Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 12 No. 2 Tahun 1997 >  ANUGERAH UMUM: PERSPEKTIF TEOLOGI REFORMED (LANJUTAN BAGIAN PERTAMA) - SOTERIOLOGI HIPOTETIS DARI W.G.T. SHEDD > 
EVALUASI 

1. Analisis Epistemologis

Shedd mencoba menawarkan solusi untuk mengatasi ketegangan antara predestinasi ganda dan kasih Allah kepada semua orang. Solusi itu dikemas dalam kerangka pemikiran Infralapsarianisme dengan prasuposisi Kalvinisme ortodoks. Sebenarnya, gagasan anugerah umum belum terumus dalam WS. Shedd mengembangkan gagasan itu. Hasilnya adalah suatu bentuk soteriologi yang agaknya belum terbayang oleh para perumus WS! Soteriologi ini mengandaikan manusia akan selamat jika ia bekerjasama dengan anugerah umum, walau kenyataannya itu tidak terjadi. Selain itu, soteriologi ini juga mendamaikan universalitas dan partikularitas dari kasih Allah. Universalitas kasih Allah yang bersifat hipotetis terwujud dalam anugerah umum, sedangkan partikularitas kasih Allah yang bersifat absolut dalam anugerah khusus. Universalitas kasih Allah tidak menjamin keselamatan orang berdosa, tapi partikularitas kasih Allah memberi jaminan dalam hal ini kepada kaum pilihan. Agaknya tidak keliru kalau penulis menyebut hakekat konsep anugerah umum Shedd sebagai soteriologi hipotetis.

2. Kekuatan dan Kelemahan

Soteriologi hipotetis memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan soteriologi Shedd adalah pertama-tama ia berusaha konsisten dengan pernyataan-pernyataan Alkitab. Kedua, ia menekankan pemberitaan Injil. Ketiga, ia mengingatkan kita bahwa Allah mengasihi seluruh umat manusia, bukan hanya kaum pilihannya. Hal ini sering dilupakan orang Kristen yang sering merasa ekslusif di tengah-tengah masyarakat majemuk. Keempat, ia tetap mempertahankan premis dasar Kalvinisme yakni kedaulatan Allah yang terwujud dalam anugerah dan keadilanNya.

Kelemahan soteriologi Shedd adalah pertama-tama skema Infralapsarianisme yang diterima begitu Baja. Sebenarnya kesaksian Alkitab tidak begitu jelas tentang urutan dari ketetapan Allah sebelum dunia dijadikan. Karena itu, validitas soteriologi hipotetisnya Shedd sebenarnya kurang didukung Alkitab dan terbukalah dengan demikian unsur spekulasi. Kedua, soteriologi hipotetis menimbulkan kesan bahwa Allah mempermainkan manusia. Sekalipun Allah ingin menyelamatkan kaum bukan pilihan namun mereka hanya memperoleh kesempatan hipotetis. Ketiga, Shedd tidak menunjuk secara jelas keunikan karya Kristus dan penginjilan dibandingkan dengan firman tidak tertulis. Sesuai dengan keyakinan Shedd bahwa Roh Kudus dapat melahirbarukan manusia yang tidak mendengar Injil melalui hukum moral dalam diri orang itu, maka sepertinya tidak ada perbedaan hakiki antara penyataan umum dan penyataan khusus. Keduanya sama-sama menjadi sarana keselamatan. Anugerah umum dapat menjadi anugerah khusus ketika Roh Kudus mengefektifkannya dalam diri kaum pilihan. Padahal anugerah umum sekalipun menjanjikan keselamatan sifatnya hipotetis bersyarat. Kalau ditarik lebih jauh, bisa-bisa ini mengarah kepada universalisme, meski Shedd tentu tidak bermaksud demikian.

Harus diakui Shedd berkontribusi untuk perkembangan doktrin anugerah umum (common grace). Menurut penulis, gagasan Shedd sedikit banyak telah mempengaruhi John Murray (The Atonement and the Free-Offer of the Gospel) dan R.C. Sproul (Chosen By God) yang definisinya tentang anugerah umum menjadi premis mayor seri tulisan ini di mana Allah sungguh-sungguh mengasihi semua orang, termasuk kaum bukan pilihan.



TIP #25: Tekan Tombol pada halaman Studi Kamus untuk melihat bahan lain berbahasa inggris. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA