Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 1 No. 1 Tahun 1986 >  SUATU SOROTAN TERHADAP TEOLOGI MODERN > 
IV. APA YANG HARUS KITA LAKUKAN? 

Setelah kita membahas beberapa pandangan teologia modern yang menyimpang daripada kekristenan yang bersejarah yang didasarkan pada Alkitab, maka pada bagian terakhir ini kami akan memberikan beberapa saran atau kesimpulan umum yang perlu dipikirkan dan dilaksanakan oleh kaum Injili untuk menghadapinya.

1. Membentuk Pola Berpikir Manusia Modern

Yang menjadi masalah daripada modernisme bukan ketidakpercayaan mereka kepada salah satu ajaran Kristen, tetapi pada mental atau pola berpikir keseluruhan daripada orang sekarang. Mereka cenderung menolak Allah yang berpribadi, penyataan secara propositional, kemutlakan moral, terkadang mereka berbicara seperti Kristen, tetapi di balik itu pola pikir mereka serupa dengan orang dunia yang lain. Hal inilah yang perlu dilaksanakan oleh kaum Injili (Rom 12:2) sehingga mereka diubah oleh pembaharuan budi sebagai orang yang sudah ditebus. Kaum Injili harus berani menekankan pentingnya kebenaran, berbicara dan bersikap dengan tegas tanpa bahasa kompromistis. Ini yang mungkin menjadi salah satu masalah bagi teolog besar Karl Barth, karena usahanya untuk bisa diterima oleh manusia modern maka ada beberapa pandangan yang keluar dari garis ortodoks.

Dari data yang kami peroleh, maka orang-orang yang pernah kenal secara pribadi dengan beliau mengakui kerendahan hatinya dan kesiapannya untuk menyaksikan Injil Yesus Kristus yang sudah menyelamatkan secara sederhana. Sayang sekali karena sistem teologia yang dibangunnya menimbulkan beberapa lubang dan implikasi yang berbahaya, maka ada murid-muridnya yang radikal dan mengembangkan teologia yang jauh bahkan sangat mengancam kekristenan. Paul Van Buren dengan teologia sekulernya adalah contoh yang jelas.

Harold O.J. Brown mengatakan bahwa ada tiga langkah yang perlu dilaksanakan dalam membentuk pemikiran manusia modern,7 yaitu yang pertama, mengritik dan menunjukkan kesalahan daripada teologia modern. Sehingga opini umum tidak berat kepada modernisme, hal ini sudah dicapai oleh kaum Injili (khususnya di Amerika). Yang kedua, membela dan merumuskan secara mendetail doktrin-doktrin tertentu dalam hubungan dengan kekristenan yang bersejarah, ini juga sudah tercapai. Yang ketiga, yang masih dalam proses dan menjadi tantangan kita bersama, yaitu menciptakan suatu sistem pemikiran yang koheren dan didasarkan kepada Firman Tuhan, kemudian bisa diterapkan ke dalam alam manusia modern, atau dengan kata lain merumuskan suatu World-View yang komprehensif.

2. Kesatuan Antara iman dan Pemikiran

Dalam dunia yang relatif ini, kita harus berbicara tentang hal ini. Manusia sekarang menganggap kebenaran itu relatif, pragmatis dan fragmental. Tidak ada suatu konsep menyeluruh yang bisa menghubungkan iman dan kenyataan, tantangan hidup ini. Tetapi kaum Injili tidak, kita percaya bahwa all truth is God's truth. Keyakinan Injili bahwa Alkitab sebagai Firman Tuhan bukan merupakan 'pengorbanan intelektual'. Pada Zaman dahulu memang kritik sastra tinggi cukup mendapat tempat di kalangan liberalisme, tetapi dengan kemajuan arkeologi, kita bersyukur bahwa banyak data-data Alkitab yang dahulu diragukan kebenarannya justru sekarang terbalik, Alkitablah yang benar dan para pengritiknya yang terlalu cepat bersuara. Bagi pembaca yang tertarik pada hal ini silahkan memiliki buku 'Bible Difficulties' yang sudah diberikan resensinya pada penerbitan, jurnal Pelita Zaman yang lalu. Kesatuan antara iman dan pemikiran ini dapat kami gambarkan sebagai berikut:

3. Mendemonstrasikan Karakter Allah Untuk Zaman Ini

Kalau kaum Injili berani mengatakan dirinya memiliki 'truth' itu maka kita juga harus siap melaksanakan dan membuktikan konsekuensi daripada klaim tersebut, yaitu dengan mendemonstrasikan karakter, cahaya Kristus dalam kehidupan. Dunia mempunyai hak melihat siapa kita, konsisten tidak dengan yang kita katakan, kalau kaum Injili mengklaim dirinya benar, tetapi di dalam praktek tidak mempunyai kelebihan dengan mereka yang liberal, 'What's the use'?. Kalau perpecahan demi perpecahan terjadi dalam gereja-gereja Injili, bukanlah itu menjadi bahan tertawaan dari mereka yang non Injili. Tidak ada Zaman lain di mana manusia begitu apatis, muak terhadap kemunafikan, baik dalam pemerintah maupun gereja-gereja. Tetapi juga tidak ada Zaman yang sungguh merindukan kebenaran yang transparan dalam kehidupan, maka ini merupakan suatu tantangan sekaligus kesempatan bagi kaum Injili. Kiranya tulisan singkat ini bisa memberi manfaat bagi para pembaca, dan Tuhan dipermuliakan.



TIP #35: Beritahu teman untuk menjadi rekan pelayanan dengan gunakan Alkitab SABDA™ di situs Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA