Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 9 No. 1 Tahun 1994 >  TAKTIK IBLIS DALAM MENJATUHKAN MANUSIA (KEJADIAN 3:1-7) > 
III. BAGAIMANA TAKTIK YANG DIPERGUNAKAN UNTUK MENJATUHKAN MANUSIA 

Iblis melancarkan taktiknya dengan begitu cerdik sebagaimana catatan Alkitab dalam Kej 3:1, "Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh Tuhan Allah". Kata "paling cerdik" dalam bahasa Ibraninya "arum" adalah kata dalam bentuk superlatif. Kecerdikannya ini menjadi alat yang paling tepat bagi Iblis. Suatu kecerdikan yang merusak.389 Beberapa hal yang dapat kita amati dari taktik Iblis dalam menjatuhkan manusia adalah sbb:

a. Iblis menjumpai manusia bukan dalam wujud sesuatu yang menakutkan, misalnya ia datang dengan "tanduk", "kuku", "cakar", "ekor", dsb, tapi justru ia datang kepada manusia dalam penyamaran yang sangat baik.390 Ia datang dalam wujud seekor binatang yang sudah biasa dan bahkan sudah terlalu sering Hawa jumpai di taman itu setiap hari. Iblis kerap kali dalam menjatuhkan manusia memakai oknum-oknum tertentu atau sarana-sarana tertentu yang bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi manusia. Misalnya Iblis memakai Delila untuk menjatuhkan Samson, seorang yang sudah setiap hari dijumpai dan dikasihi. Daud dalam kedukaannya, ia berkata bahwa orang yang dekat dengan dia, yang berjalan bersama dengan dia ke bait Allah yang bangkit melawan dia. Spurgeon juga mengatakan bagi seorang gembala, mungkin justru majelislah yang dipakai untuk menyerang kita, mungkin juga orang-orang yang paling dekat dengan kita. Dalam kehidupan seorang atasan acapkali Iblis memakai sekretarisnya yang sudah sekian lama membantunya untuk mencobai dia dan sebaliknya juga demikian, Iblis bisa memakai sang atasan yang sudah begitu baik untuk menjatuhkan sekretarisnya.

b. Iblis begitu memahami situasi dan kondisi seseorang seperti yang telah dibentangkan dalam bagian kedua artikel ini. Ketika entah mengapa Hawa berada seorang diri (loneliness), jauh dari suaminya yang menjadi sahabatnya, maka pada saat itulah Iblis datang dalam wujud diri ular untuk berdialog dengan Hawa. Ia memulai dialognya dengan sikap yang sangat simpatik. Ia menyatakan minat dan perhatiannya terhadap nasib manusia. Ia mendekati manusia bukan sebagai penyesat yang membawa kepada kejahatan susila, melainkan sebagai sahabat yang memperhatikan keselamatan dan kemakmuran manusia. Bahan pembicaraannyapun berkisar kepada masalah teologia sehingga percakapan itu dapat dikatakan sebagai percakapan agama.391 Acapkali juga Iblis memakai strategi ini untuk menjatuhkan kita. Contoh yang sangat klasik dalam diri Petrus ketika ia berusaha untuk mencegah Tuhan Yesus mengalami penderitaan yang menantinya, sampai Tuhan menegur dia: "Enyahlah Iblis". Jelas hal itu diucapkan Petrus dengan penuh simpati sebagai seorang murid dan sahabat dekat. Iblis ada kalanya memakai sahabat-sahabat terdekat kita yang seolah-olah menunjukkan simpati dan perhatiannya untuk pada akhirnya membelokkan kita dari jalan hidup yang Tuhan kehendaki. Hal yang hampir mirip dilakukan oleh Abisai sebagai sahabat dekat Daud, ketika ia berkata "Pada hari ini Allah telah menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, oleh sebab itu ijinkanlah kiranya aku menancapkan dia ke tanah dengan tombak ini dengan satu tikaman saja, tidak usah dia kutancapkan dua kali" (1Sam 26:8). Ucapan Abisai tampak sangat rohani sekali, mengandung kebenaran teologis. Namun Daud tetap menyadari bahwa di balik kata-kata yang rohani, Iblis tengah berusaha menggagalkan rencana Allah yang indah di dalam hidupnya. Syukurlah ia tidak terperangkap dalam jerat Iblis.

c. Iblis memulai dialognya dengan mempertanyakan firman Allah yang disampaikan kepada mereka. Tentulah Allah berfirman "Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" (Kej 3:1). Dengan perkataan lain Iblis mempertanyakan apakah sesungguhnya Allah memberikan larangan seperti itu. Seolah-olah dengan pertanyaan itu Iblis hendak mengatakan jikalau Allah berbuat demikian maka larangan itu sesungguhnya terlalu keras. Ucapan Iblis ini merupakan langkah pertama untuk meracuni hati dan pikiran Hawa yang masih polos. Ucapan-ucapan Iblis dipilih dengan penuh kelicikan dengan maksud menimbulkan kebimbangan terhadap firman Allah, terutama terhadap keadilan dan kejujuran perintah Allah. Dengan pertanyaannya ini Iblis bermaksud menanamkan benih keraguan dalam hati Hawa, benarkah Allah sudah menyatakan firman ini. Kalau Allah itu mengasihi manusia, apakah Allah memberikan larangan-larangan tertentu. Iblis ada kalanya dengan taktik yang serupa mencoba menjatuhkan kita. Pertanyaan yang dilontarkan Iblis ini menjadi pemisah antara Allah dan Hawa karena ketika Iblis berkata tentang Allah yang memberi larangan, ia memakai kata "God-Elohim" bukan "The Lord God-YAHWEH" sebagaimana yang dipakai di dalam Kej 2:16.392 Dengan kata yang digantikan ini Iblis mulai berbicara pada manusia tentang Allah yang berjarak begitu jauh, bukan Allah yang dekat dan mengasihi mereka.

d. Iblis dengan sikapnya yang simpatik, dengan pendekatannya yang demikian menarik akhirnya berhasil membawa Hawa untuk membuka suatu dialog dengan dirinya. Ketika Hawa akhirnya menyahut "Buah pohon-pohon dalam taman ini boleh kami makan ...." (Kej 3:2) itu sudah merupakan kemenangan bagi Iblis. Karena memang tujuan iblis adalah untuk membuka suatu dialog dengan Hawa. Begitu langkah yang pertama ini berhasil, Iblis akan berusaha untuk melancarkan serangannya lebih jauh. Sekarang ia berhasil menempatkan dirinya sebagai mitra dialog dengan manusia. Walaupun Hawa belum menerima kehadiran "ular" sejajar dengan Allah, akan tetapi Iblis telah berhasil mengambil posisi tertentu dalam kehidupan Hawa. Dalam kehidupan kita Iblis berbuat hal yang hampir serupa. Kejatuhan hampir setiap orang yaitu tatkala dia mau melayani suara Iblis yang dirasakannya cukup logis, masuk akal. Begitu seseorang melangkah untuk melayani suara Iblis, maka ia pasti akan terseret ke dalam jerat yang lebih dalam lagi. Kita lihat apabila Iblis yang adalah "pendusta dan bapa segala dusta" (Yoh 8:44) diberi kesempatan untuk berdialog maka kita akan tergelincir dalam dusta juga. Tanggapan Hawa di ayat 3 "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan" ternyata sudah mengurangi satu kata yang penting yang tertulis di pasal 2:16 di mana Allah mengatakan "Semua pohon di dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas" walaupun hanya sepatah kata, yaitu kata bebas tapi itu sudah mengurangi firman yang Allah sampaikan yang sebenarnya mempunyai arti yang amat besar. Demikian juga pada waktu Hawa mengatakan "Allah berfirman: Jangan kamu makan atau raba buah itu...." maka di situ Hawa telah menambahkan satu kata yang tidak benar, yaitu kata raba. Iblis pada zaman ini juga mencoba menjatuhkan kita khususnya para teolog dengan cara yang sama. Ada kalanya kita mencoba menambahkan sesuatu kepada firman Tuhan atau justru menguranginya (bandingkan dengan Wahyu 22:18-19).

e. Iblis tidak akan pernah berhenti dalam membangun serangannya. Begitu obyek yang diserangnya memberikan peluang, ia langsung akan menyeret lebih jauh. Setelah Iblis berhasil mengacaukan pemahaman Hawa terhadap firman Allah dengan menambah dan menguranginya, maka sekarang ia berhasil membawa Hawa untuk meremehkan firman Allah. Sewaktu Allah memberikan perintah-Nya, dengan jelas dikatakan di dalam Kej 2:17 "...pada hari engkau memakannya pastilah engkau mati". Tetapi ketika Hawa menjawab pertanyaan Iblis ia mengatakan di Kej 3:3 "...nanti kamu mati". Ia telah menghilangkan kata "pasti" yang mempunyai pengertian tidak dapat ditawar-tawar lagi, karena firman Allah itu ya dan amin. Dengan taktik yang sama pula Iblis akan menjatuhkan kita. Apabila kita mulai membuka dialog dengan Iblis pasti lambat laun kita tidak akan peka lagi terhadap firman Allah. Bilamana "sumber air" itu telah teracuni, maka "aliran" sungai yang mengalir daripadanya pun akan menjadi buruk dan jahat.393 Sikap yang meremehkan firman Allah pasti akan berlanjut dengan sikap melecehkan firman Allah. Kalau satu kebenaran mulai disalahmengertikan dan ditafsirkan menurut kehendak manusia sendiri, ia akan cenderung untuk salah di dalam memahami kebenaran firman Allah yang lain. Ini merupakan upaya Iblis dalam dunia teologia pada saat ini. Kecenderungan untuk menambah atau mengurangi firman Allah seringkali terjadi dalam aliran-aliran tertentu, baik yang liberal maupun yang kharismatik selalu berlanjut dengan sikap meremehkan otoritas firman Allah.

f. Ibaratnya seorang petinju yang melihat lawannya sudah mulai sempoyongan pasti ia akan memakai kesempatan yang baik itu untuk memberikan pukulan yang mematikan. Demikian juga setelah Hawa berada dalam kondisi mulai goyah saat itulah Iblis yang dikatakan sebagai pembunuh (Yoh 8:44) memasukkan serangannya yang mematikan "Sekali-kali kamu tidak akan mati" (Kej 3:4). Sesuai dengan tabiatnya yang disebut sebagai pendusta (Yoh 8:44) ia telah berhasil mempengaruhi Hawa dengan pertanyaannya yang sedemikian rupa, sehingga tanpa disadarinya Hawa telah mulai "mengidentikkan" dirinya dengan Iblis sebagai pendusta ketika dia menambah, mengurangi, meremehkan firman Allah. "Bapa Pendusta" menjadikan obyek sasarannya mulai mirip dengan dirinya. Sampai di sini Iblis melalui ucapannya "Sekali-kali kamu tidak akan mati" secara tidak langsung telah memutarbalikkan fakta yang sangat penting, ia membuat Allah justru menjadi seolah-olah menjadi pendusta. Kalau pada serangan sebelumnya Iblis menggoyahkan kepercayaan Hawa terhadap firman Allah, maka dalam serangannya kali ini Iblis menggoyahkan kepercayaan Hawa terhadap Allah sendiri. Sang pendusta sepertinya menjadi "benar" sedangkan Allah menjadi "pendusta". Dengan perkataan lain Iblis berhasil mengambil alih posisi Allah dalam pandangan manusia. Dengan cara yang sama Iblis menjatuhkan kita agar pada akhirnya secara sadar atau tidak banyak orang yang bertekuk lutut di bawah kaki Iblis. Puncak keinginan Iblis menjadikan dirinya dalam posisi Allah. Inti dosa yaitu meletakkan si pencoba itu di tempat Allah, di mana si ular telah berkehendak baik pada manusia sedangkan Allah menyembunyikan yang terbaik baginya.394

Setelah Iblis berhasil menanamkan benih keraguan di dalam hati Hawa baik terhadap firman maupun diri Allah sendiri kemudian Iblis menanamkan perasaan berontak Hawa terhadap Allah dengan ucapannya "...kamu akan menjadi seperti Allah..." (Kej 3:5). Iblis begitu memahami situasi hati manusia dalam kemapanannya sehingga dengan ucapannya "engkau akan menjadi seperti Allah" Iblis menyadarkan manusia akan keterbatasannya dan dibukakan suatu kemungkinan untuk melepaskan diri dari keterbatasannya. Dan cara yang ditawarkan Iblis untuk melepaskan dirinya dari keterbatasannya bukanlah langkah yang terlampau sulit, tinggal mengambil buah larangan itu maka mereka akan keluar dari keterbatasannya. Proses pencobaan yang berlangsung sebenarnya persis seperti kejatuhan Iblis sendiri. Di dalam Yes 14:13-14 tertulis demikian, "Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan jauh di sebelah utara aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan hendak menyamai yang maha tinggi". Sebagaimana Iblis yang memberontak kepada Allah ingin mengatasi Allah, menjadi serupa dengan Dia, demikian juga yang Iblis lakukan terhadap manusia.

Sebagaimana Iblis ingin menjadikan dirinya sebagai Allah dan itu adalah pangkal kegagalannya, begitu juga Iblis menyeret manusia untuk menjadikan dirinya sebagai pusat kehidupannya, menjadikan dirinya sebagai Allah. Taktik Iblis dalam menjerumuskan kita ke dalam dosa pada hari ini adalah sama dengan taktik yang dia pergunakan untuk menjerumuskan manusia yang mula-mula itu. Segala bentuk kejahatan yang terjadi saat ini baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, gereja, dan masyarakat mempunyai wujud yang sama, yaitu menjadikan diri sendiri sebagai pusat kehidupannya bukan Allah.



TIP #14: Gunakan Boks Temuan untuk melakukan penyelidikan lebih jauh terhadap kata dan ayat yang Anda cari. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA