Daftar Isi
BROWNING: PUISI
ENSIKLOPEDIA: PUISI

PUISI

PUISI [browning]

'Semua puisi yang baik adalah arus spontan dari perasaan-perasaan yang kuat' (William Wordsworth, 1891).

Pembedaan antara prosa dan puisi dalam ilmu sastra modern sukar dikenakan pada Alkitab. Tetapi, ada tradisi yang menganggap kitab-kitab PL tertentu sebagai sajak -- Mazmur, Amsal, Ayub, Ratapan, Kidung Agung -- sehingga terjemahan-terjemahan Alkitab modem biasa mencetak kitab-kitab tersebut dalam bentuk puisi. Tetapi, masih ada banyak lagi contoh puisi menurut ilmu sastra modern. Sajak Ibrani tidak mempunyai ciri-ciri yang sama dengan ciri-ciri puisi Barat dalam hal matra dan irama.

Ada ciri-ciri tersendiri untuk mengenali puisi Ibrani. Ada ketegasan gaya; kadang-kadang ada kemungkinan lebih dari satu arti, apabila sesuatu yang harfiah diganti dengan bahasa kiasan: dan kata-kata yang digunakan menuntut jawaban dari pendengarnya. Susunan kata-katanya dapat tidak lazim atau dapat diulangi seperti semacam refrein (Yes. 5:25; 9:12, 17, 21; 10:4). Tentu ada juga contoh puisi berirama dengan menggunakan akhiran-akhirannya, Yer.12:7 misalnya. Hubungan puisi Ibrani dan *musik menunjukkan bahwa ada semacam matra yang beragam dan luwes, tidak jauh berbeda dari ritme lagu lugu Gregorian dari Gereja Latin. (Beberapa lagu jawaban modern untuk Mazmur yang dikembangkan di Perancis dengan menggunakan ritme berbicara biasa yang agak disesuaikan, dapat menyalurkan selera dari pengajian Ibrani).Pada waktu Hieronimus mengerjakan *Vulgata, ia mengira bahwa puisi Ibrani biasa terdiri atas enam bait, seperti puisi-puisi Yunani dan Latin, tetapi para ahli modern berpendapat bahwa puisi Ibrani tidak mempunyai sistem bait yang pasti, seperti dalam puisi Yunani dan Latin. Sekalipun demikian musik Ibrani mestinya menggunakan aturan tekanan ritme tertentu.

Apa yang biasa disebut (yang mungkin juga menyesatkan) 'paralelisme' adalah persetujuan mengenai penyusunan kata-kata dalam puisi bahasa Ibrani. Dalam beberapa hal ada baris kalimat kedua yang menggemakan tema baris kalimat pertama (mis. Mzm. 104:28). Dalam Ayb. 10:12 dua kata benda maskulin di baris pertama disejajarkan dengan dua kata benda feminim di baris kedua. Lain kali suatu gagasan kedua dimasukkan secara bertentangan dengan gagasan pertama, tetapi tidak selalu dalam bentuk paralelisme baris per baris, misalnya dalam nyanyian Debora (Hak. 5:4-5,26,27). Yang diminta *Sisera hanya air, tetapi ia memberikan susu. Ia mengantarkan dadih kepadanya di atas piring; tetapi di tangannya ia membawa pasak tenda dan palu. Paralelisme dan ketegasan ada di situ, tetapi tidak dinyatakan secara jelas. Semua itu ada juga dalam Kitab Ayub, kalaupun dengan aneka ragam (mis. Ayb. 28:12-20).

Puisi yang berkaitan dengan peribadahan ditemukan di sepanjang sejarah Israel. Ada ucapan-ucapan imam di Bait Suci, mis. triberkat dari Bil. 6:24-26. Ada pula pujian yang dinyanyikan waktu *Paskah, misalnya perayaan kemenangan atas orang *Mesir dan pemerintahan Allah sebagai raja di *Sion dalam Kel. 15, yang mestinya berasal dari ibadah Bait Suci dan bukan dari *keluaran, sebab dalam sejarah pada waktu itu Sion (Yerusalem) belum dikenal. Potongan-potongan lain dari puisi perang dijalin dalam bentuk peribadahan (mis. Hab. 3). Lagu-lagu pemakaman dan ratapan-ratapan mendapatkan tekanan tambahan dari paralelisme, seperti dalam Yer. 9:1, dan 12:8. Dan puisi-puisi ucapan syukur, kalaupun ritme dan paralelismenya kurang jelas, telah diolah sebagai bagian-bagian dari suatu cerita, misalnya Yun. 2:2-9, di mana ungkapan-ungkapan tepat mengenai taut. disusul dengan janji akan bernazar di Bait Suci dan dengan demikian menyatakan suatu pertimbangan teologi yang cocok dengan waktu penyuntingnya sendiri. Sebagaimana Allah Yunus dapat menyelamatkan Yunus dari amukan laut, demikian juga Ia akan menyelamatkan penduduk *Niniwe dari ketidakpercayaan mereka dalam pertobatan.

Hanya ada sedikit sekali puisi dalam PB (tetapi prolog dalam Injil Yohanes 1 mirip dengan paralelisme sajak dari bagian. bagian sastra Hikmat, misalnya Ams. 8:22,33, dan Keb. 7:22-8:1). Sejumlah dari aforisme Yesus mengandung paralelisme, misal nya Mat. 11:30; Luk. 16:10. Dalam beberapa hal, baris kalimat kedua mengemukakan kontras dengan baris kalimat pertama, seperti pada Mat. 8:20 ('serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakan kepalanya.'). Nyanyian pujian dari *cerita masa kanak-kanak Yesus dalam Injil Lukas (*Benediktus, *Magnifikat dan *Nunc Dimittis) mirip sajak Ibrani. Pujangga Yunani, Aratus, dikutip Paulus dalam pidatonya di Atena (Kis. 17:28) dan Menander dalam lKor. 15:33, kalaupun dalam kutipan terakhir sepertinya Paulus tidak membaca sendiri sandiwara yang tidak tersimpan dari Menander itu dengan judul Thais. Juga pujangga Kreta Epimenides (atau Callimachus, Pujian bagi Zeus) dikutip dalam Tit. 1:12.

PUISI [ensiklopedia]

I. Dalam PL

Puisi, khususnya dalam bentuk nyanyian atau nyanyian pujian, menduduki tempat penting dalam kesusastraan Yahudi. Bangsa Yahudi jelas gemar sekali akan musik, dan terkenal akan nyanyian-nyanyian mereka. Hizkia thn 701 sM dalam upetinya kepada Sanherib mengikutsertakan ahli musik laki-laki dan perempuan (yaitu mereka yg mengiringi nyanyian-nyanyian dgn alat musik, DOTT, hlm 67). Dan masyarakat Yahudi yg terbuang di Babel dipaksa oleh para penakluknya untuk menyanyikan salah satu dari nyanyian-nyanyian Yahudi, tentu karena mereka telah mendengar kemasyhurannya (Mzm 137:3).

Puisi sekular mereka sedikit sekali yg ditemukan dan masih ada. Tapi hunjukan-hunjukan kepada puisi-puisi itu dalam PL memberi petunjuk bahwa jumlahnya besar. 'Nyanyian Sumur' (Bil 21:17,18) agaknya adalah nyanyian kerja yg dinyanyikan dekat sumur atau oleh para penggali sumur. Kegiatan lainnya mungkin juga mempunyai nyanyian-nyanyian khusus, seperti pada waktu panen (Yes 9:2) dan panen buah-buahan (Yes 16:10, 11). Nyanyian juga dipakai pada kesempatan tertentu.

Laban ingin mengucapkan selamat jalan kepada Yakub dengan nyanyian-nyanyian (Kej 31:27). Pesta perkawinan dianggap tidak lengkap bila tanpa nyanyian (bnd Yer 7:34). Ratapan-ratapan bagi orang mati sering diungkapkan dalam bentuk puisi. Syair-syair ratapan Daud bagi Saul dan Yonatan (2 Sam 1:19-27) dan bagi Abner (2 Sam 3:33, 34) adalah komposisi syair bermutu tinggi. Ratapan singkat bagi Absalom dikenal sebagai 'karya besar di bidang irama' (2 Sam 18:33). Bahasa Ibrani agak ritmis dan ciri khasnya ini nampak dalam puisi dan prosa, khususnya percakapan. Dalam Kitab Nabi-nabi banyak bagiannya berbentuk puisi, demikian juga Ams, Pkh, Kid dan Ayb (seperti jelas dlm cara mencetak Alkitab masa kini). Dalam PL jumlah puisi cukup besar.

Nyanyian biasanya diiringi musik instrumental (Kel 15:20; 1 Taw 25:6; Yes 23:16). Alat-alat musik nampaknya diadakan semata-mata bagi tujuan mengiringi nyanyian.

Di antara istilah yg dipakai bagi susunan puisi ialah: syir, 'nyanyian' (dgn atau tanpa alat musik); mizmor, 'mazmur' atau 'nyanyian pujian'; masyal, sebagai tambahan kepada artinya yg lebih biasa yakni 'amsal', ialah 'nyanyian sindiran'.

Kumpulan puisi Ibrani yg terbesar adalah Kitab Mzm. Di sinilah kita memperoleh bahan yg terkaya bagi penelitian bentuk-bentuk puisi. Tapi para ahli tidak sependapat mengenai sifat puisi Ibrani. Ada yg mengatakan bahwa dalam kumpulan tulisan seperti halnya Mzm, yg meliputi kurun waktu beberapa abad, tidak akan ditemukan sistem yg seragam. Pendapat lain mengatakan, bahwa tanpa pengetahuan mengenai pengucapan yg asali, tak mungkin menemukan kembali bentuk-bentuknya yg asali. Ada lagi yg berpendapat, bahwa pemakaian tanda-tanda huruf hidup yg lebih kemudian, mungkin telah mengakibatkan banyak perubahan dalam vokalisasi. Yg lain lagi mengemukakan kemungkinan adanya kesalahan transkripsi. Tentu berbahaya membela secara dogmatis tiap teori tentang asas-asas susastra Ibrani, karena tidak ada acuan apa pun mengenai pola-pola huruf hidup dan pola-pola penekanan.

Secara luas disetujui bahwa puisi Ibrani bersifat 'aksentual' (beraksen) dan bahwa 'aksen' itu bertindih tepat dengan tekanan tata bahasa. Karena jumlah susunan suku kata tanpa tekanan nampaknya tidak mempunyai peranan yg hakiki, maka semuanya tidak diperhitungkan dalam menilai suatu puisi. Karena itu irama yg berubah-ubah menempati matra atau irama tertentu. Tidak adanya ukuran yg mekanis nampak sebagai menunjukkan adanya sajak bebas, tapi dalam bh Ibrani tidak ada campuran yg terjadi dengan sengaja. Juga menyesatkan, jika membandingkannya dengan irama yg kadang-kadang terdapat dalam puisi Yunani, yaitu suatu persilangan antara irama prosa dan irama puisi.

Karena itu untuk membagi-bagi puisi Ibrani yg harus dihitung hanyalah jumlah 'kesatuan tekanan', masing-masing terlepas dari jumlah suku kata dengan hanya memberikan satu 'gerakan irama'. Hasil pengelompokan-pengelompokan secara kasar sesuai dengan dimeter, trimeter, dst dan gabungan daripadanya dapat juga dibuat. Tapi mau tidak mau prosedurnya di sini lebih atau kurang bersifat subyektif. Sekalipun demikian agaknya ada banyak hal yg berpolakan irama (ump Mzm 29). Tapi tentu tidak wajar mengharapkan ada keseragaman yg ketat dalam puisi sesubyektif puisi Ibrani itu: usul-usul memperbaiki naskah untuk memperoleh keseragaman, pasti tak dapat diterima.

Satu pola puisi, syair ratapan atau nyanyian penguburan (gina), menurut pandangan banyak ahli, memiliki irama atau matra khusus. Sajaknya terdiri dari suku yg berirama pada suku ketiga; kedua suku pertama tidak diberi tekanan, sedang suku terakhir diberi tekanan panjang, dengan suatu penggalan atau perhentian setelah suku berirama pada suku ketiga. Jika demikian pemakaian puisi sebagai nyanyian, yg sering dikenakan kepada syair macam itu, mungkin adalah yg menentukan bentuknya. Pada syair-syair lainnya yg dipakai sebagai nyanyian jemaat mungkin telah digunakan 'catatan-catatan yg mendeklamasikan'.

Suatu corak umum puisi Ibrani, khususnya dalam Mazmur-mazmur ialah 'paralelisme' (kesejajaran), seperti disebutkan oleh R Lowth (De sacra poesi Hebraeorum, 1753). Bentuk paralelisme yg paling sederhana ialah pernyataan ulang oleh baris kedua dari suatu bait, tentang apa telah diungkapkan dalam baris pertama. Hubungan baris kedua bait itu dengan baris pertama dapat berwujud sinonim, atau membuat sintetis atau antitesis, atau juga menjadi puncaknya. Kadang-kadang bait itu terdiri dari 3 baris. Jika demikian ketiga baris itu semuanya dapat tersangkut dalam paralelisme itu.

Contoh paralelisme sinonim ialah, 'Lepaskanlah aku daripada musuhku, ya Allah-ku; bentengilah aku terhadap orang-orang yg bangkit melawan aku' (Mzm 59:2). Mzm 104 penuh dengan paralelisme macam ini. Dalam paralelisme sintetis baris kedua menjelaskan atau melengkapi baris pertama, ump 'Pikirku: Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat yg tenang' (Mzm 55:7). Dalam paralelisme antitetis baris kedua mengungkapkan perlawanan terhadap baris pertama, ump 'Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan' (Mzm 1:6). Dalam paralelisme memuncak terdapat peningkatan akibat pada baris kedua (bnd Mzm 55:13, 14, 'Kalau musuhku yg mencela aku, aku masih dapat menanggungnya; kalau pembenciku yg membesarkan diri terhadap aku, aku masih dapat menyembunyikan diri terhadap dia. Tetapi engkau orang yg dekat dengan aku, temanku dan orang kepercayaanku'). Bentuk-bentuk yg kurang umum seperti paralelisme berbentuk rangkap, muncul juga, yaitu satu baris diikuti oleh dua baris sejajar yg berbeda (Mzm 45:2, 'Hatiku meluap dengan kata-kata indah, aku hendak menyampaikan sajakku kepada raja; lidahku ialah pena seorang jurutulis yg mahir').

Terkecuali ritme (bunyi yg sama), orang Ibrani memanfaatkan sepenuhnya cara-cara yg terdapat pada segala puisi. Purwakanti ada. Tamsil atau kiasan dan perumpamaan berlimpah-limpah. Pemakaian kata-kata yg awalnya sama bunyinya, biasanya sebagai 'tersembunyi' terdapat juga. Pengulangan sebuah kata yg penting atau pengulangan kata-kata pada awal kalimat dipakai untuk menekankan arti dan kesan (Hak 5:19, 27). Pertolongan hafalan dari atas akrostik juga digunakan. Contoh paling terkenal ialah Mzm 119, yg disusun dalam bait-bait yg terdiri dari 8 ay, dan di dalamnya sebuah huruf dari abjad Ibrani diberi tempatnya pada tiap bait, dan tiap ay dimulai dengan huruf ini.

Kecemerlangan puisi Ibrani nampak paling mencolok dalam hunjukannya pada alam semesta. Musiknya diambil dari bintang-bintang pagi. Sinarnya diambil dari pengantin laki-laki yg tidak memerlukan pelita kedaraan. Musim panasnya yg abadi tidak memudar, dan salju-saljunya tidak tercemarkan. Puisi itu menguasai amukan segara, menggerakkan awan-awan dan mengendarai sayap-sayap bayu. Ia membuat emas raja-raja makin tinggi nilainya, mur makin beraroma dan kemenyan makin mewangi. Korban-korban persembahannya diambil dari gembala tanpa derita kematian, dan kawanan dombanya dilipatgandakan di padang-padang rumput yg senantiasa hijau. Roti dari panennya tidak akan sia-sia, perasan minyaknya tidak akan pernah gagal dan anggurnya senantiasa baru. Selama orang masih dapat bernapas, garis-garisnya yg abadi akan mewujudkan litani dari hatinya yg berdoa. Senar-senar yg dipetik adalah senar kecapi Allah.

Irama puisi Ibrani adalah irama yg penuh keagungan dari roh yg meluncur tinggi, yg hanya dirasakan oleh orang yg memiliki musik sorgawi dalam hatinya. Irama itu naik berirama ke tempat atau hamparan yg lebih tinggi dan ke dimensi baru, dimensi roh, di mana mereka yg menyembah Allah menyembah-Nya dalam roh dan dalam kebenaran. Tujuan utama adalah Yg Mahatinggi, Allah langit dan bumi; sumbernya terdapat pada kedalaman hati yg haus akan Allah. Tema akbarnya ialah pertemuan pribadi dengan Allah yg hidup.

KEPUSTAKAAN. R Lowth, De sacra poesi Hebraeorum, 1753; E Sievers, Metrische Studien, 1901-1907; G. B Gray, The Forms of He brew Poetry, edisi baru 1972; C. T Burney, The Poetry of our Lord, 1925; W. F Albright, 'A Catalogue of Early Hebrew Lyric Poems', HUCA 23, 1, 1950-1951; F. F Bruce, TAMK 2, hlm 34; H Kosmala, 'Form and Structure in Ancient Hebrew Poetry', VT 14,1964; W. F Albright, 'Verse and Prose in Early Israelite Tradition', Yahweh and the Gods of Canaan, 1968, hlm 1-46; P. C Craigie, 'The Poetry of Ugarit Israel', TynB 22, 1971, hlm 3-31; P. W Skehan (red.), Studies in Israelite Poetry and Wisdom, 1971; F. M Cross, D. N Freedman, Studies in Ancient Yahwistic Poetry, 1975. WJN/HH

II. Dalam PB

a. Mazmur-mazmur

Tiga, barangkali empat, nyanyian khas Ibrani yg terawat dan disajikan dalam Injil Luk: Nyanyian Pujian Maria (Luk 1:46-55), *Nyanyian Pujian Zakharia (Luk 1:68-79), *Nyanyian Simeon (Luk 2:29-32) dan Pujian malaikat (Luk 2: 14). Semua bagian ini ditulis dalam gaya dan roh mazmur-mazmur PL, agung dalam bahasanya, disusun atas pola paralelisme kata-kata yg lazim pada puisi Ibrani.

b. Nyanyian-nyanyian

Nyanyian-nyanyian rohani pertama Kristen mungkin berwujud puisi-puisi dari tradisi campuran (Ef 5:19), yg mengungkapkan baik bentuk mazmur Ibrani maupun sajak Yunani. Agaknya beberapa bagian PB secara langsung atau tidak langsung, mewujudkan kutipan-kutipan dari berkas puisi kudus ini, ump Ef 5:14 dan 1 Tim 3:16, di mana susunan pola Ibrani mencolok sekali. Barangkali Kol 1:13-20 dan 2 Kor 5:14-18 sama keadaannya.

c. Bahasa puisi

Hal ini dapat dibicarakan di bawah 3 judul:

(i) Tidak mungkin membedakan secara pasti antara apa yg mungkin berupa kutipan langsung dari ucapan-ucapan yg berirama dan puitis, dari prosa akbar yg ditulis dalam bahasa puisi. Dalam gaya tulisan Ibrani yg hangat dan penuh perasaan, senantiasa sulit membedakan secara tajam mana puisi dan mana prosa. Dan dalam bagian-bagian yg mengandung rasa yg dalam Pa sering mengambil gaya yg demikian. Mis pujian-pujian singkat seperti terdapat dalam Yud 24-25 dan Why 5:12-14; susunan berirama seperti Yoh 14:27; Rm 11:2,33 dan 1 Kor 15:54-57; atau paralelisme yg kuat dalam antitesisnya seperti Yoh 3:20, 21, atau Rm 2:6-10; dan paralelisme dalam bentuk dan pola bersilang seperti Flp 3:3-10 dan Yoh 10:14-15. Semua bagian ini, dan masih ada yg lain lagi, menampakkan pengaruh puisi PL atas bahasa PB, baik dalam bentuk maupun dalam warnanya. Bagian yg tidak begitu tergantung kepada cara bicara Ibrani, tapi masih bersifat puisi, adalah kelompok agung seperti Rm 12; 1 Kor 13 dan Flp 2.

(ii) Ungkapan-ungkapan kiasan dan lambang menjadi bagian dari bahasa dan tradisi puisi, dan telah disebut beberapa di bawah butir c (i) di atas. Namun hubungan kata-kata bernada sama tapi memiliki arti yg berbeda dengan purwakanti (aliterasi) dapat ditinjau tersendiri. Beberapa bagian PB bh Yunani menampakkan runtun suara (asonansi) buatan, yg kadang-kadang disertai dengan purwakanti; ump Luk 21:11 (loimoi, limoi); Rm 1:29 (fthonou, phonou); Kis 17:25 (zoen, pnoen); Ibr 5:8 (emathen, epathen); Rm 12:3 (huperfronein, fronein, sofronein); Mat 16:18 (Petros, petra) dan Flm 10 dan 20 (Onesimus, onaimen) mengandung di dalamnya permainan kata; Kis 8:20 (ginoskeis, anaginoskeis) barangkali kebetulan.

(iii) Mat 24 dan bagian-bagian sejajar Injil Sinoptik, bersama-sama dengan seluruh Kitab Why, ditulis dalam bahasa tradisional puisi atau bahasa nubuat wahyu Ibrani, suatu corak kesusastraan seperti terdapat dalam Dan, Yeh dan Za. Itu didasarkan pada imajinasi yg bersifat kiasan, dan kadang-kadang direncanakan bagi penafsiran khusus. Hal ini berarti bahwa penafsiran 'puitis' memungkinkan suatu pendekatan yg sah terhadap Why, dan tentu sangat bermanfaat. Boleh juga dikatakan bahwa beberapa imajinasi dari kitab itu tak dapat ditafsirkan karena kehilangan kunci bagi kiasan itu, yg semula tentu ada.

d. Kutipan

PB banyak mengutip dari kesusastraan puitis PL. Beberapa bagian Ibr disusun hampir seluruhnya dari kutipan macam itu. Demikian juga beberapa bagian Rm. Yg lebih sukar dikenal dan jumlahnya memang sedikit, ialah kutipan langsung dari kesusastraan Yunani. Kis 17:28, 'Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada' adalah bagian pertama dari sebuah bait yg terdiri dari 6 matra, karya Aratus dari Soli di Sicilia (315-240 sM). Ungkapan yg sama muncul dalam suatu fragmen karya Cleanthes, yg menjadi pimpinan aliran Stoa thn 263-232 sM. Ada beberapa bukti, bahwa bagian itu mengandung kutipan yg lebih tua dari karya Epimenides, penyair dari Kreta, yg syairnya bersifat setengah dongeng. Paulus mengutip selengkapnya suatu bait karya Epimenides yg terdiri dari 6 matra, Tit 1:12 ('Dasar orang Kreta pembohong, binatang buas, pelahap yg malas'). Lalu 1 Kor 15:33 mengutip sebuah bait yg terdiri dari 3 matra karya Menander (342-291 sM), seorang penyair lucu dari Atena ('Pergaulan yg buruk merusakkan kebiasaan yg baik'). Lagi, Yak 1:17 bh Yunani berisi suatu bait yg terdiri dari 6 matra. Demikian juga Kis 27:34b dan Ibr 12:13; dan dalam Kis 23:5 ada kadar irama yg mengandung deretan pertentangan bunyi lemah dan keras. Tak mungkin untuk mengatakan apakah kutipan terkandung dalam kejadian-kejadian ini.

KEPUSTAKAAN. C. F Burney, The Poetry of our Lord, 1925; J. T Sanders, The New Testament Christological Hymns, 1971. EMB/HH




TIP #15: Gunakan tautan Nomor Strong untuk mempelajari teks asli Ibrani dan Yunani. [SEMUA]
dibuat dalam 0.09 detik
dipersembahkan oleh YLSA