Daftar Isi
ENSIKLOPEDIA: HIKMAT

HIKMAT

HIKMAT [ensiklopedia]

I. Dalam PL

Seperti halnya semua kebajikan intelektual Ibrani, hikmat (umumnya dipakai khokhma, meskipun dipakai juga kata-kata lain, ump: bina, 'pengertian', Ayb 39:20; tevuna, 'kebijakan', Mzm 136:5) senantiasa adalah praktis, bukan teoritis. Pada dasarnya hikmat adalah kepintaran mencapai hasil, menyusun rencana yg benar untuk memperoleh hasil yg dikehendaki. Tempat kedudukannya ialah hati, pusat keputusan moral dan intelektual (bnd 1 Raj 3:9, 12).

Mereka yg memiliki kecakapan teknis disebut bijaksana, antara lain: Bezaleel, pengrajin kepala kemah pertemuan (Kel 31:3, TBI 'pengertian'); seniman patung (Yes 40:20; Yer 10:9); para perempuan peratap (Yer 9:17); para pengemudi kapal atau para pembuat kapal (Yeh 27:8,9). Hikmat praktis dapat membawa serta segi jahat, seperti dalam nasihat licik Yonadab (2 Sam 13:3).

Raja-raja dan para pemimpin secara khusus membutuhkan hikmat. Pada mereka bergantung keputusan-keputusan yg tepat dalam masalah sosial politik. Yosua (Ul 34:9), Daud (2 Sam 14:20), Salomo (1 Raj 3:9,12; 4:29 dab) dikaruniai kebijaksanaan untuk memampukan mereka menunaikan tugas-tugas resmi mereka. Raja mesianik dalam Yes (11:2) akan dilengkapi dengan roh hikmat untuk menghakimi dengan adil. 'Penasihat Ajaib' (9:5) menandaskan bahwa nasihatnya akan mendampakkan hasil menakjubkan. Lih N. W Porteous, 'Royal Wisdom' dalam Wisdom in Israel and in the Ancient Near East.

Suatu kelas khusus orang bijaksana (laki-laki atau perempuan, bnd 2 Sam 14:2) nampaknya berkembang selama pemerintahan monarki. Pada masa Yeremia, mereka mempunyai peranan penting disamping nabi-nabi dan para imam, sebagai yg berpengaruh besar atas masalah agama dan sosial. Tugas mereka ialah merumuskan rencana-rencana yg dapat dilaksanakan, menyusun nasihat untuk meraih hidup yg berhasil (Yer 18:18). Orang bijaksana atau penasihat berperan sebagai 'bapak' dalam hubungannya dengan orang-orang yg kesejahteraan mereka bergantung pada nasihatnya. Misalnya, Yusuf menjadi 'bapak' bagi Firaun (Kej 45:8); Debora menjadi 'ibu' di Israel (Hak 5:7). Lih P. A. H de Boer, 'The Counsellor' dalam Wisdom in Israel and in the Ancient Near East.

Hikmat dalam arti utuh dan mutlak hanyalah milik Allah (Ayb 12:13 dab; Yes 31:2; Dan 2:20-23). Hikmat-Nya mencakup bukan hanya sempurnanya dan lengkapnya pengetahuan-Nya mengenai setiap segi bidang kehidupan (Ayb 10:4; 26:6; Ams 5:21; 15:3), tapi juga mencakup kedaulatanNya menggenapi tuntas apa yg ada dalam pikiran-Nya, dan yg mustahil dapat digagalkan (J Pedersen, Israel: Its life and Culture, 1-2, hlm 198). Alam semesta (Ams 3:19 dab, 8:22-31; Yer 10:12) dan manusia (Ayb 10:8 dab; Mzm 104:24; Ams 14:31; 22:2) adalah buah karya hikmat-Nya yg kreatif. Proses-proses alamiah (Yes 28:23-29) dan historis (Yes 31:2) di bawah kendali hikmat-Nya, meliputi pembedaan sempurna antara baik dan jahat dan merupakan dasar untuk pahala dan hukuman yg diperoleh orang benar dan orang jahat(Mzm 1;37;73;Ams 10:3; 11:4; 12:2,dst). Hikmat yg demikian mustahil tergarapi (Ayb 28:12-21); Allah dalam rahmat-Nya harus menyatakannya kalau manusia hendak menggapainya juga (Ayb 28:23,28). Bahkan kebijakan yg berdasarkan kecakapan alamiah atau yg disaring dari pengalaman, adalah karunia rahmani, sebab kegiatan kreatif Allah sendirilah yg memungkinkan perolehan kebijaksanaan yg demikian itu.

Hikmat alkitabiah adalah sekaligus bersifat agamawi dan praktis, dan berasal dari 'takut kepada Tuhan' (Ayb 28:28; Mzm 111:10; Ams 1:7; 9:10). Hikmat berkembang menyentuh segenap hidup, seperti ditunjukkan dan dijelaskan secara luas dalam Ams. Hikmat memperoleh pengertian yg dikumpulkan dari pengetahuan tentang jalan-jalan Allah dan menerapkannya dalam hidup sehari-hari. Gabungan antara pengertian dan ketaatan ini (dan segala pengertian yg mendalam harus beralaskan ketaatan) menghubungkan hikmat dengan pengetahuan akan Allah, yg diberi penekanan oleh para nabi (seperti kasih yg tutus dan ketaatan) (ump Hos 2:20; 4:1, 6; 6:6; Yer 4:22; 9:3,6; dan terutama Ams 9:10).

Kebijakan kafir, kendati mungkin juga agamawi, tidak berlabuh dalam perjanjian Allah, dan karena itu pasti gagal, seperti seringkali ditunjukkan oleh nabi-nabi (Yes 19:11 dab; Yeh 28:2 dab; Ob 8). Apabila sekularisme, materialisme, dan penghinaan terhadap cita-cita perjanjian menggusur 'takut akan Allah' dari hikmat Israel, maka ia praktis menjadi ateisme, yg sama hambarnya dengan kebijakan kafir, atau seperti kecaman Yesaya, 'Celakalah mereka yg memandang dirinya bijaksana' (Yes 5:21; bnd Yes 29:14; Yer 18:18).

Masalah istimewa adalah mempersonifikasikan hikmat dalam Ams 8:22 dab. Ayb 28 melakukan pempersonifikasian dengan melukiskan hikmat sebagai suatu rahasia yg tak terselami manusia, tapi jelas bagi Allah. Dalam Ams 1:20-33 hikmat disamakan dengan seorang wanita yg berseru-seru menghimbau sejumlah laki-laki supaya kembali dari jalan mereka yg bodoh, dan supaya mendapatkan pengajaran dan keamanan padanya (bnd juga Ams 3:15-20). Pempersonifikasian itu berlanjut dalam Ams 8 dan mencapai kemuncaknya dalam ay 22 dab, yg di dalamnya hikmat menyatakan diri sebagai karya ciptaan Allah yg pertama dan, barangkali, pembantu dalam pekerjaan penciptaan (8:30, bnd 3:19; kata 'amon yg sulit itu, 'anak kesayangan' lebih baik diterjemahkan 'mandor', lih W. F Albright dlm Wisdom in Israel and in the Ancient Near East, hlm 8).

Bahwa hikmat menyebut satu per satu isi surat kuasanya, tujuannya ialah supaya orang benar-benar memperhatikannya, seperti ditunjukkan oleh 8:32-36. Karena itu, pembaca bagian ini harus berhati-hati terhadap pandangan hipostatisasi, yakni pandangan yg mengatakan bahwa hikmat mempunyai eksistensi yg mandiri. Penolakan yg khas Ibrani terhadap spekulasi dan abstraksi, seringkali membawa penyair-penyair mereka memperlakukan obyek-obyek yg tak bernyawa atau cita-cita seolah-olah memiliki kepribadian. Lih H. W Robinson, Inspiration and Revelation in the Old Testament, 1946, hlm 260; H Ringgren, Word and Wisdom, 1947. Mengenai pengaruh pempersonifikasian hikmat terhadap gagasan mengenai Logos (Firman) dalam Injil keempat, *FIRMAN.

II. Dalam PB

Pada umumnya hikmat (sophia) dalam PB juga bersifat praktis, sama seperti dalam PL. Hikmat jarang netral (meskipun bnd 'hikmat orang Mesir', Kis 7:22); ia adalah karunia Allah atau melawan Allah. Kalau hikmat diceraikan dari penyataan Allah, maka hikmat itu dipermiskin kalau tidak hendak disebut dimandulkan (1 Kor 1:17; 2:4; 2 Kor 1:12) dan bodoh atau, paling jelek, malah jahat (1 Kor 1:19 dab; Yak 3:15 dab). Kebijakan duniawi didasarkan pada pranata dan pengalaman tanpa penyataan, dan dengan demikian sangat terbatas. Kegagalan untuk mengakui keterbatasan-keterbatasan itu mendatangkan penghukuman alkitabiah atas semua (terutama orang Yunani) yg dengan sombong berusaha mengatasi masalah-masalah rohani dengan hikmat manusia.

Orang yg benar berhikmat ialah mereka yg kepadanya Allah memberikan hikmat sebagai karunia: Salomo (Mat 12:42; Luk 11:31), Stefanus (Kis 6:10), Paulus (2 Ptr 3:15), Yusuf (Kis 7:10). Salah satu dari karunia Kristus kepada murid-murid-Nya ialah hikmat untuk mengatakan hal yg benar pada masa-masa penganiayaan dan pencobaan (Luk 21:15). Hikmat yg sama dibutuhkan untuk memahami nubuat dan teka-teki apokaliptik (Why 13:18; 17:9). Hikmat mutlak perlu bukan saja bagi para pemimpin gereja (Kis 6:3), tapi juga bagi orang-orang percaya guna memahami maksud-maksud Allah dalam penyelamatan (Ef 1:8,9), dan supaya dapat berjalan seperti semestinya di hadirat Allah (Kol 1:9; Yak 1:5; 3:13-17), dan juga supaya berhati-hati di depan orang-orang yg tidak percaya (Kol 4:5). Sebagaimana Paulus telah mengajar para pendengarnya dalam segala hikmat (Kol 1:28), demikian pula hendaknya mereka yg telah cukup dewasa untuk memahami hikmat rohani (1 Kor 2:6, 7), wajib pula mengajar orang-orang lain di dalam hikmat (Kol 3:16).

Hikmat Allah jelas ditunjukkan dalam persediaan-Nya mengenai penebusan (Rm 11:33), yg dinyatakan dalam gereja (Ef 3:10). Itu dinyatakan dengan cara yg paling mantap 'bukannya di dalam suatu ajaran untuk kelompok terbatas... yg ditujukan kepada ... anggota-anggota suatu agama rahasia, melainkan dalam tindakan, yaitu tindakan Allah yg paling akbar dalam Kristus di kayu salib' (N. W Porteous, buku tersebut hlm 258). Hikmat ini, yg sebelumnya terselubung bagi manusia, tak tersaingi baik oleh hikmat filsafat maupun oleh kebijakan praktis. Usaha-usaha manusia yg paling jitu untuk menguraikan masalah-masalah keberadaan man sia nampak sebagai kebodohan dalam terang salib.

Kristus yg berinkarnasi menjadi daging bertumbuh dalam hikmat (Luk 2:40,52) sebagai anak-anak, dan sebagai manusia sejati Ia mencengangkan para pendengar-Nya dengan hikmat Nya (Mat 13:54; Mrk 6:2). Klaim diriNya meliputi hikmat (Mat 12:42) dan pengetahuan yg unik tentang Allah (Mat 11:25 dab). Dua kali Ia mempersonifikasikan hikmat dengan cara yg mengingatkan orang pada Ams; Mat 11:19 (= Luk 7:35) dan Luk 11:49 (Mat 23:34 dab). Dalam kedua ay itu Kristus mungkin mengacu pada diriNya sebagai 'Hikmat' meskipun itu tidak pasti, terutama dalam hal yg terakhir (lih Arndt, untuk tafsiran-tafsiran yg lain). Kristologi hikmat Paulus (1 Kor 1:24, 30) barangkali dipengaruhi baik oleh klaim-klaim Kristus maupun oleh kesadaran rasuli (berdasarkan ajaran-ajaran Kristus dlm Mat) bahwa Kristus adalah Taurat Baru, penyataan tentang kehendak Allah yg lengkap, yg menggantikan hukum lama. Karena perintah dan hukum dihubungkan dalam Ul 4:6, dan terutama dalam pikiran Yahudi (ump Ecclus 24:23; Apocalypse of Baruch 3:37 dst), maka bukannya tidak mungkin bahwa Paulus memandang Yesus, Taurat Baru, sebagai hikmat Allah. Bahwa Paulus melihat dalam Kristus penggenapan Ams 8:22 dab, itu kelihatan jelas pada Kol 1:15 dab, yg secara setia mencerminkan penggambaran PL tentang hikmat.

Kristologi hikmat Paulus adalah suatu konsepsi yg dinamis, sebagaimana diperlihatkan pada penekanan kegiatan Kristus dalam penciptaan, dalam Kol 1:15 dab, dan dalam penebusan serta 1 Kor 1:24, 30. Ay-ay terakhir menegaskan bahwa dalam penyaliban, Allah membuat Yesus menjadi hikmat kita, suatu hikmat yg lebih jauh diterangkan sebagai merangkumi pembenaran, pengudusan, dan penebusan. Sebagai Tuhan Gereja yg disembelih lalu ditinggikan, Yesus dipuji sebagai layak untuk menerima hikmat (Why 5:12). 'Menerima' dalam ay ini berarti pengakuan atas sifat-sifat yg telah menjadi milik Kristus; sebab di dalam Dia'tersembunyi segala harta hikmat' (Kol 2:3).

KEPUSTAKAAN. W. D Davies, Paul and Rabbinic Judaism, 1948, hlm 147-176; E Jacob dan R Mehl dalam Vocabulary of the Bible, ed J. J von Allmen, 1958; M Noth dan D. W Thomas (red), Wisdom in Israel and in the Ancient Near East, 1955; W. G Lambert, Babylonian Wisdom Literature, 1960; H Conzelmann, 'Wisdom in the NT', IDBS, 1976, hlm 956960; J. L Crenshaw (red), Studies in Ancient Israelite Wisdom, 1976; G von Rad, Wisdom in Israel, 1972; R. L Wilken (red) Aspects of Wisdom in Judaism and Early Christianity, 1975; J Goetzmann, dll, NIDNTT 3, hlm 1023-1038. DAH/BS




TIP #25: Tekan Tombol pada halaman Studi Kamus untuk melihat bahan lain berbahasa inggris. [SEMUA]
dibuat dalam 0.08 detik
dipersembahkan oleh YLSA