Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 8 No. 2 Tahun 1993 >  SENI DAN KEKRISTENAN DALAM ERA GLOBALISASI > 
V (LIMA) 

Lakon film karya sutradara besar dan pelopor dalam hal penyajian film kolosal digarap oleh seniman Cecil B. Demil, yaitu "The Ten Commandments". Film dengan layar lebar ini digarap dengan sajian teknologi tinggi, dengan efek-efek yang membuat semua orang berdecak kagum. Karya besar seni garapan seniman itu selalu terasa berlaku untuk setiap masa dan tak ada masa kadaluarsanya. Dan selalu mengundang massa dari berbagai golongan untuk datang menikmatinya. Cecil sebagai sutradara dengan segala talenta yang dimilikinya itu mengangkat kisah berdasarkan firman Tuhan yang terdapat di dalam Perjanjian Lama Alkitab; perjuangan Nabi Musa dan Harun sebagai tokoh orang Israel yang melaksanakan perintah Tuhan Allah, untuk membawa suku bangsa Israel, suku bangsa pilihan Allah itu keluar dari masa perbudakan di bawah pemerintahan raja Mesir, Firaun. Dalam film itu divisualisasikan suatu perjuangan rasa kemanusiaan bagi bangsa yang tertindas. Visualisasi kebesaran, kemuliaan dan kekuasaan Tuhan Allah terhadap suatu kehidupan yang diciptakannya di dunia. Dalam karya Cecil ini terasa hembusan seni napas Kekristenannya dengan ajaran yang pertama dan utama. Karya-karya seni dan Kekristenan pada alur seni sinematografi atau perfilman, yang diangkat berdasarkan kitab Injil yang berlatar belakang pada zaman Kristus Yesus pada awal abad Masehi atau pada zaman pemerintahan Romawi bisa kita saksikan pada film bentuk kolosal lainnya, seperti "Ben Huur" din "Taras Bulba." Boleh dikatakan hampir semua film-film dengan setting (berlatar belakang tempat kejadian) pada masa pemerintahan Romawi selalu identik dengan karya seni film bernapaskan Kekristenan.

Apa yang dilakukan oleh para seniman film Barat yang melahirkan karya seni sebagai salah satu sikap mereka dalam menyebarkan ajaran firman Allah dan kesaksian juga dilakukan oleh para seniman film di Indonesia, yang ditampilkan dengan suatu gaya racikan kultur budaya khas potret masyarakat Indonesia dengan hembusan napas karakteristik Kristen. Seperti yang dilakukan oleh sutradara film; Teguh Karya, Wim Umboh maupun Wahyu Sihombing almarhum yang mencuat namanya lewat seri sinetron (sinematografi elektronik) "Losmen" dan "Dokter Sartika". Pada masa awal berdirinya, Sanggar Pratiwi banyak juga menggarap karya-karya sinetron sebagai bagian kegiatan utama pelayangan yang sekaligus pula penyebaran dan penjabaran firman Allah berdasarkan Injil dan ajaran Kristus Yesus. Seni dan Kekristenan adalah merupakan suatu hal yang telah menyatu, satu sama lain tak bisa dipisahkan. Hidup saling tunjang menunjang dalam kesehariannya. Dan ini bisa kita lihat secara jelas dan nyata pada rangkaian suatu liturgi dalam gereja ataupun ibadah di luar gereja. Bahkan sebenarnya bila kita simak hubungan yang erat antara seni dan Kekristenan ternyata telah lama mengglobalisasi (mendunia dalam skala misinya) dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. Seni dan Kekristenan ini banyak mengangkat nilai-nilai kehidupan suatu budaya bangsa. Yang tak disadari oleh semua pihak telah merata di semua belahan bumi dan menjadi suatu bentuk kesaksian akan kebesaran Tuhan Allah dari zaman ke zaman. Seni dan Kekristenan telah menjadi tonggak-tonggak sejarah, juga menjadi pelita dan tanda-tanda zaman.



TIP #09: Klik ikon untuk merubah tampilan teks alkitab dan catatan hanya seukuran layar atau memanjang. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA