Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 14 No. 1 Tahun 1999 > 
STRATEGI PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN KRISTEN PADA ERA PASCAMODERN 
Penulis: Joppy A. Saerang
 PENDAHULUAN

Dari tahun ke tahun orang berduyun-duyun ke kota besar untuk mengadu nasib dan mendapatkan pekerjaan. Mengapa? Pesona kota seperti Jakarta begitu menjanjikan. Begitu banyak gedung megah dan tempat rekreasi, sarana transportasi yang beragam menjadi simbol dari kemajuan.

Pada sisi yang lain, hubungan antar manusia di kota-kota besar makin renggang. Manusia cenderung makin bergaya hidup materialistis dan individualistis. Mengapa? Konon telah terjadi perubahan yang besar di berbagai tempat di belahan dunia, bahkan secara menyeluruh terjadi perubahan dari masyarakat industri ke masyarakat informasi. Dari masyarakat modern ke masyarakat pascamodern.

Secara global perubahan yang cepat di dalam masyarakat pascamodern akan mempengaruhi seluruh kehidupan manusia termasuk komunitas Kristen. Antisipasi para ahli terhadap perubahan dalam masyarakat pascamodern begitu gencar dibahas, namun ironisnya dalam komunitas kepemimpinan Kristen hal tersebut kurang mendapat perhatian yang proporsional.

Tulisan ini mencoba menganalisis masyarakat pascamodern dengan permasalahannya dan mengetengahkan sebuah strategi pengembangan kepemimpinan Kristen sebagai tindakan antisipasi dan langkah strategis menyongsong masyarakat pascamodern di Indonesia.

 UPAYA MEMAHAMI PASCAMODERNISME

A. Pengertian Istilah

Istilah pascamodern telah digunakan dalam banyak bidang kehidupan dengan gencar. Istilah ini banyak dibicarakan orang, namun dengan persepsi yang berbeda-beda. Ia digunakan orang di berbagai bidang dengan mencengangkan, namun maknanya menjadi kabur.

Istilah pascamodern digunakan dalam bidang musik, seni rupa, fiksi, drama, fotografi, arsitektur, kritik sastra, antropologi, sosiologi, geografi dan filsafat.

Istilah pascamodern muncul pertama kali di wilayah seni. Menurut Hassan dan Jencks istilah ini pertama-tama dipakai oleh Federico de Onis pada tahun 1930-an dalam karyanya, Antologia de la Poesia Espanola a Hispanoamericana, untuk menunjukkan reaksi yang muncul dari dalam modernisme. Kemudian di bidang historiografi oleh Toynbee dalam A Study of History (1947).

Di sini istilah itu merupakan kategori yang menjelaskan siklus sejarah baru yang dimulai sejak tahun 1875 dengan berakhirnya dominasi Barat, surutnya individualisme, kapitalisme dan Kekristenan, serta kebangkitan kekuatan budaya non Barat. Disinggung pula di sana tentang pluralisme dan kebudayaan dunia, hal-hal yang masih esensial dalam pengertian tentang pascamodern masa kini.

Dalam bidang sosial ekonomi istilah pascamodern diartikan sebagai kian berkembangnya kecenderungan-kecenderungan yang saling bertolak belakang, yang bersama dengan makin terbebasnya daya-daya instingtif dan kian membumbungnya kesenangan dan keinginan, akhirnya membawa logika modernisme ke kutub terjauhnya. Itu terjadi terutama melalui intensifikasi ketegangan-ketegangan struktural masyarakat.

Di bidang kebudayaan, pascamodern diartikan sebagai logika kultural yang membawa transformasi dalam suasana kebudayaan umumnya. Pascamodern dimulai dalam tahapan dengan kapitalisme pasca Perang Dunia kedua. Pascamodern muncul berdasarkan dominasi teknologi reproduksi dalam jaringan global kepitalisme multinasional kini.

Istilah pascamodern di bidang filsafat menunjuk pada segala bentuk refleksi kritis atas paradigma-paradigma modern dan atas metafisika pada umumnya.

Di bidang kemasyarakatan (sosiologi) secara umum pascamodern diartikan sebagai pola pikir manusia yang bergeser dari masyarakat industri menjadi masyarakat informasi.

B. Sebab-Sebab Timbulnya Pascamodern

Era pascamodern muncul dengan sendirinya. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pemunculannya. Secara ringkas faktor-faktor itu dapat disebutkan antara lain:

1. Pandangan Dualistis

Telah tumbuh subur pandangan dualistis yang membagi seluruh kenyataan menjadi subjek dan objek, spiritual material, manusia dunia, dan sebagainya. Hal ini telah mengakibatkan objektivisasi alam secara berlebihan dan pengurasan alam semena-mena. Akhirnya mengakibatkan krisis ekologi.

2. Pandangan Modern

Pandangan modern yang objektif dan positif akhirnya cenderung menjadikan manusia seolah objek juga, dan masyarakat pun di rekayasa bagaikan mesin saja.

3. Krisis Moral dan Religi

Dalam modernisme ilmu-ilmu positif empiris mau tak mau menjadi standar kebenaran tertinggi. Akibat dari hal ini adalah bahwa nilai-nilai moral dan religius kehilangan wibawanya. Alhasil timbullah disorientasi moral religius, yang pada gilirannya mengakibatkan pula meningkatnya kekerasan, keterasingan, depresi mental, dan sebagainya.

4. Materialisme

Bila kenyataan terdasar tak lagi ditemukan dalam religi, maka materilah yang mudah dianggap sebagai kenyataan terdasar. Materialisme ontologis ini didampingi pula dengan materialisme praktis, yaitu bahwa hidup pun menjadi keinginan yang tak habis-habisnya untuk memiliki dan mengontrol hal-hal material. Dan aturan main utamanya tak lain adalah survival of the fittest, atau dalam skala lebih besar, persaingan pasar bebas. Etika persaingan dalam mengontrol sumber-sumber material inilah yang merupakan pola perilaku dominan individu, bangsa dan perusahaan-perusahaan modern.

5. Militerisme

Oleh sebab norma-norma religius dan moral tak lagi berdaya bagi perilaku manusia, maka norma umum objektif pun cenderung menghilang. Akibatnya, kekuasaan yang menekan dengan ancaman kekerasan adalah satu-satunya cara untuk mengatur manusia. Ungkapan paling gamblang adalah militerisme dengan persenjataan nuklirnya. Meskipun demikian, perlu juga dicatat bahwa religi dapat menjadi alat legitimasi militerisme.

6. Bangkitnya Tribalisme

Telah muncul kecenderungan dalam masyarakat mentalitas yang mengunggulkan suku dan kelompok sendiri (tribalisme). Ironinya setelah perang dingin berlalu, agama menjadi kategori identitas penting yang cenderung mendukung kelompok-kelompok yang saling bertengkar, yang pada gilirannya justru mendukung tribalisme itu sendiri.

C. Berbagai Aliran Gerakan Pascamodernisme

Munculnya pascamodernisme dilandasi oleh beragam aliran pemikiran. Keragaman gerakan ini barangkali bisa dimasukkan ke dalam tiga kategori. Namun kategori ini tidak bisa dilihat secara ketal, sebab ia dimaksudkan hanya sebagai alat bantu untuk melihat aneka gerakan itu secara lebih jernih dan global.

Kategori pertama, pemikiran-pemikiran dalam rangka merevisi kemodernan itu cenderung kembali ke pola berpikir pramodern. Sebutlah misalnya ajaran yang biasa menyebut dirinya New Age. Mungkin bisa pula dimasukkan di sini pemikiran-pemikiran yang mengkaitkan diri dengan wilayah mistik.

Kedua, pemikiran-pemikiran yang terkait erat pada dunia sastra dan banyak berurusan dengan persoalan linguistik. Kata kunci yang populer untuk kelompok ini adalah dekonstruksi. Mereka cenderung hendak mengatasi pandangan dunia (worldview) modern melalui gagasan yang anti pandangan dunia sama sekali. Mereka mendekonstruksi atau membongkar segala unsur yang penting dalam sebuah pandangan dunia, seperti diri, Tuhan, tujuan, makna, dunia nyata, dan sebagainya. Awalnya strategi dekonstruksi ini dimaksudkan untuk mencegah kecenderungan totalitarianisme pada segala sistem, namun akhirnya cenderung jatuh ke dalam relativisme dan nihilisme.

Ketiga, pemikiran yang hendak merevisi modernisme tidak menolak modernisme itu sendiri secara total, melainkan dengan memperbarui premis-premis modern di sana sini. Mereka tidak menolak sains pada dirinya sendiri, melainkan hanya sains sebagai ideologi atau saintisme saja di mana kebenaran ilmiahlah yang dianggap kebenaran yang paling sahih. Mereka tetap mengakui sumbangan besar modernisme bagi hidup manusia umumnya, seperti terangkatnya rasionalitas, kebebasan, pentingnya pengalaman, dan sebagainya. Mereka merumuskan secara baru rasionalitas, emansipasi, objektivitas juga kebenaran. Istilah dialog" dan "konsensus" menjadi kata kunci, seperti halnya juga inter subjektivitas, pemanduan horizon-horizon, komunikasi, dan sebagainya.

D. Karakteristik Masyarakat Pascamodern

Dewasa ini telah terjadi pergeseran yang cepat dari masyarakat industri menuju masyarakat informasi yang menuntun kepada pergeseran dalam pola berpikir manusia.

Beberapa ciri corak hidup dan pola pikir masyarakat pascamodern antara lain:

1. Manusia dipandang sebagai makhluk terpecah. Tidak ada kebenaran padanya; yang ada hanya kebenaran individu yang merupakan pilihan individualis untuk diikutinya.

2. Pascamodern menempatkan akal manusia mengambang dan tidak lagi berkuasa. Banyak kebenaran dapat diikuti dan dipercayai sekalipun saling bertentangan.

3. Dalam pandangan pascamodern tentang teknologi menciptakan masalah untuk ditanganinya sendiri. Tidak ada alasan untuk merasa bahwa masa depan akan lebih cerah dari sekarang.

4. Pascamodern melihat agama-agama memiliki kebenaran sendiri yang harus diterima sama seperti yang lain. Agama dan kebudayaan yang beragam harus dihargai karena memiliki keunikan masing-masing.

5. Kehidupan masyarakat perkotaan akan semakin sekular, individualistis dan materialistis, tetapi mereka cenderung mencari kelompok-kelompok "primordial".

 STRATEGI PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN KRISTEN

A. Dampak Pascamodern bagi Komunitas Kristen

Karakteristik masyarakat pascamodern yang cenderung meterialistis dan individualistis serta melemahnya wibawa agama dalam masyarakat akan membawa dampak bagi komunitas Kristen, antara lain:

1. Merenggangnya hubungan antar individu. Kekuatan gereja yang mula-mula terletak antara lain pada hubungan erat antar orang Kristen (bdk. Kis 2:41-47) akan mengalami terpaan yang kuat dengan gaya hidup manusia yang semakin individualitis dalam masyarakat pascamodern (bdk. Francis A. Schaeffer, How Should We Then Live, hal. 205-227).

2. Kebenaran yang relatif. Masyarakat pascamodern cenderung tidak mempercayai kebenaran mutlak dan menerima bahwa setiap budaya dan agama memiliki kebenaran yang unik. Itu berarti bahwa kebenaran itu relatif. Padahal Kekristenan menawarkan kebenaran yang mutlak (bdk. perkataan Tuhan Yesus dalam Yohanes 14:6).

3. Kekuasaan informasi. Masyarakat pascamodern ditandai dengan masa kejayaan dan kecanggihan informasi. Karena itu era pascamodern disebut juga era informasi. Kekuatan raksasa yang sedang bangkit yaitu informasi. Tantangan bagi Kekristenan adalah penguasaan informasi. Patut diingatkan bahwa informasi yang ditawarkan memiliki dimensi yang positif dan juga negatif. Karena itu komunitas Kristen kerap mengalami godaan yang kuat sehubungan dengan derasnya informasi yang tidak selalu membangun itu.

B. Metode Pengembangan Pemimpin

C.H. Colley, dalam Human Nature dan Sosial Order, mendefinisikan bahwa kepemimpinan adalah pusat, cerminan, atau fokus dari struktur, dinamika, atmosfer, ideologi, serta tujuan dari mereka yang dipimpin.

Robert Clinton mendefinisikan kepemimpinan dalam perspektif Kristen dengan landasan alkitabiah sebagai suatu proses terencana yang dinamis, yang di dalamnya seorang pemimpin dengan kapasitas dan tanggung jawab pemberian Allah memimpin (mempengaruhi/menggerakkan) suatu kelompok orang atau para bawahan ke arah tujuan Allah yang menguntungkan pemimpin dan bawahan.

Dalam upaya mengatasi dampak negatif dari pascamodern bagi Kekristenan, maka dalam bagian ini akan diuraikan strategi pengembangan Kepemimpinan Kristen.

Penulis mencoba merancang dua metode penting dalam usaha penyiapan diri pemimpin agar dengan efektif mampu berkarya dan melayani dalam masyarakat pascamodern, yaitu

1. Pemagangan

a. Pengertian Pemagangan

Pemagangan ialah suatu pengalaman relasional yang di dalamnya seseorang menegarkan yang lain dengan apa yang diperolehnya dari Allah.

Paul Stanley dan Robert Clinton mendefinisikan pemagangan sebagai suatu pengalaman yang menyangkut hubungan, yang di dalamnya seorang memberikan kemampuan kepada orang lain dengan cara membagikan ketrampilan yang Allah karuniakan.

b. Kontribusi yang Dibutuhkan dalam Proses Pemagangan

Ada berbagai elemen yang dibutuhkan sebagai kontribusi dalam proses pemagangan, yaitu pendisiplinan, penuntun rohani, pelatih, konselor, guru, dan sponsor.

c. Elemen Penting dalam Pemagangan

Ada tiga elemen penting yang dibutuhkan dalam proses pemagangan yaitu:

1. Hubungan. Dalam pemagangan dibutuhkan hubungan yang baik antara pemimpin dan orang yang dibimbing.

2. Menjadi model hidup. Pembimbing memberikan pelajaran yang utama yaitu melalui contoh kehidupannya. Pembimbing menjadi model hidup bagi orang yang dibimbing.

3. Peneguhan harapan. Pembimbing perlu mengobarkan harapan baru orang yang dibimbing manusia.

d. Ciri Karakteristik Pembimbing atau Mentor

Ada beberapa ciri umum yang dibutuhkan seorang mentor atau pembimbing yang baik, antara lain:

- Kemampuan untuk serta merta melihat potensi yang ada pada seseorang.

- Toleransi terhadap kesalahan, kelancangan, kekasaran, dan sejenisnya agar dapat melihat potensi tersebut berkembang.

- Keluwesan dalam menanggapi rupa-rupa orang dan keadaan.

- Kesabaran, karena mengetahui bahwa untuk berkembang dibutuhkan waktu dan pengalaman.

- Perspektif, memiliki visi dan kemampuan untuk melihat jauh ke depan dan menunjukkan langkah-langkah berikut yang diperlukan oleh seorang yang dibimbing.

- Karunia-karunia dan kemampuan-kemampuan yang membangun dan membangkitkan semangat orang lain.

e. Sasaran dari Pemagangan

Paling tidak ada tiga hal yang menjadi sasaran dalam proses pemagangan, yakni: (1) formasi pelayanan, di mana aspek yang ingin dikembangkan yaitu pengembangan keterampilan; (2) formasi karakter, di mana hal yang utama adalah pengembangan dalam bidang spiritual; (3) formasi strategis, yang membutuhkan penerapan nilai-nilai pelayanan.

f. Saran Langkah Praktis dalam Proses Pemagangan

Ada beberapa saran sebagai langkah praktis yang penting dalam proses pemagangan, yaitu: (1) mengadakan hubungan pembimbingan; (2) secara bersama-sama menyepakati tujuan hubungan ini; (3) menentukan keteraturan interaksi; (4) menentukan jenis pertanggungjawaban; (5) membuat mekanisme komunikasi; (6) menjelaskan tingkat keberhasilan; (7) menetapkan siklus kehidupan hubungan tersebut; (8) mengadakan evaluasi dari waktu ke waktu atas hubungan itu; (9) menyesuaikan harapan-harapan agar cocok dengan yang ada dalam situasi pembimbingan; (10) menyelesaikan hubungan pembimbingan itu.

2. Pelatihan Kepemimpinan Kristen

a. Ciri Kepemimpinan Kristen

Ada beberapa ciri kepemimpinan Kristen yang perlu di gapai dalam proses pelatihan kepemimpinan, antara lain:

- Pemimpin Kristen harus membuktikan diri sebagai pemimpin yang bertanggung jawab.

- Pemimpin Kristen harus menemukan diri sebagai pemimpin yang senantiasa bertumbuh.

- Pemimpin Kristen harus menjadi pemimpin model dalam keteladanan hidup.

- Pemimpin Kristen harus memiliki motivasi dasar Pelayan Hamba.

- Pemimpin Kristen perlu memiliki paradigma kepemimpinan yang alkitabiah.

b. Dasar Formatif Pembentukan Pemimpin Kristen

Dua hal penting dalam pengembangan pemimpin Kristen yaitu faktor dasar dan sifat dasar formatif. Pemimpin Kristen dibentuk dengan faktor dasar yang ada pada setiap individu, yaitu karakter dasar, pengetahuan, dan pengalaman.

Sifat dasar pengembangan kepemimpinan Kristen mengacu kepada gagasan dari Dr. J. Robert Clinton, yaitu terfokus ke arah tiga rangkaian sasaran, yaitu formasi rohani, formasi pelayanan, dan formasi strategis.

Formasi rohani ialah pembentukan karakter pemimpin yang didominasi oleh faktor rohani. Sedangkan formasi pelayanan berkenaan dengan pengembangan falsafah kepemimpinan pelayanan. Sementara formasi strategis berhubungan dengan keahlian pelayanan, yaitu faktor "tahu bagaimana" melaksanakan pelayanan dengan baik.

c. Proses Pelatihan Kepemimpinan

1. Skema Proses Pelatihan

2. Sasaran Pelatihan

Sebagai hasil akhir pelatihan diharapkan pemimpin memiliki karakter pemimpin Kristen yang baik, falsafah kepemimpinan Kristen yang alkitabiah serta ketrampilan dalam melaksanakan pelayanan.

3. Metode Pelatihan

Metode yang digunakan dalam pelatihan, antara lain: pengajaran di kelas, diskusi kelompok, memimpin kelompok, dan proses mentoring/pemagangan.

d. Proses Pengembangan Diri Pemimpin

Tantangan terbesar dalam pengembangan diri seorang pemimpin adalah mengembangkan watak yang saleh. Allah menggunakan empat pokok proses yang penting untuk menguji pemimpin yang sedang muncul. Keempat hal itu adalah ujian integritas, ujian ketaatan, ujian firman dan tugas pelayanan.

Beberapa hal penting dalam proses pengembangan seorang pemimpin dapat disimpulkan, yaitu:

- Integritas adalah hal yang mendasar dalam kepemimpinan yang efektif; hal ini harus ditekankan sejak awal dalam pengembangan watak diri seorang pemimpin.

- Ketaatan pertama-tama harus dipelajari, baru kemudian dapat mengajarkannya.

- Karunia kepemimpinan terutama melibatkan karunia firman, yang mana pada awalnya muncul melalui ujian firman.

 PENUTUP

Dewasa ini kita memasuki babak baru dengan tantangan baru, yaitu era pascamodern. Perubahan yang demikian cepat dari masyarakat industri menuju masyarakat informasi pasti bakal membawa pengaruh yang besar bagi Kekristenan.

Masyarakat pascamodern yang cenderung materialistis, individualistis dan merelatifkan kebenaran menjadi tantangan bagi komunitas Kristen.

Tulisan ini telah mencoba mengetengahkan latar belakang dan karakteristik dari pascamodernisme sekaligus merupakan peringatan bagi pemimpin Kristen untuk mengatasi dampak yang negatif dalam rangka menjadi garam dan terang dunia.

Dalam upaya menghadapi tantangan pascamodern, penyiapan sosok-sosok pemimpin Kristen yang berkualitas jelas merupakan hal yang penting dan mendesak. Adapun dua hal penting yang telah dipaparkan yaitu pemagangan dan pelatihan kepemimpinan Kristen, kedua-duanya vital untuk digarap sekalipun membutuhkan waktu.

Disadari bahwa apa yang disampaikan dalam tulisan ini bukan final, tetapi merupakan langkah awal untuk segera mempersiapkan generasi pemimpin Kristen yang handal dalam berkarya dan bersaksi di tengah perubahan masyarakat yang cepat pada era pascamodern ini, baik di dunia pada umumnya maupun di Indonesia pada khususnya!

 DAFTAR KEPUSTAKAAN

Burnham. Frederic B. Postmodern Theology. New York: Harper Collins, 1989.

Chandra, Robby. Kepemimpinan. Jakarta: Binawarga, 1996.

Clinton, J. Robert. Pengembangan Kepemimpinan; Bandung: Navigator Indonesia, 1992.

Herlianto, "Gereja di Tengah Perkembangan Kota-Kota Besar di Indonesia." Jurnal Pelita Zaman 9/2 (1994).

Maedjaja, Daniel. Prinsip-Prinsip Dasar Kepemimpinan Kristen. Yogyakarta: Yayasan Andi, 1995.

Naisbitt, John dan Patricia Aburdenne. Megetrends. Jakarta: Binarupa Aksara, 1990.

Schaeffer, Francis A. The Great Evangelical Disaster. Tennessee: Thomas Nelson, 1984.

Sessom, Richard. Pengembangan Kepemimpinan dalam Masyarakat Postmodern. Tidak Diterbitkan. Jakarta: IFTK Jaffray Jakarta, 1997.

Stanley, Paul D. dan Robert Clinton. Mentor. Malang: Gandum Mas, 1996.

Sugiharto, I. Bambang. Postmodernisme. Yogyakarta: Kanisius, 1996.

Tomatala, Yakob. Kepemimpinan yang Dinamis. Jakarta: YT Leadership Foundation Jakarta, 1997.



TIP #32: Gunakan Pencarian Khusus untuk melakukan pencarian Teks Alkitab, Tafsiran/Catatan, Studi Kamus, Ilustrasi, Artikel, Ref. Silang, Leksikon, Pertanyaan-Pertanyaan, Gambar, Himne, Topikal. Anda juga dapat mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan ayat-ayat yang anda inginkan melalui pencarian Referensi Ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA