Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 10 No. 1 Tahun 1995 >  ETIKA SITUASI > 
HUBUNGAN ANTARA KASIH DAN NORMA-NORMA 

Etika situasi menyoroti unsur kasih dan situasi yang sering diabaikan oleh situasi peraturan. Namun kita juga tidak bisa hidup tanpa norma-norma penuntun. Untuk realisasinya yang terarah, kasih tetap membutuhkan norma-norma. Mempertimbangkan hal ini, kita perlu memikirkan kaitan erat antara kasih dan norma-norma.

Pertama, kasih harus menjadi motivasi perbuatan kita, sehingga kita tidak akan puas hanya dengan melakukan sesuatu sesuai dengan peraturan. Kasih akan mendorong kita untuk peka atas kebutuhan orang lain. Manusia sebagai pribadi menjadi tujuan dalam tindakan kita, seperti Yesus mengatakan bahwa manusia bukan untuk hari Sabat, sebaliknya hari Sabatlah untuk manusia (Mrk 2:27-28). Norma-norma walau dibuat dengan maksud yang baik, namun tetap buta dan lemah, sehingga bisa diselewengkan. Maka kasih harus menjiwai, sehingga bilamana perlu kita bisa melakukan sesuatu yang bahkan melampaui tuntutan norma (bdk. Mat 5:38-42).

Kedua, kasih membutuhkan norma-norma konkret sebagai bentuk perwujudannya. Kasih sebagai kasih adalah abstrak dan buta. Konsep kasih yang abstrak mudah dikacaukan dengan perasaan-perasaan subyektif dan kepentingan pribadi, sehingga kita bisa menipu orang lain maupun diri sendiri. Dengan kehadiran norma-norma, kasih dituntun dan dibatasi sehingga prinsip keadilan dan kebaikan yang menjadi nilai-nilai dasar dari norma-norma, misalnya, tetap terpelihara. Maka masih lebih baik ada norma sekalipun kurang sempurna, ketimbang tanpa norma sama sekali.

Ketiga, di dalam agama Kristen perintah-perintah Allah berkaitan dengan perjanjian yang dilakukan Allah dengan umat-Nya. Kesetiaan kita terhadap perjanjian ini dinilai dari seberapa jauh kita juga dengan setia melakukan perintah-perintah Allah. Kita tidak mudah mengetahui kehendak Allah yang baik. Namun melalui melakukan firman Allah dengan setia, kita semakin menyadari kebaikan-kebaikan dari norma itu untuk hidup kita di dunia.

Keempat, kita tetap menyadari keterbatasan norma-norma. Apabila norma-norma tidak bisa memberi jawaban yang memadai, hendaklah norma-norma itu diperlakukan seperti sebuah peta daerah. Peta norma itu akan menolong kita mengetahui arah-arah penting yang perlu diketahui untuk sampai ke tempat tujuan kita. Namun peta itu tetap terbatas. Ia tidak memberitahukan kalau sudah ada perubahan tempat belok, gang kecil, bangunan baru, yang kesemuanya bisa membingungkan kita ketika sampai di tempat itu. Kita tidak bisa menyalahkan kenapa peta itu kurang komplit. Kita sendirilah yang harus jeli dan tahu memakainya dengan tepat. Dengan demikian kegunaan peta norma itu akan terasa sekali. Di dalam kehidupan kita harus juga diakui bahwa begitu banyak norma dari dulu sampai sekarang masih belum mampu menolong manusia. Kita masih dituntut untuk bijaksana dan memiliki kepekaan rohani dalam segala situasi, sehingga dalam sebuah situasi kita bisa memutuskan yang terbaik menurut panduan norma-norma yang ada.



TIP #08: Klik ikon untuk memisahkan teks alkitab dan catatan secara horisontal atau vertikal. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA