Diakritik adalah tanda tambahan pada huruf yang sedikit banyak mengubah nilai fonetis huruf tersebut. Di dalam transliterasi bagi kata-kata atau kalimat-kalimat Yunani di bab 1, kita sudah menemui satu contoh tanda diakritis, yaitu tanda makron ( ¯ ) yang menandai vokal panjang. Dalam bahasa Indonesia tanda-tanda diakritis hampir tidak pernah digunakan dalam tulisan. Namun demikian dalam bahasa lisan implementasi diakritik dapat ditemukan di beberapa kata. Misalnya, kita mengerti bahwa kata "saat" diucapkan "sa-at", meskipun tidak lagi dituliskan tanda trema (lihat penjelasan di bawah) menjadi "saät" seperti dalam ejaan van Ophuijsen. Sebaliknya dalam bahasa Yunani PB, hampir semua kata memiliki sekurang-kurangnya satu tanda diakritis. Pada kebanyakan kasus, diakritik digunakan untuk menandakan aksen. Suatu kata dalam bahasa Yunani biasanya mendapatkan aksen atau penekanan pada salah satu suku katanya. Cara pengucapannya tergantung jenis aksen yang digunakan. Namun demikian, tanda aksen ini sering berubah pada waktu kata tersebut dimasukkan dalam kalimat.
Meskipun di dalam buku ini tanda diakritis untuk setiap kata selalu dituliskan, namun Anda tidak diminta untuk menghafalkan setiap kata lengkap dengan tanda-tandanya. Mengenal saja tanda-tanda diakritis tersebut sudah cukup.
Bacalah kalimat ini: ο Λογος εvστιν τοις αvνθρωποις;