Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 1 No. 1 Tahun 1986 > 
RUANG TANYA JAWAB 
Penulis: Henry Efferin

1. Sebagai orang awam saya seringkali merasa bingung dengan istilah Injili yang seringkali muncul belakangan ini. Tolong kakak redaksi Pelita Zaman menjelaskan tema ini!

Jawab: Pertanyaan ini sesuai dengan tema utama penerbitan jurnal PZ kali ini. Memang istilah ini belakangan ini sangat populer, hal ini bersamaan dengan kebangkitan kaum Injili di Amerika. Banyak faktor penyebabnya yang tidak akan kami bahas di sini. Yang jelas sebagai suatu gerakan yang mendapat sambutan hangat di kalangan kekristenan, tentunya menimbulkan antipati bagi pihak yang merasa tersudut (non Injili), sehingga dari mereka inilah yang justru membuat pengertian Injili itu semakin kompleks, seolah-olah tidak terdefinisikan lagi. Dari segi lain harus diakui banyak aliran yang muncul dengan label Injili, tetapi kurang dewasa dalam menempatkan diri, maupun kurang luas dalam pemahamannya mengenai kekristenan, sehingga menganggap semua aliran lain tidak pantas disebut Injili, hanya denominasi 'ku'-lah yang seratus persen Injili. Karena itu saya tidak heran kalau sebagai orang awam anda menjadi bingung dengan istilah tersebut.

Saya akan mencoba menjawab dengan singkat. Ditinjau dari istilah Injili itu sendiri berasal dari kata 'Evangel' yang berarti 'good news'. Jadi Injili secara sederhana berarti orang yang mau setia kepada berita Injil secara utuh sebagaimana yang dinyatakan dalam Alkitab tanpa dikurangi atau ditambah. Dari segi doktrin, menurut Kantzer ada konsensus sebagai berikut: 1. Yesus Kristus adalah Anak Allah yang sejak kekal adalah pribadi kedua dalam Allah Tritunggal. 2. Dia berinkarnasi menjadi manusia dengan memiliki dwi sifat yaitu Allah dan manusia. 3. Dilahirkan oleh anak dara Maria. 4. Kehidupan yang tidak berdosa. 5. Mujizat sebagai tanda ketuhananNya. 6. Pengajaran Yesus sebagai otoritas tertinggi dalam Gereja. 7. Penebusan yang bersifat mengganti. 8. Kebangkitan tubuh. 9. Kenaikan. 10. Kedatangan yang kedua kali. 11. Pengadilan terakhir. 12. Penghukuman kekal bagi yang tidak percaya.

Jadi kalau anda mendengar ada salah satu dari doktrin yang kami sarikan disangkal, maka tentunya ia tidak dapat dikategorikan Injili.

Selain itu kalau anda memperhatikan sikap dan penghayatan mereka terhadap kekristenan, ada beberapa gejala umum yang nampak di kalangan Injili, yaitu:

- komitmen, suatu tekad dan kerelaan untuk berkorban atau membayar harga di dalam mengikut Kristus.

- disiplin, kemauan yang sungguh-sungguh untuk mempelajari dan mentaati Firman Tuhan sepenuhnya.

- semangat misionaris, menyampaikan kabar baik untuk menggenapi amanat agung, hal ini jelas didorong oleh keyakinan bahwa hanya dalam Yesus saja ada keselamatan.

Kiranya penjelasan kami ini bisa membuat anda cukup mengerti dan tidak usah pusing kepala tujuh keliling lagi ...

2. Seringkali ada anggapan bahwa Liberalisme (atau yang disebut Teologia Modern yang lain) lebih jujur dan berani di dalam memakai rasionya, sedangkan kaum Injili dianggap mengabaikan prinsip ilmiah atau yang disebut Intelectual Honesty'. Bagaimana jawab PZ?

Jawab: Pendapat anda tidak benar!!! Yang menjadi masalah ialah presuposisinya. Teologia Modern menerima presuposisi evolusi (yang sebetulnya hanya merupakan filsafat - lihat wawancara dengan bapa Heath) dan naturalisme. Ini menyebabkan mereka mencoba meniadakan hal-hal yang supra-natural yang menurut mereka sulit diterima oleh orang modern, misalnya dalam Kristologi, mereka menolak kelahiran dari anak dara, kebangkitan Tuhan Yesus dan hal-hal lain yang berkenaan dengan mujizatNya, sehingga akhirnya Tuhan Yesus hanya menjadi manusia biasa yang layak dijadikan 'panutan' karena kehidupanNya yang saleh. Tetapi justru kalau kita melihat Alkitab, Tuhan Yesus dan supra natural tidak dapat dipisahkan, tanpa supra natural, Tuhan Yesus hanya manusia biasa yang sama dengan tokoh-tokoh lain dalam sejarah. Jika demikian, buat apa disembah? Justru di sinilah letak ketidakkonsistenan kaum Liberal. Di satu segi mereka tidak mempercayai hal-hal yang supranatural, di lain segi mereka juga belum berani melepaskan Yesus sama sekali. Pada awal abad 20 banyak orang mulai melihat kontradiksi tersebut sehingga ada orang yang melepaskan kekristenan sama sekali dan menjadi penganut nihilisme. Namun ada sekelompok orang lain (dipelopori oleh Barth, yang kemudian dikenal dengan istilah Neo Ortodoks) yang mencoba 'menyelamatkan' kekristenan dari kehancuran. Tetapi sayang sekali mereka tidak lepas dari presuposisi naturalisme, juga kritik sastra tinggi (higher criticism - yaitu suatu cara menyelidiki Alkitab dengan menyangkali bagian-bagian yang menurut mereka tidak historis atau tidak masuk akal). Lalu timbul pertanyaan, kalau data-data dan peristiwa-peristiwa di dalam Alkitab (khususnya supranatural) tidak dapat dipercaya, bagaimana mereka dapat menyelamatkan kekristenan? Jawabannya yaitu dengan lompatan iman (leap of faith), yaitu suatu pengalaman yang subjektif dan tidak dapat dijelaskan mengenai bagaimana Allah menyatakan diri terhadap pribadi orang tersebut. Jadi mereka merasa dengan lompatan iman tersebut iman kristiani mereka menjadi aman, data-data dalam Alkitab boleh salah, boleh tidak ilmiah, tetapi iman yang dihasilkan oleh pengalaman subjektif tersebut tidak akan terpengaruh. Sebetulnya pandangan ini menimbulkan masalah tersendiri yang sulit dijawab. Kalau tidak ada suatu kebenaran yang objektif sebagai dasar iman, bagaimana membedakan antara kekristenan. dengan agama lain? Atau lebih khusus lagi bagaimana membedakan pengalaman subjektif melalui lompatan iman itu dengan pengalaman para penganut aliran mistik Timur atau kebatinan, bahkan dengan pengalaman orang yang mengisap obat bius.

Menurut kami sebetulnya pilihan itu hanya ada 2, Yesus plus supranatural atau tidak sama sekali. Kaum Injili percaya bahwa mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus memang terjadi dalam sejarah. Misalnya mujizat terbesar yakni kebangkitan. Dalam I Korintus 15:17 Paulus mengatakan bahwa kalau Kristus tidak bangkit, sia-sialah kepercayaan kita. Hal tersebut tentunya tidak melanggar intelectual honesty. Ilmu hanya bisa memprediksi (meramalkan) berdasarkan kemungkinan yang tertinggi tentang apa yang akan terjadi. Namun ilmu tidak bisa membuktikan bahwa sesuatu dengan probalilitas terendah (mujizat) tidak pernah terjadi pada masa lampau. Hanya data-data sejarahlah yang dapat membuktikan apakah Yesus bangkit atau tidak. Seorang skeptis yang bernama Frank Morrison mencoba mengumpulkan data-data sejarah untuk membuktikan bahwa Yesus tidak bangkit. Namun justru dia sampai pada satu kesimpulan yang sangat tidak diharapkannya, yaitu bahwa kebangkitan Tuhan Yesus tidak dapat disangkal secara historis. Hal tersebut dituangkannya dalam bukunya yang berjudul Who Moved the Stone29. Dengan kemajuan arkeologi banyak hal yang dahulu diragukan oleh kaum Liberal, justru membuktikan kebenaran data-data di dalam Alkitab, salah satu penemuan yang menguatkan keaslian naskah Perjanjian Lama yang kita miliki yaitu Naskah Laut Mati (Dead Sea Scrolls). WF Albright, seorang arkeolog terkenal, mengatakan bahwa teori-teori kaum Liberal yang meragukan data-data dalam Alkitab kebanyakan merupakan produk zaman pra arkeologi, sekarang sudah usang dan seharusnya teori tersebut disimpan dalam museum. Jadi pandangan manakah menurut anda yang lebih konsisten, yang lebih dekat kepada 'Intelectual Honesty'. Well, what is your choice?



TIP #32: Gunakan Pencarian Khusus untuk melakukan pencarian Teks Alkitab, Tafsiran/Catatan, Studi Kamus, Ilustrasi, Artikel, Ref. Silang, Leksikon, Pertanyaan-Pertanyaan, Gambar, Himne, Topikal. Anda juga dapat mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan ayat-ayat yang anda inginkan melalui pencarian Referensi Ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA