Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 10 No. 1 Tahun 1995 >  ETIKA SITUASI > 
LATAR 

Etika situasi merupakan sebuah teori etika yang muncul sesudah perang dunia kedua. Perlu diketahui bahwa kita membatasi dan memfokuskan diri pada etika situasi Kristen dengan penganjurnya yang amat terkenal Joseph Fletcher (1905-?). Ia seorang dosen etika Sosial dan etika medis.591

Etika situasi muncul sebagai reaksi terhadap etika peraturan yang dianggap kurang manusiawi.592 Etika dengan banyak norma dianggap legalistik dan mengabaikan norma kasih dan situasi aktual.593 Sebaliknya, etika situasi memusatkan manusia seutuhnya serta mengupayakan tindakan yang hasilnya terbaik di dalam suatu situasi seperti dapat dilihat dari empat prasuposisinya594 yang mendasari etika situasi.595

Prasuposisi pertama adalah pragmatisme yang menganggap bahwa sesuatu itu benar, kalau menghasilkan sesuatu yang baik.596 Apa yang benar adalah apa yang baik. Dan apa yang baik adalah kasih. Kasih adalah ukuran dari tindakan.

Prasuposisi kedua adalah relativisme. Di dalam relativisme tidak ada sesuatu yang mutlak, pasti dan sempurna di dalam dirinya sendiri. Menurut relativisme kita juga tidak bisa mengatakan kalau sesuatu itu lebih baik dari yang lain. Yang ada adalah bahwa yang ini bukan yang itu. Relatif artinya sesuatu itu diukur dalam acuannya dengan sesuatu, relatif terhadap sesuatu. Dan di dalam etika situasi relatif adalah relatif dalam hubungannya dengan kasih agape. Kasih inilah satu-satunya norma yang tidak berubah dan semua relatif tergantung hubungannya dengan kasih. Yang tetap adalah hanya perintah Allah untuk mengasihi sesama. Soal bagaimana mengasihi itu adalah relatif tergantung pada pertimbangan kita yang bertanggung jawab dari suatu situasi. Relativisme menjadi sebuah metode atau strategi untuk mewujudkan kasih.

Prasuposisi ketiga adalah positivisme (Latin, ponere, menempatkan). Etika situasi mengasumsikan bahwa ada pernyataan-pernyataan iman yang dengan begitu saja harus diiyakan dan diterima oleh kehendak tanpa perlu pembuktian rasional (teologi positif). Proposisi-proposisi itu bukannya tidak rasional (irasional) atau bertentangan dengan rasio, melainkan di luar akal (arasional). Etika situasi mendasari pengambilan keputusan etisnya pada iman kepada Allah yakni bahwa Allah itu ada. Selain itu, Allah juga memerintahkan manusia untuk mengasihi sesamanya (bdk. Ef 5:2; Kol 3:14). Soal mengapa kasih dan bukan norma yang lain atau bersama dengan norma yang lain sebagai norma yang tertinggi, etika situasi tidak menjelaskan lebih lanjut. Menurut etika situasi, iman membenarkan lompatan dari "apa yang ada" (deskriptif) kepada "apa yang harus" (preskriptif).

Prasuposisi keempat adalah personalisme. Etika situasi menjunjung tinggi hubungan dan perlakuan yang manusiawi. Manusia, bukan norma-norma, ditempatkan pada pusat kepedulian. Norma baru baik sejauh kalau pelaksanaannya mendatangkan kebaikan. Manusia harus diperlakukan sebagai tujuan dan bukan sebagai benda yang bisa diperalat. Personalisme sangat menekankan manusia sebagai makhluk berpribadi yang bernilai pada dirinya sendiri. Manusia bukan sekadar angka dalam kolektif.

Personalisme dekat dengan eksistensialisme.597 Eksistensialisme juga sangat menekankan keunikan setiap orang. Misalnya, ada empat puluh pelajar di dalam sebuah kelas etika. Meskipun guru dan bahan pelajarannya sama, setiap murid menghayati kelas itu secara berbeda. Mereka yang baru lulus SMA terlibat di dalam kelas itu tidak sama dengan mereka yang telah banyak melihat situasi-situasi nyata di dalam masyarakat. Mereka yang sedang mempunyai permasalahan etis tentu akan lebih terlibat di dalam kelas ketimbang mereka yang tidak bermasalah. Setiap orang bukan cuma berbeda dari orang lain, ia juga tidak pernah sama dalam menghayati setiap situasi obyektif yang sama. Akibatnya, dalam pengambilan keputusan etispun setiap orang bisa berbeda dan tidak bisa dipatok ke dalam suatu kerangka norma-norma umum. Seorang eksistensialis tidak memutuskan berdasarkan hukum-hukum yang ada. Ia keluar dari arena hukum dan masuk ke dalam arena terbuka di mana dengan berani ia harus memutuskan bagi dirinya sendiri. Setiap orang bisa benar dalam mempertanggungjawabkan keputusan etisnya.



TIP #07: Klik ikon untuk mendengarkan pasal yang sedang Anda tampilkan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA