Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 10 No. 2 Tahun 1995 >  SPIRITUALITAS KAUM INJILI DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK YANG SEDANG MEMBANGUN DI INDONESIA > 
KESIMPULAN 

Spiritualitas kita sebagai kaum Injili dalam masyarakat Indonesia bukanlah sekedar merupakan sikap batin belaka. Itu harus menjadi nyata dalam pola tindak kita. Kita berperan serta dalam masyarakat Indonesia yang sedang membangun bukan hanya sebagai orang Kristen secara individu, melainkan sebagai satu umat yang menjadi bagian integral masyarakat Indonesia. Sikap demikian mencakup sikap positif dan mencintai, keteladanan hidup Kristiani sebagai gaya alternatif di tengah masyarakat serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi terhadap kaum marjinal. Sehingga, kita bisa mengklaim bahwa kaum Injili tidaklah identik dengan pietisme sempit!

Kita harus mengerti dan menerapkan makna toleransi secara tepat: berpijak dari arti kata dalam bahasa Latin, tolerare yakni bertahan, memikul. Toleran maksudnya ialah saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai atau memberi tempat pada orang lain walaupun kedua belah pihak tidak sependapat. Dituntut kerelaan untuk menerima kenyataan adanya 'orang lain di sekitar kita.817 Makna toleransi antar umat beragama di Indonesia merupakan kerukunan antar umat yang berdasar dan bertitik tolak beda tetapi saling memikul untuk mencapai satu tujuan.

Tak lepas dari tatanan sosial di bawah naungan landasan hukum yang berlaku di Indonesia yaitu sila pertama Pancasila dan UUD'45 pasal 29 ayat 1 dan 2, maka menyatakan siapa diri kita sebagai anak-anak Allah, bukanlah berarti tidak rela atas keberadaan umat lain. Sebaliknya kita harus menyaksikan apa yang kita alami secara pribadi (dengan segala kerendahan hati seperti Kristus). Kita menyatakan apa yang kita imani kepada orang lain melalui kesaksian hidup atau dialog yang sehat.



TIP #21: Untuk mempelajari Sejarah/Latar Belakang kitab/pasal Alkitab, gunakan Boks Temuan pada Tampilan Alkitab. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA