasuk juga pendidikan istana di Yerusalem. Maka konteks amsal dapat ditelusuri dari klen atau keluarga, istana raja, sampai sekolah yang menyimpan peristiwa atau arsip Taurat. H.W. Wolff dan E. Gerstenberger melihat keberadaan Sippenethos (etos klen). Sedangkan C.R. Fontaine menekankan adanya gerakan hikmat dalam bentuk lisan di tengah-tengah masyarakat.1402 Meskipun demikian tidak dapat disangkal bahwa secara resmi semua hikmat dipelihara dalam istana kerajaan sejak Salomo dan sekaligus menjadi pedoman yang berlaku bagi setiap orang Israel.

Kelompok ketiga berisi tiga sub tema (Ams 25-27): alam perekonomian kemasyarakatan, orang berhikmat (cerdik) dan orang fasik (bodoh), TUHAN dan raja. Tema koleksi ketiga lebih pada etika petani (Bauernethik) yakni sikap terhadap orang-orang sederhana yang hidup dalam alam pertanian. Mereka adalah kelompok sosial yang rendah. Kehidupan mereka selalu diancam kelaparan dan pengungsian.

Koleksi keempat berisi empat sub tema (Amsal 28-29): kerajaan dan penguasa, orang benar dan orang jahat, kemasyarakatan dan perekonomian, TUHAN. Tema koleksi keempat menyangkut sikap hidup (Haltung-Schicksal Zusammenhang) orang kepada kaum miskin dan perilaku raja supaya sikap itu dikatakan benar (berhikmat). Maka koleksi ini banyak menyinggung masalah hukum dan sosial, petunjuk bagi pegawai kerajaan supaya mereka bersikap benar dan memerintah dengan arif. Menurut Skladny, koleksi keempat berisi rambu-rambu bagi pemerintahan (Regentenspiegel), sehingga ia berkesimpulan bahwa semua koleksi amsal tersebut berasal dari istana raja. Skladny memang lebih banyak meneliti koleksi-koleksi amsal, tetapi kurang memperhatikan amsal-amsal itu sendiri secara individual termasuk jenis sastranya. Akibatnya, ia tidak melihat bahwa banyak di antara amsal-amsal itu berasal dari rakyat namun demikian, Skladny telah menyajikan pengamatan yang menarik tentang Kitab Amsal yakni terlibatnya unsur-unsur ekonomi (Wirtschaft) dan masyarakat (Gesellschaft) dalam setiap koleksi. Amsal-amsal melayani masyarakat demi kesejahteraan hidup.

Donald K. Berry menyajikan tema besar dalam Kitab Amsal secara keseluruhan dan tema khusus dalam Ams 1-9 dan Ams 10-31.1403 Ada beberapa konsep moral yang penting. Pertama, konsep tentang dua jalan (baik dan jahat) yang merupakan bagian dari ajaran tentang pembalasan (retribution) yang menuntut perilaku etis. Tujuan ajaran ini adalah supaya orang memfokuskan diri kepada berkat (sesuai dengan hikmat, kebenaran dan kerajinannya) dan menjauhkan diri dari petaka atau penderitaan yang disebabkan oleh kebodohan, kejahatan dan kemalasan (bdk. Ams 15:9; 14:12; 19:23). Kedua, konsep takut akan TUHAN yang mengacu kepada iman. Di sini lebih ditekankan unsur pemahaman intelektual, karena orang yang bodoh/fasik adalah orang yang tidak memahami adanya Allah (bdk. Maz 14:1). Ketiga, ajaran untuk merenungkan amsal-amsal supaya manusia memperoleh pedoman moral yang benar. Pengajaran ini tidak mengambil bentuk imperatif, melainkan bentuk indikatif pemberitahuan. Untuk itu, amsal-amsal harus direnungkan. Keempat, Hikmat berisi nilai-nilai khusus yang lebih berarti daripada benda berharga apapun (Ams 16:16; 23:23; 24:3-4). Hidup yang memiliki hikmat membawa manusia kepada kepemilikan karakter tertentu di mana ia hidup dengan kesadaran apa yang benar dan salah (bdk. Ams 20:5; 19:8; 24:14). Hikmat dikontraskan dengan kebodohan. Perilaku yang berhikmat menjadi satu dengan kegiatan moral. Kerendahan hati, misalnya, berlaku bagi orang yang berhikmat dan tidak berlaku bagi orang yang congkak atau tinggi hati (bdk. Ams 10:23; 11:2; 13:10; 15:33; 21:30). Mengenai pasal 10-31, Berry mengkhususkan tiga tema: disiplin, relasi dalam keluarga dan raja. Menurut penulis, ketiga tema tersebut tidak hanya terdapat dalam pasal 10-31. Tentang disiplin dan relasi dalam keluarga juga dijumpai dalam pasal 1-9.

Dari survei di atas, tidak cukup kiranya hanya menyoroti kesimpulan atau tema koleksi Amsal seperti yang dilakukan oleh Skladny dan Berry. Juga kurang tepat mencari ungkapan "TUHAN" dalam koleksi Amsal seperti yang penelitian Whybray dimana sasaran pengamatannya adalah kolektor.1404 Padahal koleksi-koleksi kecil membentuk koleksi yang lebih besar.1405 Etika hikmat mempunyai banyak kaitan dengan unsur-unsur lain. Dalam nasal 10-22 kita tidak hanya menemukan kata "TUHAN" saja tetapi juga menemukan amsal-amsal tentang TUHAN bergabung dengan amsal-amsal tentang raja. Maka metode yang lebih baik untuk menentukan tema amsal adalah bukan meneliti amsal-amsal secara umum, tetapi diambil beberapa amsal saja seperti amsal yang berpasangan amsal1406 atau mencari konteks dan maksud amsal.1407



TIP #11: Klik ikon untuk membuka halaman ramah cetak. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA