Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 4 No. 1 Tahun 1989 > 
PELAYANAN KAUM MUDA 
Penulis: Yongky Karman

Salah satu topik yang paling menarik adalah topik tentang orang muda dan dunianya. Sebuah untaian kata mengungkapkan hal ini.

"masa muda bukanlah sekedar masa penantian
masa muda adalah masa untuk berharap, bermimpi, bercita-cita
masa muda adalah masa untuk memberi arti kepada hidup dan
masa untuk mengambil keputusan yang menentukan"67

 I. KAUM MUDA

Secara sederhana remaja dan pemuda termasuk kategori kaum muda. Ciri utama mereka ialah keadaannya yang belum mapan. Mereka sedang mencari dasar pijak bagi keberadaan mereka sendiri.

Dasar pijak itu bermacam-macam. Itu bisa berupa identitas diri yang dibutuhkan bagi pengembangan kepribadian yang lebih lanjut. Bisa juga itu berupa teman lawan jenis yang dibutuhkan bagi pembentukan kehidupan rumah tangga kelak. Atau juga itu bisa berupa pekerjaan dan karir yang menunjang nafkah. Semua itu belum diperoleh. Begitulah keadaan kaum muda yang masih labil.

 II. ARTI KAUM MUDA

Melihat ciri utama kaum muda itu maka bisa dimengerti bahwa kaum muda dan usia muda mempunyai arti kepentingan tersendiri. Minimal ada tiga alasan mendasar untuk itu.

Pertama, kaum muda sedang menjalani masa pembentukan kepribadian. Aspek individual ini memberitahukan kita bahwasanya kurun masa muda bagaikan suatu rimba pencaharian, yang di dalamnya kaum muda meraba-raba. Mereka mau mengarahkan diri mereka kepada pribadi yang dewasa. Tetapi untuk itu mereka harus mengalami tahun-tahun pembentukan.

Jika pembentukan ini tidak beres atau keliru ditangani, maka dampak negatifnya bisa lama mempengaruhi jalan hidupnya. Ingatkah suami yang masih suka memukul isterinya? Ada ibu yang merasa risih bila berada di dalam dapur, namun ia merasa betah berjam-jam berada di dalam pertemuan arisan. Bukan saja ada cross boy/girl, tetapi juga ada cross papa/mama. Masih banyak lagi kasus-kasus orang dewasa. Herannya gejala-gejala itu banyak kali bisa ditelusuri kembali kepada ketidakberesan pembentukan karakter pada masa muda.

Karakter sendiri tidak pernah terbentuk sekali jadi. Proses pembentukannya berlangsung lama. Namun hasilnya tidak bisa dianggap remeh, sebab itu akan menjadi pondasi kehidupan. kita tidak bisa membayangkan ape jadinya sebuah bangunan yang tinggi, tetapi pondasinya rapuh. Demikian juga, alangkah berbahayanya melewati kehidupan dewasa yang panjang, berat dan penuh dengan tanggung jawab, dengan berbekalkan kepribadian rapuh dan labil.

Kedua, kaum muda lebih mudah dibentuk. Oleh karena kaum muda sedang berada di dalam masa pembentukan, maka mereka memiliki kelenturan dalam banyak bidang. Betul bahwa mereka belum stabil. Tetapi justru itulah mereka mudah menerima pengarahan dan hal-hal yang baru. Pengaruh orang lain, khususnya di luar lingkungan keluarga, mudah masuk. Sebaliknya, kaum dewasa sudah terbentuk dan sukar dipengaruhi lagi. Seandainya mereka memiliki sifat dan kebiasaan buruk, itu sulit dibuang. Karena kepribadian orang dewasa sudah tidak lentur lagi.

Ketiga, Kaum muda akan membentuk keluarga. Seorang muda yang berkepribadian baik dan mantap, hampir bisa dipastikan bahwa ia akan membentuk keluarga yang baik dan mantap pula. Karena kematangannya ia tidak akan sembarangan mencari pasangan hidup. Seorang muda yang dewasa di dalam Kristus mempunyai pengaruh yang langsung kepada keluarga yang akan dibentuknya. Lebih jauh lagi pengaruh itu akan terasa di dalam masyarakat, karena keluarga adalah unit masyarakat yang terkecil. Sedangkan kalau seorang ibu dimenangkan bagi Kristus, pengaruh imannya terhadap suaminya dan anak-anaknya yang sudah besar umumnya tidak begitu terasa.

Setelah melihat arti kaum muda baik secara individual maupun secara sosial, maka tidak berlebihan kalau gereja harus memberikan perhatian dan menanam modal yang besar untuk pelayanan kaum muda. Apalagi pelayanan ini diakui problematis.

 III. PROBLEM

Di hampir semua gereja sudah ada pelayanan kaum muda, entah itu berupa Persekutuan Remaja dan Persekutuan Pemuda, atau gabungan Persekutuan Remaja Pemuda. Pentingnya pelayanan ini sudah disadari. Maka persekutuan kaum muda diadakan dengan tujuan Banda. Ke dalam persekutuan kaum muda diadakan untuk melengkapi kaum muda hidup di dalam dunia. Sedangkan ke luar adalah untuk mengkomunikasikan Kristus kepada dunia.

Sekarang masalahnya adalah bagaimanakah keadaan pelayanan kaum muda? Antara fakta dan ideal apakah terdapat jurang yang sangat lebar? Secara singkat itu bisa dijawab tidak ada masalah. Sebab pada umumnya suatu persekutuan kaum muda jarang kekurangan pengunjung. Jumlah hadirin relatif banyak. Lagi pula kaum muda tidak pernah sepi dari kegiatan. Sepanjang tahun tampak sekali dominasi kegiatan mereka.

Akan tetapi di balik itu tetap ada masalah. Antara yang seharusnya dan yang ada jaraknya jauh sekali. Das Sollen dan Dasein belum terjembatani. Ada gejala-gejala kemandegan yang secara serius perlu segera diatasi.

Gejala-gejala kemandegan itu tampak pertama-tama dari jumlah hadirin yang kurang lebih tetap sama dari tahun ke tahun. Memang ini bukan kemerosotan jumlah. Tetapi keadaan ini juga bukan indikasi adanya kemajuan. Pengunjung baru hampir selalu ada setiap minggu. Tetapi sayang mereka tidak lagi datang. Atau kalau mereka datang secara rutin (gejala yang sangat menggembirakan!), orang lama ternyata mulai tidak datang lagi ke dalam persekutuan (gejala yang menyedihkan!). Akhirnya, tidak ada pertambahan anggota secara berarti. Bukankah ini merupakan gejala yang memprihatinkan!

Gejala kedua adalah tidak jelasnya arah dan sasaran kegiatan-kegiatan. Ada kegiatan tidak berarti ada arah. Ada acara tidak berarti ada sasaran yang jelas. Bisa saja terjadi suatu program dilaksanakan semata-mata demi program. Hal ini tampak ketika saat evaluasi pelaksanaan program tiba. Yang banyak dipersoalkan adalah masalah pelaksanaan yang kurang ini dan kurang itu. Soal mau apa dengan kegiatan itu hampir-hampir dilupakan. Gejala ini khas bagi suatu persekutuan yang orientasinya kepada program dan bukan kepada pribadi.

Gejala kemandegan terakhir adalah tidak adanya kemajuan rohani yang jelas. Anggota-anggota persekutuan tidak mementingkan saat teduh pribadi; mereka terbiasa dengan selera mendengar khotbah-khotbah yang ringan; antara kehidupan iman dan kehidupan sehari-hari jaraknya jauh sekali; para aktivis hanya orang yang itu-itu saja; pemilihan pengurus tidak didasarkan pada kwalitas rohani dan kepribadian. Khotbah dan kegiatan yang berbobot diadakan. Tetapi tidak pernah dibicarakan sampai di mana kemajuan rohani si A, si B, atau si C. Jadinya, semua khotbah dan kegiatan itu sebenarnya untuk siapa?

Ketiga gejala kemandegan di atas memang sekedar contoh dari sekian banyaknya gejala-gejala kemandegan yang ada. Yang perlu dipahami betul ialah kemandegan tidak identik dengan maju tidak mundur pun tidak. Itu bukan gejala stabil yang patut dipertahankan. Bagi suatu persekutuan gereja yang bersifat organis pertumbuhan adalah gejala yang normal. Berhenti bertumbuh merupakan gejala yang tidak wajar. Maka perlu dicari suatu terobosan baru untuk mengatasi kemandegan ini.

 IV. STRATEGI PELAYANAN

Kemandegan yang terjadi di dalam pelayanan kaum muda bukan disebabkan program yang buruk, pun bukan karena kurang orang yang mau melayani. Rupanya ada beberapa hal mendasar yang dilupakan atau terlupakan. Dengan memperhitungkan hal-hal mendasar ini bisa disusun suatu strategi pelayanan yang efektif. Tentunya, strategi ini diharapkan akan membuat suatu terobosan di dalam kemandegan pelayanan.

1. Orientasi Kepada Masalah

Salah satu hal yang membedakan kaum muda dari kaum dewasa yaitu pendekatan terhadap masalah. Orang dewasa condong mencari sebuah pemecahan yang khusus atas sebuah masalah dengan cara menghilangkan alternatif pemecahan lain. Maka mereka berorientasi kepada jawaban yang spesifik. Mereka tidak mau memusingkan alternatif-alternatif lain yang merupakan jawaban juga.

Sedangkan kaum muda berorientasi kepada masalah. Mereka suka menggali sebanyak mungkin pendapat yang ada. Dari semua sudut pandang yang ada mereka baru mau sampai kepada sebuah pemecahan yang memuaskan.

Maka kaum muda perlu memiliki wawasan yang luas tentang suatu masalah. Kerinduan mereka untuk mencari tahu harus dipuaskan. Berbarengan dengan itu mereka juga memerlukan dasar-dasar penilaian yang akan membantu mereka dalam penentuan sikap yang tepat terhadap suatu masalah.

Karena itu pertemuan-pertemuan kelompok, kelompok-kelompok diskusi, dan derajat interaksi antar anggota harus ditingkatkan. Mereka justru akan banyak belajar melalui kesempatan-kesempatan seperti itu.

2. Orientasi Kepada Pengalaman

Kaum muda memang ingin tahu segala sesuatu, tetapi mereka juga ingin mencoba segala sesuatu. Tidak jarang mereka jatuh ke dalam kenakalan remaja, bukan karena mereka pada dasarnya nakal. Pada mulanya mereka hanya ingin merasakan, karena itu mereka mencoba-coba. Dengan menghayati sendiri ke dalam pengalamannya kaum muda belajar sesuatu.

Maka tidak cukup pembinaan kaum muda yang bersifat intelektual saja. Mereka perlu menjalani sendiri kebenaran-kebenaran firman Tuhan. Mereka perlu mengalami dan menghayati sendiri janji-janji Tuhan di dalam kehidupan mereka. Di sinilah proses trial and error tidak bisa dihindari. Ada kalanya mereka berhasil, namun ada kalanya pula mereka gagal dalam menjalani firman Tuhan. Itu suatu proses yang baik dalam arti bahwa mereka sudah berusaha menjadikan firman Tuhan sebagai pengalaman pribadi. Di bawah pendampingan yang bijaksana dari pembimbing rohani mereka akan maju dan semakin maju di dalam penghayatan firman Tuhan.

3. Perhatian Utama Kepada Kelompok Yang Tanggap

Di dalam setiap persekutuan senantiasa ada dua macam kelompok yang berbaur. Kelompok yang satu sebagai mayoritas. Mereka selalu mengambil bagian di dalam kegiatan-kegiatan massal dan di dalam kegiatan-kegiatan yang tidak menuntut terlalu banyak dari mereka. Kelompok yang lain biasanya minoritas pada awalnya. Mereka rindu dan siap untuk di bina. Mereka mau menjalani tuntutan kehidupan kristiani secara total. Untuk selanjutnya mereka yang terakhir ini disebut kelompok tanggap.68

Kekeliruan strategi pelayanan biasanya terletak pada konsentrasi program untuk kelompok pertama dan kurang memperhatikan pembinaan bagi mereka yang sudah siap menjadi murid-murid Kristus.

Pertanyaan segera timbul yaitu kenapa kelompok tanggap begitu penting artinya. Alasan pertama, kekuatan suatu persekutuan justru terletak pada adanya mereka. Suatu persekutuan, walaupun tidak maju, bisa tetap survive justru berkat peran mereka. Mereka tetap datang mengikuti persekutuan meskipun hari hujan. Mereka mengikuti kegiatan-kegiatan pembinaan.

Secara diam-diam mereka memperhatikan teman sesama persekutuan. Betapapun payahnya keadaan suatu persekutuan, selalu saja ada segelintir anak-anak Tuhan yang tanggap.

Alasan kedua, kehidupan paling efektif dipengaruhi melalui kehidupan lainnya. Kelompok tanggap melayani teman-teman sepersekutuan melalui hidup mereka. Mereka melayani orang lain secara muka dengan muka dan bukan melalui program. Dan memang seberapapun hebatnya program itu tidak pernah bisa menggeser peran manusia pribadi dalam mempengaruhi orang lain. Justru program yang baik di dalam gereja seharusnya menyediakan kesempatan bagi perjumpaan antarpribadi secara timbal-balik. Nasehat kuno dari penulis Amsal tetap berlaku bahwa

"besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya" (Amsal 27:17).

Mengingat pentingnya kehadiran kelompok tanggap itu di dalam suatu persekutuan, maka kehadiran mereka jangan dianggap sebagai pelengkap saja. Walaupun mungkin banyak dari antara mereka tidak menjabat pengurus, namun sesungguhnya mereka merupakan pemimpin. Kepemimpinan mereka justru nyata di dalam pelayanan mereka kepada sesama teman di dalam persekutuan. Dedikasi mereka bisa diandalkan, sebab lebih dulu, mereka menyerahkan diri mereka kepada Yesus.

Jadi, kelompok tanggap harus mendapat perhatian utama. Bahkan kelompok ini harus membengkak untuk kemudian menjadi kekuatan yang dahsyat dari persekutuan itu. Namun perlu dicatat bahwasanya kelompok tanggap tidak pernah eksklusif. Mereka tidak membentuk kelompok sendiri secara disengaja. Penamaan "kelompok tanggap" hanya untuk mempermudah uraian di atas saja.

4. Penyusunan Program Terpadu

Program-program dilaksanakan tidak sekedar demi program. Program-program perlu direncanakan dan dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga kebenaran-kebenaran Alkitab dan kehidupan kristiani memperoleh ruang gerak di dalam persekutuan kristiani dan menjadi bagian dari pengalaman hidup sehari-hari.

Selain itu kegiatan-kegiatan massal perlu direncanakan secara terpadu. Kebaktian Penginjilan dan Kebaktian kebangunan Rohani perlu bimbingan lebih lanjut. Retreat diadakan sebagai bagian dari program persekutuan secara keseluruhan. Ada kegiatan yang mendapat prioritas sesuai dengan kebutuhan persekutuan.

Akhirnya, persekutuan di dalam kelompok-kelompok kecil harus diberi tempat yang layak. Di situlah anggota-anggota persekutuan bisa lebih cepat saling mengenal. Di situlah juga mereka bisa saling berbagi rasa dan menanggung beban. Dan, seperti yang sudah disinggung di atas, di situlah mereka belajar memecahkan masalah secara bersama-sama. Itulah model ideal dari suatu persekutuan.

 PENUTUP

Demikianlah suatu alternatif di dalam pelayanan kaum muda. Suatu alternatif berarti bukan satu-satunya, melainkan merupakan suatu usaha untuk mengatasi kebekuan pelayanan yang sebenarnya menggairahkan ini. Yang dibutuhkan tidak cuma menanti, berharap, bermimpi, dan bercita-cita, melainkan juga bertindak.



TIP #23: Gunakan Studi Kamus dengan menggunakan indeks kata atau kotak pencarian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA