Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 4 No. 1 Tahun 1989 >  PELAYANAN KAUM MUDA > 
III. PROBLEM 

Di hampir semua gereja sudah ada pelayanan kaum muda, entah itu berupa Persekutuan Remaja dan Persekutuan Pemuda, atau gabungan Persekutuan Remaja Pemuda. Pentingnya pelayanan ini sudah disadari. Maka persekutuan kaum muda diadakan dengan tujuan Banda. Ke dalam persekutuan kaum muda diadakan untuk melengkapi kaum muda hidup di dalam dunia. Sedangkan ke luar adalah untuk mengkomunikasikan Kristus kepada dunia.

Sekarang masalahnya adalah bagaimanakah keadaan pelayanan kaum muda? Antara fakta dan ideal apakah terdapat jurang yang sangat lebar? Secara singkat itu bisa dijawab tidak ada masalah. Sebab pada umumnya suatu persekutuan kaum muda jarang kekurangan pengunjung. Jumlah hadirin relatif banyak. Lagi pula kaum muda tidak pernah sepi dari kegiatan. Sepanjang tahun tampak sekali dominasi kegiatan mereka.

Akan tetapi di balik itu tetap ada masalah. Antara yang seharusnya dan yang ada jaraknya jauh sekali. Das Sollen dan Dasein belum terjembatani. Ada gejala-gejala kemandegan yang secara serius perlu segera diatasi.

Gejala-gejala kemandegan itu tampak pertama-tama dari jumlah hadirin yang kurang lebih tetap sama dari tahun ke tahun. Memang ini bukan kemerosotan jumlah. Tetapi keadaan ini juga bukan indikasi adanya kemajuan. Pengunjung baru hampir selalu ada setiap minggu. Tetapi sayang mereka tidak lagi datang. Atau kalau mereka datang secara rutin (gejala yang sangat menggembirakan!), orang lama ternyata mulai tidak datang lagi ke dalam persekutuan (gejala yang menyedihkan!). Akhirnya, tidak ada pertambahan anggota secara berarti. Bukankah ini merupakan gejala yang memprihatinkan!

Gejala kedua adalah tidak jelasnya arah dan sasaran kegiatan-kegiatan. Ada kegiatan tidak berarti ada arah. Ada acara tidak berarti ada sasaran yang jelas. Bisa saja terjadi suatu program dilaksanakan semata-mata demi program. Hal ini tampak ketika saat evaluasi pelaksanaan program tiba. Yang banyak dipersoalkan adalah masalah pelaksanaan yang kurang ini dan kurang itu. Soal mau apa dengan kegiatan itu hampir-hampir dilupakan. Gejala ini khas bagi suatu persekutuan yang orientasinya kepada program dan bukan kepada pribadi.

Gejala kemandegan terakhir adalah tidak adanya kemajuan rohani yang jelas. Anggota-anggota persekutuan tidak mementingkan saat teduh pribadi; mereka terbiasa dengan selera mendengar khotbah-khotbah yang ringan; antara kehidupan iman dan kehidupan sehari-hari jaraknya jauh sekali; para aktivis hanya orang yang itu-itu saja; pemilihan pengurus tidak didasarkan pada kwalitas rohani dan kepribadian. Khotbah dan kegiatan yang berbobot diadakan. Tetapi tidak pernah dibicarakan sampai di mana kemajuan rohani si A, si B, atau si C. Jadinya, semua khotbah dan kegiatan itu sebenarnya untuk siapa?

Ketiga gejala kemandegan di atas memang sekedar contoh dari sekian banyaknya gejala-gejala kemandegan yang ada. Yang perlu dipahami betul ialah kemandegan tidak identik dengan maju tidak mundur pun tidak. Itu bukan gejala stabil yang patut dipertahankan. Bagi suatu persekutuan gereja yang bersifat organis pertumbuhan adalah gejala yang normal. Berhenti bertumbuh merupakan gejala yang tidak wajar. Maka perlu dicari suatu terobosan baru untuk mengatasi kemandegan ini.



TIP #28: Arahkan mouse pada tautan catatan yang terdapat pada teks alkitab untuk melihat catatan ayat tersebut dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA