PENYALIBAN
PENYALIBAN [browning]
Yesus menderita kematian melalui vonis penyaliban penguasa Romawi, karena, menurut Yoh. 18:31, *Sanhedrin Yahudi tidak memiliki wewenang untuk menjatuhkan hukuman mati. Dalam Injil jelas terdapat kecenderungan untuk membebankan tanggung jawab kematian Yesus kepada orang-orang Yahudi dan meringankan tanggung jawab penguasa Romawi. Selama terjadinya konflik antara *Yudaisme dengan *Roma, yaitu masa ketika Injil-injil disusun, Gereja berkepentingan untuk mempertegas perbedaannya dengan Yudaisme. Namun, pengadilan di hadapan Sanhedrin secara historis dapat dipercaya. Hal ini memungkinkan satu vonis unanim dari bermacam-macam kelompok atas dasar *hujatan. Apa yang diduga telah diucapkan Yesus dan yang mengesahkan penghukuman-Nya (Mrk. 14:63-64) sama beratnya seperti yang dinyatakan dalam gulungan Bait *Qumran sebagai sesuatu yang pantas dihukum mati: Yesus telah membawa Israel ke dalam kesesatan (Ul. 13:1-11). Dengan memperhatikan kebulatan suara yang baik ini, Imam Besar dapat mengulang tuduhan itu di hadapan penguasa Romawi. Pilatus tidak dapat mengabaikan kehadiran orang yang mengaku Mesias di kota itu (Luk. 23:2).
Kematian Yesus dengan penyaliban diperintahkan oleh *Pontius Pilatus dengan tuduhan pengkhianatan berat. Pertama-tama Ia didera (Mrk. 15:15), dan kemudian karena terlalu lemah untuk memanggul kayu palang, Ia dibantu oleh *Simon Kirene, Yesus menolak *anggur bercampur mur yang diberikan kepada-Nya untuk mengurangi rasa sakit yang luar biasa, namun Ia mati lebih cepat dari yang biasa terjadi. Tubuh-Nya diturunkan oleh *Yusuf Arimatea, yang dalam benaknya teringat perintah Ul. 21:23, bahwa mayat tidak boleh dibiarkan pada tiang sepanjang malam.
Hukuman mati yang menakutkan seperti itu tidak mudah dipadukan dengan iman terhadap kemesiasan Yesus, sehingga tak terelakkan hal ini menimbulkan refleksi teologis yang mendalam. Paulus memahami kematian itu sebagai tanda berakhirnya *Taurat Yahudi (Gal. 3:13), karena kematian seperti itu menempatkan korbannya di bawah kutuk Taurat. Itu adalah korban bagi *dosa, dan umat Kristen, melalui *baptisan, ikut ambil bagian dalam apa yang telah dikerjakan Kristus di atas kayu salib. Dalam baptisan mereka telah mati bagi dosa, dan mengawali kehidupan baru. Dalam surat-suratnya yang kemudian Paulus membahas 'batu sandungan kelemahan' kematian Kristus. Hal tersebut menyatakan penghakiman atas kesombongan klaim *hikmat dunia (1Kor. 1:18-25). Barangsiapa menderita seperti yang dialami Kristus (Mrk. 8:34) dapat berharap ikut ambil bagian dalam *kebangkitan-Nya.