Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Yud 1:13
Jerusalem: Yud 1:13 - bintang-bintang Yang dimaksudkan ialah bintang-bintang siarah. Dalam buku-buku apokrip Yahudi bintang-bintang sering kali melambangkan malaikat-malaikat (bdk buku Hen...
Yang dimaksudkan ialah bintang-bintang siarah. Dalam buku-buku apokrip Yahudi bintang-bintang sering kali melambangkan malaikat-malaikat (bdk buku Henokh).
Ref. Silang FULL -> Yud 1:13
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yud 1:8-15
Matthew Henry: Yud 1:8-15 - Orang-orang Percaya yang Bebal Orang-orang Percaya yang Bebal (1:8-15)
Di sini Rasul Yudas memperlihatkan tuduhan terhadap para penipu yang sekarang sedang menyesatkan murid-muri...
Orang-orang Percaya yang Bebal (1:8-15)
- Di sini Rasul Yudas memperlihatkan tuduhan terhadap para penipu yang sekarang sedang menyesatkan murid-murid Kristus agar meninggalkan pengakuan iman dan ibadah agama-Nya yang kudus itu. Ia menyebut mereka orang-orang yang bermimpi-mimpian, mengingat bahwa khayalan merupakan mimpi dan awal atau jalan masuk kepada segala jenis kecemaran. Perhatikanlah, dosa adalah kecemaran. Dosa membuat manusia menjadi menjijikkan dan kotor di mata Allah yang Mahasuci, serta membuat mereka (cepat atau lambat, bertobat atau dihukum berat tanpa ampun) kotor di mata mereka sendiri, dan setelah itu menjadi kotor di mata semua orang di sekeliling mereka. Orang-orang yang bermimpi-mimpian ini memimpikan firdaus orang bodoh di bumi, dan akhirnya justru masuk ke neraka yang sebenar-benarnya. Biarlah watak, jalan, dan akhir mereka menjadi peringatan yang pantas dan cukup bagi kita. Dosa-dosa sejenis akan menghasilkan penghukuman dan sengsara. Di sini,
- I. Watak para pendusta ini digambarkan.
- 1. Mereka mencemarkan tubuh. Daging atau badan merupakan tempat langsung, dan sering kali penyebab menyedihkan bagi sejumlah besar pencemaran mengerikan. Meskipun dilakukan di dalam dan terhadap tubuh, namun semua kecemaran ini sangat melukai dan merusak jiwa. Keinginan-keinginan daging berjuang melawan jiwa (1Ptr. 2:11), dan di dalam 2 Korintus 7:1 kita membaca tentang pencemaran jasmani dan rohani, dan masing-masing pencemaran ini, walaupun sifatnya berbeda, mencemari manusia secara keseluruhan.
- 2. Mereka menghina kekuasaan Allah serta menghujat semua yang mulia di sorga. Pikiran mereka terganggu dan roh mereka durhaka, dan mereka lupa bahwa pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah (Rm. 13:1). Allah meminta kita untuk jangan memfitnah (Tit. 3:2). Dosa memfitnah akan semakin berat apabila perkataan kita ditujukan kepada para pejabat, yakni orang-orang yang sudah ditetapkan Allah untuk berkuasa atas kita. Dengan menghujat atau memfitnah orang, kita menghujat Allah sendiri. Atau, kita memahaminya, seperti yang dilakukan sejumlah orang, dalam kaitannya dengan agama, yang seharusnya memiliki pengaruh atas dunia bawah ini, maka para penghujat seperti ini menghina kekuasaan hati nurani, mengolok-oloknya, dan menyingkirkannya keluar dari dunia ini. Dalam kaitannya dengan firman Allah, yang merupakan aturan bagi hati nurani, maka para penghujat itu sudah menghina firman Allah. Semua wahyu ilahi tidak berarti apa-apa bagi mereka. Wahyu ilahi itu merupakan peraturan bagi iman dan perilaku, namun ini tidak akan berhasil sampai wahyu itu dipahami dan tertanam dalam diri orang. Atau, seperti yang dipahami sejumlah orang lain tentang ayat ini, umat Allah, yang sejati dan benar-benar umat-Nya, merupakan orang-orang mulia yang dibicarakan di sini, seperti yang disebutkan sang pemazmur, Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat kepada nabi-nabi-Ku (Mzm. 105:15). Mereka menghujat, dan seterusnya. Di mana-mana, agama dan orang-orang percaya yang bersungguh-sungguh senantiasa dihujat. Meskipun di dalam agama melulu yang ada hanyalah hal-hal yang sangat baik dan layak mendapatkan penghormatan tertinggi kita, karena mampu menyempurnakan sifat-sifat kita dan melayani semua kepentingan kita yang sejati dan luhur, namun mazhab ini, sebagaimana yang dijuluki lawan-lawannya, di mana-manapun (ia) mendapat perlawanan (Kis. 28:22).
- Pada kesempatan ini, Rasul Yudas menyebut penghulu malaikat, Mikhael (ay. 9). Para penafsir Kitab Suci kebingungan tentang apa yang dimaksudkan di sini dengan mayat Musa. Beberapa orang menduga, Iblis memperjuangkan anggapan bahwa Musa mungkin saja dikuburkan di depan orang banyak dengan upacara kehormatan, bahwa tempat dia dikuburkan diketahui umum, dan berharap dengan demikian bisa menarik orang-orang Yahudi yang mudah dipengaruhi untuk kembali menyembah berhala. Dr. Scott berpendapat bahwa tubuh Musa di sini berarti jemaat Yahudi, yang kehancurannya sangat diperjuangkan Iblis, seperti halnya dengan jemaat Kristen yang disebut tubuh Kristus di dalam gaya bahasa Perjanjian Baru. Ada pula orang-orang yang mempunyai penafsiran lain, tetapi saya tidak akan menyulitkan pembaca dengannya. Meskipun dalam perselisihan itu Mikhael merupakan pemenangnya, ia tidak menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan. Ia tahu bahwa alasan yang baik tidak membutuhkan senjata seperti itu untuk membelanya. Di sini dikatakan, ia tidak berani menghakimi, dan seterusnya. Mengapa ia tidak berani? Mikhael tidak takut kepada Iblis, tetapi percaya Allah akan dilanggar apabila di dalam pertengkaran seperti itu, ia berperilaku seperti itu. Ia berpendapat, tidak pantas untuk beradu keterampilan seperti itu dengan musuh besar Allah dan manusia, sehingga membuat mereka berlomba untuk saling mengutuk dan mencerca. Ini merupakan peringatan bagi semua orang yang berselisih, supaya tidak pernah menggunakan tuduhan dan cercaan dalam bertengkar. Kebenaran tidak membutuhkan dukungan dari kepalsuan ataupun ketidaksenonohan. Ada yang berkata, Mikhael tidak mau menghakimi Iblis dengan kata-kata hujatan, karena tahu sebelumnya bahwa Iblis terlampau tangguh baginya dalam menggunakan senjata itu. Ada pula yang berpendapat, di sini Rasul Yudas mengacu kepada ayat-ayat luar biasa yang bisa kita baca di dalam Bilangan 20:7-14. Iblis ingin menggambarkan Musa dengan kesan-kesan merugikan yang nama baiknya, yang sulit ditandingi. Nah, menurut pendapat ini, Mikhael tampil membela Musa, dan dengan roh pembela dan berani, ia berseru kepada Iblis, Kiranya Tuhan menghardik engkau. Ia tidak mau bertengkar dengan Iblis, ataupun berdebat perihal manfaat dari perkara yang istimewa itu. Mikhael tahu Musa adalah rekan sepelayanannya, orang kesayangan Allah, dan ia tidak mau membiarkan Musa dihina oleh si penghulu setan. Karena itu, dengan kemarahan yang benar dia berteriak, Kiranya Tuhan menghardik engkau. Sama seperti yang dikatakan Tuhan kita sendiri, Enyahlah, Iblis (Mat. 4:10). Musa adalah seorang tokoh yang mulia, seorang hakim yang dikasihi dan diperkenan Allah yang agung. Dan bagi sang penghulu malaikat, sungguh tidak tertahankan apabila tokoh seperti itu dihina oleh roh jahat yang memberontak seperti itu, tidak peduli setinggi apa pun kedudukannya. Pelajaran yang bisa ditarik dari sini adalah, kita harus membela orang-orang kepunyaan Allah, tidak peduli seganas apa pun Iblis dan kaki tangannya mengecam perilaku mereka. Orang-orang yang mengecam para hakim (terutama) yang lurus hati mengenai perilakunya, boleh pasti bahwa mereka akan mendengar perkataan ini, kiranya Tuhan menghardik engkau. Hardikan ilahi lebih berat ditanggung daripada yang disangka orang-orang berdosa yang gegabah.
- 3. Mereka menghujat segala sesuatu yang tidak mereka ketahui, dan seterusnya (ay. 10). Amatilah, orang-orang yang berbicara jahat tentang agama dan kesalehan, menghujat segala sesuatu yang tidak mereka ketahui. Sebab seandainya mereka mengetahuinya, mereka tentunya akan berbicara yang baik tentang hal-hal itu, sebab tidak ada hal lain selain yang baik dan unggul saja yang bisa benar-benar dikatakan perihal agama. Jadi sungguh menyedihkan apabila yang bertolak belakanglah yang justru dikatakan mengenai para pemeluknya. Kehidupan beragama merupakan kehidupan yang paling aman, bahagia, nyaman, dan terhormat. Amatilah lebih lanjut, manusia paling mudah berbicara yang buruk-buruk tentang orang-orang dan hal-hal yang sedikit sekali mereka kenal. Betapa sedikitnya orang yang menjadi korban dari lidah yang gemar memfitnah, seandainya orang-orang itu dikenal dengan lebih baik lagi! Di lain pihak, pengunduran diri bahkan melindungi beberapa orang dari kecaman yang patut. Justru apa yang mereka ketahui dengan nalurinya, dan seterusnya. Sungguh sulit, atau bahkan mustahil, menemukan musuh keras kepala terhadap Kekristenan, yang di dalam tindakan mereka yang dinyatakan, tidak hidup dengan keterbukaan, atau diam-diam menentang asas-asas agama alami. Banyak yang beranggapan hal ini sulit dan tidak mengenal belas kasihan. Namun, saya khawatir kebenarannya akan terungkap pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. Rasul Yudas menyebut orang-orang seperti itu binatang yang tidak berakal, meskipun mereka sering menganggap dan membanggakan diri, jika tidak sebagai orang paling bijaksana, setidaknya sebagai bagian umat manusia yang paling pintar. Hal-hal itulah yang mengakibatkan kebinasaan mereka. Artinya, dalam hal-hal yang paling sederhana, alami, dan penting, hal-hal yang paling terbuka dan tampak jelas bagi akal serta hati nurani alami. Bahkan di dalam hal-hal itu pun mereka merusak, merendahkan derajat, dan mencemari diri. Kesalahannya, apa pun itu, tidak terletak di dalam pemahaman atau pengertian mereka, tetapi di dalam keinginan cemar serta selera dan kesenangan mereka yang tidak pantas. Mereka sebenarnya bisa dan mungkin saja berperilaku lebih baik, tetapi mereka haruslah menentang kesenangan kotor yang mereka pilih dengan keras kepala, yang terlebih suka mereka puaskan daripada memadamkannya.
- 4. Di dalam ayat 11 Rasul Yudas menggambarkan mereka sebagai pengikut Kain, sedangkan di dalam ayat 12-13, sebagai orang-orang yang tidak percaya Tuhan dan cemar. Mereka ini hanya sedikit memikirkan dan boleh jadi sangat tidak percaya Allah atau dunia akan datang. Mereka digambarkan sebagai orang-orang rakus dan tamak, yang supaya dapat meraih keuntungan duniawi pada masa sekarang ini, tidak mau ambil pusing dengan apa yang akan terjadi nantinya. Mereka memberontak melawan Allah dan manusia, dan seperti Korah, mencoba-coba sehingga binasa seperti dia. Mengenai orang-orang seperti ini, Rasul Yudas selanjutnya berkata,
- (1) Mereka inilah noda dalam perjamuan kasihmu, agapai, yang begitu sering dibicarakan orang-orang pada zaman dahulu. Entah bagaimana caranya, melalui cara apa saja atau nasib buruk, mereka dibiarkan membaur di antara jemaat, tetapi menjadi noda yang cemar dan mencemari. Amatilah, sungguh merupakan hal yang sangat tercela, meskipun tidak terjadi dengan sengaja, terhadap agama, ketika orang-orang yang mengaku percaya dan bergabung dengan lembaga paling khidmat ini, di dalam hati maupun di dalam kehidupan mereka, tidak sesuai dan bahkan berlawanan dengannya. Mereka inilah noda. Meskipun begitu, betapa seringnya terjadi di dalam semua masyarakat Kristen, tidak terkecuali yang terbaik sekalipun, mereka justru merupakan noda seperti itu! Ini benar-benar sungguh disayangkan. Tuhan memulihkannya pada waktu dan cara-Nya nanti, bukan dengan cara manusia yang dengan membabi buta dan kasar mencabut tanaman gandum bersama lalangnya. Namun, di sorga yang kita nantikan dan harapkan sambil mempersiapkan diri, tidak ada pekerjaan gila dan perbuatan-perbuatan tidak pantas seperti ini.
- (2) Mereka tidak malu-malu melahap dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Tidak perlu diragukan lagi bahwa di situ ada pelahap-pelahap sejati, yang hanya berpikir untuk memuaskan nafsu mereka dengan kelezatan dan kelimpah-an makanan mereka. Mereka tidak mengindahkan peringatan Salomo (Ams. 23:2). Perhatikanlah, dalam makan dan minum sehari-hari saja orang perlu ada rasa takut yang kudus, terlebih lagi di dalam perjamuan kasih, meskipun adakalanya tanpa sadar kita lebih mudah lupa diri ketika sedang makan makanan sehari-hari daripada ketika saat perjamuan pesta. Sebab di dalam keadaan tersebut, kita kurang berjaga-jaga. Adakalanya, paling tidak bagi beberapa orang, berlimpahnya makanan dalam perjamuan itu bisa menjadi penangkal tersendiri, sedangkan bagi yang lain, hal itu bisa saja menjadi jerat yang berbahaya.
- (3) Mereka bagaikan awan yang tak berair, yang hanya menjanjikan hujan pada musim kemarau, tetapi sama sekali tidak melaksanakan apa yang mereka janjikan. Demikianlah halnya dengan orang-orang yang hanya mengaku percaya di mulut saja, yang awalnya menjanjikan banyak hal, bagaikan pohon-pohon yang berbunga sebelum musim semi, tetapi akhirnya tidak atau sedikit menghasilkan buah. Yang berlalu ditiup angin, ringan dan kosong, mudah ditiup ke sana kemari sesuai arah angin. Seperti itulah orang-orang percaya yang tidak mempunyai dasar kuat dan mudah menjadi mangsa penyesat. Sungguh menakjubkan mendengar begitu banyak orang yang bicara penuh percaya diri tentang begitu banyak hal yang sedikit atau tidak mereka ketahui, namun tidak memiliki hikmat dan kerendahan hati untuk melihat dan menyadari betapa sedikit yang mereka ketahui. Betapa bahagianya dunia kita ini seandainya manusia tahu lebih banyak atau menyadari betapa sedikit yang mereka ketahui.
- (4) Mereka bagaikan pohon-pohon yang dalam musim gugur tidak menghasilkan buah, dan seterusnya. Mereka bagaikan pohon-pohon, karena ditanam di kebun anggur Tuhan, namun tidak menghasilkan buah. Amatilah, mereka yang bagaikan pohon di musim gugur dapat dikatakan tidak menghasilkan buah sama sekali. Sama seperti hal kecil tidak pernah lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Sungguh menyedihkan ketika manusia sepertinya telah mulai dengan Roh, dan sekarang mengakhirinya di dalam daging, yang nyaris merupakan hal biasa sekaligus buruk. Ayat ini mengatakan bahwa orang-orang seperti itu dua kali mati (TL). Orang berpikir bahwa mati satu kali saja sudah cukup. Sebelum kasih karunia memperbarui kita ke taraf lebih tinggi daripada biasanya, tidak seorang pun dari antara kita suka berpikir tentang mati satu kali, meskipun hal ini telah ditetapkan bagi kita semua. Kalau begitu, apakah artinya mati dua kali? Mereka pernah mati satu kali secara alami, terjatuh, dan terhilang. Namun, mereka sepertinya pulih kembali, dan bagaikan orang yang pingsan, menjadi siuman kembali, ketika mereka mengakui agama Kristen. Namun, sekarang mereka mati lagi karena terbukti telah bersikap munafik: seperti apa pun mereka tampaknya, tidak terdapat apa pun yang hidup di dalam diri mereka. Orang-orang ini telah dicabut akarnya, sama seperti kita biasa memperlakukan pohon mati, yang tidak bisa kita harapkan lagi buahnya. Mereka sudah mati, mati, mati. Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma? Lemparkan mereka ke dalam api.
- (5) Mereka bagaikan ombak laut yang ganas, bergelora, ribut, dan hiruk pikuk. Mereka banyak bicara dan penuh gejolak, namun dengan sedikit (kalaupun ada) makna atau arti: membuihkan keaiban mereka sendiri, menyebabkan rasa tidak nyaman bagi orang-orang yang memiliki akal lebih sehat dan tabiat lebih tenang. Dan pada akhirnya hal ini akan mendatangkan aib dan celaan yang lebih hebat lagi bagi mereka. Doa sang pemazmur pantas menjadi doa setiap orang yang jujur dan baik, “Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku (Mzm. 25:21), dan jikalau tidak, binasalah aku.” Jika sekarang kejujuran nyaris tidak berarti, terlebih lagi perbuatan keji, dan hal ini akan segera terjadi. Ombak laut yang ganas sangat menakutkan bagi para penumpang kapal. Namun, setelah sampai di pelabuhan, ombak itu pun dilupakan seolah-olah tidak pernah terjadi: bunyi debur dan kengeriannya telah berakhir selamanya.
- (6) Mereka bagaikan bintang-bintang yang beredar (TL), planet-planet yang bergerak-gerak tidak beraturan, tidak mengikuti jalur tetap seperti bintang yang sudah mempunyai tempat pasti, tetapi senantiasa berubah tempat kedudukan, sehingga orang adakalanya sulit menemukannya. Kiasan ini melambangkan dengan hidup para guru palsu itu, yang adakalanya berada di sini dan terkadang di sana, sehingga orang tidak tahu di mana atau bagaimana harus menghentikan dan memancangkan mereka pada satu tempat. Setidaknya di dalam hal-hal penting, orang akan berpikir bahwa sesuatu haruslah pasti dan tetap. Hal ini bisa saja dilakukan walaupun tidak dengan sempurna di dalam diri kita sebagai makhluk hidup yang malang. Di dalam agama dan politik, yaitu dua hal besar yang menjadi bahan perdebatan zaman ini, sudah pasti harus ada satu hal utama tertentu yang mengenainya orang-orang yang bijaksana, baik, jujur, dan tidak memihak, bisa saling sependapat, tanpa perlu menjerumuskan rakyat ke dalam kesengsaraan dan kebingungan, atau menyulut kemarahan mereka karena ketidakpastian akan hal-hal yang penting.
- II. Kebinasaan orang-orang fasik ini dinyatakan: baginya telah tersedia tempat di dunia kekelaman untuk selama-lamanya. Guru-guru palsu pantas menantikan hukuman paling berat di dalam dunia ini dan yang akan datang. Mereka ini termasuk siapa saja yang dengan sengaja mengajarkan sesuatu yang tidak benar sepenuhnya (sebab siapa gerangan di dalam pertemuan umum, berani membuka Alkitab untuk mengajar orang lain, dengan berbicara dusta atau dengan maksud tersembunyi membawa orang ke jalan-jalan yang menyimpang dan berbelok, supaya ia mendapat kesempatan untuk menarik keuntungan atau memangsa mereka, atau (menurut istilah Rasul Petrus) berusaha mencari untung dari mereka (2Ptr. 2:3). Namun cukuplah bahasan mengenai hal ini. Sejauh menyangkut kekelaman atau kegelapan abadi, saya hanya mau katakan bahwa ungkapan yang dahsyat, termasuk semua kengerian yang terkandung di dalamnya ini, pantas bagi guru-guru palsu. Tanpa bermaksud memfitnah, mereka benar-benar pantas disebut demikian, yakni yang mencari keuntungan dari firman Allah, dan mengkhianati jiwa manusia. Jika hal ini pun tidak mampu membuat hamba-hamba Tuhan dan umat-Nya berhati-hati, saya tidak tahu apa lagi yang mampu melakukannya.
- Mengenai nubuatan Henokh (ay. 14-15), kita tidak mendapati hal ini disebutkan di bagian atau tempat lain Kitab Suci. Namun kini di dalam Kitab Suci-lah terdapat nubuatan seperti ini. Sebuah ayat dari Kitab Suci sudah cukup merupakan bukti tentang satu pokok yang harus kita percayai, terutama bila berkaitan dengan kenyataan. Namun, di dalam hal yang menyangkut iman, terutama iman yang menyelamatkan, Allah tidak menganggap baik (terpujilah nama kudus-Nya karena Ia tidak berbuat demikian) untuk menguji kita sejauh itu. Tidak ada satu pun pokok dasar dari agama Kristen yang tidak ditanamkan berulang kali di dalam Perjanjian Baru supaya kita dapat mengetahui tentang apa yang dilakukan Roh Kudus untuk kita perhatikan dengan sungguh-sungguh. Karena itu, ada yang mengatakan bahwa nubuat Henokh ini dipelihara melalui adat kebiasaan turun-temurun di dalam jemaat Yahudi. Yang lain mengatakan bahwa Rasul Yudas diilhami secara langsung tentang hal ini. Terlepas dari semua pendapat ini, pastilah bahwa memang terdapat nubuat seperti itu sejak zaman dahulu, yang sudah bertahan lama dan diterima secara umum oleh jemaat Perjanjian Lama, dan juga merupakan pengakuan iman Perjanjian Baru pada zaman kita. Amatilah,
- 1. Kedatangan Kristus untuk memberikan penghukuman telah dinubuatkan sejak pertengahan zaman para bapa leluhur, dan oleh sebab itu bahkan diterima pada zaman itu sebagai kebenaran yang diakui. Sesungguhnya Tuhan datang dengan sejumlah besar orang-orang kudus-Nya, termasuk para malaikat dan roh orang-orang benar yang telah disempurnakan. Betapa agungnya saat itu, ketika Kristus akan datang bersama beribu-ribu orang kudus-Nya! Kita juga diberi tahu untuk tujuan dan maksud agung yang dahsyat seperti apa Ia datang disertai orang-orang-Nya seperti itu, yakni untuk menghakimi semua orang.
- 2. Hal ini disebutkan dahulu kala, sebagai sesuatu yang ada di depan mata: “Sesungguhnya Tuhan datang. Ia sudah sedang datang, Ia akan muncul di depanmu sebelum kamu menyadarinya dan hanya dengan hidup berhati-hati dan bertekunlah kamu akan siap menyambutnya dengan sukacita.” Ia datang,
- (1) Untuk menghakimi orang-orang fasik.
- (2) Untuk menyatakan kesalahan mereka. Amatilah, Kristus tidak akan menjatuhkan hukuman ke atas siapa pun tanpa memeriksa perkara dan menyatakan kebersalahan orang. Pemeriksaan seperti ini pada akhirnya akan membungkam mereka sendiri. Mereka tidak akan bisa berdalih ataupun meminta maaf. Ketika itu tersumbat setiap mulut. Sang Hakim dan hukuman-Nya akan diterima dan disambut meriah (oleh semua orang tanpa pandang bulu). Bahkan orang-orang jahat yang dinyatakan bersalah pun diam membisu, meskipun saat ini mereka berkoar-koar membela diri dengan berani dan yakin sepenuh-penuhnya. Namun, bisa dipastikan bahwa persidangan pura-pura yang dijalani para tahanan di penjara di antara mereka sendiri, akan tampak sangat berbeda dengan persidangan sesungguhnya di pengadilan di hadapan Hakim yang sesungguhnya.
- Saya tidak dapat melewatkan ayat 15 tanpa memperhatikan betapa sering perkataan orang fasik ditekankan dan diulang-ulang paling sedikit empat kali: orang-orang fasik, perbuatan fasik, orang-orang berdosa yang fasik, dan mengenai caranya, dilakukan dengan fasik pula. Ungkapan saleh atau fasik nyaris tidak ada artinya bagi manusia pada zaman ini, selain hanya dicemooh dan diejek. Tetapi, tidak demikian halnya dengan tutur kata Roh Kudus. Perhatikanlah, baik kelalaian maupun perbuatan jahat harus dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman. Perhatikan selanjutnya, perkataan-perkataan keras kepada sesama, terutama dengan maksud jahat, pasti akan diperhitungkan dalam penghakiman pada hari besar. Marilah kita semua berjaga-jaga pada waktunya. “Bila engkau,” kata salah satu dari kaum Puritan zaman dahulu, “memukul (orang yang keliru disebut orang sesat, atau) orang yang menyebabkan perpecahan, dan Allah mendapati orang kudus yang benar terluka parah, perhatikanlah bagaimana engkau akan mempertanggungjawabkan hal itu.” Sudah terlambat untuk berkata di hadapan malaikat bahwa itu hanyalah kekhilafan belaka (Pkh. 5:5). Hanya di sinilah saya menyinggung ungkapan penulis yang mendapat pengilhaman ilahi itu.
SH: Yud 1:8-13 - Pesan bagi Para Pemimpi(n) (Senin, 13 Juni 2022) Pesan bagi Para Pemimpi(n)
Di dalam gereja asuhan Yudas, ada para pemimpi. Mereka mengeklaim bahwa mereka memiliki pesan dari Allah. Merekalah pemimp...
Pesan bagi Para Pemimpi(n)
Di dalam gereja asuhan Yudas, ada para pemimpi. Mereka mengeklaim bahwa mereka memiliki pesan dari Allah. Merekalah pemimpin gereja yang mengajar jemaat.
Sayangnya, para pemimpi ini bukan berasal dari Allah (bdk. Ul. 13:1-5; Yer. 23:16; Zak. 10:2). Alih-alih menghargai anugerah Allah, orang-orang ini mencemarkan tubuh mereka, menghina kekuasaan Allah, serta menghujat semua yang mulia di surga (8, 10). Seperti Kain, mereka tidak tunduk kepada ketetapan Allah (Kej. 4:5-8). Seperti Bileam, mereka melawan kekuasaan Allah (Bil. 22:21-33; 31:16). Seperti Korah, mereka mengajak orang lain untuk menghujat orang-orang pilihan Allah (Bil. 16:1-35).
Ini adalah masalah kemunafikan dan kerakusan (12). Mereka bertindak seolah-olah menghormati Allah, padahal menghormati diri sendiri. Mereka berlaku seolah-olah sedang mengajar hukum Allah, padahal sudah mengubahnya demi kepuasan diri sendiri.
Apa yang para pemimpin ini tidak sadari ialah mereka menabur kesia-siaan dan menggali kuburan mereka sendiri (12-13). Seperti Kain, Bileam, dan Korah, mereka akan dihukum. Kemunafikan dan kerakusan mereka akan dihentikan Allah. Kebinasaan akan menjadi upah mereka.
Sebagai jemaat, kita harus waspada dengan kehadiran para pemimpin lalim ini. Kita tidak boleh terbuai dengan klaim mereka bahwa mereka berasal dari Allah, menyuarakan pesan-Nya, dan bertindak sesuai pimpinan-Nya. Kita harus memerhatikan pesan yang mereka sampaikan dan bagaimana mereka hidup. Dari itulah kita tahu apakah mereka berasal dari Allah atau tidak.
Wahai pemimpin jemaat, ingatlah bagaimana Kain, Bileam, dan Korah dihukum Allah karena tindakan mereka. Karena itu, awasilah ajaran dan hidupmu. Bersungguh-sungguhlah dalam mempelajari firman Allah. Janganlah memalsukan firman Allah demi popularitas dan kebanggaan diri. Semua itu adalah kesia-siaan.
Janganlah berpura-pura, melainkan hiduplah secara autentik. Kepura-puraan adalah kepalsuan yang sia-sia, yang hanya akan menuntun jemaat menuju kehancuran. [JMH]
SH: Yud 1:5-16 - Awas, banyak penyesat! (Selasa, 11 Desember 2001) Awas, banyak penyesat!
Di dalam bagian ini, Yudas memberikan peringatan kepada
pembacanya agar bersikap kritis dalam menghadapi para
penyesat yang ...
Awas, banyak penyesat!
Di dalam bagian ini, Yudas memberikan peringatan kepada pembacanya agar bersikap kritis dalam menghadapi para penyesat yang ada bersama-sama dengan mereka di dalam satu lingkungan. Yudas membeberkan beberapa contoh pemberontakan yang secara gamblang dan pasti mendatangkan hukuman. Ia mulai dengan sejarah ketidaktaatan bangsa Israel (ayat 5), malaikat yang tidak taat (ayat 6), dan dosa penyimpangan penduduk Sodom dan Gomora (ayat 7). Yudas juga mempertajam tulisannya dengan menyebutkan tingkah laku para penyesat yang cepat menghujat semua yang mulia di surga (ayat 8-9), dan bertindak seperti Kain: sang pembunuh saudara, atau seperti Bileam: si pengajar bangsa Israel untuk berbuat dosa.
Para penyesat ini ibarat gembala palsu yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab kepada orang lain, kecuali bagi dirinya sendiri. Pangkal perbandingan dalam ayat 12b adalah jelas karena awan-awan dan pohon-pohon memang menjanjikan suatu hasil, namun kenyataannya gagal sama sekali.
Sama seperti bangsa Israel, sekalipun telah menerima hak istimewa, mereka tetap dapat jatuh ke dalam malapetaka. Kita juga tidak dapat memandang diri kita sudah aman, oleh sebab itu kita perlu selalu berada di dalam kewaspadaan terhadap hal-hal yang keliru. Untuk mengantisipasi kondisi ini maka kita harus mengingat bahwa demikian juga mereka yang mengacaukan gereja tidak pernah memandang diri mereka sebagai musuh-musuh gereja dan kekristenan, melainkan menganggap diri mereka sebagai pemikir-pemikir yang sudah lebih maju atau suatu golongan yang berada di atas orang Kristen biasa. Kelompok ini sering dikenal sebagai kelompok elite rohani palsu. Kita perlu mewaspadai mereka dengan sungguh-sungguh.
Renungkan: Para penyesat yang sedang melancarkan propaganda ajarannya tidak pernah memasang plang atau spanduk yang bertuliskan bahwa mereka adalah penyesat. Kitalah yang harus selalu memperingatkan diri sendiri dan saudara seiman agar tidak tertipu oleh para penyesat yang berada dekat dengan jemaat. Alih-alih mereka yang mempengaruhi kita, kitalah yang seharusnya mempengaruhi mereka.
SH: Yud 1:5-19 - Jangan sesat! (Kamis, 15 Oktober 2009) Jangan sesat!
Menjauh dari Allah?” Kita mungkin akan menggelengkan kepala untuk
menolak ajakan itu. Namun mari kita perhatikan tindakan kita,
...
Jangan sesat!
Menjauh dari Allah?” Kita mungkin akan menggelengkan kepala untuk menolak ajakan itu. Namun mari kita perhatikan tindakan kita, gaya hidup kita, pola konsumsi kita, apakah semua itu sudah sesuai dengan kehendak Allah?
Yudas memberi contoh untuk menjelaskan bahwa di antara komunitas orang beriman, ada yang memberontak terhadap Allah. Misalnya orang Israel yang mengalami kedahsyatan Allah saat dibebaskan dari Mesir (ayat 5). Beberapa dari antara mereka kemudian tidak mau memercayai Allah. Akibatnya Tuhan menghukum dengan tidak membiarkan mereka masuk ke tanah perjanjian. Atau sekelompok malaikat yang semula punya hak istimewa untuk tinggal di dekat Allah (ayat 6). Beberapa dari antara mereka memberontak melawan Allah. Tentu saja mereka akan menerima murka-Nya! Contoh lain adalah Sodom dan Gomora, dengan penyimpangan seksual mereka (ayat 7). Mereka menerima hukuman (Kej. 19:1-29).
Bagi Yudas, para penyesat itu seperti pemimpi yang hidup dalam dunia religius yang tidak nyata, yang menginginkan kehidupan beriman sesuai keinginan sendiri (ayat 8-10). Mereka seperti Kain, yang menjalankan ritual agama tanpa iman; atau seperti Bileam, yang mempraktikkan hidup keagamaan untuk keuntungan pribadi; atau seperti Korah, yang menolak otoritas Allah (ayat 11). Selain itu mereka juga rakus (ayat 12). Tak heran bila Yudas menggambarkan bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak punya kualitas iman (ayat 12-13) karena hidup menuruti hawa nafsu fasik (ayat 18-19). Mereka tidak membiarkan Roh Kudus memimpin hidup mereka. Sebab itu Yudas memperingatkan bahwa mereka akan dihukum Allah (ayat 14-16).
Bagaimana penilaian kita tentang hidup yang demikian? Mengerikan? Namun mari selidiki diri kita, masih adakah segi hidup yang tidak kita serahkan untuk dipimpin Roh Kudus? Masih adakah aspek hidup yang kita hindarkan dari mata tajam Allah karena keinginan memuaskan diri? Kiranya kita memperlihatkanlah hidup yang sesuai dengan iman dan pengenalan akan Tuhan yang kudus.
Topik Teologia -> Yud 1:13
Topik Teologia: Yud 1:13 - -- Dosa
Deskripsi tentang Dosa-dosa dan Pendosa
Gereja
Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
Masalah Kerohanian dan Keagamaan dalam Ge...
- Dosa
- Deskripsi tentang Dosa-dosa dan Pendosa
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Kerohanian dan Keagamaan dalam Gereja
- Masalah Kerohanian yang Bersifat Eksternal dan Objektif
- Saudara, Rasul dan Pengajar Palsu
- Eskatologi
- Neraka
- Gambaran Neraka
- Gambaran Neraka
- Kegelapan
TFTWMS -> Yud 1:8-13
TFTWMS: Yud 1:8-13 - Gambaran Guru-guru Palsu GAMBARAN GURU-GURU PALSU (Yudas 1:8-13)
8 Namun dengan cara yang sama orang-orang ini, juga dengan mimpi, menajiskan tubuhnya, dan menolak otoritas, ...
GAMBARAN GURU-GURU PALSU (Yudas 1:8-13)
8 Namun dengan cara yang sama orang-orang ini, juga dengan mimpi, menajiskan tubuhnya, dan menolak otoritas, dan mencaci keagungan malaikat. 9 Tetapi penghulu malaikat Mikhael, ketika ia berbantah dengan Iblis dan berdebat tentang mayat Musa, tidak berani berkata melawan Iblis dalam penghakiman yang mengecam, tetapi berkata, "Kiranya Tuhan menghardik engkau!" 10 Tetapi orang-orang ini mencaci hal-hal yang mereka tidak mengerti; dan hal-hal yang mereka ketahui melalui insting, seperti binatang yang tak berakal, yang dengan hal-hal ini mereka dihancurkan. 11 Celakalah mereka! Karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain, dan demi upah mereka sudah menceburkan diri ke dalam kesesatan Bileam, dan binasa dalam pemberontakan Korah. 12 Ini adalah orang-orang yang seperti karang tersembunyi dalam perjamuan kasihmu ketika mereka berpesta dengan kamu tanpa rasa takut, mengurusi diri mereka sendiri; awan yang tak berair, yang berlalu ditiup angin; pohon-pohon musim gugur yang tidak berbuah, yang benar-benar mati, tumbang. 13 Ombak laut yang ganas, yang menyemburkan aib mereka sendiri seperti buih; bintang-bintang yang mengembara, yang untu mereka kegelapan yang pekat telah disediakan untuk selama-lamanya (NASB).
Dengan mengacu kepada contoh-contoh dari Perjanjian Lama dan dari tulisan Yahudi antar perjanjian, Yudas melanjutkan kecamannya terhadap guru-guru palsu itu. Namun, ia tidak pernah membahas secara khusus apa saja ajaran mereka itu. Mereka memang sombong. Mereka tidak menghormati otoritas rohani. Mereka itu bodoh dan tidak responsif terhadap perbaikan. Mereka itu lebih seperti binatang liar ketimbang manusia yang punya nalar, dan akal sehat. Mungkin orang-orang yang ada di dalam pikiran Yudas tidak punya sama sekali kedalaman atau pemahaman masalah rohani. Yudas tampaknya kurang tertarik kepada apa yang mereka ajarkan dibandingkan kepada pelbagai akibat ajaran mereka itu. Yudas lebih terganggu oleh perilaku cemar mereka dan pujian mereka atas perilaku cemar itu dibandingkan oleh apa yang mereka ajarkan. Pada akhirnya, mereka menjanjikan apa yang mereka tidak bisa tepati (lihat 2 Petrus 2:19).
Ayat 8. Setelah sempat menyinggung guru-guru palsu itu dalam ayat sebelumnya, Yudas kini mengalihkan perhatiannya langsung kepada mereka. Ia menarik beberapa implikasi dari tiga contoh yang baru saja ia sajikan. Guru-guru palsu itu tidak belajar apa-apa dari contoh-contoh masa lalu tentang penghakiman Allah atas orang-orang jahat. Mereka melanjutkan pola ketidaktaatan yang sama yang terlihat pada bangsa Israel yang tidak percaya, pada para malaikat yang keluar dari wilayah kekuasaan mereka, dan pada kaum laki-laki Sodom dan Gomora.
Sulit untuk memutuskan bagaimana mimpi guru-guru palsu itu cocok dengan pemberontakan mereka. Alkitab KJV mencoba mengklarifikasi itu dengan menerjemahkan kata itu "pemimpi mesum," tetapi di dalam kata Yunani untuk "mimpi" (ejnupnia÷zomai, enupniazomai) tidak ada tersirat percabulan, jika kata "mesum" tambahan itu dianggap menyiratkan hal itu. Alkitab KJV menyiratkan bahwa pikiran lawan-lawan Yudas sangat terpaku pada kemesuman, mungkin percabulan, sehingga mereka memanjakan diri dengan "mimpi" tentang kesesatan yang ingin mereka lakukan. Orang teringat kepada gambaran Mikha tentang orang-orang yang "merancang kejahatan," lalu "melaksanakan kejahatan di tempat tidur mereka" (Mikha 2:1; NASB).
Kemungkinan yang lebih mungkin adalah bahwa lawan-lawan Yudas membenarkan doktrin mereka dan kemesuman mereka dengan mengacu kepada mimpi-mimpi yang mereka akui diberikan oleh Allah kepada mereka. Jika itu benar, penambahan kata "mesum" dalam Alkitab KJV hanya membingungkan masalah itu. Menurut J. N. D. Kelly, Yudas mengarahkan perhatian kepada "mimpi" guru-guru palsu "karena mereka memiliki pengalaman penglihatan yang menggembirakan, atau mengaku memiliki penglihatan itu, dan berusaha untuk membenarkan doktrin dan praktik mereka berdasarkan kekuatan penglihatan itu."7Kelly kemungkinan benar.
Pengakuan tentang pengalaman penglihatan merupakan sarana umum yang digunakan oleh para guru palsu moderen dan zaman dulu untuk memperoleh keyakinan orang-orang dan untuk memberikan kredibilitas kepada pengakuan mereka. Orang menemukan hal itu di tempat lain dalam Perjanjian Baru. Paulus membedakan penglihatannya sendiri dengan penglihatan yang diakui sendiri oleh "rasul-rasul super" itu (2 Korintus 12:1-4; lihat 2 Korintus 11:5; 12:11; NIV). Mereka yang membahayakan gereja-gereja di Kolose, mendasarkan sikap mereka "pada penglihatan" yang mereka akui sudah mereka lihat (Kolose 2:18). Setelah mempertimbangkan, ini adalah penjelasan terbaik tentang "mimpi" guru-guru palsu itu. Alkitab NASB memberi tanda baca dengan baik ketika memulai ungkapan "juga dengan mimpi" dengan tanda koma.
"Mimpi" guru-guru palsu itu setidaknya merupakan satu cara mereka yang digunakan untuk membenarkan apa yang tidak lebih daripada daya tarik keinginan daging. Terlepas dari apa yang mereka akui untuk membenarkan impian mereka, Yudas menegaskan bahwa perilaku mereka memiliki karakter yang sama yang terlihat pada kaum laki-laki Sodom.
Ada dinyatakan bahwa guru-guru palsu itu, di satu sisi, menajiskan tubuhnya, dan di sisi lain, menolak otoritas. Dalam bahasa Yunani ungkapan-ungkapan ini terikat bersama dengan erat dengan kata-kata me÷n (men) dan de/ (de). Gambaran Yudas pada titik ini sangat dekat dengan gambaran dalam 2 Petrus 2:10. Tampaknya dua ungkapan itu, "menolak otoritas" dan mencaci keagungan malaikat, harus dipahami sebagai satu kesatuan. Keduanya menggambarkan kesombongan guru-guru palsu itu.
Apa yang Yudas maksudkan dengan "mencaci keagungan malaikat" adalah kurang jelas dibandingkan dengan yang ditunjukkan oleh pelbagai terjemahan. Bahasa Yunaninya sejajar dengan yang terdapat dalam 2 Petrus 2:10. Diterjemahkan dengan lebih harfiah, ia mengatakan mereka itu "menghujat hal-hal yang mulia." Alkitab NASB, bersama dengan sejumlah terjemahan lain, memahami "hal-hal yang mulia" itu sebagai mengacu kepada kekuatan malaikat, tapi itu belum tentu demikian. Dalam komentari tentang 2 Petrus, kita berpendapat bahwa "hal-hal yang mulia" itu paling baik dipahami sebagai otoritas gereja. Para rasul dan orang-orang lain yang bicara dengan otoritas, pada bacaan ini, adalah "orang-orang yang mulia." Di antara pelbagai pertimbangan lain, sulit untuk memahami bagaimana kecaman atas para malaikat itu akan memajukan kepentingan guru-guru palsu itu. "Otoritas" bagi gereja-gereja yang disinggung oleh Yudas berada di tangan para wakil Kristus, khususnya, para rasul. (Untuk informasi lebih lanjut, lihat komentari tentang 2 Petrus 2:10b, 11.)
Ayat 9. Di dalam Perjanjian Baru nama malaikat Mikhael disebut namanya di sini dan di Wahyu 12:7. Hanya di sini ia disebut penghulu. Istilah "penghulu" ditemukan di sini dan dalam 1 Tesalonika 4:16. Makhluk malaikat yang menyandang nama Mikhael, yang disebut "pemimpin besar," disebut tiga kali dalam Daniel (Dan. 10:13, 21; 12:1). Namanya berarti "Siapakah yang seperti Allah?" Satu-satunya malaikat lain yang disebut namanya di dalam Alkitab adalah Gabriel (Daniel 8:16; 9:21; Lukas 1:19, 26), meski malaikat yang ketiga, Raphael, muncul di seluruh kitab apokrifa yang disebut Tobit.8Gabriel berarti "manusia Allah yang kuat," dan Raphael berarti "Allah telah menyembuhkan."
Kisah Mikhael bertikai dengan Iblis mengenai mayat Musa tidak ditemukan di dalam Perjanjian Lama. Karena itu, kita bertanya-tanya siapakah kira-kira sumber Yudas untuk kisah itu. Kisah itu bukan hanya tidak terdapat di dalam Alkitab, tapi juga tidak ditemukan di dalam dokumen sebelum Yudas yang berhasil selamat dari dunia kuno. Namun begitu, ada beberapa penulis Kristen awal yang percaya bahwa kisah pertikaian Mikhael dengan Iblis mengenai mayat Musa berasal dari tulisan antar perjanjian yang disebut Asumsi Musa. Dari perspektif abad kedua puluh satu, sulit untuk mengetahui apakah karya itu merupakan sumber cerita bagi Yudas.
Memang benar bahwa bagian dari tulisan yang tak berjudul berhasil selamat dari zaman kuno yang, dinilai dari isinya, akan lebih tepat disebut Perjanjian Musa.9 Beberapa orang berpendapat bahwa Perjanjian Musa dan Asumsi Musa yang berhasil selamat adalah karya yang sama. Perjanjian Musa tidak lengkap, namun bagian yang berhasil selamat tidak memiliki kisah Mikhael bertikai dengan Iblis mengenai mayat Musa. Orang tidak bisa yakin bahwa Asumsi Musa adalah sama seperti tulisan penggalan yang berhasil selamat. Pada akhirnya kita harus mengakui bahwa tidak jelas dari mana kisah ini berasal. Untungnya, kurangnya informasi kita tentang sumber Yudas tidak mengurangi maksudnya.
Acuan Yudas kepada insiden antara Iblis dan Mikhael menimbulkan pertanyaan lain. Apakah episode seperti itu benar-benar terjadi? Apakah pada titik tertentu benar-benar terjadi sengketa antara iblis dan Mikhael mengenai mayat Musa? Pertanyaan yang lebih luas menyangkut kesaksian yang dibuat oleh para penulis Alkitab terhadap sejarah. Karena Yudas menyinggung insiden itu, apakah secara otomatis itu berarti insiden itu benar-benar terjadi?
Pertanyaan-pertanyaan ini adalah penting sebab mereka memiliki pengaruh terhadap apa yang kita maksudkan dengan "pengilhaman," dan bagaimana kita memahami Alkitab mencatat sejarah. Memang jelas bahwa tidak semua narasi dalam Alkitab harus dipahami sebagai gambaran peristiwa yang apa adanya yang terjadi secara nyata. Misalnya, ketika Yesus berkata, "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun" (Lukas 10:30), semua kata-kata-Nya itu memiliki hiasan catatan sejarah. Konteksnya, bagaimanapun, membuat jelas bahwa kata-kata itu adalah bagian dari sebuah perumpamaan. Perumpamaan, berdasarkan sifatnya, menggambarkan adegan yang masuk akal, namun tidak mengklaim sedang menceritakan sejarah. Dalam Kitab Hakim-Hakim, salah satu putra Gideon, Yotam, menyampaikan sebuah dongeng kepada penduduk Sikhem. Ia mengatakan, "Sekali peristiwa pohon-pohon pergi mengurapi yang akan menjadi raja atas mereka" (Hakim 9:8). Yotam jelas sekali tidak sedang mengatakan peristiwa itu benar-benar terjadi. Ia menggunakan jenis dongeng untuk menyampaikan maksud tentang cara perilaku penduduk Sikhem.
Konteksnya harus memutuskan apakah suatu narasi menggambarkan peristiwa yang terjadi dalam sejarah yang nyata atau tidak. Dalam kasus sengketa antara Mikhael dan Iblis mengenai mayat Musa, tidak banyak hal dalam konteks itu yang bisa membantu pembaca untuk memutuskan apakah peristiwa nyata sedang digambarkan. Namun begitu, masuk akal untuk berpendapat bahwa sengketa atas mayat Musa adalah kisah fiksi yang dikenal baik oleh Yudas dan para pembacanya. Maksud yang Yudas ingin sampaikan tidak tergantung pada keadaanya sebagai catatan tentang suatu peristiwa nyata. Apakah kisah itu fiksi atau sejarah, kisah itu berfungsi untuk menggambarkan maksud yang Yudas ingin sampaikan. Orang Kristen mungkin saja berbeda pendapat tentang apakah pertikaian yang digambarkan oleh Yudas itu merupakan peristiwa yang terjadi secara nyata atau tidak. Yang tidak dapat digugat adalah bahwa kisah ini tidak diceritakan di dalam Perjanjian Lama.
Terlepas apakah Yudas menekan pengetahuan populer untuk melayani atau mengacu kepada suatu peristiwa yang terjadi dalam sejarah, namun maksudnya adalah sama. Dalam hal ini, validitas maksud itu tidak tergantung pada apakah peristiwa itu telah terjadi dalam sejarah. Ada banyak kasus lain di mana validitas ajaran Alkitab muncul langsung dari karakter sejarah pelbagai peristiwa terkait. Aturan yang aman adalah ini: Ketika maksud yang ingin penulis Alkitab sampaikan tergantung pada kebenaran terjadinya peristiwa itu, pembaca Alkitab harus menganggapnya sebagai kesaksian sejarah. Di sisi lain, ketika validitas maksud itu tidak memiliki pengaruh pada kebenaran terjadinya peristiwa itu, penulis itu bisa jadi tidak sedang membuat klaim atas sejarah.
Yudas menggunakan argumentasi dari yang lebih rendah kepada yang lebih besar, meski argumentasi negatifnya membuat itu sedikit tidak jelas. Pengertiannya adalah: Jika Mikhael menolak berkata melawan [Iblis] dalam penghakiman yang mengecam, betapa lebihnya lagi guru-guru palsu itu seharusnya menolak untuk "Mencaci hal-hal yang mereka tidak mengerti." Mikhael rela menyerahkan penghakiman ke tangan Allah. "Kiranya Tuhan menghardik engkau!" katanya. Jika langkah seperti itu bagus untuk Mikhael, akan bijaksana bagi manusia untuk melakukan hal yang sama.
Ayat 10. Seperti Petrus, Yudas tanpa beban dalam mengecam orang-orang yang bertekad mengompromikan pesan Kristen. Dengan hinaan yang jelas ia menyebut mereka sebagai orang-orang ini. Dalam ayat 8, ia sudah memulai, "Namun dengan cara yang sama orang-orang ini." Dalam ayat 12, ia akan berkata, "Ini adalah orang-orang yang seperti karang yang tersembunyi."
Dalam ayat 8 Yudas sudah bicara tentang mereka bahwa mereka "mencaci" orang-orang yang memiliki otoritas yang ditetapkan oleh Allah untuk memimpin gereja. "Mencaci" seseorang adalah bicara tentang dia secara menghina. Ketika pihak yang dicaci itu adalah Allah, artinya adalah "menghujat." Alkitab NEB menerjemahkan, "Tapi orang-orang ini mencurahkan pelecehan ke atas hal-hal yang mereka tidak mengerti." Alkitab NASB mengatakan bahwa mereka mencaci hal-hal yang mereka tidak mengerti.
Kebodohan yang mereka timbulkan sendiri dan kedurhakaan yang memuji diri adalah sumber cara hidup mereka yang tak bermoral (ay. 4). Yudas sangat terganggu oleh pemikiran "orang-orang ini" dan kerusakan yang mereka sedang laku-kan terhadap kepentingan Kristus, sehingga kalimatnya menjadi kacau; ia memecah pokok pikirannya di pertengahan langkahnya. Alkitab NIV menangkap semangat kata-kata Yudas itu dengan menerjemahkan bagian terakhir ayat itu, "… hal-hal apa yang mereka pahami dengan insting, seperti binatang yang tak berakal—hal-hal inilah yang menghancurkan mereka."10
Yudas menuduh bahwa pengetahuan seperti yang "orang-orang ini" miliki adalah sepenuhnya pada tingkatan binatang, insting. Kekuatan pendorong di belakang apa yang mereka lakukan adalah kelangsungan hidup dan expansi mereka sendiri. Tidak hanya itu, tetapi guru-guru palsu itu "[tidak] mengerti" hal-hal yang mereka beritakan. Yudas mengisyaratkan bahwa ketika Kristus adalah subyeknya, maka ada tingkat pemahaman yang lahir karena menganut injil. Orang Kristen hidup di dalam Kristus seperti ikan hidup di dalam air. Sebaliknya, guru-guru palsu itu hidup di alam kedagingan. Mereka itu mungkin harus memahami apa artinya berada di dalam Kristus seperti hamster akan memahami apa artinya hidup di air. Sama seperti orang harus hidup di air untuk memahami jenis kehidupan seperti apakah itu, orang harus berada di dalam Kristus untuk memahami damai sejahtera yang Ia tawarkan dan cara hidup yang Ia miliki untuk umat-Nya. Terlepas dari apa yang diklaim oleh "orang-orang ini," mereka tidak sedang mengikut Kristus. Karena itu mereka tidak punya pengertian.
Seperti Yudas, Paulus menegaskan bahwa orang Kristen memahami hal-hal rohani pada tingkatan yang tidak bisa diketahui oleh orang non-percaya. Masalah ini muncul dalam 1 Korintus: "Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani" (1 Korintus 2:14). Yudas menalar secara sama. Orang-orang ini, tegasnya, tidak mengenal Kristus. Mereka mengandalkan insting dan hidup berdasarkan tingkat fungsi sepenuhnya. Mereka itu seperti binatang yang tak berakal. Hal-hal yang mereka klaim untuk kebaikan orang Kristen malah menyebabkan keterpisahan dari Allah. Yudas tidak ragu ke mana jalan guru-guru palsu ini berujung. Ia ingin para pembacanya mengetahui bahwa dengan hal-hal ini mereka [akan di] hancurkan. Yudas khawatir saudara-saudarinya akan mengikuti mereka kepada kehancuran yang sama, itulah sebabnya ia menulis seperti yang ia lakukan (ay. 3, 4).
Ayat 11. Yudas terus menggali kasusnya. Celakalah mereka! katanya. Seperti orang-orang lain yang telah memberontak kepada Allah, mereka menghadapi penghakiman Allah yang penuh amarah. Seperti yang pernah ia lakukan sebelumnya, Yudas menggunakan tiga contoh dari Perjanjian Lama untuk menyampaikan maksudnya. (1) Guru-guru palsu itu sedang mengikuti jalan yang ditempuh Kain. (2) Mereka terlibat dalam kesesatan Bileam . (3) Selain itu, seperti orang lain yang mencari kemuliaan bagi diri mereka sendiri bahkan jika itu berarti menentang Allah, orang-orang ini akan binasa seperti dalam pemberontakan Korah. Yudas sebelumnya sudah membandingkan lawan-lawannya itu dengan tiga kelompok: Israel yang tidak percaya, para malaikat yang memberontak, dan penduduk Sodom (ay. 5-7). Dengan masih menggunakan Perjanjian Lama, ia mengalihkan perhatiannya kepada tiga contoh tambahan. Contoh-contoh sebelumnya bersifat kelompok: Kaum Israel, para malaikat, dan penduduk Sodom. Contoh dalam ayat ini terdiri dari individu yang telah dihakimi oleh Allah.
Setidaknya ada tiga alasan mengapa Yudas mungkin telah memilih contoh-contoh khusus untuk menyatakan bahwa penghakiman Allah sudah ditetapkan untuk lawan-lawan-Nya. Pertama, tiga mungkin telah menjadi bagian dari bentuk format yang dikenal baik oleh Yudas dan para pembacanya. Ketika subyeknya adalah orang-orang jahat, tiga contoh ini mungkin bisa menjadi pasokan contoh. Kedua, Yudas mungkin telah memilih mereka secara acak, tanpa alasan tertentu. Contoh-contoh itu mungkin muncul di pikirannya dari daftar panjang contoh-contoh serupa di dalam Alkitab.
Ketiga, mungkin ada sesuatu yang khusus bagi contoh-contoh ini yang membuat mereka cocok untuk guru-guru tertentu yang Yudas hadapi. Sifat ketidaktaatan mereka kepada Allah mungkin telah ada dalam urutan ketidaktaatan lawan-lawan Yudas.
Apakah ada sesuatu tentang "jalan yang ditempuh Kain" yang menjadikan dia contoh yang tepat bagi guru-guru palsu yang Yudas hadap? Kisah Kain—pemberontakannya dan pelbagai akibat kejahatannya—terdapat di dalam Kejadian 4. Setelah Kain marah terhadap saudaranya, Allah menampakkan diri kepada dia. Allah sensitif terhadap kemarahan Kain. Ia bicara dengan penuh kasih sayang. Allah menanya dia tentang kemarahannya, tetapi Ia membuat jelas bahwa kemarahan Kain tidak bisa dibenarkan. Lalu Ia berkata, "Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya" (Kejadian 4:7). Setelah itu, satu pernyataan singkat menyusul. Itu hanya berbunyi, "Kata Kain kepada Habel, adiknya" (Kejadian 4:8a). Tampaknya ia memberitahu dia tentang percakapannya dengan Allah. Mungkin saudaranya itu mendebat, meski tidak ada dikatakan secara langsung tentang hal itu. Namun begitu, kata-kata selanjutnya mengatakan mereka berada di ladang, dan Kain membunuh saudaranya Habel.
Orang-orang Yahudi dari periode Perjanjian Baru terpesona oleh kisah Kain.11Jika para pembaca Yudas sebagian besar atau seluruhnya adalah orang Yahudi yang telah diubah hidupnya kepada Kristus, mereka mungkin telah mengenal baik beberapa spekulasi Yahudi tentang Kain. Bila spekulasi dikesampingkan, jelas terlihat dari Kejadian bahwa Kain punya kecenderungan tidak mau diyakinkan oleh Allah. Seperti guru-guru palsu, ia tidak mau menerima dorongan Allah. Penghulu malaikat Mikhael tidak bersedia melontarkan penghakiman yang mengecam Iblis (ay. 9). Lawan-lawan dalam surat Yudas mencaci otoritas rasuli tanpa menahan diri. Alih-alih mengikuti teladan Mikhael, mereka malah menempuh jalan Kain, dengan sombong mengejar jalan mereka sendiri, menolak bimbingan yang Allah telah tawarkan kepada mereka. Contoh Kain tampaknya bukan contoh acak. Perilakunya tampaknya cocok dengan apa yang Yudas katakan tentang lawan-lawannya.
"Bileam" adalah seorang nabi sewaan. Kita berharap tahu lebih banyak tentang dia. Bagaimana ia dipanggil? Orang macam apakah ia itu? Tampaknya ia memiliki beberapa sifat yang baik yang menyebabkan Allah memilih dia untuk menyampaikan firman-Nya. Pada umumnya, kisah Bileam ditemukan dalam Bilangan 22-24. Nabi itu terkesan ketika raja Moab memperhatikan dirinya. Balak mengirim delegasi terhormat dan hadiah yang berlimpah. Hati nabi itu terbelah. Ia ingin pergi, tapi Ia adalah hamba Allah. Allah berkata, "Janganlah engkau pergi" (Bilangan 22:12).
Mungkin utusan Balak itu memberitahu dia tentang sikap goyah Bileam. Raja Moab mengirim rombongan yang lebih megah, dengan uang yang lebih banyak. Bileam jelas ingin pergi bersama utusan itu. Allah, pada dasarnya, berkata kepada dia "Silakan dan lakukan apa yang engkau putuskan untuk dilakukan." "Kesesatan Bileam" adalah kesediaannya menempatkan Allah dalam pasar lelang, menjual firman-Nya kepada penawar tertinggi.
Pada akhirnya, Bileam mengucapkan berkat, bukan kutukan kepada Israel, tetapi Bileam tidak gagal sama sekali. Uang yang Balak keluarkan tidak sia-sia. Belakangan, Musa bicara kepada kaum Israel tentang perlakuan toleran terhadap kaum perempuan Moab dalam kata-kata ini, "Bukankah perempuan-perempuan ini, atas nasihat Bileam, menjadi sebabnya orang Israel berubah setia terhadap TUHAN dalam hal Peor, sehingga tulah turun ke antara umat TUHAN"(Bilangan 31:16; lihat Wahyu 2:14). Bileam memberitahu Moab cara menjerat Israel dalam percabulan yang menimbulkan dosa. Contoh Bileam, seperti contoh Kain, adalah tepat bagi guru-guru palsu yang Yudas hadapi.
Dari tiga contoh pemberontakan individu yang dikutip oleh Yudas, Bileam adalah satu-satunya yang juga Petrus sebut (2 Petrus 2:15). Nabi ini memiliki dua sifat guru-guru palsu yang terdapat dalam Yudas. Pertama, melalui nasihatnya Moab membujuk Israel ke dalam percabulan dan penyembahan berhala. Seperti Bileam, guru-guru palsu memikat orang ke dalam cara hidup tak bermoral. Kedua, minat pertama Bileam adalah kepada uang yang ditawarkan kepada dia. Seperti dia, guru-guru palsu itu lebih peduli terhadap keuntungan mereka sendiri daripada kemuliaan Allah. Baik Petrus dan Yudas menuduh Bileam sebagai nabi sewaan. Demikian pula, guru-guru palsu itu mengeksploitasi umat Allah untuk keuntungan mereka sendiri. Apakah Yudas mengingat Bileam sebagai contoh acak ketidaktaatan? Jelas tidak! Guru-guru palsu yang ia hadapi mengikuti tradisi Bileam.
Secara singkat kita harus mencatat bahwa dakwaan Yudas atas Bileam sebagai guru sewaan bukanlah dakwaan terhadap penyediaan dukungan materi bagi mereka yang bekerja dalam kerajaan Allah. Hal ini jelas dalam Perjanjian Baru bahwa mereka yang memberikan usaha penuh waktu untuk memberitakan Kristus mendapat sokongan dari orang-orang percaya yang menghormati mereka (1 Korintus 9:3-14; 1 Timotius 5:17, 18). Namun begitu, seorang pekerja penuh waktu dalam kerajaan Allah tidak bekerja untuk upah seperti tukang listrik atau dokter. Jika ia seperti itu, ia akan menjadi orang sewaan belaka. Ia bekerja untuk dan bertanggung jawab kepada Allah.
"Korah" adalah seorang Lewi yang kesal karena tidak mendapat bagian dalam imamat yang diberikan kepada Musa dan Harun. Kisahnya terdapat dalam Bilangan 16:1-11. Korah menemukan beberapa sekutu, dan ia berangkat untuk menantang kepemimpinan Musa. Mereka menuntut Musa dan Harun, "Mengapakah kamu meninggi-ninggikan diri di atas jemaah TUHAN?" (Bilangan 16:3). Musa menjawab tantangan mereka dengan mengatakan, "Belum cukupkah bagimu, bahwa kamu dipisahkan oleh Allah Israel dari umat Israel dan diperbolehkan mendekat kepada-Nya, supaya kamu melakukan pekerjaan pada Kemah Suci TUHAN dan bertugas bagi umat itu untuk melayani mereka?" (Bilangan 16:9). Korah, seperti Kain dan Bileam, mengizinkan hasratnya terhadap kemuliaan mengalahkan kemuliaan Allah. Hal yang mengikat bersama ketiga contoh Yudas itu adalah kerelaan mereka yang angkuh untuk menempuh jalan mereka sendiri daripada jalan Allah. Kesombongan, keangkuhan, dan keras kepala menandai guru-guru palsu sebagaimana juga menandai Kain, Bileam, dan Korah. Penghakiman Allah terhadap guru-guru palsu adalah sangat pasti sehingga Yudas bisa mengatakan mereka telah binasa dalam pemberontakan Korah.
Ayat 12. Guru-guru palsu itu sombong dan berani. Mereka tidak punya rasa hormat terhadap Allah, mereka juga tidak memikirkan penghakiman Allah. Yudas mendakwa lawan-lawannya itu dengan sarana metafora yang menyolok. Beberapa metafora itu memang kurang jelas bagi kita sekarang ini daripada yang kita inginkan. Seperti yang Alkitab NASB pahami tentang dia, Yudas mengatakan guru-guru palsu itu seperti karang yang tersembunyi. Kata Yunani spila¿ß (spilas) berada di balik terjemahan NASB yang hanya muncul di sini dalam Perjanjian Baru. Para penulis kuno menggunakan kata itu dengan dua arti yang berbeda. Kadang-kadang kata itu menunjukkan bongkahan batu yang dekat permukaan tetapi tersembunyi dari pandangan oleh karena ombak—dengan kata lain, batu karang. Jika itu adalah cara Yudas menggunakan kata itu, maka ia sedang mengatakan bahwa guru-guru palsu itu munafik. Bahaya yang mereka tampilkan semakin parah karena mereka menyembunyikan rancangan jahat mereka, atau setidaknya mereka menyamarkannya sedemikian rupa supaya tidak terlihat mengancam. Mungkin itulah yang Yudas ingin sampaikan. Namun begitu, ada kemungkinan lain.
Kadang-kadang spilas berarti semacam "noda" atau "cela." Alkitab KJV, NIV, dan NRSV memahami kata itu dalam pengertian umum ini. Alih-alih "karang yang tersembunyi" Alkitab KJV berkata, "Ini adalah noda dalam perjamuan amal kamu." Alkitab NIV menerjemahkan, "Orang-orang ini adalah noda di perjamuan kasihmu." Alkitab NRSV berkata, "Ini adalah cela pada perjamuan kasihmu." Jika ini adalah artinya, maka Yudas sedang mengatakan bahwa guru-guru palsu itu seperti apel busuk dalam keranjang. Mereka menodai persekutuan baik gereja dengan memikat orang-orang Kristen untuk menggunakan persekutuan makan-makan mereka bagi tujuan percabulan dan kefasikan.
Konteksnya membuat sulit untuk memutuskan antara dua kemungkinan arti kata itu. Namun begitu, jika orang menganggap karang yang tersembunyi di bawah ombak sebagai kekuatan penghancur yang dapat menghancurkan kapal, maka mungkin Yudas ingin mengomunikasikan kedua gagasan itu. Ia mungkin telah dengan sengaja memilih kata yang akan menuduh guru-guru palsu itu sebagai karang yang tersembunyi dan cela. Guru-guru palsu itu mungkin telah menyembunyikan sifat asli mereka. Dengan demikian mereka mungkin telah menyebabkan lebih banyak noda pada reputasi umat Allah daripada yang akan sudah bisa mereka lakukan sebaliknya. Para pembaca Yudas tampaknya tidak mengenali mereka apa adanya karena mereka menyamar sebagai guru yang baik.
Orang akan mengharapkan agama Kristen berkembang pada waktu itu ketika orang-orang Kristen duduk bersama-sama untuk berbagi makanan persekutuan. Kaum percaya mula-mula menyebutnya perjamuan kasih. Meski Perjamuan Tuhan tidak setara dengan "perjamuan kasih," tampaknya ada kaitan tertentu antara keduanya. Di beberapa gereja tampaknya umat Kristen berbagi makanan dan kemudian merayakan Perjamuan Tuhan (1 Korintus 11:17-22; lihat komentar tentang 2 Petrus 2:13). Guru-guru palsu itu memanfaatkan waktu yang dikhususkan untuk persekutuan Kristen ini untuk mengedepankan doktrin-doktrin kotor mereka. Perilaku mereka memang kurang ajar. Tidak ada sikap hormat terhadap Allah, tidak ada minat untuk membangun tubuh Kristus. Mereka berpesta dengan kamu, tulis Yudas, tanpa rasa takut, mengurusi diri mereka sendiri. Kata Yunani poimai÷nw (poimainō) adalah kata kerja yang Alkitab NASB terjemahkan sebagai "mengurusi." Ketika diterjemahkan secara lebih harfiah, artinya "bertindak seperti gembala." Alih-alih "mengurusi diri mereka sendiri," Alkitab NIV menerjemahkan kalimat itu sebagai "gembala-gembala yang hanya memberi makan diri mereka sendiri."
Menggembalakan umat Allah adalah tanggung jawab yang sangat berat. Yesus berkata bahwa tidak ada jabatan yang lebih besar di dalam kerajaan-Nya selain menjadi seorang hamba (Lukas 22:25, 26). Gembala yang baik melayani kawanannya, tapi tidak semua gembala menggunakan jabatan itu untuk melayani. Guru-guru yang dihadapi oleh Yudas mengenakan pakaian gembala, tetapi mereka tidak bertindak seperti gembala. Mereka bukan orang pertama yang memikul tanggung jawab untuk memimpin umat Allah, namun kemudian menggunakan jabatan mereka itu untuk memuaskan nafsu mereka sendiri. Dalam Perjanjian Lama, Allah bicara melalui Yehezkiel yang berkata, "gembala-gembala-Ku tidak memperhatikan domba-domba-Ku, melainkan mereka itu menggembalakan dirinya sendiri, tetapi domba-domba-Ku tidak digembalakannya" (Yehezkiel 34:8). Guru-guru palsu dalam surat Yudas mengaku bisa menawarkan pencerahan rohani kepada gereja, tetapi mereka mengeringkan gereja dari kekuatan rohaninya.
Meski guru-guru palsu itu mengulurkan janji santapan rohani, pada kenyataannya mereka adalah awan yang tak berair , goyah, dan tak berbuah. Yudas, seperti Petrus, mengarahkan makian yang tanpa aling-aling itu kepada guru-guru itu. Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa penulis itu benar-benar mengamuk. Yudas tidak tertarik untuk mengetengahkan analisa terpisah tentang doktrin mereka. Sebaliknya, ia mengetengahkan serangan frontal terhadap mereka secara pribadi. Siapa mereka menjadi dasar apa yang mereka ajarkan. Masing-masing metafora Yudas, kaya dan beragam sebagaimana adanya, berkontribusi terhadap gambaran yang ia ingin lukiskan tentang "orang-orang ini."
Pertama, mereka tidak menepati apa yang mereka janjikan, mereka adalah "awan yang tak berair." Dalam atsmofir gersang Kanaan, air sering merupakan komoditas yang langka. Ketika angin barat bertiup dari Laut Tengah dan naik ke atas wilayah itu, udara menjadi dingin. Awan terbentuk, kadang-kadang gelap dan menakutkan. Ketika panas siang menerikkan tanah itu, terlalu sering awan itu menghambur ke mana-mana, menjauhkan hujan dari tanah itu. Diberi janji hujan dan mengantisipasi kelegaan bagi tanah itu hanya meningkatkan penderitaan. Guru-guru palsu tidak punya apa-apa untuk ditawarkan kepada gereja. Mereka hanya punya kata-kata—kata-kata yang menjanjikan kelegaan dari dosa, damai sejahtera dengan Allah, kehidupan yang akan datang, tapi hasilnya nol besar. Pada akhirnya, tidak ada yang baik timbul dari mereka. Orang-orang yang mendengarkan mereka menemukan diri mereka menjauh dari Allah, bukannya lebih mendekat.
Guru-guru palsu itu menimbulkan bahaya yang lebih banyak bagi gereja Allah sebab mereka itu berubah-ubah dan mudah beradaptasi. Pesan mereka disesuaikan dengan cara apa saja yang diperlukan untuk melayani rancangan mereka. Mereka berlalu ditiup angin. Gagasannya adalah bahwa mereka itu tunduk terhadap kekuatan di luar diri mereka sendiri.
Yudas melanjutkan kecamannya terhadap guru-guru palsu itu dengan trio metafora. Mereka itu adalah pohon-pohon musim gugur yang tidak berbuah. Jika itu tidak cukup, mereka benar-benar mati. Kembali kepada metafora pohon, ia mengatakan bahwa mereka itu tumbang, tidak mampu menghasilkan sesuatu yang berharga. Tanda baca ayat itu mengubah artinya sedikit. Alkitab NASB dan NRSV menyejajarkan kata-kata "yang tidak berbuah" dengan "pohon-pohon musim gugur." Dengan menggunakan koma, Alkitab KJV menyiratkan adanya empat metafora bukan-nya tiga. Bunyinya, "pohon-pohon yang buahnya gugur, tanpa buah, dua kali mati, tumbang seakar-akarnya." Alkitab NIV memahami "tanpa buah" untuk menggambarkan pohon yang tumbang. Ia menulis "pohon-pohon musim gugur, tanpa buah dan tumbang—dua kali mati." Terjemahan itu menawarkan sedikit perbedaan dalam artinya, tetapi pengertiannya adalah jelas dalam semua terjemahan itu: Guru-guru palsu menjanjikan apa yang mereka tidak bisa hasilkan.
Orang menanam pohon buah karena mengharapkan hasilnya. Salah satu keluhan paling umum yang Allah miliki terhadap Israel adalah bahwa umat itu tidak menghasilkan buah kesalehan. Yesaya menggunakan analogi kebun anggur, tetapi maksudnya adalah sama. Nabi itu menggambarkan bagaimana Allah telah membudidayakan, menyuburkan, dan melindungi kebun anggur-Nya. "Lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam" (Yesaya 5:2b). Akibatnya Allah menjatuhkan penghakiman: "Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak" (Yesaya 5:5b). Analogi itu sudah umum di dalam kitab-kitab para Nabi (Yeremia 2:21; 12:10; Yehezkiel 19:10-14; Hosea 10:1). Yesus memakai bahasa kiasan yang sama (Matius 21:33-41). Petrus menggambarkan guru-guru palsu itu dengan analogi yang sama, dan maksudnya adalah sama. Bagi Petrus, mereka "seperti mata air tanpa air dan kabut yang dihalau oleh badai" (2 Petrus 2:17).
Ketika Yudas mengatakan bahwa guru-guru itu "benar-benar mati," hal itu untuk menghapus semua keraguan. Mereka tidak menawarkan buah bergizi bersama doktrin beracun mereka. Mereka tidak bergairah menantikan hujan untuk menghidupkan mereka kembali. Semua kehidupan lenyap. Mereka sudah sejak lama "tumbang." Para pembaca Yudas akan sudah berbuat baik bila berpaling dari mereka. Tidak ada ruang untuk kompromi.
Ayat 13. Seperti Yakobus, Yudas membandingkan orang-orang yang menolak bimbingan Tuhan bagi hidup mereka dengan ombak laut yang ganas (Yakobus 1:6). Orang tidak pernah tahu apa yang diharapkan selanjutnya dari mereka. Mereka tidak bisa diandalkan. Mereka itu tidak hanya goyah dan tak terduga, tetapi juga menyesatkan orang dari Allah. Mereka itu seperti bintang-bintang yang mengembara. Kata bahasa Inggris "planet" berasal dari kata Yunani untuk "mengembara" (planh÷thß, planētēs). Planet-planet itu, tidak seperti bintang yang tetap, bisa menyesatkan orang-orang yang bergantung pada mereka. Guru-guru palsu itu sudah dicadangkan untuk kegelapan yang pekat sementara pada saat yang sama mereka juga akan merasakan api yang kekal (ay. 7).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yudas (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yudas
Tema : Berjuang untuk Mempertahankan Iman
Tanggal Penulisan: 70-80 M
Latar Belakang
Yudas memperkenalkan dirin...
Penulis : Yudas
Tema : Berjuang untuk Mempertahankan Iman
Tanggal Penulisan: 70-80 M
Latar Belakang
Yudas memperkenalkan dirinya sekadar sebagai "saudara Yakobus" (ayat Yud 1:1). Satu-satunya pasangan saudara dalam PB yang bernama Yudas dan Yakobus adalah saudara tiri Yesus (Mat 13:55; Mr 6:3). Mungkin Yudas menyebutkan nama Yakobus karena kedudukannya sebagai pemimpin jemaat di Yerusalem akan membantu menjelaskan identitas dan kekuasaannya sendiri.
Surat yang singkat namun tegas ini ditulis untuk menentang para guru palsu yang terang-terangan berhaluan antinomisme (yaitu mereka mengajarkan bahwa keselamatan melalui kasih karunia mengizinkan mereka untuk berdosa tanpa dijatuhi hukuman) dan yang menghina pernyataan rasuli tentang pribadi dan tabiat Yesus Kristus (ayat Yud 1:4). Dengan demikian mereka memecah-belah gereja mengenai apa yang harus dipercaya (ayat Yud 1:19,22) dan bagaimana harus berperilaku (ayat Yud 1:4,8,16). Yudas melukiskan guru palsu yang tak berprinsip ini sebagai "orang-orang fasik" (ayat Yud 1:15) dan juga sebagai orang "tanpa Roh Kudus" (ayat Yud 1:19).
Kemungkinan hubungan di antara Surat Yudas dengan 2Pet 2:1--3:4 mempunyai sangkut-pautnya dengan saatnya surat ini ditulis. Sangat mungkin Yudas mengetahui tentang 2 Petrus (ayat Yud 1:17-18) dan oleh karena itu ia menulis setelah 2 Petrus ditulis, yaitu sekitar tahun 70-80 M. Penerima surat ini tidak disebutkan secara khusus, tetapi mungkin sama dengan penerima surat 2 Petrus (Lihat "PENDAHULUAN SURAT 2PETRUS" 08245).
Tujuan
Yudas menulis surat ini
- (1) untuk sangat mengingatkan orang percaya mengenai ancaman serius dari para guru palsu dan pengaruh mereka yang merusak di dalam gereja, dan
- (2) untuk menantang orang percaya yang sejati dengan keras supaya mereka bangkit dan "berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus" (ayat Yud 1:3).
Survai
Setelah memberikan salam (ayat Yud 1:1-2), Yudas menyatakan bahwa tujuannya mula-mula ialah menulis tentang sifat keselamatan (ayat Yud 1:3a). Akan tetapi, sebaliknya dia terdorong untuk menulis surat ini karena guru-guru palsu yang memutarbalikkan kasih karunia Allah dan dengan demikian melemahkan kebenaran dalam gereja (ayat Yud 1:4). Yudas menuduh mereka sebagai tidak suci secara seksual (ayat Yud 1:4,8,16,18), berkompromi seperti Kain (ayat Yud 1:11), serakah seperti Bileam (ayat Yud 1:11), suka memberontak seperti Korah (ayat Yud 1:11), congkak (ayat Yud 1:8,16), penipu (ayat Yud 1:4,12), sensual (ayat Yud 1:19) dan memecah-belah (ayat Yud 1:19). Yudas menyatakan kepastian hukuman Allah atas semua orang yang berbuat dosa seperti itu dan menggambarkannya dengan enam contoh dari PL (ayat Yud 1:5-11). Gambaran dua belas ciri kehidupan mereka menunjukkan bahwa mereka siap untuk menerima murka Allah (ayat Yud 1:12-16). Orang percaya didorong untuk waspada dan untuk menaruh belas kasihan bercampur ketakutan bagi mereka yang goyah (ayat Yud 1:20-23). Yudas menutup suratnya dengan suatu peningkatan pengilhaman dalam ucapan berkatnya (ayat Yud 1:24-25).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini berisi celaan yang paling blak-blakan dan bersemangat dari PB terhadap para guru palsu. Itu menggarisbawahi betapa seriusnya ancaman ajaran palsu terhadap iman yang sejati dan hidup yang kudus bagi segala angkatan.
- (2) Surat ini menunjukkan kesenangan untuk memberikan ilustrasi dengan memakai rangkaian tiga -- misalnya: tiga contoh penghukuman dalam PL (ayat Yud 1:5-7), tiga ciri guru palsu (ayat Yud 1:8), dan tiga contoh orang tidak kudus dalam PL (ayat Yud 1:11).
- (3) Di bawah pengaruh penuh dari Roh Kudus, Yudas dengan leluasa menunjuk kepada sumber-sumber tertulis:
- (a) Alkitab PL (ayat Yud 1:5-7,11),
- (b) tradisi Yahudi (ayat Yud 1:9,14-15) dan
- (c) 2 Petrus, serta mengutip langsung 2Pet 3:3, yang diakuinya sebagai berasal dari rasul-rasul (ayat Yud 1:17-18).
- (4) Surat ini berisi ucapan berkat PB yang paling agung.
Full Life: Yudas (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(Yud 1:1-2)
I. Penjelasan Mengenai Penulisan Surat Ini
(Yud 1:3-4)
II. Menyingkapkan Guru-Guru P...
Garis Besar
- Salam Kristen
(Yud 1:1-2) - I. Penjelasan Mengenai Penulisan Surat Ini
(Yud 1:3-4) - II. Menyingkapkan Guru-Guru Palsu
(Yud 1:5-16) - A. Ajal Mereka Digambarkan Dalam Masa Lampau
(Yud 1:5-7) - 1. Pengalaman Israel
(Yud 1:5) - 2. Pengalaman Malaikat-Malaikat Pemberontak
(Yud 1:6) - 3. Pengalaman Sodom dan Gomora
(Yud 1:7) - B. Penggambaran Mereka Sekarang Ini
(Yud 1:8-16) - 1. Bahasa yang Tidak Sopan
(Yud 1:8-10) - 2. Sifat yang Tidak Kudus
(Yud 1:11) - 3. Perilaku yang Salah
(Yud 1:12-16) - III.Nasihat bagi Orang-Orang Percaya Sejati
(Yud 1:17-23) - A. Ingat Nubuat Para Rasul
(Yud 1:17-19) - B. Peliharalah Dirimu di Dalam Kasih Allah
(Yud 1:20-21) - C. Tolonglah Orang Lain Dengan Kemurahan, Bercampur Dengan Takut
(Yud 1:22-23) - Lagu Pujian
(Yud 1:24-25)
Matthew Henry: Yudas (Pendahuluan Kitab)
Gaya penulisan surat ini dirancang (seperti halnya beberapa surat lain) secara umum atau am, sebab tidak ditujukan langsung kepada orang, keluarga,...
- Gaya penulisan surat ini dirancang (seperti halnya beberapa surat lain) secara umum atau am, sebab tidak ditujukan langsung kepada orang, keluarga, atau jemaat tertentu, tetapi kepada seluruh masyarakat Kristen pada masa itu, yang baru percaya kepada Kristus, baik dari agama Yahudi maupun penyembahan berhala. Surat ini sedang dan akan tetap berlangsung, kekal, dan sangat bermanfaat di dalam serta kepada jemaat selama Kekristenan, seperti halnya waktu, tetap berlangsung. Jangkauannya secara umum sangat mirip dengan pasal kedua dari surat kedua Petrus, yang karena sudah dijelaskan, tidak begitu perlu dibahas lagi. Surat ini dirancang untuk memperingatkan kita terhadap para penyesat dan penyesatan mereka, untuk mengilhami kita supaya mengasihi dan menaruh perhatian sungguh-sungguh pada kebenaran (kebenaran yang telah terbukti jelas dan penting). Hal ini harus dilakukan dalam kekudusan, yang di dalamnya, kasih terhadap sesama manusia, atau kasih persaudaraan yang tulus dan tidak berpihak, merupakan sifat paling penting dan perbuatan yang tidak terpisahkan. Kebenaran yang harus kita pegang teguh dan harus kita usahakan agar dikenal dan tidak boleh ditinggalkan orang lain, memiliki dua sifat khusus: yakni kebenaran yang nyata dalam Yesus (Ef. 4:21), dan juga kebenaran seperti yang nampak dalam ibadah kita (Tit. 1:1). Injil adalah Injil Kristus. Ia telah mengungkapkannya kepada kita, dan Dialah yang merupakan pokok utamanya. Oleh karena itu mutlak wajib bagi kita untuk mempelajari sebisa-bisanya segala sesuatu tentang pribadi, sifat-sifat, dan jabatan-jabatan-Nya. Ketidakpedulian terhadap kewajiban ini sungguh tidak dapat dimaafkan bila dilakukan orang-orang yang menyebut diri orang Kristen. Kita tahu hanya dari mata air seperti apa kita dapat sepenuhnya menarik semua pengetahuan yang penting yang mendatangkan keselamatan. Selanjutnya, surat ini juga merupakan pengajaran perihal kesalehan. Pengajaran seperti apa pun yang menyetujui hawa nafsu cemar manusia tidak mungkin berasal dari Allah, tidak peduli seperti apa pun dalih dan kepura-puraan yang ditunjukkan. Kesalahan-kesalahan yang berbahaya bagi jiwa manusia juga muncul di tengah jemaat. Pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang. Namun, karena hikmat dan kebaikan hati dari Allah Sang Pemelihara maka ketika kesalahan-kesalahan itu mulai muncul dan menampakkan diri, ada setidaknya beberapa rasul yang masih hidup sehingga dapat menentangnya dan memperingatkan jemaat. Kita cenderung berpikir, andaikata kita hidup pada zaman mereka, kita tentunya akan sangat dilindungi terhadap upaya dan kelicikan para penyesat. Bagaimanapun, kita memiliki kesaksian dan peringatan mereka, dan ini sudah cukup. Jika kita tidak mau mempercayai tulisan mereka, kita tentunya juga tidak mempercayai atau memperhatikan perkataan mereka, seandainya kita hidup di tengah-tengah mereka dan bercakap-cakap secara pribadi dengan mereka.
Jerusalem: Yudas (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: Yudas (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL SANTU JUDAS
KATA PENGANTAR
Pengarang surat
Penulis memperkenalkan diri sebagai "Judas" abdi Jesus Kristus, dan saudara
Jakobus". Untuk men...
SURAT RASUL SANTU JUDAS
KATA PENGANTAR
Pengarang surat
Penulis memperkenalkan diri sebagai "Judas" abdi Jesus Kristus, dan saudara Jakobus". Untuk menundjukkan kafanatikannja, ia memperkenalkan diri sebagai saudara Jakobus, seorang fanatik pula, tokoh utama dan uskup Jerusalem, pengarang surat katolik jang pertama.
Markus 5:3 menjebut Jakobus dan Judas sebagai saudara Jesus. Entah penulis surat ini dimaksudkan Judas rasul (Kis. Ras. 1:13), jang djuga bernama Tadeus (Mk. 3:18), tidak pasti. Sardjana-sardjana katolik dimasa ini membedakan kedua Judas itu. Apakah surat ini ditulis oleh Judas ataukah oleh seorang lain jang tak ingin disebut namanja? Pemakaian nama samaran, lazim dalam Kitab Kudus. Masa, bilamana surat ini ditulis, dapat memberi djawaban seperlunja. Djika ditulis mendjelang achir abad pertama, hampir pasti bahwa pengarangnia tidak tjukup hidup semasa dengan Kristus.
Masa penulisan
Dalam ajat 17 kita batja bahwa para rasul sudah wafat, dan bersama mereka sudah berlalu pula generasi kristen jang pertama. Penulis sambil lalu menjebutkan suatu sekte sesat jang hidup dimasa itu. Karena kurang pasti sekte mana jang dimaksudkan, maka kesimpulan jang dapat diambil ialah bahwa dalam lingkungan umat kristen sendiri sudah timbul keretakan ketjil-ketjilan.
Tafsiran jang tjukup kena ialah bahwa surat ini ditulis antara tahun 70 dan 80. Dugaan ini tjukup pasti, karena memungkinkan bahwa surat ini dapat dikutip oleh penulis surat kedua Petrus, jang ditulis mendjelang achir abad pertama.
Judas, sebagai seorang Galilea, jang pendidikannja tak seberapa tinggi, tentu tak dapat menulis dalam bahasa Junani jang semudah dan selancar itu. Djadi, ia rasa. rasanja mempergunakan seorang djurutulis jang pandai bahasa Junani.
Pembatja dan pada kesempatan mana
Tidak mungkin menentukan umat manakah jang menerima surat itu. Beberapa orang mengira orang Jahudi kristen. Orang Jahudi kristen dengan dasar kejakinannja jang kuat, tak mudah tertipu begitu sadja oleh pengadjar-pengadjar palsu. Orang lain mengira orang kristen jang baru sadja bertobat dari kekafirannja. Orang- orang ini hampir tak dapat dipengaruhi oleh banjak asas dan adjaran Perdjandjian Lama dan tradisi Jahudi. Dimanakah umat jang dimaksudkan itu tinggal? Djuga tidak pasti. Bahaja adjaran sesat datangnja dari beberapa orang kristen jang mempropagandakan perbuatan-perbuatan taksusila. Judas menulis suratnja untuk memberanikan dan meneguhkan iman umat serani dalam menghadapi krisis achlak jang berbahaja ini.
Gajabahasa
Sebagaimana halnja dengan surat pertama dan kedua Petrus, surat Judas ini berbentuk kotbah. Bahwa ia bukan berbentuk surat dalam arti sebenarnja ternjata dari hal bahwa ia tidak dialamatkan kepada golongan umat tertentu. Salam penutup djuga tidak dikemukakan. Menurut djenisnja, surat Judas ini dapat digolongkan kedalam kotbah-kotbah Jahudi jang lazim diwaktu itu.
Adjaran
Sekalipun singkat, namun surat Judas berisikan kebenaran-kebenaran asasi kristen. Allah jang Esa (25), dikemukakan sebagai Bapa (1), mahakuasa lagi mulia (25), dan pembawa keselamatan manusia melalui Kristus (1,25), satu-satunja Tuhan dan Guru (4). Kristus inilah jang dipudja oleh orang kristen (1) dan jang akan menggandjar segala perbuatan jang baik (21). Iman jang benar, sebagaimana telah diwartakan oleh para rasul, (3,17), hendaknja mendjadi asas hidup kristen (20). Apabila orang kristen tekun membina iman ini (3), akan bertumbuhlah hidup rohani mereka dalam Roh Kudus (20). Iman ini tak terpisah dari tjinta akan Tuhan (21) dan tjinta akan sesama t,22). Orang kristen akan luput dari aniaja para pendjahat (4,14) dan memperoleh hidup abadi (21).
Achirnja, dengan terang dinjatakan bahwa ada Malaekat jang baik dan jang djahat .(6,9). Mereka itu takluk kepada Allah, sebagaimana njata dalam hukuman terhadap malaekat-malaekat jang memberontak (6).
TFTWMS: Yudas (Pendahuluan Kitab) Yudas: Kata Pengantar
Mungkin hanya kitab Kidung Agung yang menjadi saingan Surat Kiriman Yudas sebagai kitab dalam Alkitab yang paling diabaikan. M...
Yudas: Kata Pengantar
Mungkin hanya kitab Kidung Agung yang menjadi saingan Surat Kiriman Yudas sebagai kitab dalam Alkitab yang paling diabaikan. Meski akan sulit untuk menyatakan bahwa setiap kitab dalam Kitab Suci layak mendapat penekanan yang setara, namun tetaplah benar bahwa masing-masing kitab itu layak mendapatkan kajian tersendiri. Allah dalam pemeliharaan yang Ia sediakan memastikan Kitab Yudas masuk ke dalam kanon Perjanjian Baru. Jika tidak ada alasan lain selain itu, maka komunitas Kristen harus memberikan perhatian terhadap kitab itu. Namun begitu, kitab Yudas itu lebih daripada potongan pendek sastra polemik yang terjepit antara Surat-surat Umum dan kitab Wahyu. Kitab itu memiliki pesan yang orang Kristen perlu dengarkan.
Langkah pertama untuk menafsirkan surat Yudas, seperti untuk dokumen Alkitab mana saja, adalah dengan bertanya bagaimanakah dokumen itu menampilkan dirinya sendiri. Kesan apakah yang surat Yudas itu tinggalkan? Mengapakah pengarang itu ingin menggoreskan penanya di atas kertas? Apakah ia ingin memberi dorongan kepada para pembacanya? Apakah ia berniat untuk mengajar mereka dengan lebih sempurna? Apakah surat itu untuk membangun hubungan yang kekal dengan mereka? Apakah ia ingin memperingatkan mereka tentang pelbagai bahaya? Ketika orang Kristen moderen mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tingkat pemahamannya akan bertumbuh. Hidup dua ribu tahun setelah dokumen itu ditulis, bukan tugas ringan untuk mereproduksi keadaan yang mencetuskan lahirnya surat itu.
Para pembaca moderen akan memperoleh manfaat jika mereka dapat mereproduksi dinamika hubungan antara penulis Yudas dan pendengarnya langsung. Itulah sebabnya upaya itu dibenarkan. Para pembaca moderen ingin tahu, antara lain, bagaimanakah hubungan yang berkelanjutan antara Yudas dan para pendengarnya itu dilakukan bersama-sama. Kenapakah itu berlanjut terus? Melalui pemahaman latar belakang Yudas dan para pembacanya pada waktu mereka saat itu, para pembaca hari ini akan mencoba untuk membaca pesan surat itu seperti para pembaca mula-mula membacanya. Hanya setelah mereka menangani masalah sejarah dan sastra barulah para pembaca moderen dapat melanjutkan bertanya bagaimanakah pesan surat itu memiliki arti arahan untuk iman Kristen dan perilaku mereka sendiri.
TUJUANNYA
Diperlukan tidak lebih daripada pembacaan biasa atas surat Yudas untuk menyimpulkan bahwa pelbagai komunitas Kristen yang ia surati diancam oleh orang-orang yang penulis itu cap sebagai "orang-orang yang fasik" (Yudas 4). Yudas memang keras sekali dalam celaannya. Jika kita membaca kitab-kitab dalam Alkitab secara teratur, kata-katanya itu akan nyaris segera menyebabkan kita membalik beberapa halaman sebelumnya. Apa yang Yudas harus katakan tentang "orang-orang yang fasik" ini sangat mirip dengan orang-orang yang disebut Petrus "guru-guru palsu" (2 Petrus 2:1). Meski kedua penulis itu tidak merinci tentang apa yang sebenarnya diajarkan oleh orang-orang yang menimbulkan masalah pada pelbagai komunitas Kristen itu, namun mereka tampaknya telah menggambarkan orang-orang yang sama.
"Orang-orang fasik" dari Yudas dan "guru-guru palsu" dari Petrus menggunakan orang-orang Kristen untuk keuntungan mereka sendiri (Yudas 16; 2 Petrus 2:14), dan menghina kuasa Allah (Yudas 8; 2 Petrus 2:10). Mereka itu mesum. Mereka mengaburkan saling ketergantungan doktrin Kristen pada praktik Kristen (Yudas 12, 13, 18, 19; 2 Petrus 2:13, 14). Mereka akan dihakimi berdasarkan analogi malaikat (Yu-das 6; 2 Petrus 2:4). Ajaran yang sama, bahkan mungkin individu yang sama, tampak-nya telah mempengaruhi gereja-gereja yang Petrus surati dalam suratnya yang kedua dan gereja-gereja yang Yudas surati. Karena itu, orang mungkin bertanya-tanya apakah tujuan yang sama yang melahirkan surat 2 Petrus mungkin juga sudah menyebabkan Yudas menulis surat.
Menemukan tujuan yang menggerakkan seorang penulis untuk menulis bisa menyumbangkan pemahaman yang lebih baik tentang tujuan yang untuknya penulis lain menulis.
Surat-surat Yudas dan 2 Petrus jelas saling bertautan dalam cara tertentu. Kita diwarisi teks dua dokumen itu sebagai petunjuk. Bahwa kedua dokumen itu memiliki banyak kesamaan adalah fakta yang sebenarnya. Meski bukti perlu ditampilkan, jika memang ada, bukti itu akan memperkuat penjelasan tentang kesamaan di antara surat-surat itu jika kedua penulis itu tinggal di lokasi yang sama, dalam periode waktu yang sama, dan saling mengenal. Kemungkinan seperti itu hampir tidak terpikirkan. Selama tahun-tahun pertama usia gereja, Petrus dan Yudas sangat terlibat dalam pelbagai masalah gereja Yerusalem. Jika kedua surat itu bisa diberi tanggal pada dua atau tiga dekade pertama gereja, maka masing-masing mungkin telah saling mengenal karya satu sama lain. Jika kedua surat itu berasal dari periode yang cukup awal ketika agama Kristen Yahudi berkembang ke luar dari Yudea, maka itu akan berkontribusi untuk menjelaskan keterkaitan penulisan kedua penulis itu. Karena kita mempercayai surat-surat itu sebagai otentik-2 Petrus ditulis oleh rasul bernama Petrus dan Yudas oleh saudara Yakobus, dan karenanya adalah saudara Tuhan-sehingga surat itu sendiri menyiratkan bahwa keduanya tinggal di Yerusalem ketika mereka menuliskan suratnya masing-masing .
Pembaca sekarang ini menginginkan penjelasan bukan hanya untuk kesamaan antara Yudas dan 2 Petrus, tetapi juga perbedaan mereka. Pemeriksaan atas kedua surat itu mengungkapkan bahwa ancaman terhadap gereja-gereja yang penulis itu surati tidaklah persis sama. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa masing-masing penulis dikenal wajahnya atau reputasinya oleh gereja-gereja yang berbeda. Oleh karena itu kedua penulis itu memiliki bidang pengaruh yang berbeda. Petrus bisa menulis dengan dampak yang lebih banyak kepada beberapa gereja dan Yudas kepada beberapa gereja lainnya. Kedua surat itu sama dalam hal bahwa kedua penulisnya menulis untuk mengatasi situasi kacau yang sudah ditimbulkan oleh pengaruh yang dikerahkan oleh guru-guru palsu itu. Namun, unsur-unsur bahaya yang sangat umum yang dihadapi oleh gereja-gereja dalam 2 Petrus dan Yudas harus jangan mengarah kepada kesimpulan bahwa sepucuk surat umum sudah bisa membahas secara memadai keadaan yang berbeda yang dihadapi oleh gereja-gereja itu.
Kedua penulis itu ingin gereja mereka masing-masing tahu bahwa ketika guru-guru itu (pendatang baru di tempat kejadian) mengompromikan pesan rasuli itu, maka mereka memasang penghalang di antara komunitas-komunitas Kristen dan Tuhan mereka (Yudas 20, 21; 2 Petrus 2:20, 21). Baik Petrus maupun Yudas tidak mencincang kata-kata mereka ketika mereka menggambarkan guru-guru palsu. Terlepas dari cara mereka menampilkan diri mereka sendiri, mereka yang mengganggu gereja tidak lebih baik daripada binatang buas (2 Petrus 2:12) yang untuknya "kegelapan yang pekat telah disediakan selama-lamanyanya" (Yudas 13). Cukup jelas bahwa guru-guru yang menjadi masalah di dalam kedua surat itu berasal dari kelompok yang sama.
Meski kemiripan pengaturan Yudas dan 2 Petrus tidak bisa dipungkiri, namun masing-masing surat itu memiliki tujuan dan metodenya sendiri. Petrus, dibandingkan Yudas, lebih mencemaskan klaim yang guru-guru palsu itu buat tentang pengetahuan yang lebih tinggi daripada saksi-saksi rasuli (2 Petrus 1:3, 8). Mungkin ajaran eskatologi yang terlampau kuat diyakini sudah menyebabkan guru-guru palsu itu menolak kedatangan Tuhan (2 Petrus 3:3-10). Untuk bagian ini, Yudas mengacu kepada literatur Yahudi yang telah lama dihormati oleh para pendengarnya untuk menghadapi klaim dan perilaku orang-orang fasik yang menyusahkan gereja-gereja yang ia kenal baik. Setiap surat memiliki capnya sendiri.
Baik Yudas dan Petrus mengingatkan para pembacanya bahwa guru-guru mereka adalah yang pertama memiliki akses penuh kepada iman rasuli (Yudas 3; 2 Petrus 1:3). Meski ada banyak klaim yang bertentangan, namun pengetahuan mereka selama ini tentang kebenaran tidak kurang. Keduanya mendesak para pendengarnya masing-masing untuk menolak siapa saja yang memperkenalkan ajaran sesat yang merusak (Yudas 4; 2 Petrus 2:1). Hal itu akan membuat mereka perlu "berjuang dengan sungguh-sungguh bagi iman yang sekali untuk selamanya sudah disampaikan kepada orang-orang kudus" (Yudas 3).
PENDENGARNYA
Meski Yudas menujukan suratnya secara umum, "kepada mereka yang dipanggil, kekasih dalam Allah Bapa, dan yang dipelihara untuk Yesus Kristus" (Yudas 1), namun gambaran yang ia berikan tentang guru-guru palsu menunjukkan bahwa ia tidak sedang menulis surat kepada Kekristenan pada umumnya. Ia memiliki pendengar khusus dalam pikirannya. Salah satu indikasinya adalah kutipannya tentang pelbagai tulisan apokrifa Yahudi yang tidak terilham. Tampaknya ia mengharapkan para pendengarnya itu adalah orang-orang Yahudi yang percaya. Orang-orang percaya non-Yahudi sepertinya tidak akan mengenal baik kitab Henokh Etiopia atau Asumsi Musa, yang merupakan tulisan-tulisan apokrifa yang mungkin sudah Yudas kutip.
Masuk akal untuk berpendapat bahwa pendengar mula-mula surat 2 Petrus dan Yudas tinggal di wilayah geografis yang berdekatan satu sama lain. Hal itu akan menjelaskan, sebagian, keterkaitan penulisan kedua suart itu dan kepedulian yang sama yang mereka sampaikan. Masih bisa diperdebatkan apakah Yudas dan 2 Petrus, dan Yakobus juga, ditulis dekat periode waktu yang sama, di awal kehidupan gereja, sebelum orang-orang non-Yahudi datang kepada Kristus dalam jumlah yang besar. Kata-kata pembukaan Yudas menunjukkan hubungan pribadi antara dirinya dan para pembacanya. Ia menulis, "Aku berusaha keras untuk menyurati kamu." Kemudian ia berkata, "Aku merasa perlu menyurati kamu untuk menghimbau kamu supaya kamu berjuang dengan sungguh-sungguh bagi iman itu" (Yudas 3). Kata ganti "kamu" dan "Aku" sifatnya umum. Ada sedikit pengertian bahwa yang Yudas surati adalah khalayak umum.
PENULISNYA
Penulis surat ini mengidentifikasi dirinya sebagai "Yudas, hamba Yesus Kristus dan saudara Yakobus" (Yudas 1). Meski kata perkenalan itu mungkin kurang memuaskan dari perspektif pembaca moderen (Yudas adalah nama umum di kalangan Yahudi), namun penulis itu tampaknya menganggap cukup mengidentifikasi dirinya seperti itu kepada para pembaca pertamanya. Menyebut nama Yakobus dalam gereja mula-mula, setidaknya dalam gereja-gereja di mana terdapat orang-orang Kristen Yahudi, akan mengingatkan kepada orang yang sama yang menulis Surat Yakobus, yaitu saudara Tuhan. Karena Yakobus lebih dikenal, maka penulis Yudas itu mengidentifikasi dirinya dengan otoritas dan nama saudaranya itu. Dalam Markus 6:3, saudara dari Yesus dan Yakobus adalah Yudas. Kependekan nama Yudas adalah Jude. Ia berada dalam urutan ketiga dalam daftar saudara-saudara di Markus 6:3 dan urutan keempat dalam daftar di Matius 13:55. Siapa saja yang mengenal baik keluarga Yesus, pengidentifikasian Yudas atas dirinya sebagai saudara Yakobus sudahlah cukup.
Ketika Lukas memperkenalkan kitab kedua karyanya (Kisah Para Rasul), kitab yang berhubungan dengan pembentukan dan pertumbuhan gereja, Lukas menyajikan petunjuk pertama bahwa saudara-saudara Yesus itu telah menjadi orang percaya. Di ruang atas di Yerusalem, ia mengatakan saudara-saudara Yesus berkumpul dengan para rasul dan orang-orang percaya lainnya setelah kenaikan Yesus (Kisah 1:14). Kesimpulannya adalah bahwa pada saat ini mereka sudah percaya bahwa saudara mereka adalah juga Tuhan mereka, Mesias Israel. Seraya Lukas membuka kisahnya, ia membuat jelas bahwa Yakobus, salah satu saudara Yesus, menjadi seorang pemimpin dalam gereja Yerusalem. Yakobus muncul pada konferensi Yerusalem (Kisah 15:13-21), dan belakangan muncul juga dalam kitab ini (Kisah 21:18, lihat 1 Korintus 15:7; Galatia 1:19; 2:9, 12). Tidak ada penyebutan lebih lanjut tentang saudara-saudara Tuhan lainnya dalam Kisah Para Rasul.
Beberapa tahun setelah Paulus memulai perjalanan misinya, ia menulis 1 Korintus (sekitar 57 Masehi). Surat ini menunjukkan bahwa saudara-saudara Yesus, Yudas di antara mereka, telah menjadi misionaris keliling (1 Korintus 9:5). Sebanyak itu saja yang kita ketahui tentang Yudas, saudara Yakobus, di luar surat yang menyandang namanya. Dengan tidak adanya informasi lainnya, masuk akal untuk menyimpulkan bahwa penulis Yudas adalah anak Yusuf dan Maria, saudara Yakobus, dan saudara tiri Yesus. Tentu saja kesimpulan ini diperdebatkan, tapi tidak ada satu pun dari pelbagai keberatan yang diajukan terhadap hal itu yang tidak dapat dijawab.
TANGGAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN 2 PETRUS
Tanggal kapan Yudas menulis suratnya adalah tidak pasti. Tidak ada satu hal pun di dalam surat itu yang mendukung adanya tanggal pasti penulisannya. Tidak ada tempat geografis atau peristiwa sejarah yang disinggung. Pelbagai pertanyaan tentang tanggal penulisan Yudas pada tingkatan yang cukup besar bergantung pada hubungannya dengan 2 Petrus.
Ketika Yudas dan 2 Petrus diperbandingkan, jelas terlihat bahwa ada kaitan sastra tertentu antara dua tulisan itu-yaitu, salah satu dari penulis itu tahu dan menggunakan surat yang ditulis oleh penulis yang lain. Alternatifnya, keduanya bisa saja sudah menggunakan sumber yang sama. Di samping itu, gambaran yang masing-masing penulis berikan tentang guru-guru yang mereka cela adalah terlalu mirip untuk dianggap sebagai kebetulan. Dari dua puluh lima ayat dalam Surat Yudas, lima belas dari mereka memiliki kesamaan yang signifikan dalam 2 Petrus. Selain itu, dua penulis itu menggunakan ilustrasi dan ide-ide yang sama dalam kecaman mereka terhadap guru-guru palsu itu. Mereka bahkan menempatkan guru-guru palsu itu dalam urutan yang nyaris sama. Mereka punya kesamaan pandangan mengenai ancaman terhadap gereja-gereja yang mereka surati. Keduanya menalar bahwa Allah akan menghakimi guru-guru palsu itu seperti Ia sudah menghakimi orang-orang yang tidak taat di masa lalu. Keduanya menggunakan penghakiman Allah atas malaikat dan Sodom dan Gomora untuk memperkuat pesan mereka. Dari sana poin-poin perbandingan berlanjut terus. Bahwa ada ketergantungan sastra antara 2 Petrus dan Yudas hampir tidak dipertanyakan oleh para sarjana Alkitab.
Selama bertahun-tahun siswa-siswa Alkitab menyatakan bahwa 2 Petrus ditulis lebih dulu dan Yudas menyadur beberapa dari kata-kata dan ilustrasi Petrus untuk keperluannya sendiri. Sebuah contoh yang baik dapat dibuat. Mereka yang mempertahankan bahwa Yudas menggunakan 2 Petrus mendasarkan alasan mereka pada dua hal yang prinsipil: (1) Yudas tampaknya meminta dukungan rasul-rasul untuk apa yang ia tulis (ay. 17, 18.). "Rasul-rasul" dalam ayat 17, begitulah yang selama ini dinyatakan, secara khusus mengacu kepada surat 2 Petrus. Yudas secara samar mengakui ketergantungannya pada kata-kata Petrus. (2) Karena Petrus adalah seorang pemimpin gereja yang lebih menonjol darpada Yudas, selain menjadi seorang rasul Kristus, maka lebih mungkin bahwa Yudas yang akan sudah menggunakan Surat Petrus daripada sebaliknya.
Baru-baru ini, berdasarkan pemeriksaan yang cermat atas hubungan sastra antara kedua surat itu, para sarjana berpendapat bahwa lebih mudah memahami sebagian 2 Petrus sebagai karya saduran dari kata-kata Yudas daripada sebaliknya. Untuk satu hal, sulit memahami mengapa Yudas akan menyingkat 2 Petrus jika ia menggunakannya untuk sumber tulisannya. Lebih mungkin Petruslah yang mengembangkan surat Yudas, berdasarkan penalaran, daripada Yudas meringkas 2 Petrus. Selain itu, argumentasi itu melibatkan perbandingan yang sangat baik, kata demi kata antara teks Yunani dari setiap surat itu. Hal itu memang meminta penilaian subyektif yang besar. Namun begitu, pandangan yang pada dasarnya menang dalam pelbagai komentari cendiakawan adalah bawah Yudas ditulis lebih dulu.1Tidak banyak yang berpendapat bahwa 2 Petrus dan Yudas menggunakan sumber umum ketiga, meski kemungkinan itu tidak dapat dengan serta merta diabaikan.
Mereka yang menolak Yudas, saudara Yakobus, sebagai penulis surat yang menyandang namanya biasanya mengabaikan Petrus sebagai penulis 2 Petrus. Karena melihat adanya guru-guru Gnostik dalam dua surat itu, sejumlah sarjana berpendapat bahwa kedua surat itu bertanggal dari abad pertama atau awal abad kedua. Namun, semakin banyak sarjana mengakui bahwa di dalam surat Yudas atau surat Petrus tidak ada bukti ajaran Gnostik. Penggunaan semata kata "pengetahuan" (gnwvsiß, gnōsis) tidak sama dengan penyangkalan Gnostikisme. Sebagai contoh, komponen penting Gnostikisme adalah dualisme. Dualisme membuat perbedaan yang tajam antara zat dan roh; fisik dipandang sebagai kejahatan yang melekat, sedangkan roh adalah baik. Tidak ada bukti adanya dualisme dalam 2 Petrus atau Yudas. Bahasa Yunani yang mencirikan 2 Petrus bukanlah alasan bahwa surat itu ditulis setelah waktu kematian Petrus, juga bukan alasan adanya pengaruh Gnostik di dalam gereja-gereja itu.
Asumsi tak terucapkan dari beberapa orang yang menemukan hubungan sastra antara Yudas dan 2 Petrus adalah bahwa dua surat itu dipisahkan oleh kurun waktu beberapa tahun, mungkin puluhan tahun. Argumentasi itu biasanya didasarkan pada kesimpulan bahwa 2 Petrus adalah nama samaran, berasal dari abad kedua. Yudas, katanya, ditujukan kepada pendengar Yahudi2dan 2 Petrus kepada pendengar non-Yahudi.3Oleh sebab itu, diperlukan waktu untuk peredaran surat Yudas sebelum bisa digunakan oleh orang atau orang-orang yang menulis 2 Petrus. Argumentasi itu kokoh jika 2 Petrus ditulis dengan nama samaran, dan jika ada rentang waktu yang panjang antara penulisan surat-surat itu. Namun begitu, tak satu pun dari kesimpulan itu yang tidak bisa dibantah; kedua surat itu terbuka terhadap tantangan yang serius.
Petrus mengatur ilustrasinya secara teratur, sementara Yudas tidak. |
|
Yudas |
2 Petrus |
1. Israel di padang gurun (ay. 5) |
1. - |
2. Para malaikat yang memberontak (ay. 6) |
2. Para malaikat yang memberontak (2:4) |
3. - |
3. Nuh (2:5) |
4. Sodom dan Gomora (ay. 7) |
4. Sodom dan Gomora (2:6) |
5. - |
5. Lot (2:7, 8) |
6. Musa (ay. 9) |
6. - |
7. Kain (ay. 11) |
7. - |
8. Bileam (ay. 11) |
8. Bileam (2:15, 16) |
9. Korah (ay. 11) |
9. - |
10. Henokh (ay. 14) |
10. - |
PERBANDINGAN YUDAS DAN 2 PETRUS |
||
Yudas |
2 Petrus |
|
4 |
Guru-guru palsu menyangkal Penguasa. |
|
4 |
Hukuman mereka sudah ditetapkan sejak dahulu. |
|
6 |
Malaikat-malaikat yang memberontak dibelenggu sampai hari penghakiman. |
|
7 |
Sodom dan Gomoro berfungsi sebagai contoh penghakiman. |
|
8 |
Orang-orang ini menajiskan tubuh mereka dan menghina kuasa Allah Penguasa. |
|
9 |
(Para) malaikat tidak melontarkan ejekan penghakiman ke atas orang lain. |
|
10 |
Orang-orang ini mencemooh apa yang mereka tidak pahami. |
|
10 |
Mereka adalah makhluk yang bertindak atas dasar naluri, binatang yang tidak punya nalar. |
|
11 |
Mereka mengikuti kesalahan Bileam. |
|
12 |
Mereka itu bagaikan batu karang tersembunyi ketika berpesta dengan kamu. |
|
12 |
Mereka itu seperti awan tanpa air yang dibawa angin. |
|
13 |
Bagi mereka kegekapan yang pekat sudah disediakan. |
|
16 |
Mereka menuruti hawa nafsu mereka sendiri dan bicara dengan sombongnya. |
|
17 |
Ingatlah perkataan yang disampaikan oleh rasul-rasul itu. |
|
18 |
Di waktu (hari-hari) terakhir akan muncul para pencemooh yang menuruti hawa nafsu mereka sendiri. |
Hampir tidak perlu mendalilkan jangka waktu yang diperlama antara penulisan 2 Petrus dan Yudas untuk menjelaskan ketergantungan sastra mereka. Orang boleh saja berpendapat bahwa pelbagai kesamaan di antara mereka menyiratkan bahwa mereka ditulis dekat waktu yang sama. Jika surat-surat itu ditulis selama waktu ketika kedua penulis itu berada di Yerusalem, yang berfungsi bukan hanya sebagai pemimpin gereja Yahudi di kota itu, tetapi di pelbagai daerah sekitarnya, maka tidak sulit untuk memahami bagaimana salah satu dari mereka itu mungkin telah memilih untuk menggunakan beberapa dari kata-kata penulis yang lain. Jika bukan untuk alasan lain, arah tindakan seperti itu akan sudah cenderung memperkuat otoritas kedua penulis itu. Surat yang mana yang datang lebih dulu, pada akhirnya, merupakan masalah konsekuensi kecil. Meski kita tidak bisa memastikan tanggal penulisan kedua surat itu, jika mereka, seperti halnya Yakobus, membahas tahap awal Kekristenan Yahudi di wilayah Diaspora, maka pelbagai kesamaan mereka hampir tidak sulit untuk dipahami. Dalam hal tidak adanya bukti yang lebih baik, kita menyarankan bahwa kedua surat itu bertanggal di akhir dua puluh tahun pertama sejarah gereja. Bahwa pendapat seperti itu kredibel adalah jelas dari apa yang kita ketahui tentang gereja mula-mula.
Kesaksian kitab Kisah membuat jelas bahwa gereja menyebar dengan cepat di pelbagai komunitas Yahudi yang berdekatan dengan Yudea pada tahun-tahun awal. Dari perjalanan Saul ke Damsyik untuk menangkapi orang-orang percaya jelas terlihat bahwa agama Kristen telah menyebar di kalangan orang-orang Yahudi Diaspora berbahasa Yunani yang berdekatan dengan Palestina di saat-saat awal (Kisah 9:1, 2). Untuk menjelaskan interval empat belas tahun dalam Galatia 2:1, kita harus memberi tanggal perubahan hidup Paulus dalam lima tahun pertama atau lebih setelah kematian Kristus. Ini berarti bahwa, dalam waktu lima tahun dari penyaliban, jumlah orang-orang Yahudi di Damsyik yang telah memeluk iman Kristen adalah sedemikian banyak sehingga menjadi perhatian para pejabat di Yerusalem. Selain itu, bukti penyebaran awal agama Kristen di kalangan Yahudi Diaspora datang dari laporan tentang menyebarnya orang-orang percaya Yahudi dari Yerusalem. Meski setelah kematian Stefanus orang-orang yang berpencar itu memberitakan injil kepada bangsa-bangsa non-Yahudi di seputaran Antiokhia, namun jelas terlihat bahwa penjebolan terjadi juga di dalam komunitas Yahudi (Kisah 11:19, 20).
Kesimpulan amannya adalah bahwa dalam dua dekade pertama setelah penyaliban Yesus orang-orang Kristen Yahudi adalah unsur penting dalam banyak sinagoga Yahudi di pelbagai wilayah yang merentang ke Antiokhia di utara dan ke Damsyik di timur. Selanjutnya, tidak mungkin para penguasa Yahudi di Yerusalem membolehkan pesan Kristen di daerah ini disebarkan tanpa hambatan. Pesan Kristen itu kemungkinan menimbulkan kekacauan di dalam banyak sinagoga di Siria, utara Yudea. Orang menduga bahwa Saul bukan satu-satunya orang yang dikirim oleh para penguasa Yahudi untuk menghentikan pendarahan itu. Selanjutnya, tidak mungkin pihak berwenang di Yerusalem hanya mengambil langkah kekuatan brutal-penangkapan, pemenjaraan, dan pembunuhan orang-orang Kristen-untuk membendung gelombang pasang itu. Mereka mungkin juga mengirim atau menggiatkan guru-guru yang menyatakan bahwa para rasul dan para wakil mereka itu tidak mengetahui keadaan yang telah mengakibatkan penyaliban Yesus. Pengetahuan adalah masalahnya. Mereka yang memberitakan Kristus tidak tahu apa yang sudah terjadi di Yerusalem yang telah mengakibatkan kematian pionir Galilea ini.
Selain guru-guru Yahudi dari Yerusalem yang berusaha membendung pengaruh para misionaris Kristen, ada kemungkinan bahwa beberapa orang Yahudi Diaspora yang sudah memeluk pesan Kristen tidak bersedia membawa terlalu jauh kebebasan yang baru mereka temukan. Ilmu pengetahuan telah membuat jelas bahwa Yudaisme Palestina dan Diaspora adalah cukup beragam.4Kemungkinan banyak sinagoga memiliki unsur-unsur yang ingin mengubah agama nenek moyang mereka supaya lebih bisa menerima agama dan moralitas orang non-Yahudi. Mereka, juga, untuk alasan yang berbeda dari yang dimiliki oleh para penguasa Yahudi di Yerusalem, mengakui adanya pengetahuan yang melampaui para rasul dan kepemimpinan gereja di Yerusalem. Mereka yang bermain mata dengan pelbagai filosofi pagan melihat gangguan-gangguan dari guru-guru Kristen itu sebagai pintu terbuka untuk pelbagai pandangan yang lebih menyenangkan terhadap iklim keagamaan saat itu. Antara lain, mereka melihat ajaran Kristen sebagai pintu terbuka untuk etika moral yang lebih santai.
Ada satu unsur dari pesan rasuli yang membuatnya sangat rentan terhadap kecaman. Para rasul telah berjanji bahwa Yesus akan datang kembali, tetapi Ia belum datang. Yudas menulis surat dan Petrus menulis apa yang kita sebut 2 Petrus untuk menegaskan kembali pengetahuan para rasul, kesaksian mereka terhadap kebangkitan, tuntutan moral yang melekat dalam pesan Kristen, dan janji bahwa Tuhan akan datang kembali (2 Petrus 3:11-13). Dalam Yudas, kurang jelas apakah guru-guru palsu itu membantah kedatangan kembali Tuhan, meski itu bisa menjadi implikasi dari penolakan mereka terhadap "satu-satunya Tuan dan Tuhan kita, Yesus Kristus" (Yudas 4). Karena itu, wajar untuk menyarankan bahwa 2 Petrus, Yudas, dan Yakobus bertanggal dari periode awal dalam gereja, mungkin akhir 40-an atau awal 50-an.
Jika 2 Petrus dan Yudas membahas situasi yang sama, maka wajar untuk menganggap kedua surat itu ditulis pada waktu yang hampir bersamaan. Yudas tampaknya ditulis untuk pendengar Yahudi dan dari perspektif Yahudi. Bahasa surat Petrus yang kedua lebih Yunani daripada Yudas, tetapi surat itu juga meliput dunia pemikiran Yahudi. Ada banyak orang Yahudi, beberapa di Siria/Palestina, yang sepenuhnya tenggelam dalam budaya Yunani. Namun itu tidak secara otomatis berarti bahasa Yunani menyiratkan pendengar non-Yahudi.
KARAKTER DAN PERILAKU ORANG SESAT
Kualitas khas Yudas adalah bahwa ia sepertinya sudah punya gagasan untuk menulis jenis surat yang berbeda daripada yang akhirnya ia tulis. Krisis penting itu meminta dia untuk mengatasi masalah guru-guru palsu. Seperti halnya 2 Petrus, surat ini mengatakan lebih banyak tentang jenis karakter guru-guru itu daripada tentang apa yang mereka ajarkan. Mereka itu berani, angkuh, dan menyerah untuk memuaskan hawa nafsu (Yudas 16; 2 Petrus 2:14). Mereka tampaknya salah memahami doktrin kasih karunia (Yudas 4, 12, 13; 2 Petrus 2:19). Mereka tidak hanya dengan bebasnya memanjakan hawa nafsu, tetapi mereka juga mengajarkan bahwa pemanjaan seperti itu merupakan perilaku Kristen yang bisa diterima.
Yudas dan Petrus sama-sama menyinggung penghakiman Allah atas malaikat-malaikat (Yudas 6; 2 Petrus 2:4). Hal itu menyebabkan beberapa orang berkesimpulan bahwa guru-guru palsu itu sudah menganjurkan beberapa ajaran sesat tentang malaikat. Karena makhluk-makhluk yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia sangat ditonjolkan dalam ajaran Gnostik, maka beberapa orang memahami ini sebagai indikasi pengaruh Gnostik. Namun begitu, ada banyak sekali kesaksian dalam tulisan-tulisan Yahudi dari periode ini untuk berspekulasi tentang penghakiman Allah atas malaikat. Acuan kepada malaikat tidak secara otomatis merupakan tanda adanya pengaruh Gnostik.
PENGGUNAAN KARYA-KARYA APOKRIFA OLEH YUDAS
Yudas menggunakan literatur Yahudi non-kanon mungkin lebih banyak daripada penulis Perjanjian Baru lainnya. Untuk satu hal, surat itu menyinggung perselisihan antara "malaikat" Mikhael dan Iblis atas mayat Musa (ay. 9), perselisihan yang tidak dibahas di tempat lain dalam Perjanjian Lama. Secara luas diyakini bahwa penulis itu membuat acuan kepada suatu peristiwa yang dijelaskan lebih lengkap dalam sebuah karya yang dikenal di kalangan Kristen mula-mula sebagai Asumsi Musa. Namun begitu, ada banyak ketidakpastian di dalamnya.
Tidak ada kepastian apakah salinan Asumsi Musa masih ada yang selamat hingga kini. Ada dokumen yang selamat yang secara beragam dikenal sebagai Perjanjian Musa dan Asumsi Musa. Hanya sebagian dari dokumen itu yang bertahan dari termakan zaman. Tanggal dokumen itu tidak pasti. Beberapa orang memberi tanggal di awal kerajaan Makabis dan yang lainnya memberi tanggal di akhir abad kedua Masehi. Bagian yang selamat diakui sebagai nasihat perpisahan yang diberikan oleh Musa kepada Yosua. Di dalamnya tidak ada kisah Musa diangkat ke dalam sorga, seperti yang orang harapkan dari sebuah "Asumsi." Dalam bagian yang telah sampai kepada kita, tidak ada kisah tentang Mikhael dan pertempuran Iblis atas mayat Musa. Apakah cerita itu telah hilang sebab tidak bisa bertahan, atau Yudas mengacu kepada dokumen tertentu yang sudah hilang sama sekali. Beberapa penulis gereja mula-mula mengacu kepada tulisan yang mereka sebut Asumsi Musa.5Apakah tulisan itu sama dengan tulisan yang kita miliki adalah tidak jelas.
Yudas dengan jelas mengutip sebuah dokumen yang dikenal sebagai 1 Henokh atau Henokh Etiopia. Ada bukti bahwa tulisan itu digunakan secara luas dan dihormati di beberapa kalangan Kristen Yahudi mula-mula. Teks itu telah dilestarikan seluruhnya oleh gereja Etiopia yang menganggapnya sebagai kitab kanon. Di luar bahasa Etiopia, dokumen itu bertahan sebagian dalam naskah bahasa Yunani dan Latin. Yudas mengutip 1 Henokh 1:9. Henokh adalah karya tulis yang rumit yang menampilkan dirinya sebagai tulisan Henokh, yang merupakan generasi ketujuh dari Adam. Itu merupakan karya gabungan, di mana bagian awalnya mungkin ditulis sekitar 170 S. M. Beberapa bagian sisanya tampaknya ditulis setelah Kristus. Tulisan itu menjelaskan, antara lain, sejarah kaum Yahudi. Itu memang sebuah karya apokaliptik yang banyak mengandung perkataan tentang penghakiman Allah yang akan datang ke atas orang-orang jahat. (Untuk pembahasan yang lebih rinci tentang implikasi Yudas mengutip Henokh, lihat komentari tentang ay. 14, 15.)
GARIS BESAR
I. SALAM: KEPADA MEREKA YANG DIPANGGIL (ay. 1, 2)
II. MENDEFINISIKAN TUJUAN SURAT ITU (ay. 3, 4)
- A. Berjuang dengan sungguh-sungguh bagi iman (ay. 3)
- B. Guru-guru palsu telah menyusup ke dalam gereja (ay. 4)
III. PENOLAKAN TERHADAP GURU-GURU PALSU (ay. 5-16)
- A. Kecaman Allah terhadap orang yang tidak taat (ay. 5-7)
- 1. Bangsa Israel yang tidak percaya (ay. 5)
- 2. Malaikat-malaikat yang memberontak (ay. 6)
- 3. Sodom dan Gomora yang mesum (ay. 7).
- B. Gambaran tentang guru-guru palsu (ay. 8-13)
- 1. Menolak otoritas (ay. 8-10)
- 2. Di bawah penghakiman Allah (ay. 11)
- a. "Jalan yang ditempuh Kain"
- b. "Kesalahan Bileam"
- c. "Pemberontakan Korah"
- 3. Egois, tidak berbuah, dan mesum (ay. 12, 13)
- a. "Karang yang tersembunyi"
- b. "Awan tanpa air"
- c. "Pohon musim gugur yang tanpa buah"
- d. "Ombak laut yang ganas"
- e. "Bintang-bintang yang mengembara"
- C. Nubuatan Henokh tentang penghakiman orang-orang fasik (ay. 14-16)
IV. PERBEDAAN: PENGEJEK YANG MEMECAH BELAH VS. ORANG-ORANG PERCAYA YANG SETIA (ay. 17-23)
- A. Peringatan terhadap pengejek yang memecah belah (ay. 17-19)
- 1. Peringatan dari para rasul (ay. 17, 18)
- 2. Gambaran tentang orang-orang ini (ay. 19)
- a. "Orang-orang yang menyebabkan perpecahan"
- b. " Berpikiran duniawi"
- c. "Tanpa Roh"
- B. Nasihat kepada orang percaya yang setia (ay. 20-23)
V. DOKSOLOGI PENUTUP (ay. 24, 25)
Catatan Akhir:
- 1 Lihat J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 227. Kelly menyatakan bahwa "prioritas Yudas hampir diterima sepenuhnya sekarang ini."
- 2 Lihat Richard J. Bauckham, "Jude, Epistle of," in The Anchor Bible Dictionary, ed. David Noel Freedman (New York: Doubleday, 1992), 3:1102. Bauckham berpendapat bahwa para pembaca awal surat Yudas adalah orang-orang Kristen Yahudi yang tinggal di lingkungan non-Yahudi.
- 3 Lihat John H. Elliot, "Peter, Second Epistle of," in The Anchor Bible Dictionary, ed. David Noel Freedman (New York: Doubleday, 1992), 5:287. Elliot berpendapat bahwa pembaca awal 2 Petrus tinggal "di lingkungan Helenistik yang secara budaya bersifat pluralistik."
- 4 Pertimbangkanlah, misalnya, keragaman dokumen yang diperiksa oleh Leonhard Rost, Judaism Outside the Hebrew Canon , trans. David E. Green (Nashville: Abingdon, 1971).
- 5 Kelly menyantumkan Clement of Alexandria, Origen, dan yang lain-lainnya. (Kelly, 265.)
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Yudas (Pendahuluan Kitab) Yudas 1:5-16
Kecaman Terhadap Guru-Guru Palsu
Seperti Petrus (2 Petrus 3:1), Yudas paham bahwa sebagian dari tanggung jawabnya adalah menyajikan pen...
Yudas 1:5-16
Kecaman Terhadap Guru-Guru Palsu
Seperti Petrus (2 Petrus 3:1), Yudas paham bahwa sebagian dari tanggung jawabnya adalah menyajikan pengingat kepada para pembacanya. "Orang-orang fasik" yang Yudas dan para pembacanya kenal bukanlah orang-orang yang pertama kali merusak umat Allah melalui dukungan berbau mesum. Di masa lalu Allah telah menghakimi; Ia akan menghakimi lagi. Para pembacanya perlu menyegarkan pikiran mereka tentang sejarah Allah menangani orang-orang yang berpaling dari Dia.
E. Earle Ellis berpendapat bahwa seluruh Yudas 5-19 merupakan argumentasi yang dibangun dengan hati-hati, dengan menggunakan teknik penjelasan khas Yahudi (Midrash).1Ada banyak persamaan dari Gulungan Laut Mati dan di tempat lain. Yudas ingin para pembacanya memahami bahwa guru-guru palsu itu, tanpa mereka kehendaki, sedang menggenapi nubuatan-nubuatan yang dinubuatkan oleh hamba-hamba Allah jauh sebelumnya. Argumentasi Ellis adalah bahwa kita harus jangan membaca kata-kata Yudas itu sebagai semburan kata-kata marah yang ngawur yang ditujukan kepada lawan-lawannya.
TFTWMS: Yudas (Pendahuluan Kitab) PENERAPAN (Yudas 1:5-16)
Ketika Akomodasi Bukan Kebajikan (ay. 10-16)
Saya dan istri saya berada dalam satu kelompok mahasiswa pada kampanye ketuk-p...
PENERAPAN (Yudas 1:5-16)
Ketika Akomodasi Bukan Kebajikan (ay. 10-16)
Saya dan istri saya berada dalam satu kelompok mahasiswa pada kampanye ketuk-pintu di Gratz, Austria. Gereja memiliki ruang persekutuan yang nyaman di mana orang-orang muda bisa berkumpul setelah seharian menyusuri jalan. Pada suatu sore, kami kembali dan menemukan ruang persekutuan itu penuh dengan siswa kami yang ditemani oleh selusinan orang asing. Para siswa itu memperkenalkan kami kepada tamu mereka . Mereka adalah orang-orang muda yang menyenangkan yang memiliki pemimpin yang ramah berusia sekitar tiga puluh lima tahun.
Orang-orang muda kami punya sedikit pengalaman dengan guru-guru muda ini. Mereka mengira tamu mereka itu datang untuk berbagi dengan mereka iman mereka kepada Yesus. Mereka tidak mengetahui sumpah yang para misionaris ikrarkan sebelum meninggalkan rumah. Mereka tidak datang untuk belajar atau bahkan untuk berkomunikasi dengan orang-orang muda kami. Mereka datang untuk membuat terobosan dan untuk menyusup. Saya dan istri saya merasa sulit menangani situasi itu. Jika kami terlalu agresif menanyai para tamu itu, orang-orang muda kami akan mengira kami sedang menolak teman-teman mereka. Orang-orang yang muda dan yang belum berpengalaman sering kesulitan dalam melihat warna sebenarnya guru-guru palsu.
Yudas pasti menghadapi situasi yang sama. Banyak dari para pembacanya adalah orang-orang Kristen yang masih muda. Mereka tidak punya kematangan dan pengalaman untuk menilai cara-cara curang dari orang-orang yang ingin menyusupi mereka. Yudas tidak bersikap lembut dalam kecamannya. Kata-kata itu terdengar kasar bagi kita, tapi itu adalah saatnya bagi saudara Tuhan itu untuk menggunakan palu, bukan sapu pemukul. Ia harus berterus terang. Marilah kita akui bahwa ada saatnya untuk bersikap lembut. Orang harus setiap saat mengatakan kebenaran di dalam kasih (Efesus 4:15). Semua itu adalah benar, tetapi juga benar bahwa ada saatnya di mana orang Kristen harus membuat pemutusan yang tegas dengan mereka yang mengompromikan ajaran Kristus. Setelah mengingatkan dan menasihati, orang Kristen harus membuat jelas bahwa perilaku fasik akan selamanya tidak ditoleransi.
Matius 23
Khotbah Yesus kepada Pemimpin Yang Buruk
Matius 23 mungkin berisi khotbah paling keras di dalam Alkitab. Hanya Yesus yang bisa menyampaikan khotbah seperti itu. Ia mengecam para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang menduduki kursi berkuasa yang hanya dimiliki Musa (ay. 2). Mereka adalah pemimpin yang mengangkat diri sendiri. Mereka sangat menincar jabatan ketua, gelar, dan kehormatan (ay. 6, 7). Mereka ingin kemuliaan tapi bukan pelayanan. Dosa mereka adalah kesombongan. Tidak ada tempat bagi kerendahan hati.
Para pemimpin ini adalah contoh yang buruk. "Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya" kata Yesus (ay. 3). Mereka menipu para janda, tetapi mereka memanjatkan doa-doa yang panjang (ay. 14). Kitab Suci tidak melarang khotbah yang lama, kecuali doa-doa yang berpura-pura. Yesus menambahkan bahwa mereka yang bersalah atas praktik ini akan "menerima hukuman yang lebih berat" (Markus 12:40; Lukas 20:47).
Upaya mereka untuk membuat orang lain hanya terlihat agamis menambahkan kesalahan mereka. Mereka adalah pemimpin buta (ay. 15, 16a). Tidak ada yang bisa lebih kontradikstif daripada ini. Mereka bersumpah tanpa alasan (ay. 16b-22). Orang-orang jujur tidak perlu bersumpah. Mereka cermat dalam rincian-rincian yang kecil namun kehilangan maksud utamanya. Mereka menapis nyamuk tetapi menelan unta (ay. 24). Mereka lebih peduli dengan masalah lahiriah daripada rohaniah; kuburan mereka yang dilabur putih penuh dengan tulang belulang manusia (ay. 25-28). Yesus mencap mereka sebagai "ular" (ay. 33).
Yesus tidak mengakhiri khotbah yang keras ini dengan kemarahan. Sebaliknya, Ia berseru! "Yerusalem, Yerusalem" (ay. 37). Ia mengingatkan bahwa orang-orang ini sudah merajam para nabi, tetapi Ia menyatakan keinginan-Nya untuk melayani mereka seperti induk ayam melayani anak-anaknya. Yerusalem, kota Allah, diazab. Roma menghancurkan kota itu pada 70 Masehi.
Dalam Matius 23 Yesus memperkenalkan pemikiran baru, "ketentuan yang lebih berat." Ini melibatkan kedewasaan dalam keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan (v. 23). "Perkataan Taurat" memang penting, tetapi harus dijalankan dengan semangat yang tepat. Daniel mengajarkan hal ini kepada Belsyazar: "… Mene, mene, tekel ufarsin" … "tuanku ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan" (Daniel 5:25-28). Belsyazar meninggal malam itu juga. Dunia selalu mengabaikan ketentuan hukum-hukum Allah yang lebih berat—gereja harus jangan seperti itu.
Charles B. Hodge, Jr.
TFTWMS: Yudas (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 E. Earle Ellis, Prophecy and Hermeneutic in Early Christianity (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1993), 220-26.
2 Terjemahan ba...
Catatan Akhir:
- 1 E. Earle Ellis, Prophecy and Hermeneutic in Early Christianity (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1993), 220-26.
- 2 Terjemahan bahasa Inggris untuk 1 Henokh bersama dengan kata pengantar dan komentar singkat dapat ditemukan dalam James H. Charlesworth, ed., The Old Testament Pseudepigrapha (New York: Doubleday, 1983), 1:5-89. Pertama Enoch 6-19 memuat anak-anak Allah dalam Kejadian 6 sebagai subyeknya.
- 3 Richard J. Bauckham, Jude, 2 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 50 (Waco, Tex.: Word Books, 1983), 53.
- 4 Wisdom of Solomon 10:7 (NRSV).
- 5 Victor P. Hamilton mengulas, "Lokasi Sodom tidak pasti." Ia menambahkan, "Tidak ada bukti arkeologis yang pasti yang sudah muncul untuk memvalidasi lokasi di utara atau selatan." (Victor P. Hamilton, The Book of Genesis: Chapters 18-50, The New International Commentary on the Old Testament [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1995], 31.)
- 6 Ini adalah sudut pandang J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 258.
- 7 Ibid., 261.
- 8 Tobit 5:4; 6:11; 7:9; 8:2; 9:5; 11:1; 12:6.
- 9 Terjemahan bahasa Inggris untuk Perjanjian Musa dapat ditemukan di Charlesworth, 1:919-34.
- 10 Istilah teknis untuk langkah tata bahasa seperti itu disebut "anacoluthon."
- 11 Untuk pembahasan tentang bukti itu, lihat Bauckham, 79-80.
- 12 Terjemahan 1 Henokh 1:9 ini adalah dari Charlesworth, 1:13-14.
- 13 1 Enokh 60:8
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Yudas (Pendahuluan Kitab) SURAT YUDAS
PENGANTAR
Surat Yudas ini ditulis untuk memperingatkan para pembacanya supaya waspada
terhadap guru-guru palsu yang menyebut dirinya Kri
SURAT YUDAS
PENGANTAR
Surat Yudas ini ditulis untuk memperingatkan para pembacanya supaya waspada terhadap guru-guru palsu yang menyebut dirinya Kristen. Dalam surat yang pendek ini, yang isinya mirip dengan surat Petrus yang kedua, penulisnya memberi dorongan kepada para pembacanya supaya terus berjuang untuk iman.
Isi
- Pendahuluan
Yud 1:1-2 - Sifat, pengajaran dan nasib guru-guru palsu
Yud 1:3-16 - Nasihat supaya tetap percaya
Yud 1:17-23 - Doa pujian
Yud 1:24-25
Ajaran: Yudas (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Yudas dan
melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penu
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Yudas dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Yudas, saudara Yakobus, saudara Tuhan Yesus.
Tahun : Sekitar tahun 70-80 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen (untuk semua yang percaya di seluruh dunia). Keadaan mereka (penerima pertama) sama dengan penerima Kitab I, II, III Yohanes, yaitu sedang menghadapi ajaran sesat yang tidak sesuai dengan Firman Allah.
Isi Kitab: Kitab Yudas hanya terdiri dari satu pasal. Di dalam Kitab ini Yudas menasehati setiap orang Kristen untuk tetap berjuang mempertahankan iman yang telah disampaikan oleh hamba-hamba Tuhan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Yudas
Ayat 1-4 (Yud 1:1-4).
Salam dan tujuan
Bagian ini berisi doa untuk pertumbuhan rohani jemaat, agar tetap berjuang dalam segala daya upaya bertahan pada iman yang teguh. Karena iman kepada Yesus Kristus menuntut adanya hidup yang suci.
Ayat 5-16 (Yud 1:15-16).
Pengajaran mengenal guru palsu
Bagian ini menjelaskan bahwa guru-guru palsu harus ditolak oleh orang Kristen. Akhir hidup daripada guru-guru itu sudah ditentukan, yaitu penghukuman. Hal ini disebabkan mereka telah merubah kasih karunia Allah dengan cara hidup di dalam dosa, dan mereka menyangkal Tuhan Yesus Kristus. Sifat-sifat mereka disamakan dengan tiga tokoh Alkitab yang jahat yaitu: Kain, Bileam, Korah.
Pendalaman
- Bagaimanakah caranya saudara mengenal guru-guru palsu/ajaran palsu?
- Ceritakanlah kejahatan yang dilakukan oleh Kain, Bileam dan Korah.
Ayat 17-23 (Yud 1:17-23).
Pengajaran tiga tugas orang Kristen dalam menghadapi guru-guru palsu
Bagian ini menjelaskan tugas orang-orang Kristen dalam menghadapi guru- guru palsu, yaitu:
_Pertama_, mengingat ajaran-ajaran Firman Allah, _Kedua_, membangun di atas dasar iman yang suci dan berdoa dalam Roh Kudus. _Ketiga_, menunjukkan kebaikan kepada orang lain, dengan disertai rasa takut kepada Tuhan, yaitu tidak mengikuti atau mengingini kejahatan/dosa, yang mencemarkan hidup.
Pendalaman
- Apakah tugas orang percaya dalam menghadapi ajaran sesat?
- Apakah tugas yang kedua dan ketiga sama dengan melakukan Firman Allah?
Ayat 24-25 (Yud 1:24-25).
Penutup
Pujian karena Allah akan menjaga anak-anak-Nya, karena dalam Yesus Kristus sajalah terletak kekuatan orang Kristen. Inilah dasar dari kemenangan akhir setiap orang Kristen.
Pendalaman
- Siapakah yang menjagai kita, supaya tidak tersesat?
- Dengan apakah Allah menjagai kita?
- Apakah dasar kekuatan kemenangan dari orang Kristen?
- Apakah yang menjadi sandaran kekuatan saudara?
- Kalau seseorang Kristen masih tetap mengikuti upacara-upacara ada yang tidak sesuai dengan Alkitab, apakah itu sama dengan ia mendasar kekuatannya kepada Yesus Kristus?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab Yudas?
- Apakah pusat pengajaran Kitab Yudas?
- Apakah keadaan saudara sama dengan keadaan penerima Kitab ini?
Intisari: Yudas (Pendahuluan Kitab) Surat Pendek yang menggigit!
Yang kita hadapi saat ini adalah salah satu dari surat-surat terpendek dalam Perjanjian Baru, tetapi surat ini benar-ben
Surat Pendek yang menggigit!
Yang kita hadapi saat ini adalah salah satu dari surat-surat terpendek dalam Perjanjian Baru, tetapi surat ini benar-benar padat dengan makna. Surat ini mengingatkan kitajika kita mengasihi orang, kita kadang-kadang harus berlaku jujur, terus terang dan tegas terhadap mereka.
SIAPAKAH YUDAS?
Ia sendiri mengatakan bahwa ia 'saudara Yakobus' (1) atau dapat Anda anggap saudara Yakobus yang terkenal itu. Jadi, siapakah Yakobus? Hanya ada satu orang yang cocok dengan gambaran itu, yaitu Yakobus saudara Yesus. Berarti Yudas tentu adalah saudara dari Yesus juga (lihat Mar 6:3; Mat 13:55). Namun demikian, Yudas tidak pernah menyebut dirinya seorang rasul (walaupun ia berbicara tentang mereka)! Ini berarti kita sedang berhadapan dengan seorang yang rendah hati dan sederhana yang tidak ingin menonjolkan diri.
KAPAN DAN MENGAPA IA MENULIS?
Dari caranya ia membicarakan iman dan pengajaran para rasul, tampaknya Yudas menulis dengan baik pada zaman Perjanjian Baru, meskipun kita tidak dapat benar-benar memastikannya. Kita juga tidak tahu di mana teman-temannya tinggal, tetapi kita tahu pasti apa yang mereka lawan. Seperti juga banyak gereja-gereja dalam Perjanjian Baru, jemaat ini pun berada dalam kesulitan, dan yang lebih buruk lagi, masalah itu terjadi di dalam lingkungan gereja. Banyak orang mengaku bahwa mereka Kristen, tetapi mereka membawa jemaat pada kehidupan yang tidak senonoh, menyebarkan pemikiran-pemikiran yang palsu dan tidak bermoral. Pula, mereka seolah-olah terlihat sedang melakukan ajaran yang 'lebih rohani' dan 'yang lebih tinggi'. Yudas bermaksud untuk menulis kepada mereka surat yang lebih panjang dan tidak tergesa-gesa tentang ajaran Kristen, tetapi penulisan ini harus dilakukan dengan cepat. Inilah sebabnya mengapa surat Yudas dan 11 Petrus banyak kemiripannya. Entah Yudas yang mengutip Petrus dan menyesuaikannya dengan gaya tulisannya, atau mungkin ia dan Petrus mendapatkan beberapa traktat yang sama. Hasilnya adalah sepucuk surat yang penting, berbobot dan sarat dengan petunjuk.
BAGAIMANA TENTANG HENOKH?
Satu hal yang tidak biasa mengenai Yudas ialah bahwa ia tidak hanya mengutip Perjanjian Lama dan para rasul, tetapi ia juga mengutip kitab-kitab yang tidak kita punyai dalam Alkitab. Kitab Henokh (14, 15) adalah buku agama yang populer dan yang sangat banyak dikenal orang pada zaman itu. Pengangkatan Musa (9) merupakan contoh lainnya. (Ada cerita tentang Mikhael yang dikirim untuk menguburkan Musa dan bertemu dengan Iblis yang menuntut tubuhnya sebab Musa seorang pembunuh. Mikhael menyerahkan keputusan itu kepada Allah). Mungkin ada pula rujukan lainnya, tetapi semua ini tidak berarti bahwa Yudas menganggap kutipan itu setara dengan Alkitab. Dalam Perjanjian Baru terdapat beberapa kali penulis mengutip ucapan-ucapan atau tulisan-tulisan terkenal lain hanya untuk menegaskan suatu pendapat, sama seperti yang dilakukan oleh pengkhotbah-pengkhotbah dewasa ini yang mungkin mengutip dari karya Shakespeare atau Perjalanan Seorang Musafir, misalnya.
Pesan
1.Ada musuh didalam selimutMereka sudah
o menyelusup masuk. Yud 1:4
o menodai persekutuan. Yud 1:12
o memecah belah jemaat. Yud 1:19
o terbukti sebagai Kristen palsu. Yud 1:19
2. Mereka menyangkal iman.
o Menentang apa yang kita percayai. Yud 1:3
o Hidup dalam kejahatan. Yud 1:4, 11, 12, 16
3. Allah akan mengurus mereka.
o Ia telah melakukannya di masa lampau. Yud 1:4, 5, 6, 7, 11
o Ia akan melakukannya lagi. Yud 1:14, 15
4. Kristen sejati akan siap siaga.
o Berjuang demi iman. Yud 1:3
o Setia kepada Tuhan. Yud 1:4
o Ingat akan janji-janji. Yud 1:17
o Terus bertahan dan memelihara iman. Yud 1:20,21
o Menyelamatkan orang lain. Yud 1:22, 23
5. Allah akan memelihara kita.
o Ia memanggil kita. Yud 1:1
o Ia mengasihi kita. Yud 1:1, 2, 21
o Ia berkuasa memberikan apa yang kita perlukan. Yud 1:2
o Ia akan memelihara kita. Yud 1:24
o Ia yang memegang kendali. Yud 1:25
Penerapan
Yudas mengajar kita bagaimana menyelesaikan kesalahan...
1. Apa yang akan kita hadapi.o Ajaran palsu
o Orang yang tidak saleh
o Kebebasan dan nafsu
o Ketidakpercayaan
o Kesombongan
o Ketidakhormatan
o Ejekan
o Penolakan terhadap wibawa
o Egoisme
o Tidak adanya buah Roh
o Keluhan
o Bualan
o Rayuan
o Pemecahbelahan
o Keduniawian
o Kerohanian pura-pura
2. Bagalmana mengadakan perlawanan.
o Bergantung pada Alkitab
o Periksa ajaran mereka
o Jangan biarkan adanya penyimpangan
o Sadari bahwa hal itu serius
o Teruskan apa yang sudah dimulai
o Pegang janji janji Allah
o Berhati-hati walaupun Anda ingin menolong mereka
Tema-tema Kunci
1. Alkitab.
Yudas berbicara tentang 'iman' (3); menyimpulkan apa yang kita percayai. Oleh karena iman adalah 'pemberian Allah' dan sebab Allah tidak ingkar, maka sangatlah penting bagi kita untuk berpegang pada iman. Kita memilikinya tertulis dalam Alkitab bagi kita, dan Yudas menganggap bahwa semua kawannya telah mengetahuinya dan akan mempertahankannya. Lihat bagaimana Yudas mengacu baik ke Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru (ayat-ayat Yud 1:3, 5, 6, 7, 11, 17, 18, 20) dan carilah acuan berikut ini: I Korintus 10:1-12; Kejadian 10:1-12; 6:1-4; 19:1-25; 4:1-16; Bilangan 22-23; 25:1-5; 31:15, 16; 16:1-35.
2. Hidup dan iman.
Apa yang kita percayai dan bagaimana kita hidup harus serasi. Para guru palsu mengatakan bahwa mereka percaya akan kasih karunia Allah (4) dan bahkan mereka mengaku mendapatkan wahyu khusus (8,lihat 19), tetapi kehidupan mereka sehari- hari menyangkal pengakuan tersebut. Buatlah daftar tentang gambaran yang berbeda-beda yang dipakai Yudas untuk menggambarkan Kristen palsu ini. Apa kesan yang Anda dapatkan secara menyeluruh?
3. Dosa tidak akan lepas dari hukuman.
Walaupun kelihatannya orang dapat meng hindarihukuman dosa, sejarah Alkitab mengatakan bahwa pada suatu hari Allah akan menghakimi mereka. Carilah hal-hal yang menunjuk kepada penghakiman Allah dalam surat ini.
4. Orang Kristen sejati akan selamat.
Tidak saja Allah sangat memperhatikan umat-Nya, tetapi Ia dapat memberikan segala sesuatu bagi mereka untuk tetap mempertahankan diri. Pikirkan ayat-ayat Yud 1:24, 25 dan carilah apa yang ingin Allah lakukan dan bagaimana Ia dapat melakukannya.
Garis Besar Intisari: Yudas (Pendahuluan Kitab) [1] 'YUDAS UNTUK SAHABAT-SAHABATNYA' Yud 1:1,2
Saudara-saudara adalah orang-orang yang istimewa
[2] 'DITULIS DENGAN TERBURU-BURU...' Yud 1:3,4
[1] 'YUDAS UNTUK SAHABAT-SAHABATNYA' Yud 1:1,2
Saudara-saudara adalah orang-orang yang istimewa
[2] 'DITULIS DENGAN TERBURU-BURU...' Yud 1:3,4
Yud 1:3 | a Apa yang ingin saya tulis |
Yud 1:3 | b Apa yang sedang saya tulis |
Yud 1:4 | Mengapa saya menulis seperti ini |
[3] 'TIGA PERINGATAN YANG MENGERIKAN' Yud 1:5-7
Yud 1:5 | Mesir |
Yud 1:6 | Para malaikat |
Yud 1:7 | Sodom dan Gomora |
[4] 'APA YANG KITA LAWAN' Yud 1:8-13
Yud 1:8-9 | Memberontak terhadap kekuasaan Allah |
Yud 1:10 | Berlaku seperti binatang |
Yud 1:11 | Kain, Bileam dan Korah dijadikan satu! |
Yud 1:12-13 | Berbahaya dan tak berguna |
[5] 'HENOKH BENAR!' Yud 1:14-16
Yud 1:14-15 | Hakim sedang datang |
Yud 1:16 | Kesombongan dan nafsu |
[6] 'PARA RASUL SUDAH MENGATAKANNYA PADAMU!' Yud 1:17-19
Yud 1:17-18 | Hari-hari jahat akan tiba |
Yud 1:19 | Hati-hati terhadap hal duniawi! |
[7] 'LANJUTKAN PEKERJAANMU!' Yud 1:20-23
Yud 1:20,21 | Kuatkan diri |
Yud 1:22,23 | Ulurkan tangan |
[8] 'ALLAH YANG SEPERTI APA YANG KITA MILIKI!' Yud 1:24,25
Mampu dan memelihara
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi