Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 3 No. 1 Tahun 1988 >  KARUNIA-KARUNIA ROH DALAM JEMAAT > 
BAHASA LIDAH: ANJURAN ATAU BATASAN? 

Kebanyakan Gerakan Karismatik menunjuk pada 1 Kor. 14:2-3 untuk menganjurkan orang mencari karunia bahasa roh. Keliru sekali! Bila dua ayat ini dibaca dalam semangat utama seluruh 1 Kor 12 s/d 13 ini, jelas ayat-ayat ini dimaksudkan sebagai ironi, bukan sebagai anjuran positif. Jelas-jelas bahwa karunia diberikan Tuhan demi kepentingan bersama (I Kor. 12:7), untuk melayani orang lain. Bagaimana mungkin ada karunia diberikan Tuhan untuk kepentingan orang itu sendiri, demi kebanggaan diri dan pengalaman rohaninya? Jelas pula Paulus menilai bahwa berbahasa lidah adalah kesia-siaan (I Kor. 13:1; 14:6-12). Itu sebabnya Paulus membatasi! Hanya diperbolehkan berkarunia lidah, bila ada tafsirannya. Berarti, bila tidak ada tafsirannya, semua bahasa lidah harus dihentikan dalam pertemuan mereka. Kedua, ada batas maksimalnya: dua, paling banyak tiga orang (I Kor. 14:27).

Lalu apakah yang diartikan Paulus dengan bahasa roh dalam I Korintus ini? Samakah dengan bahasa asing dalam Kisah Rasul 2? Rupanya beda. Sebab di Kisah Rasul mereka tidak memerlukan penerjemah, langsung dimengerti.

Dalam I Korintus 14 ada dua petunjuk untuk mengerti bahasa roh ini. Bahasa roh yang dimaksudkan Paulus dalam konteks jemaat Korintus ialah berhubungan dengan doa atau dengan pengucapan syukur (ay. 14, 16). Kalau begitu dapat pula kita tafsirkan bahwa karunia menafsirkan bahasa roh tidak sama prosesnya dengan menafsir arti dari satu bahasa ke bahasa lain. Lebih tepat diartikan bahwa menerjemahkan bahasa roh di sini adalah menyampaikan respon Allah terhadap yang diutarakan orang dengan bahasa rohnya. Itu sebabnya terjemahan itu dapat menguatkan hati jemaat. Sebab bila menerjemahkan permohonan dan pergumulan batin seseorang, bagaimana mungkin terjadi penguatan dan penghiburan?

Samakah bahasa roh yang dipraktekkan jemaat Korintus dengan yang digembar-gemborkan orang kini? Rupa-rupanya tidak. Suatu bahasa, bagaimana pun asingnya untuk kita, tetap berbunyi sebagai bahasa, bukan sekedar pengulangan-pengulangan suku kata. Bila kita ikuti kebaktian-kebaktian Karismatik masa kini, yang kita dengar adalah bunyi-bunyi yang tidak jelas, yang diulang-ulang tanpa kontrol.

Dalam bagian ini jelas pula bahwa Paulus mengunggulkan karunia nubuat sambil di lain pihak membatasi karunia bahasa roh. Paulus menunjuk pada tiga kekurangan bahasa roh. Pertama, bahasa roh kurang dalam kejelasan, karena itu kurang bermakna (6-11, 16-17, 23). Bahkan untuk si pembicara sendiri apa yang diucapkannya itu tidak jelas. Karena itu penggunaannya di tengah jemaat harus dibatasi. Batas pertama ialah harus ada terjemahannya. Batas kedua, bila ada terjemahannya, hanya boleh dibawakan paling banyak dua atau tiga orang saja. Kekurangan kedua ialah dalam keutuhan diri orang bersangkutan (13-17, 19-21). Tegasnya yang berdoa dengan bahasa roh membuat akalnya tidak berfungsi. Padahal ciri doa Kristen beda dari doa-doa agama kafir yang rnengalami trance, ekstase dsb. Ciri doa Kristen ialah berjaga-jaga dan jelas mendoakan obyek doanya (Contoh lihat Efesus 6:18-20; Dalam bagian ini Paulus mengaitkan berdoa dalam Roh dengan soal berjaga-jaga dan secara jelas mendoakan dia dengan pokok-pokok permintaan yang jelas pula). Itu sebabnya Paulus ingin agar berdoa dalam bahasa roh dan dalam akal, supaya terjadi keseimbangan dan keutuhan diri. Paulus ingin agar semua orang Kristen dewasa dalam pemikiran (20). Tekanan ini dikonfirmasikan jelas dalam Roma 12:2 dan Matius 22:37. Dalam hal ini tekanan berbahasa lidah dalam Gerakan Karismatik sering seirama dengan tekanan anti intelektual dalam filsafat-filsafat masa kini. Kekristenan tidak meremehkan akal, tetapi menaklukkan dan mengisi akal dengan prinsip iman. Kekurangan ketiga ialah dampaknya yang negatif pada orang bukan Kristen (16-17, 21-25). Dalam hal ini bahasa lidah menjadi tanda bagi yang tidak beriman. Artinya, bila orang belum beriman menghadiri kebaktian yang diwarnai dominan oleh bahasa lidah, mereka akan dibuat menjadi makin tidak beriman. Mengapa? Karena pada intinya yang mereka temui tidak ada bedanya dari yang mereka sudah alami dalam agama-agama kafir mereka sebelumnya.



TIP #29: Klik ikon untuk merubah popup menjadi mode sticky, untuk merubah mode sticky menjadi mode popup kembali. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA