Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 12 No. 2 Tahun 1997 > 
WAWANCARA DENGAN CHRISTIANTO WIBISONO 
 SECARA UMUM APA YANG ANDA LIHAT SEBAGAI TANTANGAN UTAMA UMAT KRISTEN INDONESIA DALAM ERA GLOBALISASI INI?

Tantangan yang nyata-nyata memang ideologi sekuler, gaya hidup ateis dan sebagainya yang materialistis tapi semua itu `kan munculnya karena manusia itu sendiri pada dasarnya tidak mempunyai moral yang kuat untuk melaksanakan ajaran agama sehingga yang namanya para pemimpin agama itu benar-benar dituntut keteladanan hidupnya yakni satunya kata dan perbuatan di tengah gelombang kemunafikan. Ini yang sulit dalam situasi sekarang karena kemunafikan dominan dan itu terjadi di semua sektor kehidupan.

 TAPI, BUKANKAH SALAH SATU CIRI GLOBALISASI MENURUT JOHN NAISBITT DALAM MEGATRENDS 2000 ADALAH BANGKITNYA AGAMA-AGAMA DAN KEMBALINYA MANUSIA KEPADA NILAI-NILAI RELIGIUS?

Itu pengamatan Naisbitt. Barangkali dia baru pada taraf melihat luarnya saja. Kelihatan religius luarnya. Barangkali yang dia amati adalah gejala back to religious yang sekadar back to ritual tapi bukan spiritual, bukan inner change atau lahir kembali. Yang nampak mungkin artificial game. Itu yang harus di monitor dan dicermati apa betul dalam konteks itu telah terjadi perubahan mendasar dalam tingkah laku sehari-hari. Jangan jangan kita ke gereja atau ke mesjid hanya diluar saja sementara tingkah laku dan perbuatan kita amoral dan melanggar etika. Jadi, pertumbuhan kuantitatif fisik ritual itu bukan jaminan adanya revival of religions spirit atau praktek hidup yang penuh etika dan moral.

 BAGAIMANA SEHARUSNYA ORANG KRISTEN BERSIKAP MENGHADAPI DEKADENSI MORAL DAN ETIKA DALAM MASYARAKAT SEPERTI YANG ANDA MAKSUD?

Kita tidak usah menyalahkan situasi. Keadaan itu tidak bisa kit" sangkal. Itu adalah penyakit klasik sama seperti yang disaksikan Nabi Yunus pada zamannya. Itulah penyakit malas, korupsi, kolusi dan suka jalan pintas. Tapi dalam situasi dan kondisi seperti ini orang Kristen harus tetap punya integritas moral Kristen sejati yang tidak tergoyahkan oleh arus yang mayoritas itu. Sebaliknya kita harus mengalahkan semua itu Kalau orang percaya tidak ada bedanya dengan yang lain apa artinya Kekristenan itu? Jadi kita harus konsisten untuk mempraktekkan pola hidup Kristen. Dalam era globalisasi ini, kontribusi Kristen adalah memberi landasan moral dan etika pada semua sektor kehidupan dimana kita terlibat. Mewujudkan hal ini tentu tidak semudah mengucapkannya. Namun, bila kita bicara mission atau core religion, memang ada hal-hal yang beyond ratio yang justru harus tetap memberikan conviction kepada kita untuk melayani dunia dimana Kristen sejati itu memang minoritas.

 SALAH SATU DAMPAK GLOBALISASI ADALAH MAKIN BERKEMBANGNYA PLURALISME AGAMA. DALAM KONTEKS INDONESIA, BAGAIMANA SEHARUSNYA ORANG KRISTEN TETAP MENYAKSIKAN IMANNYA DI TENGAH NEGARA YANG PLURALIS SEPERTI

Globalisasi memang mengarah ke pluralisasi agama. yaitu pluaralisme agama dengan resiko yang kalau terjadi koalisi-koalisi seperti yang diramalkan Huntington bisa terjadi konfrontasi agama-agama, karena peradaban akan bila dianggap sama dengan agama-agama. Bukan hanya Indonesia global pun plural seperti kata Huntington. Kebetulan Indonesia dan Asean merupakan ajang cross road of pluralism. Kalau di Amerika Serikat dan Eropa dominan Kristen, di Indonesia, Islam, Corifusius, Katolik, Protestan, Hindu bahkan yang animis juga ada. Jadi betul-betul merupakan miniatur global. Jadi betul-betul potential conflict nya besar di sini. Ini yang harus kita antisipasi. Disamping praktek hidup kita yang harus bermoral dan beretika Kristen, kita harus bersikap lebih toleran. Saya lupa apa persisinya istilah yang dipakai dalam dialog antar iman itu. Singkatnya, secara vertikal (masalah ibadah dan hubungan dengan Tuhan red) itu urusan individual, sedangkan secara horisontal kita moderat dan toleran.

Saya ingin kembali ke Alkitab. Seperti yang Yesus sendiri katakan belum tentu orang Farisi itu lebih baik dari pemungut cukai. Memang ini agak sensitif. Mungkin saja orang yang bukan Kristen tapi bermoral dan beretika lebih berkenan di mata Tuhan dari pada seorang yang Kristen KTP tapi tidak bermoral. Ini analognya. Kemungkinan bisa saja Tuhan ngomong begitu. Spirit nya bisa diterima seperti itu. Karena itu saya pikir perlu ada koalisi lintas agama/ritual untuk back to the core of religion, back to the calling, the inner interior of calling.

 DALAM HAL PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA (SD" KRISTIANI APA YANG BISA DILAKUKAN GEREJA DAN ORANG KRISTEN UNTUK MENGANTISIPASI DAMPAK GLOBALISASI TERMASUK PLURALISME AGAMA?

Mengembangkan sikap saling mengakui dan toleran dan menghargai eksistensi masing-masing agama. Untuk aspek kedalam, seperti yang dikatakan Pak Charles (Charles Christano red) yakni to make me know Him. Bila menghadapi penentangan dan permusuhan, secara implisit dalam behaviour kita seperti yang dikatakan Rasul Paulus dalam Kitab Roma, kita bersikap seperti menaruh bara api diatas kepala lawan, bukan melakukan sentimen yang konfrontatif. Memang ini ajaran yang sulit tapi pilihan etika memang seperti itu.

 MENYANGKUT KONSTELASI POLITIK DAN EKONOMI DI TANAH AIR, ADA KESAN ORANG KRISTEN HANYA BANYAK BERKIPRAH DI BIDANG EKONOMI DAN BISNIS. PENDAPAT ANDA?

Kalau kita bicara hal ini dalam konteks pluralisme, kita bicara lintas sektor. Walaupun politik itu sangat menentukan, tapi dampak atau perimbangan dari sektor-sektor lain seperti ekonomi dan bisnis, apalagi dalam sistem politik monarki absolut, juga bisa bargain. Kita lihat begitu banyak dan beragamnya sektor yang bisa jadi pengimbang kekuatan politik. Misalnya saja para pakar, lembaga swadaya masyarakat (LSM), gereja dan pers. Bahkan individu seperti Naisbitt juga punya bargain power. Jadi, kalau toh orang Kristen tak punya jabatan di bidang politik misalnya, tapi kalau dia punya kekuatan di bidang lain, bagi saya itu tidak apa-apa. Kalau punya kekuatan di sektor lain justru itu bagus untuk mengimbangi kekuatan politik misalnya. Yang lebih penting lagi, dalam kondisi seperti ini, kita tetap bersemangat dan tidak merasa loyo dan impoten.

 BAPAK JUGA AKTIF DI GEREJA?

Saya jadi anggota biasa saja. `Kan perlu pembagian tugas. Saya tidak melihat bahwa pelayanan itu mesti harus jadi majelis gereja. Melayani Tuhan `kan bisa dimana-mana sesuai dengan profesi kita.

 SEANDAINYA ANDA DIANGKAT MENJADI MENTERI KEUANGAN, LANGKAH-LANGKAH APA YANG AKAN ANDA TEMPUH UNTUK MENGATASI KRISIS MONETER DAN EKONOMI YANG TENGAH MELANDA INDONESIA?

Sebenarnya Indonesia tidak perlu langkah-langkah atau kebijakan ekonomi. Yang kita perlukan adalah langkah terobosan dalam etika politik. The problem is the politic values not economic. Aparat kita miskin public service, miskin public accountability. Salah satu contoh langkah terobosan dalam etika politik adalah dengan mentransparankan asset para politisi dan birokrat. Setelah ada transparansi kekayaan para pejabat, langkah berikutnya, adalah memperbaiki gaji para birokrat agar mereka tidak korupsi dan melakukan kolusi. Tapi konsekuensinya, kalau korupsi, mereka ditindak tegas. Saya akan minta para eksekutif dan legislatif untuk mengumumkan kekayaan mereka. Kalau ternyata korupsi, ditindak tegas. Sebenarnya tidak sulit untuk melakukan hal ini asal ada political will untuk itu. Pelaksanaannya? Tinggal masalah teknis. Namun bila tidak ada iktikad untuk mewujudkan birokrasi dan aparat yang bersih, apapun ide brilian yang muncul akan sia-sia karena pikiran seolah-olah jalan, tapi itu artificial dan tidak efisien, tidak ilmiah, tidak normal.



TIP #22: Untuk membuka tautan pada Boks Temuan di jendela baru, gunakan klik kanan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA