Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 5 No. 1 Tahun 1990 >  MANUSIA DAN KEMATIAN124 > 
KEMATIAN DAN MAKNA HIDUP 

Kalau diakui bahwa hidup itu ada artinya, maka kematian sebagai bagian integral kehidupan pasti juga mempunyai arti. Mengingat kaitan yang begitu erat antara kematian dan kehidupan, maka setiap pertanyaan mengenai makna kematian mau tidak mau menyangkut makna kehidupan. Jawab atas makna kematian bisa ditelusuri dari jawab atas makna hidup. Tetapi kita harus mulai dari makna hidup dulu. Alasannya sederhana yaitu karena kematian belum kita alami secara pribadi, sedangkan kehidupan sudah dan sedang dijalani. Dengan demikian makna hidup lebih mudah dicari.

Pertanyaan mengenai apa itu makna hidup tidak bisa dijawab dengan menyebutkan satu per satu kegiatan hidup, seperti: lahir, menjadi dewasa, belajar, bekerja, berkeluarga, menjadi tua, dan mati. Memang orang biasanya melewati tahap-tahap kehidupan itu dan hal itu sudah dimengerti. Tetapi semua kegiatan hidup itu justru telah mendorongnya untuk bertanya "Apa itu hidup?", "Apa tujuan semua itu?" Jadi, makna hidup yang ditanyakan itu terletak jauh di balik semua pengalaman empiris dari kehidupan. Maka hidup bukan sekedar soal apa yang dijalani setiap hari, melainkan soal apa yang mendasari semua pengalaman hidup empiris itu.

Pertanyaan mengenai makna hidup paling tidak muncul dalam dua masa. Pertama, yaitu pada masa puber seorang remaja. Pada masa itu seorang remaja mulai berdiri sendiri dan ia sanggup memandang dirinya sebagai orang lain. Ketika Yosi kecil ditanya "Siapakah kamu?" Ia segera menjawab: "Yosi!" Tetapi ketika Yosi sudah remaja, setelah ia menjawab "Aku Yosi", ia masih meneruskan pertanyaan itu kepada dirinya sendiri "Tetapi siapakah aku ini?" Demikianlah remaja mengalami krisis identitas. Secara tiba-tiba ia mulai melihat dirinya secara menyeluruh dari luar. Ia mulai sadar kalau hidupnya tidak melulu untuk makan, minum, bermain, sekolah, tetapi ada sesuatu yang lebih agung. Ia mulai bertanya: "Apa makna hidupku?"

Kedua, makna hidup mulai dipertanyakan ketika orang sudah sampai pada titik jenuh dari rutinisme hidup sehari-hari. Pada saat itulah orang tidak lagi memandang dirinya sebagai seorang karyawan yang harus bangun pagi, makan, bekerja, merokok, tetapi ia merasa dalam hidupnya mesti ada suatu tujuan yang mau dituju. Hidupnya secara pasti mengarah ke satu tujuan. Namun ke mana? Untuk apa ia hidup?

Begitulah kedua momen eksistensiil yang mendorong orang menanyakan makna hidupnya. Setelah pertanyaan itu muncul, datanglah pelbagai tawaran jawaban atas makna hidup itu.



TIP #24: Gunakan Studi Kamus untuk mempelajari dan menyelidiki segala aspek dari 20,000+ istilah/kata. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA