Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 5 No. 1 Tahun 1990 >  MANUSIA DAN KEMATIAN124 > 
PARADOKS KEMATIAN 

Secara teoritis dan filosofis kematian jelas merupakan bagian integral dari kehidupan, dan untuk itu telah diusahakan makna baginya. Kematian dengan demikian diterima sebagai sesuatu yang natural. Kendatipun demikian manusia ternyata masih merasa cemas dan takut terhadap kematian. Kematian, yang datang dengan tiba-tiba itu, merenggut ketenangan hidup yang sedang dijalani, perjalanan hidup terputus, seperti tontonan televisi yang mengasyikkan tiba-tiba terhenti karena listrik padam. Menjengkelkan, tetapi sekaligus menakutkan.

Maka orang menghayati kehidupan dan kematian dengan berbeda sekali, walaupun pada dasarnya kematian merupakan bagian dari kehidupan juga. Tampaknya kehidupan merasa asing dengan kematian. Di sinilah tampak paradoks antara kehidupan dan kematian. Sebenarnya keduanya tidak berkontradiksi, tetapi tampak seperti kontradiksi. Alami tetapi juga kelihatan tidak wajar. Akibat ketidaksesuaian antara pengetahuan teoritis dan pengalaman aktual tentang kematian itu, maka timbullah kegelisahan menghadapi kematian yang pasti datang itu.

Manusia yang diperhadapkan dengan kematian merasa tidak mempunyai pegangan pasti. Nilai-nilai absolut yang menjadi alasan hidupnya selama ini dirasa kurang mencukupi pada dirinya sendiri. Belum ada penjelasan yang mampu meredakan rasa cemas ini. Sebagian orang beragama pun tidak luput dari kecemasan eksistensiil ini. Memang kematian sebagai fakta tetap merupakan fakta, dan itu dialami oleh orang hidup. Hanya iman yang hidup mampu meneduhkan kecemasan akan kematian itu. Tetapi dalam konteks filosofis soal iman tidak mendapat tempat, dan oleh karenanya kaum saleh yang menghadapi kematian tidak dibahas secara khusus. Yang mau disoroti yaitu manusia pada umumnya merasa bingung dan gelap ketika diperhadapkan dengan kematian.



TIP #31: Tutup popup dengan arahkan mouse keluar dari popup. Tutup sticky dengan menekan ikon . [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA