Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 10 No. 1 Tahun 1995 >  SALIB DAN KESAKSIAN KRISTEN > 
1. SALIB ADALAH SIMBOL KELEMAHAN MANUSIA (1 KOR 1:26; 2:1,3) 

Salib bukan lambang kekuatan manusia. Dalam sejarah Gereja yang dipaparkan di atas, salib dipakai untuk menjadi simbol kekuatan dan untuk menaklukkan musuh. Kita tahu bahwa Konstantin yang pertama sekali memakai itu, dan itu jelas sekali pada tameng-tameng yang dipakai oleh prajurit-prajuritnya. Kemudian juga di dalam sejarah Perang Salib, tanda salib dijahitkan pada pakaian prajurit-prajurit Kristen yang menaklukkan orang-orang yang beragama yang lain.

Sedangkan dari Alkitab kita tahu bahwa Paulus mengindikasikan salib sebagai simbol kelemahan. Juga pada waktu Yesus Kristus disalibkan, kita dapat melihat seorang manusia sejati yang tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Simbol kelemahan yang paling lemah itu dapat dikatakan sebagai simbol kegagalan. Simbol kegagalan, kelemahan dan ketidakberdayaan, dan sebaliknya, bukan simbol kekuatan. Waktu Yesus Kristus disalib, tidak ada perkataan yang lebih indah pada waktu Ia mengatakan: "Bapa, ampuni mereka." Ini adalah spiritualitas yang sesungguhnya dari kekristenan, yaitu spiritualitas di dalam kelemahan dan ketidakberdayaan. Orang Kristen diajar untuk mengampuni, mengasihi, tidak menjadi marah, membalas, menganiaya, atau menunjukkan power kalau kita dirugikan dan dianiaya. Kristus sudah mengajarkannya demikian. Dan kalau kita meneladani Kristus, yang juga Paulus teruskan dan ajarkan, bahwa salib itu adalah kelemahan, kita akan memiliki spiritualitas yang sejati seperti Yesus Kristus. Karena dengan spiritualitas seperti ini, kita dimampukan untuk melayani semua orang, bahkan yang tidak layak dilayani sekalipun.

Namun heran sekali, di dalam Kekristenan banyak orang yang justru sebaliknya. Mereka menampilkan spiritualitas kekuatan melalui kekuatan manusia, kekuatan keuangan, kekuatan proyek-proyek, dan kekuatan lainnya untuk (katanya) menjangkau banyak orang melalui misi dan penginjilan. Padahal salib melambangkan kelemahan. Dan waktu Kristus disalib, seolah-olah kita melihat ada kegagalan di situ. Justru pada waktu kita memikirkan kematian dari para rasul dan orang-orang Kristen yang mula-mula, kita bertanya kenapa Tuhan membiarkan Gereja di dalam keadaan seperti itu? Satu persatu tokoh gereja seolah-olah menyerah pada nasib dan kelemahan manusia dimulai dari rasul dan kemudian orang-orang Kristen lain. Apakah Tuhan tidak kasihan kepada mereka? Apakah Tuhan tidak ingin menampilkan sesuatu yang lain sebagai kekuatan Kekristenan? Saya heran melihat itu. Justru Tuhan membiarkan kematian-kematian dan kelemahan-kelemahan terjadi di dalam sejarah Gereja. Tetapi spiritualitas yang sejati justru timbul dari sana Gereja dibangun, meluas dan meragi ke seluruh dunia sewaktu cara salib ditampilkan di dalam kelemahan dan bukan kekuatan manusia.



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.10 detik
dipersembahkan oleh YLSA