Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 8 No. 2 Tahun 1993 >  GEREJA DI INDONESIA DALAM ERA GLOBALISASI > 
II. ERA GLOBALISASI 

Pengertian

Istilah era globalisasi terdiri dari dua kata, yaitu era dan globalisasi. Era berarti tarikh masa, zaman; sedangkan globalisasi berarti proses mengglobal, proses membulat, proses mendunia. Dengan demikian era globalisasi yang kadang juga disebut era mondialisasi itu berarti zaman yang di dalamnya terjadi proses mendunia. Proses mendunia ini yang terjadi sejak tahun 1980-an itu terjadi di pelbagai bidang, misalnya di bidang politik, bidang sosial, bidang ekonomi, dan bidang agama; terutama sekali di bidang teknologi.

Secara konkret agaknya perlu diberikan contoh tentang proses mendunia tersebut. Perkembangan budaya manusia dewasa ini telah mencapai taraf yang luar biasa, yang di dalamnya manusia bergerak menuju ke arah terwujudnya satu masyarakat manusia yang mencakup seluruh dunia; satu masyarakat global. Dengan teknologi transportasi dan komunikasi serba canggih yang berhasil diciptakannya, manusia telah berhasil mengatasi jarak yang dahulu memisah-misahkan manusia yang satu dari yang lain (dan juga yang memisah-misahkan suku bangsa yang satu dari yang lain bangsa yang satu dari yang lain; budaya yang satu dari yang lain, agama yang satu dari yang lain). Dengan berkembangnya teknologi transportasi dan komunikasi seperti itu jarak antarkota, antarpulau, antarnegara, dan antarbenua seolah tidak ada lagi. Dewasa ini manusia dengan mudah dapat berkomunikasi dengan sesamanya di seluruh dunia dengan memanfaatkan satelit-satelit yang berada di atas Indian Ocean Region, Pacific Ocean Region, dan Atlantic Ocean Region. Dengan perkataan lain dapat diungkapkan bahwa dengan berkembangnya teknologi transportasi dan komunikasi, dunia seolah semakin sempit; ruang dan waktu menjadi semakin relatif, dan dalam banyak hal batas-batas negara telah menjadi kabur dari bahkan menjadi tidak relevan lagi.

Terjadinya

Secara singkat terjadinya era globalisasi dapat dituturkan sebagai berikut. Era globalisasi diawali oleh era telekomunikasi. Sedangkan era telekomunikasi diawali oleh pengiriman telegram untuk pertama kalinya oleh Samuel Morse (1884) dan yang disusul oleh pengiriman pesan telepon oleh Graham Bell (1876). Kemudian yang terakhir diikuti oleh pembaharuan teknologi lainnya, seperti penemuan gelombang elektromagnet oleh Heinrich Hertz (1880), pembuatan televisi mekanik oleh Paul Nipkow (1884), di samping penyampaian pesan radio untuk pertama kalinya oleh Guglielmo Marconi (1895), penemuan televisi rumah pertama kalinya oleh Philo Farnsforth (1930). Lebih jauh, itu semuanya dilengkapi dengan penemuan televisi siaran (1933) dan penayangan melalui televisi komersial yang pertama (1941).

Era telekomunikasi di atas kemudian disusul oleh era komunikasi interaktif, yaitu era modern yang mengantarkan manusia pada era globalisasi. Era komunikasi interaktif tersebut dimulai dengan penemuan Numerical Integrated Automatic Computer pada University of Pennsylvania (1946), yang kemudian disusul dengan pembuatan transistor oleh William Schockley dkk (1947), pembuatan video tape pertama di Ampex (1956), peluncuran Sputnik oleh Uni Sovyet (1957), peluncuran Apollo XI oleh Amerika Serikat (1969), dan ..., di samping pemanduan satelit dan televisi (1975). Era komunikasi interaktif tersebut akhirnya disusul oleh era penyiaran langsung melalui satelit (direct broadcasting satellite, DBS). Era ini agaknya akan merambat ke seluruh dunia, mengingat janin teknologi DBS sudah banyak dikuasai masyarakat yang tanda-tandanya tampak pada pemasangan antena parabola. Sehubungan dengan hal ini orang dapat mengingat akan penayangan-penayangan peristiwa Perang Teluk oleh Cable News Network (CNN) pada tahun 1991 yang lalu.

Wujud

Ada pun wujud proses globalisasi sesungguhnya dapat diamati melalui gejala-gejala sebagai berikut. Pertama, terjadinya peredaran ketegangan dunia pada dirinya adalah hasil dari globalisasi. Hal ini hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan kenyataan ini. Dahsyatnya arus informasi akibat kemajuan teknologi informasi ternyata tidak dapat dibendung oleh dinding-dinding penghalang yang dibangun untuk mencegah masuknya pengaruh dari luar. Contoh konkretnya: (a) Negara-negara komunis tidak dapat menutup mata atas adanya kenikmatan hidup hasil kemajuan ekonomi yang dicapai oleh negara-negara Barat. (b) Ketika sistem komunis tumbang di suatu negara komunis, maka negara komunis yang lain tidak mampu mencegah masuknya informasi tentang tumbangnya sistem komunis tersebut. (c) Intensifnya kampanye tentang penegakan hak-hak asasi manusia yang dilakukan oleh negara-negara barat terhadap negara-negara komunis - juga dengan memanfaatkan dahsyatnya arus informasi - ternyata telah menumbuhkan kerinduan akan kebebasan, demokrasi, dan lain-lainnya, dan sekaligus telah berhasil memacu perubahan politik di negara-negara komunis. Ada pun yang disebut terakhir tampak jelas dalam peristiwa tumbangnya satu-persatu regim-regim otoriter di negara komunis.

Kedua, terjadinya nilai-nilai budaya yang semakin global. Dahsyatnya arus (komunikasi dan) informasi telah membuat nilai-nilai budaya menjadi semakin global. Hal itu secara sederhana dapat dilihat dalam kenyataan bahwa musik rock, celana jean, minuman coca cola, dan kentucky fried chicken telah menjadi budaya global. Lebih jauh perlu dicatat hal yang lebih mendalam berkenaan dengan terjadinya nilai-nilai budaya yang semakin global tersebut yaitu bahwa terjadinya interaksi dan percampuran budaya yang sangat intensif dapat menjurus kepada terciptanya nilai budaya universal. Dalam kaitannya dengan hal ini, diakui atau tidak, bahwa kini tengah berlangsung di mana-mana penciptaan" sistem-sistem nilai global.

Ketiga, terjadinya keadaan bahwa manusia semakin dekat satu sama lain. Contoh paling sederhana dan paling konkret adalah bahwa melalui satu medium saja - dalam hal ini misalnya televisi yang menerima tayangan melalui satelit - ratusan juta manusia di dunia pada saat yang sama dapat menyaksikan pertandingan yang bergengsi, seperti pertandingan sepak bola atau pertandingan tinju. Di sini tampak jelas bahwa waktu menjadi semakin relatif (seperti yang telah dikemukakan di atas).

Dampak

Dampak globalisasi ternyata tidak dapat dihindari manusia. Contohnya adalah bahwa dengan teknologi transportasinya manusia menjangkau setiap bagian bumi, bahkan satelit bumi dapat didatangi dan planet lain (dalam tata surya kita) dapat didekati. Demikian pula dengan teknologi komunikasinya manusia mampu melengkapi dirinya dengan informasi dari dan terulang setiap bagian dunia. Dengan semuanya itu tampak bahwa dunia seolah tidak terbagi-bagi lagi, di samping bahwa bangsa-bangsa di bumi seolah tidak berjarak lagi. Itu berarti bahwa segala sesuatu menjadi global. Sedangkan akibatnya adalah bahwa ungkapan-ungkapan seperti "sebatas lokal", "sebatas regional", dan "dinding tidak bertelinga" tidak berlaku lagi. Dengan demikian, secara teoritis, apa yang ada di Jakarta ada pula di Washington; apa yang dibisikkan di Jakarta terdengar pula di Washington dan sebaliknya. Contoh konkret adalah bahwa jean ada baik di Washington maupun Jakarta, dan peristiwa Dilli terdengar baik di Jakarta maupun Washington. Contoh tersebut secara mendasar sebenarnya hendak berkata-kata bahwa teknologi transportasi dan teknologi komunikasi yang semakin canggih mampu menghubungkan umat manusia di seluruh bagian dunia, sehingga terciptalah satu kehidupan bersama; satu masyarakat, yang meliputi seluruh umat manusia dengan sejarah kehidupan bersama, sejarah umat manusia.

Masih tentang dampak globalisasi, maka dengan tegas harus dikatakan bahwa globalisasi dapat membawa dampak baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Untuk jelasnya ada baiknya diberikan contohnya masing-masing:

Dampak Positif. Dalam kenyataan-kenyataan di atas -- yaitu pertama, hanya dengan satu medium saja berjuta-juta manusia dapat menyaksikan pertandingan yang bergengsi lewat layar televisi, dan kedua, bahwa globalisasi telah membawa dampak terciptanya satu masyarakat yang meliputi seluruh umat manusia -- telah tampak adanya dampak positif dari globalisasi. Di samping itu, dalam kadarnya yang lebih mendalam, dapat disebutkan pula bahwa terciptanya kehidupan bersama yang meliputi seluruh umat manusia pada dirinya akan memungkinkan keterbukaan, penghargaan, dan penghormatan satu terhadap yang lain: orang yang satu terhadap orang yang lain, suku bangsa yang satu terhadap suku bangsa yang lain, bangsa yang satu terhadap bangsa yang lain. Pada gilirannya keadaan yang demikian dapat menjadi landasan bahwa kemanusiaan manusia semakin dijunjung tinggi. Dampak positif lainnya agaknya dapat disebut yaitu bahwa globalisasi dapat memungkinkan terjadinya perubahan besar pada pola hidup manusia, misalnya pada cara kerja manusia: manusia akan semakin aktif dalam memanfaatkan, menanam, dan memperdalam kapasitas individunya manusia semakin ingin menampilkan nilai-nilai manusiawi dan jati diri budayanya.

Dampak negatif. Dampak negatif dari globalisasi di antaranya adalah sebagai berikut. Globalisasi, proses mendunia yang dimungkinkan oleh teknologi informasi yang canggih, dapat menyebabkan merembesnya budaya dari negara maju (yang adalah pemasok informasi) ke negara berkembang. Perembesan budaya tersebut tidak mustahil dapat menyebabkan ketergantungan budaya negara berkembang pada negara maju. Di samping itu, globalisasi informasi itu sendiri dapat menyebabkan pemerkosaan dan imperialisme budaya negara maju atas negara berkembang (dalam hal ini negara yang lebih lamban dalam perkembangan modernisasinya). Hal sedemikian hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan kenyataan bahwa perbedaan laju perkembangan dalam modernisasi akan menyebabkan terjadinya pemaksaan budaya oleh masyarakat yang satu; masyarakat di negara maju, atas masyarakat yang lain, masyarakat di negara berkembang. Akhirnya perlu dikatakan bahwa -- walaupun globalisasi tidak dapat disamakan begitu saja dengan westernisasi namun -- globalisasi sesungguhnya mungkin dapat menyebabkan terjadinya masyarakat yang individualistis dan yang tidak agamawi. Sehubungan dengan itu, agaknya perlu disimak tulisan-tulisan para futurolog yang secara tidak langsung mengingatkan kita bahwa orang zaman ini, jadi orang modern itu, akan mengalami kekosongan spiritual yang hebat. Orang modern pasti akan mencari kompensasi untuk mengisi kekosongan seperti itu, yang tidak jarang dicarinya secara serampangan.

Akhirnya perlu ditegaskan bahwa proses globalisasi sesungguhnya berjalan terus. Dewasa ini orang belum mengetahui secara pasti bagaimana jalannya dan bagaimana nantinya. Sehubungan dengan hal ini - dalam konteks Indonesia - agaknya perlu digarisbawahi dua hal. Pertama, bahwa Indonesia pada hakikatnya telah berdiri di ambang pintu proses globalisasi. Oleh karena itu - menurut para teknolog - Indonesia tidak dapat menghindari kemajuan teknologi komunikasi dan teknologi informasi. Pendapat sedemikian dapat dimengerti, mengingat tidak ada seorang pun yang dapat luput dari proses globalisasi itu. Kedua, bahwa karena itu bangsa Indonesia tidak bisa tidak harus terlibat dalam proses globalisasi itu dengan cara memanfaatkan dan melaju di dalamnya agar dapat menikmatinya. Bila tidak demikian, ia akan tertinggal atau bahkan akan terhempas dari proses globalisasi, sehingga proses globalisasi tidak hanya. tidak membawa manfaat melainkan juga akan menghancurkannya. Kedua hal tersebut sesungguhnya berlaku bagi Gereja-gereja di Indonesia.



TIP #02: Coba gunakan wildcards "*" atau "?" untuk hasil pencarian yang leb?h bai*. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA