PENDIDIKAN
PENDIDIKAN [browning]
Metode pendidikan di Israel purba hanya sedikit diketahui, kecuali bahwa pendidikan keagamaan, moral, dan praktis berada di tangan para orangtua (Ul. 4:9). Sejauh yang diketahui, hanya anak anak laki-lakilah yang menerima pendidikan, sebagaimana tersirat dari nasihat yang berulang-ulang mengenai sikap laki-laki dalam Ams. 1-8, yang kemungkinan merupakan buku pegangan untuk menghadapi jerat perempuan. *Hukuman dilakukan dengan keras. Pada periode kemudian para *rabi mengajar tanpa dibayar, karena itu mereka memperoleh pendapatan dari berdagang barang-barang kerajinan, seperti dilakukan oleh Paulus sebagai penyamak kulit (1Kor. 9:3 dst.). Isi pengajaran itu adalah tradisi-tradisi keagamaan Israel, dan banyak di antaranya harus dipelajari di luar kepala (Ul. 11:19; Yes. 28:10).
Dalam PB Yesus mengajar orang banyak (Mrk. 4:1-2) dan lebih khusus, mengajar *murid-murid-Nya, yang biasanya sulit mengerti. Pada gilirannya, mereka harus mengajar orang-orang yang telah bertobat karena mereka (Mat. 28:20). Tidak ada petunjuk bahwa pengajaran rinci yang diberikan kepada Paulus oleh *Gamaliel yang tersohor itu (Kis. 22:3) ditiru dalam jemaat. Misalnya, ketika *Filipus berjumpa dengan *sida-sida Etiopia, mereka membicarakan Kitab Yesaya, setelah itu sida-sida tersebut minta *dibaptis di sungai di dekatnya, dan Filipus tanpa berpanjang-panjang melakukannya. Namun, pada zaman *Surat-surat Pastoral telah terdapat pola pengajaran (1Tim. 1:3; 6:3) dan seiring dengan perkembangan peserta katekisasi, hal ini diperluas dengan persiapan rinci selama masa puasa calon-calon penerima *baptisan hingga hari raya *Paskah berikutnya. Rincian pengajaran ini diberikan oleh Cyrillus dari Yerusalem (350 M).
Pada abad pertama sM salah satu unsur penting pendidikan bagi mereka yang akan terjun ke tengah masyarakat adalah pidato. Quintilian (40-90 M) berpegang pada pendapat bahwa tujuan utama pendidikan adalah menjadi seorang ahli pidato yang baik. Perhatian kepada pidato ini mempengaruhi beberapa bagian PB, misalnya surat Paulus kepada orang-orang Galatia, yang dapat dianalisis demikian: Paulus adalah terdakwa, orang-orang Yahudi Kristen adalah pendakwanya, sedangkan orang-orang Galatia sendiri adalah juri-jurinya. Dapat ditunjukkan bahwa surat itu memasukkan bagian-bagian pidato sezaman ke dalamnya. Pidato Injil (khotbah Yesus) tidak sesuai dengan analisis klasik, namun didasarkan pada metode-metode Yahudi. Tujuannya adalah meyakinkan para pendengarnya dengan kuasa surgawi, ketimbang dengan argumentasi rasional.
Sistem pendidikan Yahudi berpangkal di *sinagoga (Luk. 2:46). Menurut *Talmud Palestina, di Yerusalem terdapat 480 sinagoga dengan sekolah-sekolahnya, dan komunitas *Qumran sangat terpelajar. Namun, sebelum *pembuangan pun telah ada keahlian *menulis dan membaca (Ul. 6:9; 31:12-13; 2Raj. 22:3). *Yesaya dan *Yeremia memiliki juru tulis untuk mencatat pesan-pesan mereka. Banyak pengajaran dilakukan secara menghafal (Yes. 28:10), namun pada abad kedua sM, telah ada diplomat-diplomat yang berpengetahuan luas (Sir. 38:24-39:11).
*Talmud Babel menyatakan bahwa sekolah-sekolah dan guru-guru tersebar di seluruh Israel sejak abad pertama sM. Meskipun dalam periode PB mayoritas umat Kristen mestinya buta huruf, namun ada kesempatan untuk belajar membaca dan menulis, dan tidak lama kemudian orang-orang Kristen ada di kalangan para penulis dan pemikir.