Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 10 No. 1 Tahun 1995 >  SALIB DAN KESAKSIAN KRISTEN > 
2. SALIB AKAN MENJADI BATU SANDUNGAN DAN KEBODOHAN KARENA PEMBERITAAN INJIL (1 KOR 1:21-22) 

Salib akan menjadi batu sandungan bukan karena ekspansi, ambisi dan cacat pelayanan kita atau bukan karena kita berhasil menaklukkan banyak orang. Salib menjadi batu sandungan justru pada waktu Injil diberitakan, bukan pada waktu sesuatu yang dibangun menjadi besar, bukan pula pada waktu kita berhasil mewujudkan ambisi kita, bukan pula pada waktu kita melampiaskan kebencian atau persaingan untuk mewujudkan "visi-visi" yang lebih banyak yang justru menunjukkan cacat pelayanan Kristen. Justru sebaliknya, kalau kita memberitakan Injil secara murni saja, salib bisa menjadi batu sandungan dan kebodohan. Salib adalah batu sandungan bagi orang yang tidak suka sama sekali bahkan membenci. Salib juga kebodohan bagi orang-orang yang menghina dan menganggap Injil sebagai sesuatu yang tidak berarti. Jadi salib seharusnya dianggap sebagai batu sandungan dan kebodohan bukan karena kesalahan atau cacat kita, melainkan karena pemberitaan Injil.

Pada suatu hari Minggu, saya pernah melihat seorang pendeta, sesudah menyampaikan firman Tuhan, ia keluar ke tempat parkir, masih dengan baju pendetanya. Biasanya pendeta memakai salib dari emas kira-kira beratnya 5 gram, di baju pendetanya. Ia menuju ke kendaraannya. Tiba-tiba ia menyenggol seseorang, yang ternyata memang kesalahan orang itu. Namun satu hal yang saya saksikan sendiri dan tidak bisa saya mengerti, yaitu sumpah serapah dan kata-kata yang keras sekali keluar dari mulut hamba Tuhan itu, yang masih lengkap dengan baju pendeta dan tanda salib di baju hitamnya itu. Saya terkejut sekali. Saya berpikir, jangan-jangan karena orang Kristen, pemimpin Kristen, dan hamba Tuhan yang sering membawa nama-nama Kekristenan atau simbol-simbol Kekristenan di kalangan masyarakat kita, salib menjadi batu sandungan. Seharusnya salib menjadi batu sandungan karena pemberitaan Injil. Batu sandungan itu baru terjadi, bila orang mendengar Injil dan mereka tidak suka. Tetapi jangan sampai salib menjadi batu sandungan karena kelemahan pribadi, ambisi, kebencian, cacat karakter, sifat-sifat kita dan karena segala rencana kita yang tidak dikuduskan oleh Tuhan.

Saya rasa, ini yang harus kita pikirkan tentang salib. Sebab terlalu banyak, seperti contoh di dalam sejarah Gereja tadi, dan sering kali diantara banyak orang awam atau pemimpin Kristen, salib justru menjadi batu sandungan. Barangkali di rumahnya, di tempat pekerjaan, di lingkungan umum, ia menjadi batu sandungan bukan karena ia menginjil, tetapi karena kehadirannya, perkataannya, dan apa yang ia lakukan.

Berapa banyak orang awam atau simpatisan yang meninggalkan gereja Tuhan karena orang Kristen atau pemimpin Kristen memiliki sifat dan kepemimpinan yang menjadi batu sandungan? Berapa banyak orang dunia yang menertawakan, mencemoohkan, dan mengejek Kekristenan (yang katanya memiliki Tuhan yang hidup) karena di dalam gereja ada pertengkaran, di dalam Klasis ada perselisihan, dan dalam Sinode ada kekacauan. Kasus HKBP hanya satu contoh saja.

Berbahagialah kita bila zaman ini gereja lebih bersatu dan pemimpin atau orang Kristen lebih merasa takut pada Tuhan dan hidup dalam kesaksian dan kekudusan yang sesungguhnya. Marilah kita berdoa dan berharap agar tidak ada dari kita, yang karena karakter, sifat, ambisi, perkataan, tindak-tanduk atau perbuatannya, menyebabkan salib Kristus menjadi kehinaan dan batu sandungan. Tetapi berbahagialah kita, kalau' karena pemberitaan Injil, meneruskan Injil Tuhan dan mengasihi manusia seperti Kristus mengasihi manusia, salib menjadi batu sandungan.



TIP #31: Tutup popup dengan arahkan mouse keluar dari popup. Tutup sticky dengan menekan ikon . [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA