Lihat definisi kata "Penciptaan" dalam Studi Kata
Daftar Isi
KECIL: Cipta, Penciptaan
ENSIKLOPEDIA: CIPTA, PENCIPTAAN

Penciptaan

Cipta, Penciptaan [kecil]

KS.-

  1. dunia
    [PL] Kej 1:1-2:4
    [PB] Yoh 1:3; Kol 1:16; Ibr 1:2; 11:3; Wahy 10:6
  2. bintang-bintang
    [PL] Yes 40:26
  3. manusia
    [PL] Kej 2:4-25
  4. hati yang murni
    [PL] Mazm 51:10
  5. manusia baru
    [PB] Ef 4:24

CIPTA, PENCIPTAAN [ensiklopedia]

I. Ajaran Alkitab

Ajaran ini tidak boleh dikacaukan atau disamakan dengan teori -- asal usul secara ilmiah apa pun. Maksud ajaran Alkitab bersifat etis dan keagamaan, bertentangan dengan sifat penelitian ilmiah. Dalam Alkitab hunjukan pada ajaran tentang penciptaan, tersebar luas baik dalam PL maupun PB, dan tidak terbatas pada ps-ps pembukaan Kej. Hunjukan-hunjukan berikutnya tercatat dalam: Kitab nabi-nabi Yes 40:26,28; 42:5; 45:18; Yer 10:12-16; Am 4:13; dalam Mzm 33:6,9; 90:2; 102:25; juga Ayb 38:4, dst; Neh 9:6; dan dalam PB, Yoh 1:1 dab; Kis 17:24; Rm 1:20, 25; 11:36; Kol 1:16; Ibr 1:2; 11:3; Why 4:11; 10:6.

Titik tolak ajaran itu ialah Ibr 11:3, 'Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah'. Ini berarti, bahwa ajaran Alkitab tentang penciptaan didasarkan atas penyataan atau wahyu ilahi, dan dapat dimengerti hanya berdasarkan iman. Inilah yg membedakan secara tajam pendekatan Alkitab dengan pendekatan ilmiah. Karya penciptaan, tidak kurang dari rahasia penyelamatan, tertutup bagi manusia dan hanya dapat diamati oleh iman.

Dalam Alkitab karya penciptaan dihubungkan dengan ketiga oknum Trinitas: dengan Bapak -- Kej 1:1; Yes 44:24; 45:12; Mzm 33:6; dengan Anak -- Yoh 1:3, 10; Kol 1:16; dan dengan Roh Kudus -- Kej 1:2; Ayb 26:13. Ini tidak berarti bahwa bagian penciptaan yg berbeda-beda itu dihubungkan dengan oknum yg berbeda-beda dalam Trinitas, melainkan bahwa keseluruhan penciptaan itu ialah karya Allah Tritunggal.

Hubungan Ibr 11:3 'apa yg kita lihat telah terjadi dari apa yg tidak dapat kita lihat' dengan Kej 1:1 'pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi', menunjukkan bahwa alam semesta bukanlah dijadikan dari bahan apa pun yg telah ada sebelumnya, melainkan dijadikan dari yg tidak ada, hanya oleh firman Ilahi, dalam arti, bahwa keputusan penciptaan Ilahi itu tidak didahului oleh suatu bahan apa pun yg telah ada dari macam apa pun juga. Creatio ex nihilo ini mempunyai keterlibatan teologis yg penting, misalnya menghindarkan orang dari gagasan bahwa benda itu kekal (Kej 1:1 menunjuk bahwa penciptaan ada awalnya), atau bahwa mungkin ada dualisme -- entah dalam bentuk apa pun -- di alam semesta, di mana suatu bentuk eksistensi atau kekuatan lain berhadapan dengan Allah dan di luar pengawasan-Nya. Demikian juga ajaran ini menunjukkan, bahwa Allah berbeda dari ciptaan-Nya, dan alam semesta bukanlah penjelmaan gejalawi atau lahiriah dari Yg Mutlak, seperti dipertahankan oleh Panteisme.

Tapi bersamaan dengan itu jelaslah bahwa gagasan tentang penciptaan pertama yg terkandung dalam rumus creatio ex nihilo itu, tidak 'menamatkan' ajaran Alkitab mengenai hal itu. Manusia tidak diciptakan ex nihilo, melainkan diciptakan dari debu tanah (Kej 2:7), dan segala binatang hutan serta segala burung di udara dibentuk dari tanah (Kej 2:19). Ini telah disebut penciptaan kedua, suatu aktivitas penciptaan dengan menggunakan bahan-bahan yg telah tersedia karena telah diciptakan dan berdiri berdampingan dengan penciptaan pertama sebagai bagian dari kesaksian Alkitab.

Pernyataan seperti Ef 4:6, 'Satu Allah ... di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua', menunjukkan bahwa Allah memiliki hubungan dengan tatanan ciptaan itu baik secara transenden maupun secara imanen. Ia di atas semua dan 'di atas segala sesuatu' (Rm 9:5). Artinya, Allah yg transenden, tidak tergantung dari ciptaan-Nya, Ia berada sendiri, maupun dalam dan oleh diriNya sendiri.

Demikianlah penciptaan harus dimengerti sebagai perbuatan Allah yg bebas, yg hanya ditentukan oleh kehendakNya yg berdaulat, dan sama sekali bukan perbuatan yg diharuskan. Ia tidak perlu menciptakan alam semesta (lih Kis 17:25), Ia memilih berbuat demikian. Penting sekali menekankan hal ini, sebab hanya demikianlah Ia itu Allah, Tuhan yg tak bersyarat, yg transenden. Di lain pihak, dalam ungkapan bahwa Ia 'oleh semua dan di dalam semua' itu, Ia imanen dalam ciptaan-Nya (sekalipun berbeda dengannya), dan segenap ciptaan-Nya itu mutlak tergantung pada kuasa-Nya bagi kesinambungan eksistensi segenap ciptaan itu. 'Segala sesuatu ada di dalam Dia' (en auto) (Kol 1:17) dan 'di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada' (Kis 17:28).

Kata-kata 'oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan' (Why 4:11), bnd 'segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia' (Kol 1:16), menunjuk kepada maksud dan tujuan penciptaan. Allah menciptakan dunia 'bagi penyataan kemuliaan kuasa, hikmat dan kebaikan-Nya yg kekal' (Westminster Confession). Dengan kata lain, penciptaan bersifat Allah sentris guna membeberkan kemuliaan Allah, seperti kata Calvin, 'menjadi panggung pementasan kemuliaan-Nya'. JP/HH

II. Laporan Kitab Kejadian

Laporan dasar Kej mengenai penciptaan ialah Kej 1:1-2:4a. Laporan itu mewujudkan pernyataan agung, bebas dari unsur-unsur kasar yg terdapat pada cerita-cerita penciptaan yg tidak berdasarkan Alkitab (Iih III, di bawah). Ps ini menyajikan rentetan realitas tentang bagaimana dunia yg nyata dan nampak ini terjadi. Bentuknya adalah laporan bersahaja dari seorang saksi mata, tanpa niat menyajikan rincian-rincian seperti dituntut oleh ilmu pengetahuan mutakhir. Terlepas dari soal penyataan, tiap cerita sederhana tentang penciptaan, hanya dapat menguraikan ihwal asal usul dari unsur-unsur di seputar dunia yg nampak bagi mata insani. Kej 1, sejauh membicarakan gejala-gejala yg hanya dapat diamati, adalah sejajar dengan banyak cerita yg lain tentang penciptaan. Cerita-cerita semacam itu membicarakan hal dunia, laut, langit, matahari, bulan dan bintang-bintang, binatang dan manusia.

Penyataan ilahi menjaga penulis Kej 1 untuk tidak menggunakan bahasa dan kekasaran-kekasaran dari politeisme yg sezaman, tapi penulis tetap manusia biasa yg memakai matanya sebaik-baiknya, sewaktu ia menguraikan cara Allah menciptakan dunia ini menjadi ada. Perbandingan antara cerita Alkitab tentang penciptaan dengan cerita Babel memang memberikan sejumlah kesejajaran, tapi hubungan lahiriah antara kedua cerita itu tidaklah jelas. Namun bukanlah tidak mungkin bahwa kesejajaran itu sebagai akibat peminjaman yg begitu saja, sebab dalam Kej 1 terdapat kedalaman dan keluhuran yg tidak terdapat dalam cerita dan Babel. A Heidel, The Babylonian Genesis, bab 3, memberikan bahasan lengkap tentang hubungan antara kedua cerita itu.

a. Hal-hal yg diciptakan

Jika kita menerima Kej 1 sebagai laporan fenomenologis yg sederhana, maka hal pertama yg dilaporkannya ialah penciptaan terang. Setiap orang tahu, bahwa siang dan malam muncul dalam urutan yg teratur. Dan bahwa terang merupakan keharusan yg tak dapat dikurangi bagi segala kehidupan dan pertumbuhan. 'Siapakah yg menyebabkan semua itu demikian?' tanya penulis Kej 1. Jawabannya ialah: Allah yg melakukannya (Kej 1:3-5). Suatu pengamatan sederhana yg kedua ialah, bahwa air bukan hanya ada di bawah, yg membentuk lautan dan sumber-sumber di bawah tanah, tapi bahwa air ada juga di atas yg menjadi sumber hujan. Di antara keduanya itu ada ruang angkasa (cakrawala) (raqia, sesuatu yg disusun). Siapakah yg menyebabkan ini? Allah yg melakukannya (Kej 1:6-8). Lagi, setiap orang tahu bahwa laut dan daratan dibagi-bagi di daerah-daerah khusus -- di muka bumi ini (Kej 1:9, 10). Itu juga perbuatan Allah. Lalu bumi telah menghasilkan tumbuh-tumbuhan yg bermacam-macam (ay 11-13). Itu juga hasil karya tangan Allah.

Tiada kepelikan dari perbedaan-perbedaan di bidang tanaman, dan penulis hanya tahu tiga pengelompokan yg besar dari tumbuh-tumbuhan, yaitu desye' (tunas-tunas muda, baru), `esyev (tumbuh-tumbuhan yg berbiji menurut jenisnya), dan 'ets (pohon-pohon yg menghasilkan buah yg bijinya ada di dalamnya sendiri). Agaknya penulis merasa bahwa penggolongan sederhana ini telah mencakup segala-galanya.

Pengamatan berikutnya ialah, bahwa benda-benda langit ditempatkan di cakrawala, seperti matahari, bulan, bintang-bintang (Kej 1:14-19). Allah yg menempatkannya di sana guna menandai waktu dan musim. Akan menjadi terlalu tajam untuk mengharapkan penulis membedakan meteor-meteor, planet-planet, bimasakti, dsb. Dengan memandang kepada suasana di mana makhluk-makhluk hidup dapat ditemukan, penulis mengamati bahwa air-air memunculkan 'makhluk merayap yg hidup' (Kej 1:20, syerets, makhluk yg berkerumun, binatang-binatang kecil dlm jumlah yg besar), dan binatang-binatang laut yg besar dan segala jenis makhluk hidup yg bergerak (Kej 1:21, tannin, binatang laut yg 'ganjil', ular).

Tiada usaha untuk mengadakan pembedaan yg tepat antara jenis yg bermacam-macam dari binatang-binatang laut dalam arti zoologis. Sudah dipandang cukup untuk mengatakan, bahwa Allah menjadikan binatang-binatang laut, baik yg besar maupun yg kecil. Allah juga menjadikan burung-burung yg terbang di cakrawala (Kej 1:20-22, 'of). Istilah 'of mencakup semua jenis burung. Dari manakah datangnya makhluk-makhluk dalam jumlah besar yg menghuni bumi itu? Allah juga yg menjadikannya. Kemudian bumi mengeluarkan makhluk-makhluk hidup (Kej 1:24-25, nefesy khayya) yg oleh penulis digolongkan sebagai ternak (behema, binatang-binatang), binatang melata (Kej 1:24-25, remesy) dan binatang liar (Kej 1:24-25, khayya). Pembedaan zoologis di sini juga tidak ditemukan. Jelas penulis yakin bahwa penggolongannya yg sederhana itu secara memuaskan mencakup semua jenis pokok dari hidup duniawi. Akhirnya Allah menjadikan manusia (Kej 1:26, 27, 'adam) menurut gambar dan rupa-Nya, suatu ungkapan yg dengan segera diberi arti sebagai berkuasa atas segala penghuni daratan, lautan dan cakrawala (Kej 1:26, 28). Dan Allah menciptakan (bara') manusia terdiri dan laki-laki dan perempuan (Kej 1:27, zakhar dan neqeva).

b. Kronologi dari kejadian-kejadian

Penelitian yg cermat atas ps ini menunjukkan suatu penyajian yg skematis, dimana perbuatan-perbuatan penciptaan diperas menjadi suatu pola dari 6 hari, sedang ada 8 perbuatan penjadian, yg diantarkan oleh kata-kata 'Berfirmanlah Allah'.

Jika di sini kita mau melihat kronologi kejadian-kejadian yg tepat, maka sulit menerangkan munculnya benda-benda langit yg memberi terang pada hari keempat. Persoalan ini dapat dihindari jika kita memperlakukan Kej 1 sama seperti bagian-bagian lain dalam Alkitab, yg menceritakan peristiwa-peristiwa besar tapi bukan memperhatikan kronologi (lih cerita ttg penggodaan, Mat 4 dan Luk 4, yg menekankan fakta penggodaan-penggodaan, tapi yg memberikan urutannya yg berbeda; lih juga Mzm 78:13, 15, 24 yg menekankan fakta dari pemeliharaan Allah terhadap umat Israel yg telah dibebaskan, tapi menempatkan peristiwa manna setelah pemukulan batu karang, yg bertentangan dgn Kel). Jika kita mengerti bahwa penulis Kej 1 perhatiannya diarahkan kepada penekanan fakta penciptaan, dan bukan secara khusus kepada urutan kronologis dari kejadian-kejadian itu, kita menghindari sejumlah kesukaran.

Ada suatu skema yg agak konsekuen dalam pengutaraan bahannya. Tiga hari yg pertama bersifat persiapan. Pemberian terang dan persiapan cakrawala, lautan, daratan dan tumbuh-tumbuhan itu berfungsi sebagai pendahuluan bagi penempatan penghuni-penghuni dalam sebuah rumah yg dipersiapkan. Burung-burung menghuni cakrawala, ikan-ikan menghuni lautan, binatang-binatang dan manusia menghuni daratan. Hari-hari pertama dan keempat tidak begitu mengikuti skema, tapi ada semacam hubungan. Hari-hari ketiga dan keenam masing-masing mempunyai dua perbuatan penciptaan. Hari ketujuh berada di luar skema dan menceritakan tentang Allah berhenti lalu bergirang ketika pekerjaanNya telah selesai, yg menjadi pola mantap dari ciptaan-Nya, satu hari dalam sepekan.

Sesuatu hilang jika dalam menerangkan ps ini kita menekankan tafsiran kepada batasan-batasan yg tidak perlu. Seluruh ps ini bersifat puitis dan tidak bermaksud untuk disejajarkan dengan ilmu pengetahuan.

Tekanan dalam ps ini diletakkan pada apa yg difirmankan Allah (Kej 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, 26). Firman ini ialah firman Ilahi yg menciptakan, yg memunculkan tertib dari kebalauan, terang dari kegelapan, hidup dari maut. Lebih banyak tekanan harus diberikan kepada kata 'berfirman' ('amar), ketimbang kepada kata 'menjadikan' atau 'membuat', sebab penciptaan itu dinyatakan sebagai hasil kehendak pribadi Allah. Benar bahwa kata 'menciptakan' (bara') dipakai bagi langit dan bumi (Kej 1:1), bagi binatang-binatang lautan yg besar dan makhluk-makhluk yg hidup (Kej 1:21), dan bagi manusia (Kej 1:27), dan bahwa kata ini dipakai di tempat lain di PL hanya bagi perbuatan ilahi. Tapi di Kej 1 kata-kata lain juga dipakai. Demikian kata 'membuat' ('asa) dipakai bagi cakrawala (Kej 1:7), bagi benda-benda yg memberi terang (Kej 1:16), bagi binatang-binatang, ternak dan binatang melata (Kej 1:25) dan bagi manusia (Kej 1:26). Lagi, perbuatan ilahi itu diuraikan dengan memakai bentuk perintah dari kata kerja di beberapa tempat: 'hendaklah...' (Kej 1:3,6, 14, 15),'hendaklah ... berkumpul' (Kej 1:9), 'hendaklah ... menumbuhkan' (Kej 1:11, 20, 24). Supaya tidak membosankan, penulis telah mengumpulkan sederetan kata kerja yg bersama-sama menekankan perbuatan ilahi. Tapi perbuatan yg hakiki keluar dari firman Allah (berfirmanlah Allah).

c. Arti 'hari'

Kata 'hari' telah menimbulkan kesulitan. Dalam Alkitab kata ini mempunyai arti yg bermacam-macam. Dalam bentuknya yg paling sederhana kata ini berarti satu hari yg terdiri dari 24 jam. Tapi kata ini dipakai juga bagi waktu penghakiman ilahi ('hari TUHAN', Yes 2:12 dab), suatu masa yg tak terbatas ('hari penggodaan', Mzm 95:8), suatu masa yg panjangnya (katakanlah) 1000 thn (Mzm 90:4). Atas pandangan bahwa satu hari adalah 24 jam, beberapa orang mempertahankan bahwa penciptaan itu dilaksanakan dalam 6 hari secara harfiah. Pendapat ini tidak cocok dengan penyusunan skematis yg secara puitis, simbolis; dalam kepustakaan Alkitab.

Orang lain mengemukakan bahwa satu hari di sini mewakili suatu masa yg panjang, dan telah berusaha untuk mendapatkan kesejajarannya dengan zaman-zaman geologi, suatu pandangan yg terlalu erat diikatkan kepada teori-teori sains yg cenderung berubah. Jika kita mengakui bahwa Kej 1 mempunyai bentuk sastra dan tidak bermaksud memberikan gambar urutan kronologis, tapi hanya untuk meneguhkan kenyataan, bahwa Allah-lah yg menjadikan segala sesuatu, kita menghindari spekulasi-spekulasi ini.

Persoalan lain yg dihubungkan dengan itu, ialah bagaimana menerangkan ungkapan 'malam dan pagi'. Mungkin harus diakui bahwa kita tidak tahu apa yg dimaksudkan penulis. Di antara anjuran-anjuran yg dikemukakan sbb: ungkapan itu menunjuk kepada sistem Yahudi tentang menghitung hari mulai dan matahari terbenam sampai matahari terbenam, yakni mulai dari malam, melalui pagi sampai ke malam berikutnya. Atau, 'malam' menandai kelengkapan suatu masa yg berawal dari 'pagi' yg terbitnya bersamaan dengan penciptaan terang, sedang 'pagi' yg mengikutinya menandai awal hari yg baru dan akhir bagian malam dari hari yg telah lalu. Pandangan ini benar-benar yg satu berlawanan dengan yg lain, dan memberi kesan bahwa arti nas tidak jelas.

Beberapa penulis berusaha mengatasi kesukaran ihwal 6 hari itu, dengan mengemukakan bahwa penciptaan itu diwahyukan kepada penulis dalam 6 hari, bukan bahwa penciptaan dilaksanakan dalam 6 hari. Enam penglihatan dari perbuatan ilahi diberikan kepada penulis, dalam tiap penglihatan itu satu segi dari karya penciptaan Allah diuraikan. Masing-masing penglihatan diberikan dalam bentuk yg persis lama, yg dimulai dengan kata-kata 'Berfirmanlah Allah...' dan disimpulkan dengan 'Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ....' Dikemukakan bahwa keenam penglihatan itu mungkin ditulis pada 6 loh yg sama, dengan bentuk yg sama dan penutup yg sama untuk menyimpulkan masing-masing. Pandangan ini menarik sekali, tapi sebenarnya mewujudkan variasi dari gagasan bahwa dalam Kej 1 itu kita dihadapkan dengan susunan kesusastraan, guna mengkomunikasikan ajaran bahwa Allah-lah yg telah menciptakan segala sesuatu. Tiada keterangan yg diberikan mengenai cara kerja ilahi.

d. Kejadian 1 dan sains

Persoalan mengenai hubungan Kej I dengan geologi dan biologi telah didekati dengan banyak cara. Pandangan kaum konkordans telah mencoba menemukan suatu kesejajaran yg lebih atau kurang tepat antara sains dan Alkitab. Telah ditarik kesejajaran-kesejajaran antara lapisan-lapisan geologis dan pernyataan-pernyataan Kitab Kej dalam suatu urutan kronologis. Dalam daftar makhluk-makhluk, Im 11:4 dan Ul 14:13, muncul ungkapan 'menurut jenisnya' sebagai terjemahan kata Ibrani min. Kata ini juga muncul dalam Kej 1:11, 12, 22, 24, 25, sekalipun terjemahan baru LAI tidak menerjemahkannya. Beberapa orang berpendapat bahwa kata itu seharusnya muncul, dan dipandang sebagai pembuktian kesalahan yg lengkap dari teori evolusi. Tapi sama sekali tidaklah jelas apakah arti kata Ibrani jenis' (min) itu, kecuali sebagai pengamatan umum bahwa Allah telah menjadikan makhluk-makhluk itu sedemikian rupa, sehingga mereka berkembang biak dalam jenis mereka.

Tapi jika kata Ibrani itu tidak dimengerti, benar juga untuk mengatakan bahwa pengelompokan biologis itu sama sekali belum mendapat penetapannya yg terakhir dan yg menentukan. Maka kiranya disetujui bahwa Alkitab memegang teguh, bahwa bagaimanapun hidup ini dijadikan, Allah berada di belakang prosesnya; dalam hal ini Kej 1 tidak meneguhkan dan juga tidak menyangkal teori evolusi, atau teori mana pun juga.

Kej 1:2 telah dijadikan dasar bagi teori tentang adanya suatu kekosongan dalam sejarah dunia. Dianjurkan bahwa terjemahannya -- demikian mereka -- seharusnya: 'Bumi menjadi tanpa bentuk dan kosong', artinya, bumi telah diciptakan sempurna, tapi ada sesuatu yg terjadi, sehingga bumi menjadi tak teratur. Kemudian Allah menciptakannya kembali dengan mengubah kembali kekacauan itu. Bagi pandangan ini kekosongan dalam kurun waktu itu memberi tempat pada abad-abad geologis yg panjang sebelum bencana tadi. Dikatakan bahwa tindakan penciptaan yg asali termasuk zaman lalu yg tanpa tanggal, dan meliputi kurun zaman geologis. Harus dikatakan bahwa tidak ada bukti geologis tentang pendirian itu, dan terjemahan yg demikian juga sama sekali tidak cocok. Ungkapan bh Ibrani itu biasanya berarti 'dan adalah', bukan 'dan menjadi'.

Banyak penulis berusaha untuk mendapatkan cerita penciptaan kedua dalam Kej 2, yg dikatakan sebagai mempunyai urutan kronologis yg berbeda dengan urutan Kej 1. Pandangan demikian tidaklah perlu, jika kita memandang Kej 2 sebagai bagian dari cerita yg lebih lengkap dari Kej 2 dan 3, dimana Kej 2 hanya mewujudkan suatu pendahuluan bagi cerita penggodaan tanpa usaha apa pun untuk memberikan suatu cerita penciptaan, dan pasti bukan untuk memberikan semacam urutan kronologis dari kejadian-kejadian itu.

Akhirnya harus ditekankan, memang masih ada banyak pembicaraan mengenai arti yg sebenarnya dari Kej 1, tapi semua orang harus setuju, betapa ps ini mengatakan setegas-tegasnya bahwa Allah telah menjadikan segala sesuatu dalam alam semesta ini, di mana kita hidup. Jika kita menekankan hal ini pada taraf pengamatan sederhana, sifat bagian Alkitab ini adalah mempermudah sedemikian rupa perluasan pemahaman atas daerah-daerah yg tak dapat dilihat dengan mata biasa. JAT/HH

III. Teori-teori Timur Dekat Kuno

Tiada hikayat yg telah ditemukan yg khusus menunjuk kepada penciptaan alam semesta. Hikayat-hikayat yg menceritakan pengaturan alam semesta dan segala perkembangan kebudayaannya, penciptaan manusia dan penetapan peradaban ditandai oleh politeisme dan pergumulan dewa-dewa untuk mendapatkan keunggulan. Politeisme itu bertentangan sekali dengan monoteisme Ibrani pada Kej 1 dan 2. Jumlah terbanyak dari cerita-cerita itu mengutip bagian dari naskah-naskah lain, dan pandangan-pandangan dari orang-orang kuno harus dikumpulkan sedikit demi sedikit dari tulisan-tulisan keagamaan, yg sekalipun diberi penanggalan sampai bagian pertama dari ribuan thn ke-2 sM, dapat dikembalikan hingga sumber-sumber yg lebih tua lagi. Telah ditemukan suatu cerita dari Ebla, kr 2350 sM.

a. Sumer dan Babel

Ada sejumlah cerita tentang penciptaan yg dihubungkan dengan keunggulan yg dimiliki oleh bermacam-macam kota kuno, dan dengan dewa-dewa yg dipandang sebagai yg pertama-tama menghuninya. Demikianlah Nipur dianggap di huni hanya oleh dewa-dewa yg mendahului penciptaan manusia. Enki, dewa kedalaman dan hikmat, pertama-tama memilih Sumer, lalu mulai mendirikan daerah-daerah tetangga, termasuk firdaus Dilmun. Yg pertama ia kerjakan adalah menetapkan sungai-sungai, rawa-rawa dan ikan-ikan, lalu lautan dan hujan. Selanjutnya tuntutan-tuntutan kebudayaan bumi dipenuhi, yaitu dengan pengadaan biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan yg hijau, beliung dan cetakan batu bata. Bukit-bukit yg tinggi ditutup dengan tumbuh-tumbuhan, dan ternak serta domba-domba mengisi lembah-lembahnya.

Sebuah hikayat lain menceritakan firdaus Dilmun dimana ibu dewi Ninhursag melahirkan keturunannya tanpa sakit atau tanpa mengalami kesakitan beranak. Diceritakan pula tentang Enki yg setelah makan tanaman-tanaman di kutuk dan jatuh sakit hingga ia disembuhkan oleh seorang dewi yg khusus diciptakan, Nin. ti, nama yg berarti 'wanita iga' dan 'wanita yg membuat hidup'. Kedua arti itu menunjuk kepada Hawa.

Hikayat lain lagi tentang Enki dan Ninhursag, menceritakan hal penciptaan manusia dari tanah liat. Penciptaan ini disusuli suatu pertempuran, dimana Enki memimpin bala tentara kebaikan melawan Nammu, laut pertama. Lalu dengan bantuan Nin-mah, ibu dewi bumi, ia menciptakan manusia lemah. Hikayat penciptaan yg paling terkenal ialah suatu saduran Babel yg kemudian, yg diambil dari kosmogoni Sumer yg disebut enuma elisy, dari kata-kata yg mengawali 'Ketika langit-langit di atas tidak dinamai dan bumi di bawah belum disebut dengan nama'. Tiamat (bnd Ibrani tehom, kedalaman) dan Apsu (air manis) hadir dalam keberadaan. Tapi setelah dewa-dewa lainnya dilahirkan, Apsu berusaha menyingkirkan mereka karena kegaduhan mereka. Satu di antara dewa, Ea, yaitu Enki dari suku Sumer, membunuh r Apsu. Lalu Tiamat, yg melancarkan pembalasan, dibunuh oleh anak Ea, yaitu Marduk, dewa Babel, yg untuk kehormatannya syair diciptakan. Marduk memakai kedua belahan Tiamat untuk menjadikan cakrawala bagi langit dan bumi. Kemudian ia mengatur bintang-bintang, matahari, dan bulan, dan akhirnya, untuk membebaskan dewa-dewa dari tugas-tugas yg rendah, maka ia dengan bantuan Ea menjadikan manusia dari tanah liat dicampur dengan darah Kingu, dewa pemberontak yg telah memacu kekuatan-kekuatan Tiamat. Kesamaan antara cerita ini dengan Kej 1-2 hanyalah singgungan pada 'yg dalam' (tehom dlm Kej 1:2 tidak harus ditafsirkan sebagai personifikasi), berhentinya Tuhan sesudah menciptakan, dan pembagian cerita ke dalam enam bagian (W. G Lambert, JTS 16, 1965, hlm 287-300; P. J Wiseman, Clues to Creation in Genesis, 1977).

Syair-syair penciptaan yg lain berbeda dalam rinciannya. Satu syair menceritakan bagaimana ketika 'segala daratan masih lautan', dewa-dewa dijadikan dan kota Babel dibangun. Karena itu Marduk membuat sebuah gulungan tikar untuk menutupi air. Di atas tikar itulah ia dan ibu dewi Aruru menjadikan manusia. Lalu menyusul penjadian binatang-binatang, sungai-sungai, tumbuh-tumbuhan hijau, daratan, dan binatang-binatang piaraan. Sebuah hikayat lain mengatakan, bahwa penciptaan langit-langit dilakukan oleh Anu, sedang bumi oleh Ea. Di sini nampak lagi, bahwa sesudah bumi, demi ketertiban dewa-dewa telah menyiapkan sebuah kuil dan perlengkapannya bagi korban-korban, barulah menciptakan manusia untuk melayani para dewa, seperti di Atrahasis dan syair yg lebih kuno.

b. Mesir

Di antara sejumlah singgungan mengenai penciptaan, satu yg berasal dari kr 2350 sM, menguraikan perbuatan dewa Atum yg melahirkan dewa-dewa di suatu bukit yg paling dini di atas air Kebalauan. Atum 'yg ada oleh dirinya sendiri' kemudian menjadikan dunia tertib, dan dari kedalaman yg gelap ia menetapkan tempat-tempat dan fungsi-fungsi dewa-dewa yg lain, termasuk Osiris. Para ahli agama dari Memfis, seperti mereka yg dari Tebe, mempunyai cara sendiri untuk membenarkan kemunculan kota dan dewa mereka. Bagi mereka dewa Ptah adalah yg merencanakan penciptaan dan yg melaksanakannya dengan firmannya yg memerintah (sebuah sindiran kuno yg terdapat juga dlm naskah-naskah Sumer, pada ajaran ttg Logos). Satu hikayat lain mengatakan bahwa penciptaan adalah dampak kemenangan dewa matahari Re` atas dunia bawah Apofis. Menurut mitos ini, umat manusia dijadikan dari air mata Re'. Semua manusia dijadikan sama dalam kesempatan untuk menikmati keperluan-keperluan hidup yg asasi.

Nampaklah bahwa di seluruh Timur Dekat Kuno ada gagasan tentang suatu kekosongan pertama yg berair (bukan kebalauan) dan kegelapan; bahwa penciptaan menyatakan perbuatan ilahi ex nihilo (dari yg tiada), dan bahwa manusia dijadikan oleh campur tangan ilahi yg langsung bagi pelayanan kepada dewa-dewa. Pemberitaan versi Ibrani dengan kejelasannya dan monoteismenya, berdiri sendiri secara khas; tiada pergumulan antara para dewa atau usaha-usaha untuk mengagungkan suatu kota atau suku yg khusus. DJW/HH

c. Yunani kuno

Bagi orang Yunani pada umumnya, dewa-dewa yg mereka sembah tidak bertanggung jawab atas penciptaan dunia, tapi merupakan makhluk-makhluk ciptaan, atau yg dilahirkan oleh dewa-dewa atau kekuatan-kekuatan yg mereka gantikan dan yg tidak jelas gambarannya. Hesiod, dalam tulisannya Theogony, berkata, bahwa pertama-tama lahirlah Khaos, lalu Bumi, yg dikandung dan dilahirkan oleh Langit, menjadi ibu agung dari segala sesuatu. Dalam pemikiran Yunani tidak ada penciptaan, melainkan suatu perkembangan otomatis, yg pada pokoknya disebabkan oleh pembuahan, dari awal yg tak diketahui. Ada banyak ragam dalam rinciannya, dan para filsuf telah menguraikannya dengan cara yg bermacam-macam. Para pengikut Epikurus mengatakan bahwa segala sesuatu ada disebabkan oleh penggabungan-penggabungan atom-atom secara kebetulan, dan para pengikut Stoa yg panteistis berbicara tentang suatu logos, atau asas dunia yg tak berpribadi.

Yg menarik adalah mitos Orfis, sekalipun mitos itu hanya diterima oleh sedikit orang dibandingkan dengan seluruh bangsa. Beberapa ahli telah melihat dalam Orfisme kesejajaran-kesejajaran yg penting dengan agama Kristen. Dalam Orfisme, pencipta agung adalah Fanes, yg lahir dari sebutir telor. Setelah ia menciptakan alam semesta dan manusia dari Zaman Emas, ia mengundurkan diri dalam kekaburan, sampai waktunya cucunya yg agung Zeus, menelan dia serta segala ciptaannya, dan selanjutnya menciptakan kembali dunia yg ada ini. Manusia dari kaum yg sekarang ini bangkit dari sisa-sisa Titan yg telah dihukum, yg telah membunuh dan memakan Dionisus, anak Zeus, dan dengan demikian telah memiliki pada diri mereka baik unsur yg jahat maupun yg ilahi. Dionisus dihidupkan kembali oleh Zeus, dan sering disamakan dengan Fanes.

KEPUSTAKAAN The Biblical Doctrine: C Hodge, Systematic Theology, 1, 1878, hlm 553 dst; S Harris, God the Creator and Lord of All, 1, 1897, hlm 463-518; J. J von Allmen, Vocabulary of the Bible, 1957 (lih 'Creation'). The Genesis Account: F Delitzsch, Commentary on Genesis, E. T 1888; P. J Wiseman, Clues to Creation in Genesis, 1977; A Heidel, The Babylonian Genesis, 1950, hlm 82-140; W. J Beasley, Creation's Amazing Architect, 1953, bagi pandangan Konkordantis: N. H Ridderbos, Is There a Conflict between Genesis 1 and Natural Science? 1957. Non-biblical Views: lih ANET hlm 1-9; S. N Kramer, Mythologies of the Ancient World, 1961, bagi rincian tradisi Sumer dan lainnya; A Heidel, The Babylonian Genesis, 1950, bagi pembicaraan tentang hubungannya dgn Kej. Lih juga W. K. C Guthrie, Orpheus and Greek Religion, 1935, hlm 79 dst: H. H Esser, LH Marshall, NIDNTT 1, hlm 376-389. KLMcK/HHCIUMAN. Bentuk salam yg umum di Asia Barat. Kata ini dipakai dalam PL untuk mengungkapkan kasih sayang antara keluarga (mis Kej 29:11; 33:4); cinta (Kid 1:2), hawa nafsu (Ams 7:13) dan mungkin juga sebagai tanda penyembahan kepada raja (1 Sam 10:1). Yg terakhir 'mencium Dia yg diurapi Tuhan', mungkin juga seperti Mzm 2:11 merupakan upacara agamawi, bisa dibandingkan dengan penyembahan dewa-dewa kafir. Mengecup tangan (Ayb 31:27) atau mengecup patung (1 Raj 19:18; Hos 13:2) adalah suatu tindakan dalam ibadah agamawi. Dalam PB, phileo, digunakan sebagai tanda persahabatan atau kasih sayang (mis Yudas, Mat 26:48) sama halnya dengan kata yg lebih kuat yaitu kataphileo (mis Luk 7:38; 15:20; Kis 20:37). Ciuman kudus (Rm 16:16; 1 Ptr 5:14) yg kemudian dimasukkan ke dalam liturgi gereja adalah ungkapan cinta kasih Kristiani dan agaknya dibatasi kepada jenis kelamin yg sama (bnd Apostolic Constitutions 2, 57, 12). Lih NIDNTT 2, hlm 547-550. EEE/SS


Lihat definisi kata "Penciptaan" dalam Studi Kata



TIP #15: Gunakan tautan Nomor Strong untuk mempelajari teks asli Ibrani dan Yunani. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA