Dalam tulisan ini kami akan mengemukakan beberapa kesimpulan untuk memperjelas konsep-konsep yang masih kabur, dan untuk menekankan point-point yang penting. Cara yang kami anggap terbaik ialah dengan menyajikan tiga rangkaian proposisi: Pertama, pemahaman di dalam jemaat mengenai karunia roh; kedua, permasalahan sekitar karunia roh; dan terakhir, penerapan secara umum mengenai karunia roh di dalam kehidupan gereja. Saya tidak bermaksud menjadi dogmatik atau menyederhanakan persoalan, tetapi untuk memperjelas konsepnya, maka proposisi-proposisi tersebut diawali dengan kata "setiap", "tidak ada", dan "semua",
Setiap orang percaya adalah anggota tubuh Kristus, yaitu gereja. Kita tidak bisa memisahkan pemahaman mengenai karunia-karunia roh dari isi I Korintus 12. Dari analogi tubuh manusia yang dipakai oleh Paulus, dia berpendapat bahwa anggota-anggota tubuh secara rohani juga diberikan karunia-karunia roh untuk dipakai demi kebaikan seluruh tubuh gereja. Kita tidak bisa mempunyai karunia-karunia roh kecuali kita adalah anggota-anggota tubuh. Kita juga tidak mungkin menjadi orang-orang percaya tanpa menjadi bagian tubuh sebagaimana yang digambarkan dalam I Korintus 12.
Setiap anggota gereja mempunyai pelayanan. Seluruh karunia-karunia roh adalah untuk pelayanan. Hal ini jelas sekali dari ke 4 bagian Alkitab sehubungan dengan karunia roh (Roma 12; I Korintus 12; Efesus 4; 1 Petrus 4). Pelayanan tubuh Kristus, dalam kenyataannya adalah pelayanannya Kristus sendiri.
Setiap anggota tubuh membutuhkan setiap anggota yang lain. "Demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus" (Roma 12:5). Ayat ini menunjukkan bahwa kita saling bergantung satu dengan yang lain.
Setiap anggota paling tidak mempunyai satu karunia roh, Kate bahasa Yunani ekasto yang terdapat pada I Korintus 12:7,11 diterjemahkan dengan baik sekali dalam bahasa Indonesia yaitu "kepada tiap-tiap orang". Betapa akan berbedanya gereja kita jikalau kita berhenti mengagumi orang-orang dengan karunia banyak, atau sebaliknya mengritik orang-orang yang tidak memakai karunianya.
Stedman menyimpulkan hal ini dengan jelas: Begitu engkau menyadari bahwa Allah sendiri telah memperlengkapimu dengan karunia-karunia roh yang dirancang secara unik, dan menempatkanmu di tempat yang dikehendaki-Nya agar engkau bisa memakai karunia-karunia tersebut, maka engkau memasuki dimensi baru yang penuh dengan tantangan menarik. Hal ini menanti setiap orang Kristen sejati yang mau memberikan waktu dan pemikiran bagi penemuan dan pengertian tentang bentuk karunianya sendiri. Dia juga harus menaklukkan diri di bawah otoritas kepala tubuh, yang berhak untuk mengkoordinir dan mengarahkan kegiatan-kegiatannya ("Equipped for community," His Magazine, Mar. 1972, h. 3).