TAHU, PENGETAHUAN

Pengetahuan yg ideal menurut pandangan Yunani adalah permenungan tentang kenyataan dalam keberadaannya yg statis dan tetap. Menurut pandangan Ibrani, yg mengutamakan kehidupan dalam prosesnya yg dinamis, pengetahuan dilihat sebagai menandakan hubungan dengan dunia sebagaimana yg kita alami, yg membuat tuntutan-tuntutan tidak hanya pada pengertian intelek tapi juga pada kehendak manusia.

I. Pengetahuan dalam PL

Oleh karena itu PL berbicara tentang mengetahui (yada') hilangnya anak-anak (Yes 47:8); kesengsaraan (Yes 53:3); dosa (Yer 3:13); tangan dan kekuasaan Tuhan (Yer 16:21); pembalasan-Nya (Yeh 23:14). Hubungan seks yg intim disebut sebagai 'mengenal' seorang lelaki atau wanita (Kej 4:1; TB 'bersetubuh'; Hak 11:39). Yg terutama, mengenal Allah tidak hanya menyadari bahwa Ia ada; biasanya bahwa Tuhan ada sudah diterima dalam tulisan-tulisan Ibrani. Untuk mengenal Dia berarti mengetahui dia sebagaimana Ia ada, yaitu Tuhan Yg Mahakuasa yg membuat tuntutan-tuntutan atas ketaatan manusia dan khususnya atas ketaatan umat-Nya. Israel, dengan siapa Allah telah membuat perjanjian, Dia adalah Allah Yg Kudus, Yg penuh kasih, 'dikenal' melalui pengalaman bangsa dan individu. Ukuran pengenalan itu ialah ketaatan, dan kebalikan dari itu bukan hanya kebodohan tapi pemberontakan, yaitu sengaja berpaling dari Tuhan (bnd 1 Sam 2:12; 3:7; 2 Taw 33:13; Yes 1:3; Yer 8:7; 31:34). Selanjutnya, pengakuan pada tuntutan Tuhan termasuk penolakan dewa-dewa kafir sebab mengetahui bahwa mereka bukan Allah (Yes 41:23).

Pada pihak Tuhan dalam hubungan antara Dia dan manusia ada juga pengetahuan. Dalam hal ini, pengetahuan itu tidak mungkin bersumber dari pengamatan teoritis, karena manusia dan semua yg lain adalah ciptaan Tuhan. Dari fakta inilah kemahatahuan Allah berasal. Ia mengetahui dunia dan segala isinya termasuk manusia, sebab Ia berfirman maka segala sesuatu jadi (Ayb 28:20 dab; Mzm 139). Secara khusus Tuhan mengenal mereka yg telah dipilih-Nya untuk menjadi alat-Nya. Pengetahuan Tuhan ini disebut dengan istilah Pemilihan (Yer 1:5; Hos 13:5; Am 3:2).

II. Pengetahuan dalam PB

Berbicara tentang pengetahuan sesuai PB, akan cukup menarik kalau kita berhadapan dengan orang-orang yg secara formal percaya bahwa Tuhan ada, kendati mereka tidak peduli pada tuntutan-tuntutan-Nya. Dalam pemakaian ginoskein, eidenai dan kata-kata yg seakar dalam agama Yahudi-Hellenistik dan dalam PB, cara berpikir Ibrani telah disesuaikan dengan kenyataan bahwa orang-orang non-Yahudi tidak mengetahui keberadaan Allah. Tapi pada umumnya konsep Ibrani dipertahankan. Semua orang wajib menanggapi penyataan dalam Kristus yg memungkinkan pengetahuan yg lengkap tentang Allah, yg tidak hanya merupakan pengertian intelektual tapi juga merupakan ketaatan kepada maksud-Nya yg telah dinyatakan, penerimaan kasih-Nya yg telah dinyatakan dan persekutuan dengan Allah sendiri (bnd Yoh 17:3; Kis 2:36; 1 Kor 2:8; Flp 3:10). Pengetahuan tentang Allah hanya mungkin karena Allah dalam kasihNya telah memanggil manusia untuk mengenal Dia (Gal 4:9; 1 Kor 13:12; 2 Tim 2:19). Seluruh proses pencerahan dan penerimaan bisa disebut sebagai proses memperoleh pengetahuan tentang kebenaran (1 Tim 2:4; 2 Tim 2:25; 3:7; Tit 1:1; bnd Yoh 8:32).

Baik Paulus maupun Yohanes melalui tulisan-tulisan mereka, menolak sistem-sistem pengetahuan esoteris yg disajikan oleh agama-agama misteri dan filsafat sinkretistik pada zaman mereka (bnd 1 Tim 6:20; Kol 2:8). Bagi penganut agama dan filsafat ini, pengetahuan bersumber dari pelantikan atau pencerahan yg memberi kepada orang yg telah dilantik itu pengertian Paulus khususnya dalam 1 Kor dan Kol, dan semua tulisan Yohanes menekankan bahwa pengetahuan tentang Allah bersumber dari penyerahan din kepada Kristus yg historis; pengetahuan ini tidak berlawanan dengan iman tapi melengkapinya. Kita tidak membutuhkan penyataan lain kecuali yg terdapat dalam Kristus (*GNOSTISISME).

KEPUSTAKAAN. R Bultmann, TDNT 1, hlm 689-719; E Schutz, ED Schmitz, NIDNTT 2, hlm 390-409. MHC/SS/HAO