Teks -- 1 Samuel 15:23 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Sam 15:23; 1Sam 15:23
Full Life: 1Sam 15:23 - PENDURHAKAAN ... DOSA BERTENUNG.
Nas : 1Sam 15:23
Dosa "bertenung" artinya berusaha untuk memanipulasi peristiwa,
orang, atau masa depan dengan mempergunakan roh-roh orang yang sud...
Nas : 1Sam 15:23
Dosa "bertenung" artinya berusaha untuk memanipulasi peristiwa, orang, atau masa depan dengan mempergunakan roh-roh orang yang sudah mati (bd. Im 19:26; Ul 18:9-12). Pemberontakan terhadap Firman Allah adalah sama dengan dosa ini karena keduanya mencakup penolakan ke-Tuhanan Allah dan suatu usaha untuk menentukan kesudahan hal-hal dengan cara yang tidak selaras dengan cara Allah. Selanjutnya, kedua dosa itu mengeluarkan si pelanggar dari perlindungan Allah dan meletakkannya di bawah kuasa Iblis dan roh-roh jahat yang membinasakan (bd. 1Sam 16:14; 18:10; 19:9).
Full Life: 1Sam 15:23 - IA TELAH MENOLAK ENGKAU SEBAGAI RAJA.
Nas : 1Sam 15:23
Teks :
1) Pencabutan hak Saul sebagai raja dan kemudian juga penolakan
keturunannya tidak berarti bahwa Allah menolak Saul...
Nas : 1Sam 15:23
Teks :- 1) Pencabutan hak Saul sebagai raja dan kemudian juga penolakan keturunannya tidak berarti bahwa Allah menolak Saul secara pribadi untuk selamanya. Sekalipun kedudukan Saul sebagai raja tidak pernah akan dipulihkan, ia masih dapat diampuni dan menikmati hubungan yang menyelamatkan dengan Allah melalui pertobatan yang sungguh-sungguh dan dengan hidup bagi Tuhan (ayat 1Sam 15:24-25,31).
- 2) Prinsip yang sama berlaku pada zaman perjanjian baru. Seorang
pemimpin rohani dapat gagal secara moral, dan oleh karena itu ditolak
selama-lamanya oleh Allah dari kedudukan rohani, namun tetap terbuka
untuk menerima pengampunan, keselamatan, dan persekutuan yang sempurna
dengan Allah
(lihat art. SYARAT-SYARAT MORAL PENILIK JEMAAT).
Jerusalem -> 1Sam 15:1-35; 1Sam 15:23
Jerusalem: 1Sam 15:1-35 - -- Bab 15 ini tidak tahu-menahu bahwa Saul sudah ditolak, 1Sa 13:8-15. Bab ini juga hanya mengutuk Saul, bukannya lembaga kerajaan. Hanya diperlihatkan s...
Bab 15 ini tidak tahu-menahu bahwa Saul sudah ditolak, 1Sa 13:8-15. Bab ini juga hanya mengutuk Saul, bukannya lembaga kerajaan. Hanya diperlihatkan suatu keterangan yang secara wajar terdapat pada lembaga kerajaan di Israel, yaitu keterangan antara politik keduniaan dan tuntutan-tuntutan dari pihak Tuhan. Keterangan itu memuncak dalam bentrokan antara raja dengan nabi: di sini Saul berbentrokan dengan Samuel: kemudian Ahab dengan Elia, Hizkia dengan Yesaya, Zedekia dengan Yeremia.
Jerusalem: 1Sam 15:23 - sama seperti menyembah berhala dan terafim Harafiah: (dosa) kesia-siaan dan terafim.
Harafiah: (dosa) kesia-siaan dan terafim.
Ende -> 1Sam 15:1-35; 1Sam 15:23
Ende: 1Sam 15:1-35 - -- Bagian ini menerangkan, mengapa Sjaul ditolak sebagai radja. Tjeritera ini tidak
tahu, bahwa Sjaul sudah ditolak (1Sa 13:8-15) dan kisah ini djuga tid...
Bagian ini menerangkan, mengapa Sjaul ditolak sebagai radja. Tjeritera ini tidak tahu, bahwa Sjaul sudah ditolak (1Sa 13:8-15) dan kisah ini djuga tidak tersambung dengan lingkungannja dalam kitab Sjemuel seperti tersusun sekarang.
Ende: 1Sam 15:23 - -- Tidak patuh disini disamakan dengan sihir dan menjembah berhala (terafim), oleh
sebab orang jang tidak mau mendengarkan Allah, mendengarkan sesuatu ja...
Tidak patuh disini disamakan dengan sihir dan menjembah berhala (terafim), oleh sebab orang jang tidak mau mendengarkan Allah, mendengarkan sesuatu jang lain, machluk jang dianggap lebih penting daripada Allah, sebagaimana halnja dalam sihir dan penjembahan berhala.
Endetn -> 1Sam 15:23
Endetn: 1Sam 15:23 - -- kedjahatan terafimlah", diperbaiki menurut terdjemahan Junani Symachus. Tertulis: "Kesiaan dan terafimlah".
kedjahatan terafimlah", diperbaiki menurut terdjemahan Junani Symachus. Tertulis: "Kesiaan dan terafimlah".
Ref. Silang FULL -> 1Sam 15:23
Ref. Silang FULL: 1Sam 15:23 - dosa bertenung // telah menolak · dosa bertenung: Ul 18:10
· telah menolak: 1Sam 13:13; 1Sam 13:13
· dosa bertenung: Ul 18:10
· telah menolak: 1Sam 13:13; [Lihat FULL. 1Sam 13:13]
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Sam 15:10-23
Matthew Henry: 1Sam 15:10-23 - Samuel Menegur Saul; Saul Ditolak oleh Allah Samuel Menegur Saul; Saul Ditolak oleh Allah (15:10-23)
Saul dimintai pertanggungan jawab oleh Samuel berkenaan dengan pelaksanaan mandatnya terhad...
Samuel Menegur Saul; Saul Ditolak oleh Allah (15:10-23)
- Saul dimintai pertanggungan jawab oleh Samuel berkenaan dengan pelaksanaan mandatnya terhadap orang Amalek. Dan kita disuguhi sini dengan contoh mengesankan mengenai ketatnya keadilan Allah dan pengkhianatan dan keculasan hati manusia. Dalam bagian ini diceritakan,
- I. Apa yang secara diam-diam terjadi antara Allah dan Samuel pada waktu itu (ay.10-11).
- 1. Allah menetapkan bahwa Ia menolak Saul sebagai raja, dan memberitahukannya kepada Samuel: Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja. Bagi Allah, penyesalan bukanlah berubah pikiran seperti pikiran kita, melainkan perubahan cara atau pengaturan. Ia tidak mengubah kehendak-Nya, tetapi menghendaki suatu perubahan. Yang berubah adalah pada Saul: ia telah berbalik dari pada Aku. Inilah penilaian Allah terhadap ketaatan Saul yang tidak sepenuhnya, serta keserakahannya yang merebak. Dengan demikian, ia sendiri yang menjadikan Allah sebagai seteru. Allah menyesal telah memberikan kepada Saul kerajaan beserta dengan kehormatan dan kekuasaannya. Namun, Ia tidak pernah menyesal telah memberikan kepada siapa pun hikmat dan anugerah, juga takut akan Dia dan kasih. Untuk pemberian dan panggilan seperti ini, Allah pernah menyesal.
- 2. Samuel meratapi dan mencela perbuatan Saul itu. Sakit hatilah Samuel karena Saul telah kehilangan perkenanan Allah, dan karena Allah telah memutuskan untuk membuang dia. Samuel berseru-seru kepada TUHAN semalam-malaman, menghabiskan sepanjang malam dengan memohon kepada Allah sebagai penengah. Tatkala orang-orang lain tidur di atas ranjang mereka, ia berlutut, berdoa dan bergumul dengan Allah. Samuel bukan mencela penyisihan dirinya dari pemerintahan. Ia juga tidak merasa senang diam-diam, seperti yang akan dirasakan kebanyakan orang, karena Saul yang pernah mengunggulinya segera saja tersingkir. Sebaliknya, Samuel berdoa agar Saul diteguhkan, ia sama sekali tidak menginginkan hari celaka itu. Penolakan terhadap orang berdosa membawa ratapan bagi orang-orang baik. Allah tidak bersukacita atas kebinasaan mereka, maka kita pun seharusnya tidak.
- II. Apa yang secara terang-terangan terjadi antara Samuel dan Saul. Samuel, yang diutus oleh Allah kepada Saul dengan kabar berat tersebut, pergi dengan perasaan pahit, seperti Yehezkiel, untuk menemui Saul, kemungkinan dengan perjanjian yakni ketika Saul melanjutkan perjalanan ini, sebab ia telah sampai ke Gilgal (ay. 12). Gilgal adalah tempat ia dahulu diangkat menjadi raja (11:15), dan tempat di mana sekarang ia seharusnya menerima pengakuan, andai saja ia membuktikan diri dengan baik dalam ujian ketaatannya. Akan tetapi, Samuel diberi tahu bahwa Saul telah mendirikan tanda kemenangan, suatu monumen untuk kemenangannya, di Karmel, sebuah kota di pegunungan Yehuda. Ini dilakukan lebih untuk mengejar kehormatan dirinya ketimbang kehormatan Allah, sebab ia mendirikan tempat ini, atau tangan, sesuai dengan arti katanya, bagi diri sendiri. Saul semestinya lebih perlu bertobat dari dosanya dan berdamai dengan Allah daripada bermegah atas kemenangannya. Dan juga, ia berderap ke Gilgal dengan kejayaan besar, hal ini tampak dinyatakan dalam perkataan: kemudian ia balik dan mengambil jurusan, dengan kemegahan dan barisan kemenangan yang semarak. Di sanalah Samuel menemui dia, dan
- 1. Saul membual tentang ketaatannya kepada Samuel, karena dengan ketaatan itulah ia sekarang mau menonjolkan dirinya (ay. 13): “Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, sebab engkau mengutus aku untuk tugas yang baik, yang telah sangat berhasil kulakukan. Aku telah melaksanakan firman TUHAN.” Sangat mungkin, kalau saja hati nuraninya terbuka di hadapannya dan mendakwa dia atas ketidaktaatannya, ia tidak akan semudah itu memproklamirkan ketaatannya. Saul melakukan hal itu dengan harapan agar Samuel tidak menegur dia. Demikianlah pikiran orang berdosa, dengan membenarkan diri, mereka berharap dapat lolos dari penghakiman Allah. Padahal, satu-satunya cara untuk lolos adalah dengan menguji diri kita sendiri. Orang yang paling banyak membualkan keagamaannya dapat dicurigai ada ketidakadilan dan kemunafikan dalam keagamaannya itu.
- 2. Samuel mendakwa Saul dengan langsung menunjukkan ketidaktaatannya. “Sudahkah engkau melakukan titah Tuhan? Kalau begitu apakah bunyi kambing domba itu?” (ay. 14). Saul berpikir bahwa Allah Yang Mahakuasa banyak berhutang budi kepadanya atas jasa baik yang telah diperbuatnya. Namun, Samuel justru menunjukkan bahwa jauhlah dari Allah untuk berhutang pada Saul, malahan dengan alasan yang adil Ia sekarang mau menentang Saul, dengan menunjukkan buktinya, suara bunyi kambing domba dan bunyi lembu-lembu. Kemungkinan, ternak itu dipilih Saul untuk menunjukkan kemenangannya, tetapi Samuel menunjuk hewan-hewan itu sebagai saksi menentang Saul. Samuel tidak perlu bersusah payah membantah pengakuan Saul. Suara ribut yang berasal dari hewan ternak (seperti karat perak, Yak. 5:3) akan menjadi kesaksian terhadap dia. Perhatikan, sejak dahulu, pengakuan dan bantahan masuk akal dari orang munafik akan selalu ditentang dan dibantah oleh bukti yang paling nyata dan tidak dapat disanggah. Banyak orang berkoar-koar tentang ketaatan mereka pada perintah Allah. Namun, bagaimana dengan kesenangan daging, cinta akan dunia, hawa nafsu dan ketamakan mereka, serta pengabaian akan tanggung jawab suci, yang bersaksi menentang mereka?
- 3. Saul bersikeras membenarkan diri atas tuduhan itu (ay. 15). Faktanya tidak dapat ia sangkal, domba dan lembu itu memang dibawa dari orang Amalek, tetapi
- (1) Hal itu bukan kesalahannya, melainkan rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu. Masakan mereka berani melakukannya tanpa perintah langsung dari Saul, padahal mereka tahu bahwa hal itu bertentangan dengan perintah langsung dari Samuel. Perhatikan, orang yang ingin membenarkan diri sendiri biasanya sangat cepat menuding orang lain dan menimpakan kesalahan kepada siapa saja, dan bukannya menanggungnya sendiri. Dosa adalah kotoran yang tidak seorang pun mau biarkan tergeletak di depan pintu rumahnya sendiri. Dosa merupakan dalih penyesalan dari hati yang degil, yang tidak mau mengakui kesalahan, dan melemparkan kesalahan pada orang lain yang menjadi penggoda, sekutu, atau hanya pengikut dalam tindakan berdosa tersebut.
- (2) Hal itu dilakukan dengan maksud baik: “Untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu. Dia Allahmu, maka engkau tidak akan menentang apa pun yang dilakukan untuk menghormati Dia, seperti halnya perbuatan ini.” Alasan tersebut adalah dusta, sebab Saul dan rakyat menyelamatkan ternak itu dengan niat untuk keuntungan mereka sendiri. Namun, seandainya pun benar, perbuatan itu tetaplah sembrono, karena Allah membenci hasil perampasan dipakai sebagai korban bakaran. Allah menetapkan agar ternak-ternak yang diambil itu dipersembahkan kepada-Nya di medan perang, dan karena itu Ia tidak akan berterima kasih kepada orang yang mempersembahkannya di atas mezbah-Nya. Allah harus dilayani sesuai dengan cara-Nya sendiri, berdasarkan peraturan yang Ia sendiri telah tetapkan. Niat baik tidak akan membenarkan tindakan yang salah.
- 4. Samuel menolak, atau tidak menghiraukan pembelaan Saul, dan tetap memberikan penghakiman atas Saul dalam nama Allah. Ia memberi dasar wewenangnya untuk menghakimi. Yang akan dikatakan Samuel adalah apa yang telah difirmankan Allah kepadanya (ay. 16), kalau tidak demikian, ia tidak akan menyampaikan kecaman seberat itu. Orang yang mengeluh bahwa para hamba Tuhan bersikap terlalu keras kepada mereka seharusnya mengingat bahwa para hamba Tuhan itu hanya pembawa pesan, dan mereka harus setia kepada firman Allah dan harus menyampaikan sesuai dengan apa yang diperintahkan. Oleh karena itu, sama seperti Saul di sini, kita seharusnya berujar, “Katakanlah,” agar para para hamba Tuhan itu melanjutkan apa yang harus mereka katakan. Samuel pun menyampaikan pesan-Nya dengan setia.
- (1) Ia mengingatkan Saul tentang kehormatan yang sudah Allah berikan kepadanya dengan menjadikan dia raja (ay. 17), walaupun ia kecil pada pemandangannya sendiri. Allah memperhitungkan keadaan Saul yang hina dahulu dan mengganjar kerendahan hatinya. Camkanlah, orang yang telah diangkat mendapatkan kehormatan dan kekayaan seharusnya sering mengingat asal mula mereka yang hina, supaya mereka tidak sombong memandang diri tinggi, melainkan senantiasa belajar melakukan hal-hal besar bagi Allah yang telah mengangkat mereka.
- (2) Samuel mengemukakan kepada Saul betapa terang benderangnya perintah yang harus dia laksanakan (ay. 18, KJV): “TUHAN telah menyuruh engkau mengadakan perjalanan.” Tugas ini begitu mudah, dan keberhasilannya begitu pasti, sampai-sampai lebih cocok disebut perjalanan ketimbang peperangan. Itu merupakan pekerjaan mulia, yakni menumpas musuh bebuyutan Allah dan Israel. Kalau saja Saul menyangkal diri serta jauh-jauh mengesampingkan pemikirannya akan keuntungan pribadi dan menghancurkan seluruh milik Amalek, ia tidak akan menjadi pecundang pada akhirnya, dan tidak akan pergi ke dalam peperangan ini atas biayanya sendiri. Allah tentu akan mencukupkan dia, sehingga ia tidak memerlukan barang jarahan. Oleh sebab itu,
- (3) Samuel menunjukkan pada Saul betapa ia tidak dapat dimaafkan karena telah bertujuan mengambil keuntungan dari perjalanan ini untuk memperkaya diri (ay. 19): “Mengapa engkau mengambil jarahan, dan mengambil apa yang seharusnya dihancurkan untuk kehormatan Allah menjadi milikmu sendiri?” Lihatlah, betapa cinta akan uang adalah akar kejahatan. Namun, lihatlah keberdosaan dari dosa, dan yang membuatnya jahat di mata Tuhan lebih dari segalanya, yaitu ketidaktaatan: engkau tidak mendengarkan suara TUHAN.
- 5. Saul mengulangi pembelaan dirinya. Ia memutuskan untuk tetap berpegang pada pembelaan itu untuk melawan dakwaan Samuel itu (ay. 20-21). Ia menyangkal tuduhan tersebut (ay. 20): “Aku memang mendengarkan, aku telah mengerjakan segala sesuatu yang harus kulakukan.” Sebab ia memang sudah melakukan apa yang menurut dia perlu dilakukan. Saul memandang dirinya sendiri jauh lebih bijaksana daripada Allah. Allah memerintahkan dia untuk membunuh semua orang, tetapi, untuk menunjukkan contoh bahwa ia taat, ia membawa Agag hidup-hidup, sebab menurut dia hal itu sama baiknya dengan membunuh Agag. Demikianlah hati kedagingan yang penuh tipu daya berpikir untuk mengelak dari perintah Allah dengan apa yang mereka anggap setara. Saul bersikeras bahwa orang Amalek itu sendiri telah ia tumpas, yang memang merupakan tujuan utama. Akan tetapi, soal jarahan, ia mengakui bahwa barang-barang itu seharusnya dikhususkan untuk ditumpas, artinya, ia mengetahui kehendak Tuhan dan tidak salah paham mengenai perintahnya. Namun, menurut dia, akan rugi kalau harta benda itu dibuang. Ternak orang Midian dahulu dijadikan rampasan pada zaman Musa (Bil. 31:32), mengapa sekarang kita tidak melakukan hal yang sama terhadap ternak orang Amalek? Hewan-hewan itu lebih baik dijadikan rampasan bagi orang Israel daripada menjadi mangsa burung bangkai di udara dan binatang liar. Oleh karena itu, Saul diam-diam saja membiarkan rakyat membawanya. Namun, itu perbuatan rakyat, bukan Saul. Lagi pula, rampasan itu diambil untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN di sini, di Gilgal, ke mana mereka membawanya. Lihatlah, betapa sukar untuk menginsafkan anak-anak yang tidak taat akan dosa mereka dan untuk menelanjangi perbuatan dosa mereka.
- 6. Samuel memberikan jawaban lengkap atas permintaan maaf Saul, karena ia sungguh bersikeras (ay. 22-23). Ia langsung menunjuk ke hati nurani Saul sendiri: “Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN?” Meski Saul bukan orang yang sangat mengenal agama, namun ia tidak dapat menghindari diri dari pengakuan ini, bahwa:
- (1) Tidak ada yang menyukakan Allah lebih daripada ketaatan. Tidak ada. Bukan korban dan persembahan, bukan juga lemak domba jantan. Lihatlah di sini apa yang seharusnya kita upayakan dan kejar dalam segala ibadah keagamaan, bahkan untuk menjadi berkenaan kepada Allah, yaitu supaya Ia bersuka dalam apa yang kita lakukan. Jika Allah disenangkan karena kita dan pelayanan kita, maka kita pun berbahagia, kita telah mencapai tujuan. Namun, kalau tidak demikian, untuk apa itu? (Yes. 1:11). Maka, di sini, dengan jelas dikatakan bahwa ketaatan pada kehendak Allah dengan rendah hati, tulus, dan sungguh-sungguh lebih menyenangkan hati-Nya dan mendapat perkenanan-Nya ketimbang segala korban bakaran dan persembahan. Mematuhi semua aturan moral dengan cermat lebih membuat kita diperkenan Allah daripada menjalankan segala tata upacara ibadah (Mi. 6:6-8; Hos. 6:6). Ketaatan disukai oleh hukum alam yang kekal, sementara korban persembahan hanya disukai oleh hukum dan peraturan tertulis belaka. Ketaatan adalah hukum dari keadaan tidak bersalah, tetapi korban persembahan pada dasarnya mengakui bahwa dosa masuk ke dalam dunia dan diadakan untuk menghapusnya, tetapi tidak berdaya. Tetapi, ketaatan dapat mencegah dosa itu. Allah lebih dipermuliakan dan diri lebih disangkal oleh ketaatan ketimbang oleh persembahan. Jauh lebih mudah membawa anak lembu atau anak domba untuk dibakar di atas mezbah daripada membawa segala pikiran dan menaklukkannya kepada Allah, serta menundukkan kehendak kepada kehendak-Nya. Ketaatan adalah kemuliaan para malaikat (Mzm. 103:20) dan akan menjadi milik kita juga.
- (2) Tidak ada yang begitu membuat Allah murka daripada ketidaktaatan, yakni melawan kehendak-Nya dengan kehendak kita sendiri. Di sini, hal itu disebut pendurhakaan dan kedegilan, dan dikatakan sama buruknya seperti dosa bertenung dan menyembah berhala (ay. 23). Memiliki ilah lain sama jahatnya dengan hidup dalam ketidaktaatan kepada Allah yang benar. Orang yang dikendalikan oleh kecenderungannya hatinya sendiri yang bengkok, bertentangan dengan perintah Allah, dan sebagai akibatnya meminta petunjuk dari terafim (kata yang dipakai di sini untuk menyebut penyembahan berhala) atau petenung. Ketidaktaatanlah yang menjadikan kita semua berdosa (Rm. 5:19), dan inilah hakikat kejahatan dosa, yakni pelanggaran hukum Allah (1Yoh. 3:4), dan karenanya merupakan perseteruan terhadap Allah (Rm. 8:7). Saul adalah raja, tetapi jika ia tidak menaati perintah Allah, maka martabat dan kuasa kerajaannya tidak akan membebaskan dia dari kesalahan karena kedurhakaan dan kedegilannya. Yang dibahas dalam ayat-ayat ini bukanlah pembangkangan rakyat terhadap raja mereka, melainkan pembangkangan seorang raja terhadap Allah.
- 7. Samuel menubuatkan kehancuran Saul, singkatnya: “Karena engkau telah menolak firman TUHAN, telah memandang rendah firman itu (demikian dalam Alkitab bahasa Aram), telah menganggapnya bukan apa-apa (demikian terjemahan Septuaginta), telah menyingkirkan kekuasaannya, maka Ia telah menolak engkau, memandang rendah dan menganggap engkau bukan apa-apa, tetapi menyingkirkan engkau sebagai raja. Ia yang menjadikan engkau raja telah menetapkan untuk menurunkan engkau kembali.” Orang yang tidak mau Allah memerintah atas dirinya, tidak cocok dan tidak layak untuk memerintah atas manusia.
SH: 1Sam 15:17-35 - Tidak taat menyembah berhala (Sabtu, 28 Juni 2008) Tidak taat menyembah berhala
Ketidaktaatan seringkali muncul karena melupakan anugerah, lupa
bahwa apa yang kita miliki itu berasal dari kasih...
Tidak taat menyembah berhala
Ketidaktaatan seringkali muncul karena melupakan anugerah, lupa bahwa apa yang kita miliki itu berasal dari kasih karunia bukan karena kelayakan, apalagi jasa pribadi. Akibatnya, kita merasa diri tidak berhutang budi, dan tak jarang menganggap sepele Tuhan, Sang Pemberi Anugerah.
Samuel mengingatkan Saul, bahwa kedudukan sebagai raja merupakan anugerah yang harus dibarengi tanggung jawab. Sayang sekali, Saul melupakan anugerah. Ia bertindak menurut kepentingannya sendiri. Jawaban Saul yang terkesan rohani (ayat 20-21), dibantah Samuel. Samuel menunjukkan bahwa sikap rohani bukan hanya berupa kepatuhan pada kegiatan ritual, melainkan ketaatan melakukan firman Tuhan (ayat 22). Ketidaktaatan adalah sikap durhaka yang sama berat dengan dosa penyembahan berhala (ayat 23).
Serius sekali tuduhan Samuel kepada Saul: menolak firman Tuhan sama dengan menduakan Dia. Perhatikan respons Saul yang kontradiktif. Pertama, ia mengaku takut terhadap rakyat (ayat 24) sehingga melanggar firman Tuhan. Padahal sebenarnya rakyat takut dan patuh pada dia (lih. 1Sam. 14:24). Jadi alasan takutnya hanya dicari-cari. Kedua, ia mengaku berdosa di hadapan Tuhan (ayat 25), tetapi tidak mau kehilangan muka di hadapan rakyat (ayat 30). Bagi Saul, harga diri lebih penting daripada menaati Tuhan. Sikap "jaim" (jaga imej; bahasa populer remaja) ini menunjukkan bahwa jabatan telah menjadi berhala. Ia, 'menurunkan' Tuhan dari takhta semestinya.
Menjadi pemimpin yang arogan, merasa banyak jasa, merasa tak pernah bersalah, adalah tanda-tanda orang yang lupa anugerah. Bahasanya yang rohaninya adalah kamuflase untuk menutupi motivasi yang sebenarnya. Sikap merendah yang dia tunjukkan adalah kemunafikan untuk menyelubungi ambisi pribadinya. Pemimpin seperti itu tak mungkin membawa umat semakin dekat Tuhan. Ia malah memperalat mereka untuk kepentingan pribadinya. Betapa jahatnya pemimpin seperti ini. Jangan jadi pemimpin demikian dan jangan juga memilih orang seperti itu untuk jadi pemimpin.
SH: 1Sam 15:1-23 - Tuhan atau perut sendiri? (Selasa, 9 Desember 1997) Tuhan atau perut sendiri?
Perintah Tuhan pada dasarnya menuntut orang untuk mengutamakan Tuhan melampaui apa pun termasuk pertimbangan manusiawi. Per...
Tuhan atau perut sendiri?
Perintah Tuhan pada dasarnya menuntut orang untuk mengutamakan Tuhan melampaui apa pun termasuk pertimbangan manusiawi. Perintah untuk menumpas Amalek kedengarannya tidak manusiawi dan menimbulkan banyak pertanyaan. Namun alasan Saul tidak menaati perintah itu bukanlah pertimbangan perikemanusiaan, melainkan manipulasi perintah Tuhan untuk memenuhi ketamakan dan kecongkakannya sendiri (ayat 9). Wajarlah bila Tuhan menyesal. Orang yang sedemikian dipercaya untuk mengemban tugas ilahi ternyata hanya memikirkan perut sendiri.
Ketaatan lebih penting dari persembahan. Tuhan begitu tegas terhadap hamba yang diurapi-Nya, untuk menegaskan keadilan dan kebenaran-Nya. Ia tidak dapat didustai dan ditipu. Hal yang lebih menyedihkan hati Allah, ketika Saul dengan "dusta kudus" mempersembahkan hasil jarahan yang dikorupsinya untuk Allah. Samuel dengan tegas menyuarakan firman Allah: Taat kepada Tuhan lebih baik dari pada mempersembahkan persembahan yang tidak kudus.
Renungkan: Yang utama dan yang pertama Tuhan inginkan dari kita ialah persembahan kasih dari hati yang tulus bagi-Nya.
Doa: Selidikilah hati kami, o Tuhan. Tunjukkan bila ada ibadah yang tidak benar di dalam kami. Bantu kami untuk bertobat.
SH: 1Sam 15:1-35 - Ketika nurani menjadi bebal (Kamis, 15 Mei 2014) Ketika nurani menjadi bebal
Kendati hati Saul memberontak kepada Tuhan, Tuhan masih berkenan kepada-Nya. Hukuman yang Tuhan jatuhkan adalah dinasti S...
Ketika nurani menjadi bebal
Kendati hati Saul memberontak kepada Tuhan, Tuhan masih berkenan kepada-Nya. Hukuman yang Tuhan jatuhkan adalah dinasti Saul tidak akan bertahan (1Sam. 12:14). Namun sejauh yang dicatat Alkitab, Saul tidak sedikit pun menunjukkan penyesalan. Ia terus mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama.
Berbeda dengan Samuel yang hingga masa tuanya tetap hidup berintegritas sehingga bisa menjadi teladan bagi umat Israel, Saul tampaknya hanya mengandalkan jabatan dan kekuasaannya. Alih-alih menjadi pemimpin yang tegas bagi umat Israel agar sesuai kehendak Tuhan, Saul malah memilih menjadi pemimpin yang populis dan mengabaikan kehendak Tuhan demi disukai rakyatnya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita juga seringkali dihadapkan pada pilihan untuk taat pada pimpinan Tuhan atau memilih keuntungan di depan mata. Jika Tuhan sudah mengubah hati kita, maka mengikuti tuntunan Tuhan akan menjadi sesuatu yang alami, bukan lagi pilihan. Bagi rakyat Israel, episode hari ini memaparkan dengan gamblang kondisi kerohanian mereka yang sesungguhnya. Kehidupan mereka telah menjadi hidup yang menomorsatukan keuntungan duniawi, sehingga tanpa berpikir panjang umat beramai-ramai mengabaikan perintah Tuhan dan menyimpan barang jarahan.
Kegagalan Saul menjalankan fungsinya sebagai raja yang seharusnya dengar-dengaran pada pimpinan Tuhan dan memimpin umat Tuhan untuk tetap taat kepada-Nya, telah menjadi sedemikian parah sehingga Tuhan menolaknya. Ketidakpekaan terhadap pimpinan Tuhan yang diteladankan oleh Saul telah merasuki sendi-sendi kehidupan umat Israel sehingga mereka tak lagi bisa mengenal apa yang benar dan apa yang salah. Samuel sebagai pemimpin yang hidup dekat Tuhan merasa sakit hati atas apa yang terjadi (11). Sementara Saul, bahkan setelah ditolak oleh Tuhan, lebih mementingkan gengsinya di hadapan publik, alih-alih menunjukkan pertobatan yang sungguh (30). Jika Tuhan menegur, baiklah kita peka. Jangan biarkan hati kita perlahan-lahan menjadi semakin kebal terhadap suara-Nya.
SH: 1Sam 15:1-35 - Kesombongan dan Penuh Dalih (Minggu, 18 Agustus 2019) Kesombongan dan Penuh Dalih
Kesombongan merupakan suatu penyakit rohani yang berhubungan dengan status, pendidikan, kekayaan, dan sebagainya. Kesombo...
Kesombongan dan Penuh Dalih
Kesombongan merupakan suatu penyakit rohani yang berhubungan dengan status, pendidikan, kekayaan, dan sebagainya. Kesombongan dengan mudah menyebabkan ketidaktaatan kepada Allah dan segalanya berpusat kepada diri sendiri.
Melalui Samuel, Allah memberikan tugas kepada Saul untuk menumpas bangsa Amalek secara total (1-3, 18). Awalnya, Saul melakukan apa yang diperintahkan Allah. Namun, pada akhirnya berbeda. Saul tidak taat (8, 9). Allah melihat dan menyesal telah menjadikan Saul sebagai raja karena ketidaktaatannya. Hal ini juga membuat Samuel marah dan sedih (11). Melalui Samuel, Allah menegur Saul bahwa apa yang telah dilakukannya adalah jahat (19). Awalnya, Saul berdalih atas ketidaktaatannya dan kemudian melemparkan semua pada rakyatnya (9, 20-21). Samuel mengingatkan Saul bahwa ketaatan kepada Allah jauh lebih penting daripada kurban bakaran; ketidaktaatannya adalah dosa (22-23). Oleh karena itu, Allah menolak Saul sebagai raja (23) meskipun Saul mengakui dosanya bahwa dia telah melanggar perintah Allah dengan dalih takut pada rakyatnya (24). Hati yang sombong dan tidak taat selalu pandai berdalih.
Kesombongan yang ada pada Saul begitu besar. Meskipun ia mengakui dosanya, namun hal tersebut bukan datang dari pertobatan yang sungguh-sungguh. Ia tetap berdalih dan menyalahkan pihak lain. Ia masih ingin dihormati, meskipun ia sudah tidak layak akan hal tersebut (30). Saul tidak sungguh-sungguh menyesali kesalahannya. Ia tetap saja egois karena ia haus menjadi pusat perhatian. Dosa inilah yang menjadikan Saul sebagai seorang pemimpin yang gagal di mata Allah
Bagaimana dengan kita? Adakah kita dikuasai kesombongan? Kesombongan apakah yang ada dalam hati kita? Hendaknya kita menyadari bahwa kesombongan itu adalah dosa besar dan membutakan mata kita untuk tidak taat pada Allah.
Doa: Tuhan, mampukan kami bertobat dengan melembutkan hati kami ketika Engkau menegur kami.[Rud]
Topik Teologia -> 1Sam 15:23
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Allah
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kerajaan Teokratis
Tanggal Penulisan: Akhir abad ke-10 SM
Latar Belakang
Di PL Ibrani, 1 dan ...
Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kerajaan Teokratis
Tanggal Penulisan: Akhir abad ke-10 SM
Latar Belakang
Di PL Ibrani, 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Keduanya diberi nama menurut nabi Samuel, tokoh yang sangat dihormati sebagai seorang pemimpin rohani Israel yang tangguh dan yang dipakai Allah untuk mengatur kerajaan teokratis. 1 Samuel meliputi hampir seratus tahun sejarah Israel -- dari kelahiran Samuel hingga wafatnya Saul (sekitar 1105-1010 SM) -- dan merupakan mata rantai sejarah yang utama di antara masa para hakim dengan raja Israel yang pertama. 2 Samuel terutama membahas raja Daud sedangkan 1 Samuel meliput tiga peralihan utama dalam kepemimpinan nasional: dari Eli ke Samuel, dari Samuel ke Saul, dan dari Saul ke Daud.
Masalah kepenulisan mencakup 1 dan 2 Samuel sebagai satu karya tunggal. Karena sebagian 1 Samuel dan seluruh 2 Samuel ditulis setelah kematiannya, Samuel hanya menjadi salah satu penulis penyumbang (bd. 1Sam 10:25). Karya terakhir ditulis oleh seorang sejarahwan dan nabi yang terilham yang memakai beberapa sumber, termasuk catatan-catatan Samuel (bd. 2Sam 1:18; 1Taw 27:24; 1Taw 29:29); identitas sejarahwan terilham ini tidak kita kenal. Kemungkinan besar kitab ini diselesaikan tidak lama sesudah tahun 930 SM, karena 1 Samuel tampaknya menunjuk kepada pecahnya kerajaan (1Sam 27:6) dan 2 Samuel berakhir dengan hari-hari terakhir Daud.
Tujuan
1 Samuel menguraikan titik peralihan yang kritis dalam sejarah Israel dari kepemimpinan para hakim kepada pemerintahan seorang raja. Kitab ini menyatakan ketegangan di antara pengharapan bangsa itu akan seorang raja (seorang pemimpin yang lalim, "seperti pada segala bangsa-bangsa lain," 1Sam 8:5) dan pola teokratis Allah, dengan Allah sebagai Raja mereka. Kitab ini menunjukkan dengan jelas bahwa ketidaktaatan Saul dan pelanggarannya terhadap tuntutan-tuntutan teokratis jabatannya membuat Allah menolak dan menggantikannya sebagai raja.
Survai
Isi 1 Samuel berfokus pada tiga pemimpin penting nasional: Samuel, Saul, dan Daud.
- (1) Samuel adalah hakim terakhir dan yang pertama memegang jabatan nabi (sekalipun dia bukan nabi yang pertama, bd. Ul 34:10; Hak 4:4). Sebagai seorang yang amat saleh dan berkarunia nubuat, Samuel
- (a) dengan bijaksana memimpin Israel kepada kebangunan ibadah yang sejati (pasal 7; 1Sam 7:1-17),
- (b) meletakkan landasan yang memberikan para nabi kedudukan yang layak di Israel (1Sam 19:20; bd. Kis 3:24; Kis 13:20; Ibr 11:32), dan
- (c) dengan jelas mendirikan kerajaan itu sebagai suatu kerajaan teokratis (1Sam 15:1,12,28; 1Sam 16:1). Pentingnya Samuel sebagai pemimpin rohani umat Allah selama masa perubahan besar dalam sejarah Israel digolongkan sebagai nomor dua setelah pentingnya Musa pada masa keluaran.
- (2) Saul menjadi raja pertama Israel karena bangsa itu menuntut seorang raja "seperti pada segala bangsa-bangsa lain" (1Sam 8:5,20). Saul dengan cepat menunjukkan bahwa secara rohani ia tidak cocok untuk memangku jabatan teokratis itu; karena itu dia kemudian ditolak oleh Allah (pasal 13, 15; 1Sam 13:1-22; 1Sam 15:1-35).
- (3) Daud, pilihan berikutnya untuk mewakili Allah sebagai raja, diurapi oleh Samuel (pasal 16; 1Sam 16:1-23). Daud menolak untuk merebut takhta Saul dengan kekerasan atau pemberontakan melainkan menyerahkan kenaikan pangkatnya kepada Allah. Sebagian besar pasal 19-30 (1Sam 19:1--30:31) menguraikan baik pelarian Daud dari Saul yang iri secara membabi buta maupun kesabaran Daud dalam menantikan Allah untuk bertindak pada waktu yang ditentukan-Nya. Kitab ini diakhiri dengan kematian Saul yang menyedihkan (pasal 31; 1Sam 31:1-13).
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai 1 Samuel.
- (1) Kitab ini dengan jelas menyajikan standar-standar kudus Allah bagi kerajaan Israel. Para raja Israel harus menjadi pemimpin yang tunduk kepada Allah selaku Raja sesungguhnya atas bangsa itu, menaati hukum-hukum-Nya dan membiarkan dirinya dibimbing dan ditegur oleh penyataan-Nya melalui para nabi.
- (2) Kitab ini mencatat dasar bagi permulaan pentingnya jabatan nabi di Israel sebagai sederajat secara rohani dengan jabatan imam. Kitab ini memuat beberapa rujukan pertama dalam PL kepada sekelompok nabi (1Sam 10:5; 1Sam 19:18-24).
- (3) Pertama Samuel menekankan pentingnya doa dan kuasanya (1Sam 1:10-28; 1Sam 2:1-10; 1Sam 7:5-10; 1Sam 8:5-6; 1Sam 9:15; 1Sam 12:19-23), Firman Allah (1Sam 1:23; 1Sam 9:27; 1Sam 15:1,10,23), dan Roh nubuat (1Sam 2:27-36; 1Sam 3:20; 1Sam 10:6,10; 1Sam 19:20-24; 1Sam 28:6).
- (4) Kitab ini berisi informasi biografis yang kaya dan wawasan mengenai tiga pemimpin penting Israel -- Samuel (pasal 1-7; 1Sam 1:1--7:17), Saul (pasal 8-31; 1Sam 8:1--31:13), dan Daud (pasal 16-31; 1Sam 16:1--31:13).
- (5) Kitab ini penuh dengan kisah-kisah Alkitab yang terkenal, misalnya Allah berbicara kepada Samuel muda (pasal 3; 1Sam 3:1-21), Daud dan Goliat (pasal 17; 1Sam 17:1-58), Daud dan Yonatan (pasal 18-20; 1Sam 18:1--20:43), iri hati dan ketakutan Saul akan Daud (pasal 18-30; 1Sam 18:1--30:31), dan Saul serta perempuan pemanggil arwah di En-Dor (pasal 28; 1Sam 28:1-25).
- (6) Kitab ini merupakan sumber dari istilah-istilah yang sering kali dipakai: "Ikabod" yang artinya "tanpa kemuliaan," karena "telah lenyap kemuliaan dari Israel" (1Sam 4:21); "Eben-Haezer" yang artinya "batu pertolongan," karena "Sampai di sini Tuhan menolong kita" (1Sam 7:12); dan "Hidup raja!" (1Sam 10:24). Kitab ini juga merupakan kitab PL pertama yang memakai istilah "Tuhan semesta alam" (mis. 1Sam 1:3).
Penggenapan dalam Perjanjian Baru
1 Samuel mencatat dua lambang kenabian tentang pelayanan Yesus sebagai nabi, imam, dan raja.
- (1) Sebagai nabi dan imam yang menjadi wakil utama Allah kepada Israel, Samuel melambangkan pelayanan Yesus yang sebagai nabi dan imam menjadi wakil terutama Allah kepada Israel.
- (2) Daud -- lahir di Betlehem, seorang gembala dan raja yang diurapi Allah dan yang mengabdi kepada maksud-maksud Allah bagi angkatannya (Kis 13:36) -- menjadi lambang utama PL dan pendahulu raja Mesias Israel. PB menyebut Yesus Kristus sebagai "Anak Daud" (mis. Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 21:9), "keturunan Daud" (Rom 1:3), dan "tunas, yaitu keturunan Daud" (Wahy 22:16).
Full Life: 1 Samuel (Garis Besar) Garis Besar
I. Samuel: Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin Israel
(1Sam 1:1-8:22)
A. Kelahiran Seorang Nabi yang Menja...
Garis Besar
- I. Samuel: Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin Israel
(1Sam 1:1-8:22) - A. Kelahiran Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin
(1Sam 1:1-2:11) - 1. Kesusahan dan Permohonan Hana
(1Sam 1:1-18) - 2. Putra Hana yang Menjadi Nabi
(1Sam 1:19-28) - 3. Nyanyian Hana yang Bersifat Nubuat
(1Sam 2:1-11) - B. Keburukan Kepemimpinan yang Lama
(1Sam 2:12-36) - C. Peralihan dari Eli ke Samuel
(1Sam 3:1-6:21) - 1. Panggilan Samuel Sebagai Nabi
(1Sam 3:1-21) - 2. Hukuman atas Keluarga dan Pelayanan Eli
(1Sam 4:1-22) - 3. Tabut Dirampas dan Dikembalikan
(1Sam 5:1-6:21) - D. Kebangunan Rohani di Bawah Pimpinan Samuel
(1Sam 7:1-17) - E. Israel Menuntut Seorang Raja
(1Sam 8:1-22) - 1. Israel Menolak Putra-Putra Samuel Sebagai Pemimpin
(1Sam 8:1-5) - 2. Israel Menolak Allah sebagai Raja
(1Sam 8:6-22) - II. Saul: Raja Pertama Israel
(1Sam 9:1-15:35) - A. Peralihan dari Samuel ke Saul
(1Sam 9:1-12:25) - 1. Pemilihan Saul
(1Sam 9:1-27) - 2. Samuel Mengurapi Saul
(1Sam 10:1-27) - 3. Kemenangan Saul atas Orang Amon
(1Sam 11:1-11) - 4. Samuel Membaharui Jabatan Raja di Gilgal
(1Sam 11:12-15) - 5. Amanat Perpisahan Samuel
(1Sam 12:1-25) - B. Pemerintahan-Saul yang Mula-Mula
(1Sam 13:1-15:35) - 1. Peperangan dan Kebodohan Saul
(1Sam 13:1-14:52) - 2. Ketidaktaatan dan Penolakan Saul
(1Sam 15:1-35) - III.Daud: Penantian Orang yang Diurapi
(1Sam 16:1-31:13) - A. Samuel Mengurapi Daud
(1Sam 16:1-13) - B. Allah Mengangkat Roh-Nya dari Saul
(1Sam 16:14-23) - C. Daud Bertempur Melawan Goliat
(1Sam 17:1-58) - D. Daud di Istana Saul
(1Sam 18:1-19:17) - 1. Daud dan Yonatan
(1Sam 18:1-4) - 2. Daud Melayani Saul
(1Sam 18:5-16) - 3. Daud Menikahi Mikhal
(1Sam 18:17-28) - 4. Saul Takut akan Daud dan Berusaha Membunuhnya
(1Sam 18:29-19:17) - E. Daud Dalam Pengasingan
(1Sam 19:18-31:13) - 1. Daud dengan Samuel
(1Sam 19:18-24) - 2. Daud Dilindungi Yonatan
(1Sam 20:1-42) - 3. Daud Dibantu Imam Ahimelekh
(1Sam 21:1-9) - 4. Daud di Gat
(1Sam 21:10-15) - 5. Sejumlah Orang Buangan Berpihak Kepada Daud
(1Sam 22:1-26:25) - 6. Daud Bersembunyi di Filistia
(1Sam 27:1-30:31) - 7. Kematian Saul
(1Sam 31:1-13)
Matthew Henry: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini beserta kitab yang mengikutinya membawa nama Samuel sebagai judul, bukan karena Samuel adalah penulisnya (walau begitu banyak isi kedua k...
- Kitab ini beserta kitab yang mengikutinya membawa nama Samuel sebagai judul, bukan karena Samuel adalah penulisnya (walau begitu banyak isi kedua kitab ini terjadi pada masa hidupnya, sampai pasal kedua puluh lima dari kitab pertama, di mana kita mendapati catatan mengenai kematiannya), tetapi karena kitab pertama berisi catatan lengkap tentang dirinya, kelahiran dan masa kecilnya, hidup dan kepemimpinannya. Kisah selebihnya dalam dua kitab yang diberi namanya itu mengandung sejarah pemerintahan Saul dan Daud, yang diurapi olehnya. Kemudian, oleh karena sejarah kedua raja tersebut mengisi sebagian besar dua kitab ini, Alkitab Vulgata Latin menamainya sebagai Kitab Satu dan Dua Raja-raja, dan dua kitab yang mengikutinya sebagai Tiga dan Empat Raja-raja, yang di dalam judul dalam Alkitab berbahasa Inggris diberi keterangan sebagai berikut: disebut juga Kitab Satu Raja-raja, dst. Alkitab Septuaginta menyebut kitab ini sebagai Kitab Satu dan Dua Kerajaan. Meski sia-sia saja memperdebatkan perbedaan nama ini, tidak ada alasan untuk menyimpang dari prinsip kebenaran yang tertulis dalam bahasa Ibrani. Kedua kitab ini, selain mengandung riwayat dua hakim yang terakhir, Eli dan Samuel, yang bukanlah para prajurit perang seperti hakim-hakim lain, tetapi adalah para imam dan kisah mereka yang sungguh bernas menjadi pelengkap Kitab Hakim-hakim, juga mengandung riwayat dua raja pertama, yaitu Saul dan Daud, dan kisah mereka yang sungguh bernas menjadi pembuka riwayat raja-raja. Kedua Kitab Samuel ini mengandung sebagian besar sejarah kudus bangsa Israel, yang kadang-kadang dirujuk dalam Perjanjian Baru, dan kerap kali disebutkan dalam judul-judul mazmur Daud, yang apabila ditempatkan menurut urutannya, akan terlihat jelas terdapat di dalam kedua kitab ini. Tidaklah jelas siapa penulis kedia kitab ini. Ada kemungkinan Samuel yang menulis riwayat yang terjadi pada masa hidupnya, dan setelah dia, beberapa nabi yang ada bersama Daud, Natan kemungkinan termasuk di dalamnya, melanjutkan penulisannya. Kitab 1 Samuel mengisahkan kepada kita catatan lengkap dari kejatuhan imam Eli dan kemunculan Samuel serta kepemimpinannya yang luhur (ps. 1-8), mengenai pengunduran diri Samuel dari pemerintahan Israel serta kemunculan Saul dan kepemimpinannya yang buruk (ps. 9-15), pemilihan Daud, pergumulannya dengan Saul, kehancuran Saul pada akhirnya, dan terbukanya jalan menuju takhta bagi Daud (ps. 16-31). Semua ini dituliskan untuk menjadi pelajaran bagi kita.
Ende: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) SJEMUEL
PENDAHULUAN
Kedua kitab Sjemuel mula2 hanjalah satu karja besar, jang malahan dilandjutkan
dalan I Radja2. Kesatuan ini njatalah baik dari isi...
SJEMUEL
PENDAHULUAN
Kedua kitab Sjemuel mula2 hanjalah satu karja besar, jang malahan dilandjutkan dalan I Radja2. Kesatuan ini njatalah baik dari isi maupun gaja-bahasanja, meskipun pelbagai bagiannja mempunjai tjoraknja sendiri. Tradisi Hibrani kuno djuga selalu memandangnja sebagai suatu kesatuan. Didalam terdjemahan Junani (k.l. th. 250 sebelum Mas.) kitab tadi dibagi djadi dua bagian jang hampir sama tebalnja, dan agaknja melulu karena alasan2 praktis. Baru dalam abad ke-15 Mas. pembagian itu dimasukkan kedalam naskah Hibrani.
Tambahan pula terdjemahan Junani mempertalikan erat2 kitab Sjemuel itu dengan kedua Radja2. Keseluruhannja dinamakan: "Kitab2 keradjaan2" atau "pemerintahan2", dan di-bagi2" djadi empat djilid tersendiri. Ini diikuti oleh terdjemahan Latin (Vulgata), meskipun Hironimus sendiri mengenal nama Hibraninja dan memakainja sebagai djudul kedua. Tetapi nama "keradjaan2" diubahnja djadi nama jang lebih tepat, jakni Radja2. Hingga sekarang tradisi ini masih diikuti, sehingga kitab2 itu dikutip sebagai: I dan II Radja2 (=I dan II Sjemuel, menurut tradisi Hibrani) dan III dan IV Radja2 (=I dan II Radja 2 menurut kebiasaan umum Hibrani. Terdjemahan2 modern pada umumnja mengikuti kebiasaan Hibrani, hal mana diikuti pula dalam terdjemahan ini.
Nama "kitab2 Sjemuel" ini lebih menurut tradisi daripada tepat. Betul, beberapa lama adalah pendapat Jahudi, jang berdasarkan salah tafsir dari I Twr. 29,29, bahwasanja Sjemuel mendjadi pengarangnja. Tetapi hal ini tidak dapat diterima bagi suatu kitab, jang untuk sebagian besar mentjeritakan kedjadian2 jang terdjadi lama sesudah Sjemuel meninggal. Sjemuelpun bukan tokoh terpenting didalam kitab ini, sehingga kitab tadi boleh diberi namanja, sebagaimana halnja dengan kitab Josjua. Dawud djauh lebih penting didalam kitab ini. Boleh djadi nama Sjemuel dipakai, karena nama Daud sudah dibubuhkan selaku pengarang pada kitab Masmur, sedangkan nama Sjaul, radja jang sudah ditolak itu, tidak dapat digunakan untuk djudul bagi sebuah kitab jang sutji.
Tjeritera kitab Sjemuel muat laporan fragmentaris mengenai periodos, jang berlangsung dari djaman para Hakim -- Sjemuel sendiri diutarakan sebagai jang terachir dari para Hakim, -- sampai dengan achir hidup Dawud, jang kematiannja baru ditjeriterakan dalam I Radja2 (1-2). Kemarian Dawud serta penggantiannja oleh Sulaiman djatuh kira2 dalam tahun 970 seb. Mas. Berdasarkan keterangan2 dari kitab itu sendiri, maka lahirnja Sjemuel pada awal kitab itu, pada masa keimaman 'Eli, djatuh kira2 dalam th. 1070 seb Mas. Dengan demikian kitab Sjemuel melingkupi l.k. satu abad dari sedjarah Israil.
Sedjarah politik dalam abad, jang merupakan latarbelakang kitab Sjemuel itu, agak katjau, namun amat penting djuga bagi perkembangan umat Allah. Daripada kekatjauan besar didjaman para Hakim, waktu suku2 Israil berpidjak tetap ditanah Kanaan masing2 suku berdiri sendiri dengan tiada kesatuan sedikitpun, selain keasatuan keigaman, berkembanglah didjaman jang baru itu suatu negara kesatuan dibawah pimpinan seorang radja. Perubahan susunan pemerintahan ini, jang dari segi kenegaraan merupakan suatu kemadjuan jang njata, terdjadi karena pengaruh pelbagai faktor dari luar. Faktor jang terutama ialah antjaman dahsjat dari pihak orang2 Felesjet, jang malaham membahayakan hidup Israil. Adapun orang-2 Felesjet itu suatu bangsa jang berasal dari Asia Depan. Setelah beberapa kali gagal usahanja untuk menetap dinegeri Mesir, bangsa itu berhasil berpidjak tetap dipantai Palestina, (nama Palestina berasal dari nama orang2 "Felesjet") dimana mereka mendirikan sedjumlah kota kerajaan jang tjukup kuat. Dari Pantai mereka masuk kepedalaman, dimana tak dapat tidak mereka berbentrok dengan suku2 Israil, jang baru menduduki tanah itu, dan itupun belum seluruhnja. Dengan banjak susah pajah suku2 jang masih primitif itu dapat bertahan terhadap orang2 Felesjet jang gagah perkasa dan diorganisir dengan baik itu. Kitab Sjemuel mulai dengan masa perang mati2an itu sedang hebat2nja. Orang2 Felesjet sudah djauh masuknja dan sudah menduduki sebagian besar dari tanah itu dan menaklukkan penduduknja. Terhadap bahaja itu suku Israil membutuhkan persatuan jang kokoh dibawah pimpinan pemerintahan pusat. Dimasa itu pula bangsa2 tetangga Israil jaitu Edom, Moab dan Aram mendirikikan keradjaan2 nasional dan mendapat kekuatan jang tak terkenal hingga itu dari organisasi pemerintahan jang baru. Tidak mengherankan, kalau Israil dipengaruhi djuga oleh tjontoh2 itu (I Sjem.8,5.19.20), meskipun kejakinan keigamannja ikut menentukan susunan keradjaan itu. Israilpun mengorganisir negerinja djadi suatu keradjaan.
Gagasan jang sungguh baru itu diwujudkan setjara lambat-laun, kendati djalannja tjukup tjepat djuga. Dan itupun tidak berdjalan tanpa oposisi, lebih-lebih dari kalangan2 keigaman, jang berdasarkan pendapat keigaman mereka, sukar menerima keradjaan itu. Langkah pertama diambil karena tekanan dari pihak orang2 'Amon, jang memusuhi mereka. Sebagaimana dahulu halnja dengan para Hakim, demikianpun sekarang seorang petani muda dihinggapi langsung oleh roh Allah, untuk menjelamatkan bangsanja. Kalau dulu para Hakim setelah memperoleh kemenangan, segera kembali lagi kepekerdjaannja, dan persatuan sementara dari suku lenjap lagi, maka kali ini Sjaul diproklamir sebagai radja setjara definitif oleh Rakjat, bahkan dengan persetudjuan pihak oposisi, jang diwakili oleh Sjemuel dan jang tidak dapat mentjegah perkembangan itu lagi.
Usaha jang pertama itu menemui kegagalan. Sungguhpun Sjaul berhasil memukul mundur orang2 Felesjet beberapa waktu lamanja dan memperoleh kemenangan2 jang gemilang dalam perang-tanding jang perwira dan dalam pertempuran2 umum, namun ia se-kali2 tidak berhasil mematahkan kekuasaan mereka atau sedikit2nja membatasinja. Lagi pula oposisi dari kalangan2 keigaman bertambah kuat. Achirnja didalam pertempuran jang hebat dipegunungan Gilboa' Israil menderita kekalahan dan Sjaul serta putera2-nja menemui adjalnja. Keadaan politik Israil pada achir pemerintahan Sjaul tidak banjak bedanja dengan keadaan waktu ia mulai tampil kemuka (I Sjem.31).
Namun demikian, Israil tidak mau melepaskan lagi gagasan keradjaan. Suku2 di Utara memaklumkan Isjabaal, putera Sjaul, mendjadi radja, sedangkan Juda menerima seorang pemimpin gerombolan jang populer, jaitu Dawud, sebagai radjanja. (II Sjem. 2,1-10) Kedua keradjaan itu bermusuhan. Tetapi setelah Isjabaal dilikwidir, Dawud berhasil mendapat pengakuan dari semua suku. Persatuan dibawah satu radja dipulihkan. Tetapi tetapla monarchi-rangkap, dan antar ke-dua2nja tiada ikatan dalam jang sesungguhnja.
Kali ini keradjaan berhasil. Dawud tampak sebagai orang jang saleh, sehingga ia berhasil merebut hati pihak oposisi dari kalangan keigaman, untuk menerima kenjataan itu. Ia adalah seorang politikus jang tjerdik, jang tahu membatasi persaingan antar-suku. Ia membuat ibu-kota politik jang baru di Jerusjalem, jang djuga dijadikannja pusat keigamaan jang terpenting; hal mana sudah semestinjalah didalam suasana, dimana negara dan agama dipertalikan dengan amat eratnja. Kantong2 terachir penduduk aseli Kena'an, jang sedikit banjak berdiri sendiri2, diasimilasikan dengan bangsa Israil oleh Dawud. Dengan membentuk angkatan perang jang tetap, jang dapat digunakan sebagai inti didalam mobilisasi umum, Dawud melengkapi keradjaannja dengan alat pertahanan jang kuat, jang disegani pula diluarnegeri. A.l. berkat alat pertahanan jang kuat itu Dawud mentjatat hasil2 jang gemilang dalam politik luarnegerinja. Orang2 Felesjet ditundukkan secara definitif dan sebagian dari wilajah diduduki Dawud, sehingga peranan mereka digantikan samasekali oleh orang2 bani Israil. Sedjumlah negeri tetangga ditaklukkannja dan wilajahnja sendiri sangat diperluas karenanja, sehingga keradjaannja tidak hanja luas, tetapi djuga dikelilingi dengan serentetan negeri2 taklukan, jang melindungi wilajah keradjaannja sendiri. Dibawah pimpinan Dawud Israil mendjadi keradjaan nasional, jang djuga termasjhur didunia internasional. sungguh suatu masa kedjajaan, jang tidak pernah ditjapai lagi sesudah itu. Perkembangan dimungkinkan pula, karena negara2 besar pada waktu itu tidak dapat mengembangkan kekuasaannja. Asjur baru sadja muntjul dan belum merentjanakan perebutan kekuasaan dinegeri2 jang djauh. Mesir terlalu lemah dedalam dan terlalu terbagi, untuk dapat menuntuk hak-haknja jang kuno atas Palestina. Demikianlah Israil karena kearifan Dawud dan karena keadaan2 politik jang menguntungkan, mendjadi keradjaan jang kuat.
Tetapi mendjelang achir hidup Dawud, mulai kelihatanlah kelemahan2nja kedalam. Tjatjat jang terbesar terletak dalam persaingan antara Juda, suku dari Dawud, dan suku2 lainja. Dawud tidak pernah membuat kedua bagian keradjaan mendjadi suatu kesatuan jang kokoh. Keradjaannja tetap berbentuk monarchi rangkap. Kesatuannja hanja bersandar pada diri radja, dan oleh karena itu sangat bergantung dari ketjakapan dan populernja orang jang mendjadi radja. Dan kepopuleran Dawud diutara mengalami kemunduran dimasa pemerintahannja. Pemberontakan Absjalom mendapat pengikut2nja terutama dari suku2 diluar Juda (II Sjem.15), sedang Dawud hanja didukung oleh suku Juda dan daerah-daerah Transjordania (II Sjem. 17). Betul, Dawud berhasil menindas pemberontakan Absjalom serta kelandjutannja dalam pemberontakan seorang-orang dari suku Binjamin, tetapi api itu tidak pernah padam lagi. Sesudah kematian Sulaiman kesatuan Israil petjah setjara definitif, dan mendjadi dua keradjaan jang berdiri sendiri dan sering bermusuhan, tetapi benihnja sudah terdapat dalam masa kegemilangan Dawud (II Sjem.20,1; I Rdj. 12,16).
Latar belakang sedjarah ini lebih tersirat daripada tersurat dalam kitab Sjemuel. Kitab ini tidak begitu memperhatikan hal-ihwal keradjaan, melainkan perbuatan2 orang2 tertentu. Betul, tokoh2 itu memainkan peranan politik jang menentukan, namun lebih dilihat sebagai oknum daripada sebagai tokoh2 kenegaraan. Ada tiga tokoh, jang minta seluruh perhatian dan bahan2 tjeritera dikumpulkan sekitar ketiga tokoh itu, jaitu Sjemuel, Sjaul dan Dawud. Tetapi djelaslah, bahwa Dawud merupakan tokoh jang utama, sedang Sjemuel dan Sjaul dipakai sebagai persiapan dan pendahuluan, dan chususnja Sjaul djuga sebagai kontras terhadap tokoh jang utama. Djelas pula, bahwa kitab ini terbagi atas tiga rangkaian tjerita2 disekitar ketiga tokoh ini; dibubuhi pula dengan tambahan2 mengenai tokoh utama jang menghentikan djalannja tjerita, sampai itu disambung lagi dalam kitab I Radja2.
Bagian pertama (I Sjem 1-7) menjadjikan beberapa keterangan tentang diri Sjemuel. Sebagai akibat dari doa jang dikabulkan, ia dilahirkan dari wanita jang mandul dimasa imam-agung 'Eli. Akan tanda sjukur, maka kanak2 itu dibaktikan kepada ibadah Jahwe dikuilNja di Sjilo, dimana terdapat peti perdjandjian. Disana ia mendapat panggilan sebagai nabi dan memaklumkan kebiasaan keturunan 'Eli, jang anak-anaknja melanggar peraturan2 Jahwe. Hukuman itu dilaksanakan didalam perang dengan orang2 Felesjet. Orang2 Felesjet mengalahkan Israil,d an merampas peti perdjandjian dan menewaskan kedua anak 'Eli. 'Eli sendiri mati mendadak karena ketjelakaan. Kemudian hal-ihwal peti perdjandjian di-tengah2 orang2 Felesjet ditjeritakan. Karena malapetaka, jang rupa2nja ditimpakan atas diri mereka karena peti perdjandjian itu, terpaksalah orang2 Felesjet mengembalikannja ketanahnja jang aseli, jaitu Israil. Jahwe senantiasa nampak lebih kuat daripada dewa2 Felesjet. Achirnja peti perdjandjian itu sampai ke Kirjat-je'arim, kerena Silo agaknja sudah dihantjurkan. Baru kemudian (II Sjem.6) kisah mengenai peti perdjandjian itu dilandjutkan. Bagian pertama ditutup dengan ichtisar tentang kegiatan Sjemuel.
Bagian kedua (ISjem 8-15) dipusatkan pada tokoh Sjaul. Pada achir hidupnja Sjemuel dengan berat hati meluluskan tuntunan rakjat untuk seorang radja. Dengan diam2 ia mengurapi seorang anak petani, jaitu Sjaul, djadi radja Israil jang akan datang. Sjaul bertindak tegas lawan orang2 'Amon. Sesudah itu ia diakui dengan resmi oelh seluruh rakjat sebagai radja jang umum. Sjemuel mengundurkan diri. Dengan hasil jang gemilang Sjaul dengan putera mahkotanja, Jonatan, memerangi orang2 Felesjet. Tetapi Sjaul berlaku kurang setimbang, dan kadang2 terlalu tegas. Berhubung dengan tindakannja terhadap orang2 'Amalek serta radjanja dan ke-sewenang2annja, maka ia berbentrok dengan Sjemuel, bahkan dengan Jahwe sendiri. Ia ditolak sebagai radja.
Bagian ketiga (I Sjem. 16 - II Sjem.1) menjadjikan serentetan tjerita tentang muntjulnja Dawud dan binasanja Sjaul. Dengan diam2 Dawud diurapi Sjemuel djadi radja jang akan menggantikan Sjaul. Dawud bekerdja pada Saul sebagai biduan, tetapi djuga tampil sebagai pemimpin pertempuran jang tjakap dan pedjuang jang berani. Mula2 ia diperlakukan baik2 oleh Sjaul.Tetapi hasil2nja jang gemilang dalam pertempuran dan bertambah populernja menimbulkan tjemburu dan tjuriga pada Sjaul, jang lalu memandangnja sebagai saingan berat bagi tachtanja. Beberapa kali ia, setjara lansung atau tak langsung, mentjoba melenjapkan Dawud, sementara ia sendiri dihinggapi kemurungan, jang makin lama makin mendjadi penjakit. Pertjobaan2nja tidak berhasil. Achirnja Dawud terpaksa melarikan diri, dengan bantuan sahabat karibnja, putera-mahkota Jonatan sendiri. Dawud lolos kegurun, dimana ia mengembara sebagai pemimpin gerombolan. Tetapi disanapun ia di-tjari2 djuga oleh Sjaul, kendati Dawud menundjukkan djuga, bahwa ia tahu menghormati orang urapan Jahwe, dan tidak mau menewaskannja. Terpaksa Dawud menggabungkan diri dengan musuh kawakan Israil, jakni orang2 Felesjet. Tetapi dengan ketjerdikannja jang luarbiasa Dawud pandai bersiasat, untuk tidak melakukan sesuatu jang merugikan kaum sebangsanja dan tidak menguntungkan bagi orang2 Felesjet. Waktu peperangan berketjamuk lagi antara orang2 Felesjet dengan Israil, tjuriga pemimpin2 Felesjet menghalangi, Dawud menepati kewadjibannja sebagai sekutu untuk bertempur bersama2 dengan radja Felesjet lawan bangsanja sendiri. Ketika Dawud berada ditempat lain, terdjadilah pertempuran hebat digunung Gilboa', dan Israil menderita kekalahan. Jonatan dan putera2 Sjaul lainnja gugur, sedang radja membunuh diri. Hukuman atas Sjaul sudah terlaksana dan djalan ketachta terbuka bagi Dawud.
Bagian jang keempat dan terachir (II Sjem.2-20) se-mata2 mengenai Dawud dan keluarganja. Dawud jang sudah popuker dimasa penerintahan Sjauld an mempunjai banjak pengikut di Juda, diakui sebagai radja oleh suku Juda. Ia menetap di Hebron. Berkat kegiatan panglima Abner, maka putera Sjaul mendjadi radja atas bagian terbesar dari Israil. Tetapi kekuatan Isjba'al makin lama makin ter- petjah2 dan pasukannja menderita kekalahan jang hebat di Gibe'on. Karena perselisihan dengan Abner maka kedudukannja sangat terdjepit. Abner mengadakan perundingan dengan Dawud dan mendapat dukungan dari hampir seluruh wilajah Isjba'al. Abner dibunuh oleh Joab, panglima dari Dawud, dengan alasan jang tjurang. Alasannja ialah bela darah, karena Abner telah menewaskan seorang saudara Joab didalam pertempuran. Hampir pada waktu jang sama Isja'baal dibunuh dengan tjara jang kotor. Sedjenak kedudukan Dawud terantjam. Tetapi dengan mendjauhkan diri dengan terang2an dari kedua pembunuhan itu, ia berhasil mendapat dukungan terus dari pengikut2nja dikalangan suku2 Israil. Disanapun ia diakui sebagai radja.
Dawud merebut Jerusjalem dari tangan penduduk aseli dan memindahkan kedudukannja kesana. Peti perdjandjian dipindahkan ke ibukota jang baru. Hal ini mendatangkan berkah Jahwe kepadaNja dalam bentuk nubuat jang mulia oelh Natan, nabi Dawud, tentang abadinja keturunannja. Selintas-pintas lalu diutarakan ekspedisi2 Dawud. Hasilnja ialah diusirnja orang2 Flesjet dan perluasan wilajahnja. Beberapa bangsa tetangga ditaklukkan.
Pasal2 terachir dari bagian keempat ini muat kisah jang pandjang-lebar tentang drama jang terdjadi didalam keluarga Dawud. Kebesaran djiwanja dilukiskan dengan beberapa tjontoh. Tetapi sebaliknja, didalam rangka perang dengan orang2 'Amon, dikisahkan djuga, bagaimana Dawud berdjinah dengan isteri dari salah seorang perwiranja jang setiawan, jaitu Uria. Untuk menjembunjikan djinahnja dan untuk tetap memiliki Batsjeba', maka dengan tjara jang litjik ia menjuruh lenjapkan orang jang mendjadi perintang bagi pelampiasan hawa-nafsunja. Teguran2 nabi Natan menginsjafkan Dawud, sehingga ia bertobat dan bersedia menerima hukuman apapun dari tangan Jahwe. Batsjeba' kemudian melahirkan baginja Sulaiman, jang akan menggantikan dia sebagai radja.
Pelaksanaan hukuman itu terdjadi didalam keluargnja sendiri. Putera sulungnja, Amnon, memperkosa adik tirinja, Tamar. Sikap Dawud agak lemah terhadap kedjahatan ini. Absjalom, puteranja jang lain, membalas dendam sendiri atas adik kandungnja. Amnon dibunuh olehnja. Sesudah itu Absjalom melarikan diri terhadap murka bapaknja. Tetapi beberapa waktu kemudia radja Dawud, atas desakan panglima Joap, mengidjinkan Absalom kembali ke Jerusalem, meskipun ia tidak segera dimaafkan olehnja. Sekali lagi Joab bertjampur tangan. Meskipun alasan2 Joab dalam perkara ini tidak begitu djelas, namun ia berhasil memperdamaikan radja dengan puteranja.
Adapun Absalom mulai bersiasat. Teranglah ia berusaha merebut tachta kerajan. Dawud sgaknja kurang awas. Achirnja Absalom mempermaklumkan dirinja sebagai radja di Hebron, ibukota lama Dawud. Perebutan kekuasaan ini berhasil, karena pemerintahan Dawud agaknja diterima dengan tiada sukahati oleh suku2 diluar Juda, sehingga Absjalom mendapat dukungan kuat dari mereka. Dawud terpaksa lari dari Jerusjalem, hal mana ditjeritakan dengan pandjang lebar. Absjalom menduduki ibukota. Karena siasat salah seorang sahabat Dawud, pengedjaran ditunda, sehingga Dawud mendapat kesmepatan untuk mengerahkan pasukan jang besar didaerah Transjordania. Didalam pertempuran berikutnja Absajlom dan pengikut2nja menderita kekalahan. Absjalom sendiri dibunuh oleh Joab, ketika ia melarikan diri. Dukatjita Dawud waktu menerima kabar itu mengharukan, tetapi tidak pada tempatnja menurut Joab. Kembalinja Dawud ke Jerusjalem ditjeritakan sedjadjar dengan larinja dari sana. Karena pertikaian antara suku Juda dengan suku2 lainnja, maka pemberontakan berketjamuk lagi sedjenak. Joab, jang karena membunuh Absjalom kena murka radja, berhasil menindas pemberontakan itu, tetapi menggunakan kesempatan itu djuga untuk melenjapkan bekas-panglima dari Absjalom, jang ditundjuk Dawud untuk menggantikan Joab sendiri, dan untuk memaksakan dirinja kepada Dawud.
Pasal2 terachir (II Sjem. 21-24) terdiri atas beberapa tambahan, jang mengenai riwajat hidup Dawud, jang tidak mendapat tempatnja dalam kitab itu sendiri dan mungkin berasal dari sumber lain. Ditjeritakan bagaimana keturunan Sjaul ditumpas, hal mana dipandang hukuman atas ingkar sumpah Sjaul. Berikutlah ichtisar tentang pertempuran2 dengan kaum Felesjet dan dua sadjak jang ditaruh dalam mulut Dawud. Kemudian disusul dengan serentetan perbuatan2 kepahlawanan dari anggota2 pasukan pilihan Dawud dengan daftar nama pasukan pilihan itu. Achirnja suatu kisah tentang tjatjah-djiwa, jang diadakah Dawud tapi dihukum dengan wabah sampar. Sebuah mesbah didirikan oleh radja sebagai tanda sjukur atas berhentinja malapetaka itu, jaitu ditempat jang kemudian didirikan Bait Allah.
Namun kesemuanja itu didalam kitab Sjemuel tidak merupakan tjerita jang harmonis djalannja dan baik susunannja. Lebih tepat dikatakan suatu kumpulan tjerita2 jang tjoraknja berlainan dan berasal dari pelbagai sumber. Kitab Sjemuel tidak merupakan keseluruhan jang bulat, melainkan suatu kumpulan tjeritapendek2. Terutama dalam kitab jang pertama tjerita2 ini bertjorak sangat populer dan mirip dongengan rakjat. Beberapa dari antaranja menundjukkan pelbagai tradisi, jang sebagian bertentangan satu sama lain. Maka itu didalam kitab Sjemuel terdapat tidak sedikit tjerita jang sukar untuk diselaraskan, ataupun tjerita- rangkap tentang kedjadian jang satu dan sama djua, jang disampaikan dalam pelbagai bentuk dan oleh karenanja ditjeritakan dua kali. Si penghimpun sering mengambil tjerita2 tanpa banjak perubahan. Terdjemahan kami, entah dalam petundjuk2 ditepi halaman entah didalam tjatatan2 dibawah, kadang2 menundjukkan ketidak-selarasan itu, tetapi tidak semuanja disebutkan. Kisah pandjang tentang keluarga Dawud didalam kitab jang kedua merupakan kesatuan jang lebih besar, dan sudah barang tentu ditulis oleh orang, jang menjaksikan sendiri peristiwa2 itu. Si penghimpun tjerita2 dalam kitab Sjemuel hanja disana-sini sadja mentjoba selaraskan tjerita2 itu, dan djuga disana-sini sadja mengemukakan gagasan2nja sendiri serta tafsiran dari peristiwa2 itu dan mengolah sedikit-banjak bahan2 itu menurut pandangannja sendiri.
Kalau orang mengindahkan tjorak chas kitab ini, dengan sendirinja akan timbul pertanjaan mengenai kebenaran historisnja. singkatnja dapat dikatakan begini. Kebenaran historisnja pada umumnja dan dalam garis besarnja harus diterima, mengingat sangat kunonja bahan2 itu. Sebaliknja tjorak populer dari banjak tjeritanja itu adalah sedemikian rupa, hingga orang tidak dapat memperoleh kepastian sampai hal jang ketjil2, karena kesemuanja itu lebih dipakai sebagai hiasan dan pengungkapan daripada sebagai laporan saksama dari kedjadian2 jang njata, jang ditjeritakan dan lagi pengetahuan jang tepat tentang tokoh2, jang tampil kedepan. Tetapi mengenai hal jang ketjil2 tersendiri tidak dapat diperoleh kepastian jang besar. Itu tergantung dari tjorak chas tjerita2 itu sendiri.
Mengenai pertanjaan, bilamana kitab itu disusun, harus diberi djawaban jang agak berbelit. Sebab sebagaimana halnja dengan banjak kitab Perdjandjian Lama, kitab Sjemuelpun tidak terdjadi sekali djadi. Dapat dan harus diterima, bahwa kitab ini menurut keadaannja sekarang, telah terdjadi dari sedjumlah tjerita2 tersendiri, jang sudah dikumpulkan dalam kumpulan2 ketjil dan sudah tertulis pula. Daripadanjalah achirnja kitab jang sekarang ini disusun. Kadang2 sukarlah menentukan, bagian2 mana sudah ada sebagai kumpulan tersendiri; tetapi bahwasanja kumpulan2 itu ada sukarlah disangsikan. Lebih sukar lagi menentukan, bilamana kumpulan2 tjerita itu mendapat bentuk tertulisnja jang pertama; tetapi sudah teranglah, bahwa beberapa dari antaranya dari djaman kuno dan ditulis tak beberapa lama sesudah terdjadinja peristiwa2 itu sendiri. Dengan lebih saksama dapatlah ditetapkan, bila kitab ini mendapat bentuknja jang sekarang, lepas dari beberapa tambahan ketjil jang disisipkan sesudah kitab ini seluruhnja ada. Menurut pendapat umum para ahli, kitab ini sudah pasti disusun sebelum dynasti Dawud lenjap setjara definitif tahun 587 seb. Mas., karena penjusun kitab ini tidak mengetahui sedikitpun tentang kedjadian itu. Sebaliknja, kitab ini tentulah disusun sesudah perpisahan antara Juda dengan suku2 lainnja, kerena perpisahan itu ber-ulang2 diandaikan. Djadi kitab ini sebagai keseluruhan disusun sesudah perpisahan jang terdjadi pada kematian Sulaiman dalam tahun 931 seb. Mas. Karena didalam kitab ini, lebih2 didalam fasal2 jang ditambahkan oleh si penghimpun sendiri, terdjalin gagasan2 jang menundjukkan pembaharuan agama oleh Josjijahu dan kalangan2 dari kitab 'Ulangtutur, tentulah kitab ini disusun tak berapa lama sebelum pembuangan, djadi sekitar 580 seb.Mas.
Nama para pengarang dari tiap2 bagian maupun dari keseluruhan tidak dapat disebutkan dengan kepastian. Dan melihat terdjadinja kitab ini, maka lebih tepatlah orang berbitjara tentang penghimpun daripada pengarang kitab ini. Mana jang terdjadi bagian pribadi si penghimpun jang terachir, sukarlah ditentukan lebih landjut.
Tjorak keigaman kitab itu djelas. Kitab ini menjadjikan sedjarah bukannja demi untuk sedjarah, tetapi dari sudut keigamaan dan dengan maksud keigamaan, dan lebih memberikan tafsiran tentang sedjarah daripada laporan terperintji dari peristiwa2 politik. Gagasan pokok keigamaan jang mendjadi dasar karja itu seluruhnja ialah terpilihnja Israil. Israil adalah umat Allah, jang karena perdjadjian dengan Jahwe dipilih untuk merupakan keradjaanNja didunia. Kitab ini memberikan suatu kesan dari hal-ihwal keradjaan itu serta kesulitan2nja, hingga keradjaan itu mendapatkan perwudjudannja sementara didalam keradjaan Dawud. Pilihan ini dengan sjarat2nja serta tuntutan2nja dikonkretisir dalam tokoh2 tertentu. Nasib rakjat dan manusia bergantung dari tuntutan2nja. Semua tokoh penting dalam kitab ini dipandang dari sudut itu. 'Eli dan keturunannja adalah imam pilihan Jahwe. Tetapi karena ketidaksetiaan keturunannja akan perintah2 Allah, mereka disingkirkan dan dihukum. Akan gantinja dipilihlah imam-agung lain jang "setiawan". Sjemuel dilahirkan setjara adjaib dan dipilih langsung oleh Jahwe sendiri serta dipanggil mendjadi nabiNja dan pemimpin umatNja. Tetapi anak2 Sjemuel pun tidak setia djuga, sehingga pilihan itu tidak dilandjutkan dalam diri mereka. Sjaul dipanggil dimasa jang amat sulit, untuk mewujudkan keradjaan Jahwe didalam bentuk jang baru, jaitu bentuk keradjaan. Ia adalah radja pilihan, tetapi bukan radja jang berdiri sendiri, jang dapat menentukan sendiri apa jang hendak dilakukannja. Sebaliknja ia hanja mendjadi wakil dari radja Israil jang sesungguhnja, jaitu Jahwe. Sjaul tidak tetap setia. Ia mengutamakan kehendak rakjat diatas kehendak Jahwe, se-akan2 ia radja dan atas kerelaan rakjat, bukannja atas kerelaan Jahwe. Dari sebab itu ia disingkirkan dan Jahwe mentjari penggantinja, jang akan tetap setia kepada kedudukannja sebagai radja thokratis. Dalam diri radja Dawud terwudjud pula keradjaan Allah, meskipun dalam bentuk sementara Dawud adalah seorang manusia, jang berdosa berat, tetapi radja itu tidak pernah lupa, bahwa ia hanja wakil dari Jahwe, jang harus mendengarkan suaraNja, untuk sungguh2 mendjadi radja Israil. Karena pengakuan dari pihak Dawud ini, maka sekali lagi pilihan Jahwe mendjadi kenjataan. Keturunan Dawud seluruhnja dipilih untuk mendjadi wakil dari Allah pada umatNja. Pandangan2 djauh jang besar dimasa jang datang dibukakan; pandangan2 itu menudju keperwudjudan jang terachir dan sempurna dari Keradjaan Allah didunia. Seluruh Perdjadjian Baru penuh dengan penghargaan jang dipertalikan pada keturunan Dawud, untuk menundjukkan bagaimana kesemuanja itu terpenuhi dalam Jesus Kristus, Putera Dawud.
Disamping gagasan jang fundamentil dan mendjadi alas kesemuanja itu, kitab Sjemuel ini sungguh amat kaja akan gagasan2 keigamaan jang luhur, jang djuga terdapat ditempat lain didalam Perdjandjian Lama, dalam bentuk ini atau bentuk itu.
Djika orang ingin menilaikan kitab Sjemuel, djuga sebagai orang Kristen, maka haruslah kitab itu dibatja dengan semangat, jang mendjadi sikap hati si pengarang kitab itu, jaitu dengan sikap hati keigamaan. Betul, kitab Sjemuel penuh dengan tjerita2 jang tegang dan kadang2 menggunakan seni-tjerita jang djitu. Tetapi apabila orang berhenti disitu sadja, maka kitab ini tidak dibatja sebagai sebagian dari Kitab Sutji. Kitab ini mempunjai maksud jang lain djuga, jaitu mampu menjampaikan kabar keigamaan, warta bahwa Allah memanggil dan memilih manusia, dan bahwa manusia harus menjesuaikan diri dengan panggilan serta pilihan itu, dengan mendengarkan suara Allah se-setia2nja. Kalau tidak, manusia akan disingkirkan. Hanja kalau dibatja setjara demikian, maka kitab ini adalah Kitab Sutji sesungguhnja dan tidak diturunkan sebagai batjaan hiburan. Dan djika dibatja demikian sebagai Kitab Sutji, dengan hati jang pertjaja dan terbuka bagi Sabda Allah, maka kitab ini mempunjai nilainja jang tetap dan nilai kekristenan. Didalamnja manusia mendapatkan Allah jang berbitjara dan berbuat, jang memilih dan mengemukakan tuntunan2Nja djustru kepada orang2 pilihanNja.
TFTWMS: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"HATIKU SUKA MEMBERONTAK"
"Sebab itu Saul berkata: ‘Bawalah kepadaku korban bakaran da...
PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"HATIKU SUKA MEMBERONTAK"
"Sebab itu Saul berkata: ‘Bawalah kepadaku korban bakaran dan korban keselamatan itu.’ … Kata Samuel kepada Saul: ‘Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu’" (1Samuel 13:9-14).
Pembacaan Latar Belakang: 1Samuel 13-15.
Raja Saul merupakan salah satu teka-teki besar dalam Alkitab. Ia memiliki pelbagai sifat yang diperlukan untuk menjadi raja pertama Israel (1Samuel 11:14). Sebagai orang yang punya keberanian moral, ia sanggup menggerakkan dan memimpin rakyat. Selama pemerintah-annya, ia menghadapi sebagian besar musuh Israel dan membawa pasukannya kepada kemenangan (1Samuel 14:47, 48). Saul adalah orang yang mampu mengenali kemampuan orang lain. Ia mengumpulkan semua pahlawan dan orang gagah perkasa yang ada di sekeliling dia (1Samuel 14:52). Namun begitu, Saul juga punya kelemahan yang setara dengan kekuatannya. Saul kurang peduli atas perlakuannya terhadap orang lain. Iri hati dan dendam kadang-kadang menyebabkan dia kehilangan akal. Dulunya ia punya kepedulian yang besar atas pelbagai pendapat orang lain tentang dirinya. Namun seraya ia semakin tua, ia mengembangkan sikap yang menyimpang terhadap pelbagai prioritas dan nilai-nilai hidup. Selain kelemahan itu ia juga punya watak pemarah yang hampir tidak bisa dikendalikan, dan kita pun melihat orang yang awalnya sebagai raja yang baik tetapi akhirnya menjadi raja lalim yang selalu ketakutan.
Kehidupan Saul digambarkan dengan cerita binatang tikus yang menjadi singa: Seekor tikus suatu kali meyakinkan tukang sihir untuk mengubah dirinya menjadi seekor singa. Namun tindakan pertama singa baru itu adalah melarikan diri dari seekor kucing. Tukang sihir yang terkejut itu akhirnya mengubah dia lagi menjadi seekor tikus, katanya, "Engkau punya badan singa, tetapi berhati tikus."
Semua kelemahan Saul berpangkal pada satu kesalahan utama—hati yang degil dan suka memberontak. Saul tidak bersedia menundukkan hatinya kepada Allah. Satu kelemahan ini akhirnya membatalkan dia untuk menjadi raja dan mendatangkan bencana ke atas dia dan rumah tangganya. Hidup Saul merupakan bukti nyata tentang kedegilan egois yang bodoh dan pemberontakan melawan Allah.
PEMBERONTAKAN MENIMBULKAN KETIDAKSABARAN
Kedegilan Saul terlihat dalam ketidaktaatannya di Gilgal (1Samuel 13). Hal ini kemungkinan terjadi pada tahun kedua pemerintahannya, awal dari masa-masanya yang sulit.
Ia mengawali pemerintahannya secara baik dengan mengalahkan bani Amon di Gibea. Untuk memperkuat negerinya, ia pernah berupaya membentuk pasukan siaga, sesuai dengan ramalam Samuel (1Samuel 8:11, 12). Ia memulainya dengan sepasukan kecil berjumlah tiga ribu orang dengan peralatan tempur yang tidak lazim. Hanya Saul dan Yonatan yang memiliki pedang dan tombak, sementara sisanya mempersenjatai diri mereka dengan kapak dan tongkat penghalau lembu. Namun begitu, umat Allah tetap memperoleh kemenangan.
Di Gilgal, pasukan ini menghadapi pasukan Filistin yang dipersenjatai secara lengkap. Israel masih hidup di Zaman Perunggu, sementara Filistin sudah melewati Zaman Besi. Filistin menyerbu Israel dengan tiga ribu kereta kuda, enam ribu pasukan berkuda, dan pasukan berjalan kaki sebanyak pasir di tepi laut. Menghadapi musuh seperti itu membuat hati orang Israel meleleh. Dengan mundur secara pengecut, mereka tercerai-berai dan bersembunyi ke gua, keluk batu, bukit batu, liang batu dan perigi.
Saul sendiri tidak luput dari rasa takut ini. Berkemah di Gilgal, ia menunggu janji Samuel yang akan datang dalam tempo tujuh hari untuk mempersembahkan korban bakaran kepada Allah. Namun begitu, Saul tidak sabar. Ia melihat pasukan yang melarikan diri telah mengurangi pasukan tiga ribunya menjadi tinggal sekitar enam ratus orang. Dalam tindakan yang tergesa-gesa, Saul tidak menunggu sampai akhir hari ketujuh. Atas kehendaknya sendiri, ia mempersembahkan sendiri korban bakaran. Begitu korban bakaran itu selesai dipersembahkan, Samuel muncul. Saul hanya bisa mengucapkan kata maaf dengan lirih atas tindakannya itu:
Karena aku melihat rakyat itu berserak-serakmeninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah ditentukan, padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas, … sebab itu aku memberanikan diri, lalu mempersembahkan korban bakaran (1Samuel 13:11, 12).
Di balik segala protes dan permintaan maafnya yang terdengar masuk akal itu, Saul secara keras ditegur atas kebodohannya itu. Sebagai akibat dari dosa Saul, Samuel memberitahu dia bahwa kerajaannya tidak akan bertahan lama. Ia tidak akan diizinkan untuk memulai suatu dinasti. Yonatan, anaknya, tidak akan pernah meneruskan jabatannya sebagai raja.
Beberapa orang boleh saja menganggap hukuman itu terlalu keras bagi ketidaksabaran yang hanya sesaat. Namun begitu, ketidaksabaran bukanlah dosa Saul. Ketidaksabaran merupakan akibat dari dosanya. Dosa Saul adalah kurangnya iman yang mendorong dia melanggar perintah langsung Samuel, yang juga merupakan perintah langsung Allah.
Orang tidak bisa menyangkal bahwa saat itu Saul tampaknya berada dalam situasi yang mustahil, namun begitu Saul melupakan satu kebenaran penting yang jelas sekali di dalam sejarah Israel. Di bawah keadaan seperti itu, iman kepada Allah merupakan satu-satunya harapan manusia. Saul gagal memahami bahwa Allah bersedia membela umat-Nya. Ia juga lupa bahwa Allah akan melakukan hal itu hanya jika Israel mau berserah kepada Dia dan menghormati perjanjian-Nya.
Saul mengabaikan hal itu sebab ia menaruh percaya pada dirinya sendiri. Akibat dari ketidakpercayaan itu, Saul akhirnya kehilangan kerajaannya—dan belakangan nyawanya juga.
Kita sering mendapatkan diri kita bersikap tidak sabar sama seperti Saul. Itu biasanya terjadi sebab kita memiliki jadwal waktu kita sendiri untuk pelbagai peristiwa, dan jadwal waktu kita itu tidak sejalan dengan jadwal waktu Allah. Seseorang berkata, "Allah tidak pernah terlambat, dan Ia juga jarang lebih awal." Ketidaksabaran kita bisa timbul dari upaya untuk mengendalikan hal yang tidak bisa dikendalikan.
Ketidaksabaran kita bisa diatasi ketika iman kita menerima dua kebenaran yang tidak bisa berubah. Pertama, Allah yang pegang kendali. Ia yang mengendalikan dunia dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, tetapi Ia hanya bisa mengendalikan hidup kita jika kita bersedia menyerah kepada Dia dan mencari kehendak-Nya di atas segala hal lainnya (Amsal 3:5, 6; 16:3; 2Tawarikh 16:9).
Kedua, jalan Allah tidak selalu jalan kita. Maksud dan rencana-Nya bisa jadi di atas maksud dan rencana kita. Allah berkata, "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu" (Yesaya 55:9).
Kesediaan kita untuk menerima jadwal waktu dan maksud Allah melekat di dalam kesediaan kita untuk menyerahkan semua kekuatiran kita kepada Dia.
PEMBERONTAKAN MENIMBULKAN RASA TAKUT
Kitab Suci memperlihatkan suatu rasa takut Saul yang paling menyolok: ketakutan akan kehilangan kerajaan-Nya. Rasa takut itu mendorong dia untuk berusaha membunuh Daud, setidaknya dalam sepuluh kali kesempatan. Rasa takut Saul akhirnya membawa dia kepada suatu tindakan keji dimana ia mencari nasihat dari seorang juru tenung untuk mengetahui nasibnya.1
Rasa takut itu timbul dari kurangnya rasa percaya. Allah meminta kita untuk menyerahkan segenap diri—jiwa, roh, dan tubuh kita kepada Dia (Matius 22:37, 38; Roma 12:1, 2). Bidang apa saja dalam hidup kita yang gagal kita serahkan kepada Allah adalah pemberontakan yang melawan Dia. Paulus meminta jemaat Roma—dan kita—untuk menyerah penuh:
Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmukepadadosauntukdipakaisebagaisenjatakelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yangdahulumati,tetapiyangsekaranghidup.Danserahkanlah anggota-anggotatubuhmukepadaAllahuntukmenjadisenjata-senjata kebenaran (Roma 6:13).
Bila kita keras kepala, kita akan selalu mengalami rasa takut. Kita akan merasa bersalah atas kekurangan kita untuk berkinerja secara sempurna. Pelbagai upaya untuk berbuat lebih baik hanya akan menunjukkan lebih banyak kesalahan dan kegagalan. Hati yang suka memberontak terperangkap dalam siklus ganas yang menimbulkan sinisisme, kemunafikan, dan putus asa.
Dalam hubungan kita dengan Kristus, kita bisa menemukan ketenangan yang akan membolehkan kita menerima rasa takut kita: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Ibrani 13:6).
PEMBERONTAKAN MENIMBULKAN PENALARAN YANG BODOH
Setelah ketidaktaatan Saul itu, Allah masih membolehkan dia memerintah dengan sukses selama lebih dua puluh lima tahun. Saul mampu mengokohkan kekuasaan-nya dan memimpin rakyatnya kepada lebih banyak kemenangan atas para musuhnya.
Satu musuh yang belum terkalahkan adalah suku nomad Amalek. Pada era Saul, toleransi Allah atas mereka berakhir. Akhirnya, Allah memerintahkan Saul untuk menghancurkan mereka semuanya (1Samuel 15:3).
Beberapa orang boleh jadi merasa terganggu atas perintah Allah untuk membunuh semua orang Amalek. Namun begitu, kita harus ingat satu fakta ini: Itu bukan keputusan Allah yang tiba-tiba, melainkan suatu tindakan keadilan, suatu hukuman yang adil atas dosa-dosa bangsa Amalek. Hukuman itu bukan hanya karena mereka telah mengganggu umat Allah selama bertahun-tahun (Keluara 17:8-14). Budaya dan pengaruh bangsa Amalek sangatlah bejad sehingga akan tetap menjadi godaan yang berkelanjutan bagi bangsa Israel kecuali mereka itu dilenyapkan. Hanya pelenyapan mereka sajalah yang akan membawa kedamaian ke atas negeri itu dan yang akan menghancurkan pengaruh bejad mereka.
Dengan ketrampilan militernya yang cakap, Saul menyiapkan suatu penyergapan dan membunuh semua musuh kecuali satu orang. Dengan mengabaikan perintah Allah secara terang-terangan, Saul menyelamatkan nyawa Agag, raja Amalek. Saul juga membolehkan para prajuritnya untuk tidak membunuh ternak, lembu, dan domba yang terbaik.
Pembangkangan Saul yang terang-terangan itu amat sangat mengecewakan Allah. Melalui Samuel Allah mengungkapkan dosa dan ketidaksenangan-Nya terhadap Saul. Samuel yang susah hati itu meratap semalam-malaman kepada Allah karena Saul.
Esok harinya Samuel keluar untuk mencegat bala tentara Saul yang menang perang. Ironisnya, mereka bertemu di Gilgal, tempat yang sama dimana Saul pernah mempersembahkan korban bakaran yang tidak pada waktunya dan kehilangan dinastinya.
Mungkin hati nurani Saul yang merasa bersalah mendorong dia untuk memulai pembicaraan dengan Samuel dengan menyatakan ketaatannya kepada Tuhan. "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN; aku telah melaksanakan firman TUHAN" (1Samuel 15:13).
Samuel menjawab dengan menunjukkan bukti pembangkangan Saul yang tidak bisa dibantah. Embikan domba dan uakan ternak membantah pernyataan kesetiaan Saul. Meskipun yang tidak membunuh binatang-binatang itu adalah bangsa itu, namun Allah tetap menganggap Saul yang bertanggung jawab. Allah sebelumnya telah memberitahu Samuel bahwa yang berdosa adalah Saul, bukan rakyatnya (1Samuel 15:11).
Kita mungkin bertanya-tanya bagaimana bisa Saul bertindak dengan cara memberontak seperti itu. Apakah ia tidak mengetahui sejarah bangsanya? Tidakkah ia tahu apa yang telah menimpa Akhan di bawah keadaan yang serupa? (Lihat Yosua 7:20-26.) Tidakkah ia sadar bahwa kedegilannya itu membawa bangsanya kepada dosa?
Hanya kuasa dosa saja yang bisa menjelaskan tindakan Saul. Dosa mempengaruhi kemampuan manusia untuk menalar. Yesaya berkata, "Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat" (Yesaya 5:20a). Ketika bicara tentang bangsa non-Yahudi, Paulus berkata, "Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh" (Roma 1:21, 22). Penalaran yang bodoh bukanlah dosa besarnya Saul. Dosanya muncul sebagai akibat dari pembangkangannya. Ketaatan selalu menjadi ujian iman yang paling mendasar dari Allah.
Kita harus jangan mengacaukan legalisme dengan ketaatan. Kegagalan legalisme terletak pada upayanya untuk menjabarkan hubungan manusia dengan Allah melalui seberapa baik manusia taat. Ketaatan sejati merupakan demonstrasi iman (Roma 1:5). Ketaatan sejati merupakan petunjuk tentang berapa besar kita memperca-yai Allah dengan melakukan apa yang sudah Ia jabarkan. Beberapa perintah Allah sangatlah sederhana sehingga perintah itu tidak bisa disalahpahami, begitu khususnya sehingga perintah itu harus ditaati secara tepat. Kegagalan untuk menaati perintah seperti yang Allah sudah perintahkan menunjukkan tidak adanya iman yang sempurna, dewasa (Yakobus 2:22).
Salah satu kegagalan terbesar manusia adalah tidak memahami bagaimana Allah memandang ketaatan. Samuel membuat cukup jelas hal itu kepada Saul:
Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-dombajantan.Sebabpendurhakaanadalahsamaseperti dosabertenungdankedegilanadalahsamasepertimenyembah berhala dan terafim .…(1Samuel 15:22, 23; huruf miring oleh saya).
Dalam pembangkangannya itu. Saul menunjukkan bahwa ia menganggap penilaiannya setara dengan penilaian Allah.
Kedegilan merupakan sikap yang kita semua harus kalahkan jika kita mau menyukakan Bapa sorgawi. Tanpa keraguan, kedegilan kita merupakan musuh terbesar kita. Kita harus menggunakan kekuatan apa saja yang diperlukan untuk menjinakkan sikap itu. Philip Keller pernah berkata,
Kita diminta untuk menghilangkan egoisme diri. Kita diberitahu untuk memakai kekerasan bila perlu untuk melenyapkan musuh kita yang paling buruk, diri sendiri. Sebagian besar dari kita, seperti Saul, pada dasarnya tidak mau melakukan hal ini. Kita menjadi kakitangan kepentingan kita, kitamemakaipelbagaitaktikyanghalusuntukmempertahankan identitas kita sendiri. Kita tidak akan bersikap kejam dalam tindakankitamendisiplinkandiri,dibawahAllah,untukmenaati Dia secara mutlak.2
Yesus pernah bicara tentang mengalahkan kehendak kita yang disamakan dengan memotong bagian tubuh yang bersalah atau mencungkil mata yang berdosa (Matius 5:29, 30). Tak peduli berapa pun biayanya, kedegilan kita haruslah dikalahkan.
Pada poin ini, kita bisa melihat perbedaan mendasar lainnya dalam diri Daud dan Saul. Beberapa orang pernah bertanya-tanya bagaimana Allah bisa memilih Daud atas Saul. Keduanya tidak sempurna, pernah berdosa secara menyedihkan. Perbedaan pada mereka adalah perbedaan yang membuat Daud menjadi "seorang yang berkenan di hati-Nya." Tidak seperti Saul, Daud selalu peduli untuk melakukan apa yang Allah perintahkan kepada dia. Kepedulian utamanya adalah kehendak Allah. Ketika Allah bicara, Daud menaatinya. Jika Daud gagal, ia bertobat. Ketaatan seperti itulah yang menjadi pembeda bagi Allah. Dan hal itu masih tetap berlaku.
KESIMPULAN
Saul banyak menderita di dalam kehidupan ini oleh sebab pemberontakannya, bukan hanya karena dua tindakannya yang terpisah. Dua kejadian itu semata-mata merupakan petunjuk tentang hati yang memberontak. Allah tidak bisa hidup, mengasihi, dan bekerja di dalam hati manusia yang tidak mau tunduk kepada Dia. Ketaatan yang tidak sepenuhnya merupakan pembangkangan yang sepenuhnya.
TFTWMS: 1 Samuel (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Kita akan melihat kejadian ini dalam pelajaran yang berjudul "Keadaanku Sepertinya Tanpa Harapan."
2 Philip Keller, D...
Catatan Akhir:
- 1 Kita akan melihat kejadian ini dalam pelajaran yang berjudul "Keadaanku Sepertinya Tanpa Harapan."
- 2 Philip Keller, David (Waco, Tex.: Word Publishing Co., 1985), 1:69.
Pengarang: Hugo McCord
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"AKU MEMERLUKAN SAHABAT"
"Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi d...
PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"AKU MEMERLUKAN SAHABAT"
"Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya" (1Samuel 18:3, 4)
Pembacaan Latar Belakang: 1Samuel 14:1-48; 18:1-5; 20:1-42; 23:15-18; 31:1, 2; 2Samuel 1:19-27.
Beberapa tahun yang lalu, penduduk Miami, Florida, menjadi sadar akan suatu peristiwa yang mengganggu mereka. Suatu hama tumbuh-tumbuhan telah mematikan pohon-pohon palem yang indah di kota itu. Penduduk mulai minta dilakukan tindakan. Beberapa kajian pun dimulai, dan sebuah komisi ditunjuk. Masyarakat itu mulai tergerak hatinya untuk menyelamatkan sebanyak mungkin pohon palem tersebut.
Kepedulian penduduk Miami ini patut dipuji. Kita harus memiliki ketekunan yang sama dalam menghadapi krisis saat ini yang menjadi perhatian kita semua. Sesuatu yang amat sangat kita butuhkan secara perlahan-lahan sedang menghilang dan sesuatu itu perlu sekali untuk dilestarikan. Bukankah ini saatnya bagi kita untuk merasa kuatir atas kurangnya rasa persahabatan dalam dunia kita?
Alan Loy McGinnis1menceritakan suatu survei yang dilakukan terhadap para ahli jiwa dan ahli terapi terkemuka di Amerika. Mereka ditanya tentang berapa banyak orang yang pernah punya sahabat sejati. Sebagian besar menduga bahwa hanya 10 persen orang yang memiliki seseorang yang bisa mereka sebut sahabat. Ia mengutip Profesor Richard
Farson: "Jutaan orang di Amerika tidak pernah punya waktu satu menit pun di dalam seluruh hidup mereka dimana mereka bisa ‘mencurahkan perasaan’ dan berbagi dengan orang lain tentang perasaan mereka yang lebih dalam."
Kurangnya persahabatan ini disebabkan oleh beragam penyebab. Gaya hidup yang penuh kekalutan memberi sedikit waktu untuk mengembangkan persahabatan sejati. Sebagian besar dari kita punya hari-hari yang penuh dengan pekerjaan dan rekreasi. Buat apa buang-buang waktu untuk mengenal para tetangga, sebab kemungkinan besar salah satu dari kami nantinya akan pindah dalam waktu satu tahun? Hidup yang sangat berdekatan dengan para tetangga kita sering kali menimbulkan rasa takut ketimbang membuat kita bertambah akrab.
Filsafat hidup kelompok humanis terlalu sering menjadi faktor utama dalam mencegah terjadinya persahabatan. Jika orang percaya bahwa dirinya adalah pusat alam raya, maka tidak ada tempat bagi orang lain mana saja di dalam kehidupan orang itu. Kemungkinan besar, tidak adanya persahabatan lebih banyak disebabkan oleh keegoisan daripada hal lain apa saja.
Karakter yang tidak sehat bisa jadi membuat kita segan bersikap akrab dengan orang lain. Kita harus menilai diri kita sama tingginya dengan sesama kita (Matius 22:37, 38). Jika kita tidak percaya orang lain bisa mengasihi kita, maka kita tidak bisa menggapai mereka dalam pertemanan.
PENTINGNYA PERSAHABATAN
Kitab Suci menekankan kasih keluarga dan kasih persaudaraan. Meskipun hal itu sangat bermakna, kita juga perlu pengajaran alkitab tentang persahabatan. Salomo menekankan kebutuhan itu: "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!" (Pengkhotbah 4:9, 10; lihat Amsal 17:17; 18:24).
Anda mungkin berpikir, "Saya tidak perlu tahu pentingnya persahabatan—Saya memerlukan sahabat." Namun begitu, mengetahui makna persahabatan bisa memperbanyak kesempatan dan kemungkinan untuk memiliki lebih banyak sahabat.
CONTOH PERSAHABATAN
Makna persahabatan sejati terdapat dalam Alkitab. Dalam hubungan Daud dan Yonatan, kita menemukan salah satu contoh persahabatan yang paling mulia.
Alkitab menggambarkan Yonatan sebagai laki-laki yang berwatak luhur. Kecuali Daud, mungkin tidak ada orang di dalam pasukan Israel yang bisa menandingi keberaniannya. Ia dan sekelompok orang dengan berani menyerang orang-orang Filistin ketika tidak ada orang lain yang berani melakukannya. Di balik kesuksesan pribadinya itu, ia masih mengakui Allah sebagai Pembebas dan Penolongnya (1Samuel 14:6). Yonatan melebihi ayahnya, Saul, dalam pemahaman tentang moral dan kerohanian. Pasukan Israel mengasihi dia. Menurut rencana awal Allah, Yonatan akan menjadi raja kedua Israel, namun ketidaktaatan Saul merubah rencana itu (1Samuel 13:13). Yonatan tampaknya bisa menerima kenyataan itu, semetara Saul tidak pernah bisa menerimanya.
DASAR PERSAHABATAN
Persahabatan hanya memiliki satu dasar—kasih sejati. Hal itu jelas terlihat di dalam persahabatan Daud dan Yonatan. Kitab Suci sebanyak tiga kali menyatakan tentang hubungan Yonatan dengan Daud, "… ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri" (1Samuel 18:3; 20:17; lihat 18:1).
Hanya kasih saja yang bisa menjelaskan keakraban Daud dan Yonatan. Tidak ada hal lain apa saja yang bisa mengatasi pelbagai penghalang dan kesulitan yang terlibat di dalam hubungan dua laki-laki yang sangat berbeda itu.
Pertama, persahabatan mereka mengatasai pemisahan status sosial. Yonatan orang kaya; Daud orang miskin. Kemelaratan Daud membuat dia mengira tidak layak untuk menjadi bagian dari keluarga raja (1Samuel 18:18).
Kedua, persahabatan mereka mengatasi ambisi. Setelah membunuh Goliat, Daud dengan cepatnya menjadi kepala pasukan Saul. Segeralah diketahui bahwa Daud sudah ditakdirkan untuk menjadi orang besar dan terkenal. Yonatan sanggup mengatasi perasaan dengki atau persaingan apa saja; ia tetap mengasihi Daud.
Ketiga, persahabatan mereka mengatasi usia. Kajian yang mendalam mengungkapkan bahwa Yonatan jauh lebih tua dari Daud. Saul telah menjadi raja selama sepuluh tahun ketika Daud lahir (Kisah 13:21; 2Samuel 5:4). Yonatan adalah kepala dalam pasukan Israel sejak dari mulanya. Yonatan kemungkinan besar lebih tua dua puluh atau tiga puluh tahun daripada Daud.
Sekalipun ada pelbagai perbedaan itu, Yonatan berulang-ulang memberi Daud dorongan untuk melakukan rencana Allah bagi hidupnya. Meskipun Yonatan lebih banyak berkorban untuk Daud, namun hal itu tidak mempengaruhi ikatan persahabatan mereka.
Apakah kita kehilangan persahabatan oleh karena kita tidak punya cukup kasih untuk mengatasi pelbagai faktor itu? Persahabatan bisa melintasi halangan apa saja yang tercipta oleh uang, pendidikan, ambisi, atau usia. Hal ini menjadi mungkin ketika kita mengetahui bahwa persahabatan tidaklah didasarkan pada saling memberi dan menerima secara setara.
ARTI PERSAHABATAN
Persahabatan artinya menerima. Yonatan sepertinya telah mengetahui lebih dahulu perkataan Yesus:
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Matius 22:37- 39).
Batu sandungan besar untuk mengasihi orang lain adalah ketidakmauan kita untuk menerima mereka sebagaimana adanya. Terlalu sering kita rela menjalin persahabatan jika orang lain mau berubah terlebih dahulu. Kita bisa mengizinkan mereka masuk ke dalam lingkaran hidup kita hanya ketika mereka menjadi seperti apa yang kita inginkan. Kenyataannya, kita mungkin melakukan itu karena kita tidak menerima kesalahan kita yang tercermin dalam diri orang lain. Seseorang pernah berkata, "Sebagai orang Kristen kita ini terus-menerus diperingatkan untuk ‘mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri.’ Bisa jadi kita selalu diperingatkan dan itulah persoalannya."2
Kita bisa menerima dan mengasihi diri kita dan orang lain ketika kita melihat nilai manusia yang sebenarnya. Nilai itu ditemukan dalam kita menerima kasih Allah dan Yesus Kristus. Pertama-tama kita mengerti bahwa Allah mengasihi dan menerima kita sebagaimana adanya kita sebab kita ini milik-Nya berdasarkan penciptaan. Selain itu, Ia memiliki kasih khusus untuk orang Kristen sebagai akibat dari iman kita yang taat (Roma 8:37-39). Karena memahami penerimaan ilahi ini, maka kita punya dasar untuk mengasihi dan menerima diri kita sendiri. Kita bisa mengerti bahwa Allah mengasihi dan menerima orang yang tidak sempurna seperti diri kita. Jika Ia mampu melakukan hal itu, maka— dalam takaran yang lebih kecil—kita pun bisa. Seraya kita belajar untuk hidup bersama dengan pelbagai kesalahan kita, kita bisa belajar untuk hidup bersama dengan kesalahan orang lain. Dwight L. Moody berkata, "Sekarang ini, saya punya masalah besar dengan Dwight L. Moody, saya tidak punya waktu untuk mencari kesalahan orang lain."
Persahabatan artinya memberi. Renungkanlah apa yang Yonatan berikan kepada Daud:
Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya (1Samuel 18:3, 4).
Pada masa itu, pemberian yang paling berharga yang seorang bangsawan bisa berikan adalah pakaiannya. Yonatan bukan hanya memberi Daud jubahnya (pakaian luar), tetapi juga pakaian bagian dalam yang ia kenakan. Secara harfiah Yonatan memberi Daud jubah dan kemeja yang sedang dikenakannya.
Yonatan juga memberi Daud sebagian dari persenjataan dan baju perangnya. Di awal pemerintahan Saul, hanya Saul dan Yonatan saja yang memiliki pedang besi. Bahkan beberapa tahun kemudian, senjata itu masih tidak ternilai harganya (1Samuel 13:19, 22). Dengan membandingkan Saul dan Yonatan, kita bisa menemukan sifat kasih dan persahabatan sejati. Saul bersedia meminjamkan baju perangnya kepada Daud (1Samuel 17:38, 39), tetapi Yonatan bersedia memberi baju perangnya kepada Daud.
Inilah ujian nyata bagi persahabatan. Akankah saya memberi dengan cuma-cuma tanpa ada pikiran untuk minta balasan? Akankah saya sering atau bahkan selalu melakukan pemberian jika perlu? Jika Anda bisa menjawab "Ya," maka Anda memiliki awal persahabatan sejati.
Persahabatan adalah mempercayai. Selama hampir lima belas tahun Daud dipaksa melarikan diri dari kejaran Saul. Selama waktu itu Daud berkata, "… hanya satu langkah jaraknya antara aku dan maut" (1Samuel 20:3). Lebih dari satu kesempatan, Daud mengungkapkan tempat persembunyiannya kepada Yonatan, yang bisa saja mengkhianati dia dengan memberitahu Saul. Daud mempercayai Yonatan dengan segenap hidupnya.
Daud dan Yonatan mempercayai masa depan ke dalam persahabatan mereka. Mereka menetapkan suatu perjanjian untuk saling melindungi dan membiayai keluarga mereka masing-masing (1Samuel 20:42). Kepercayaan Yonatan juga dijaga dengan baik, sebab belakangan Daud mengambil anak Yonatan yang cacat, Mefiboset, sebagai anggota keluarganya (2Samuel 9:1-13).
Keduanya rela menanggung resiko menjadi teman. Kasih yang membentuk persahabatan menuntut keterbukaan, kerelaan untuk membagi segala hal yang dimunculkan oleh kehidupan. Keterbukaan semacam itu menyediakan juga banyak kesempatan bagi penolakan. Beberapa orang ada yang tidak pernah membuka diri mereka kepada orang lain oleh sebab adanya resiko menjadi sakit hati. Akibatnya, mereka tidak pernah punya sahabat karib.
Berkat datang ketika kita mempertaruhkan perasaan kita untuk memiliki sahabat! George Eliot menggambarkan berkat itu: "Oh, kesenangan, rasa senang yang tak terkatakan atas perasaan aman bersama seseorang; tidak perlu menimbang-nimbang pikiran atau menahan-nahan perkataan selain mencurahkan ke luar semuanya, sebagaimana adanya, bagaikan gandum dan sekam sekaligus, karena tahu bahwa tangan-tangan yang setia akan menampung dan menyaring semuanya itu, dimana sisanya akan ditiup jauh oleh nafas kebaikan." Apakah yang menjadi penghalang bagi kepercayaan ini?
Mungkin rasa sakit hati atas pengungkapan rahasia masa lalu yang Anda curahkan kepada seorang sahabat palsu. Jika Anda pernah dilukai oleh teman yang jahat, Anda mungkin enggan untuk mengungkapkan rahasia itu kepada orang lain yang mungkin akan membuka rahasia Anda kepada orang lain. Mark Twain berkata bahwa setelah seekor kucing mendarat di atas kompor panas, kucing itu tidak akan mengulanginya kembali. Kucing itu juga tidak akan pernah mendarat di atas kompor dingin. Ilustrasi jenaka itu mengandung pelbagai implikasi rohani. Yakobus berkata, "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh" (Yakobus 5:16a). Perintah ini terlalu sering tidak ditaati. Kita semua memerlukan penyucian yang datangnya lewat tindakan berbagi dengan Allah dan satu sama lainnya apa yang kita sudah gagal lakukan dan hayati. Mengapakah perintah ini tidak ditaati dan penyucian itu tidak dicari? Mungkin kita tidak punya siapa-siapa yang bisa kita percaya untuk berdiam diri atas dosa-dosa kita. Sahabat semu tidak memiliki integritas untuk mendengarkan dan suka membuka kesalahan kita kepada orang lain.
Saya membaca tentang seorang pemberita injil yang melihat seorang anggota gereja yang lemah iman sedang berjalan terhuyung-huyung ke luar dari bar. "Pak penginjil," kata anggota itu, "Saya minta maaf bapak mendapatkan saya dalam keadaan seperti ini." Pemberita injil itu menjawab, "Engkau tidak perlu menyesal. Allah yang Mahakuasa setiap hari melihat engkau mabuk." "Benar," jawab pria mabuk itu, "tetapi Ia tidak besar mulut seperti bapak."
Persahabatan bersifat membangun . Ketika Yonatan bertemu Daud di padang gurun, ia "menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah" (1Samuel 23:16). Ia tidak pernah membiarkan Daud melupakan maksud Allah bagi hidupnya. "engkau akan menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi orang kedua di bawahmu" (1Samuel 23:17). Itulah sebabnya kita memerlukan sahabat. Kita perlu bantuan untuk memikul beban kita yang terlalu berat. Kita membutuhkan mereka ketika kita merasa seakan-akan sedang berusaha berenang dengan beban sauh yang sangat berat dan bergeming.
Sahabat memperhatikan dan menghargai sifat-sifat baik kita. Mereka secara tulus memuji kita. Mereka mengingatkan kita tentang nilai diri kita dengan cara memperlihatkan kasih. Sahabat membantu kita untuk mendapatkan kembali pandangan yang positif tentang kehidupan.
Di Inggris Victoria, seorang wanita muda makan malam dengan William Gladstone, negarawan yang sangat terkenal. Esok malamnya wanita itu punya kesempatan makan malam bersama Benyamin Disraeli, lawan Gladstone yang mempesona. Belakangan seseorang menanyakan pendapat wanita muda itu tentang kedua pria itu. Wanita itu menjawab, "Sewaktu saya meninggalkan ruang makan malam setelah duduk di samping Tuan Gladstone, saya rasa ia orang paling cerdas di Inggris. Namun setelah saya duduk di sebelah Tuan Disraeli, saya pikir saya adalah wanita paling cerdas di Inggris."3Sahabat yang baik saling menghayati hal yang terbaik. "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya" (Amsal 27:17).
KESIMPULAN
Bagaimanakah kita bisa mendapatkan sahabat seperti Yonatan? Solusi yang sederhana bisa memenuhi kebutuhan kita yang amat besar terhadap persahabatan: Jika kita ingin memiliki sahabat sejati, kita harus menjadi sahabat sejati. Suatu kali saya membaca sebuah buku yang berisi pelbagai khotbah oleh Clovis G. Chappel, yang berjudul If I Were Young (Seandainya Saya Masih Muda). Indeks buku itu menunjukkan sebuah khotbah yang berjudul "If I were Young, I’d Make Folks Treat Me Right (Seandainya Saya Masih Muda, Saya Akan Buat Orang-Orang Memperlakukan Saya Dengan Baik)." Saya segera membuka khotbah itu. Setelah saya membaca beberapa paragraf, saya merasa agak malu sebab bukan saya sendiri yang menemukan rahasia ini. Untuk membuat orang lain memperlakukan kita dengan benar, kita perlu memperlakukan mereka sebagaimana kita ingin diperlakukan. "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Matius 7:12). Inilah apa yang manusia sebut "Peraturan Emas."
Jangan kuatir tentang memiliki sahabat—jadilah seorang sahabat. Temukanlah satu atau dua orang yang memiliki sifat-sifat yang Anda kagumi. Lalu jadilah seorang sahabat sejati bagi mereka. Jangan kuatir tentang apakah mereka itu terlihat seperti sahabat atau tidak. Perasaan itu akan datang belakangan. Hasilnya nyaris bisa dijamin. Persahabatan didapat dengan memberikan persahabatan.
TFTWMS: 1 Samuel (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Alan Loy McGinnis, Friendship Factor (Minneapolis, Minn.: Augsburg Publishing House, 1979), 11.
2 Jess Lair, I Ain’t Much . ....
Catatan Akhir:
- 1 Alan Loy McGinnis, Friendship Factor (Minneapolis, Minn.: Augsburg Publishing House, 1979), 11.
- 2 Jess Lair, I Ain’t Much . . . (Garden City, N.Y.: Doubleday, 1972), 165.
- 3 McGinnis, 116.
Pengarang: Hugo McCord
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) I SAMUEL
PENGANTAR
Buku I Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-hakim
kepada zaman Raja-raja. Perubahan dalam kehidupan
I SAMUEL
PENGANTAR
Buku I Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-hakim kepada zaman Raja-raja. Perubahan dalam kehidupan nasional di Israel itu khususnya berkisar pada tiga orang: Nabi Samuel, Raja Saul, dan Raja Daud. Pengalaman-pengalaman Daud di masa mudanya sebelum ia menjabat raja, terjalin erat dengan kisah Samuel dan Saul.
Pokok buku ini, sama seperti kisah-kisah lainnya dalam Perjanjian Lama, ialah bahwa orang akan berhasil kalau setia kepada Allah, dan celaka kalau mendurhaka. Hal itu dinyatakan dengan jelas dalam 1Sam 2:30 ketika TUHAN berkata kepada Imam Eli, "Yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi yang menghina Aku akan Kuhina."
Dalam buku ini kita melihat perasaan yang berbeda-beda mengenai pembentukan kerajaan Israel. Memang TUHAN sendiri sudah dianggap raja di Israel, tetapi untuk menanggapi permohonan rakyat, Ia memilih seorang raja bagi mereka. Hal yang penting ialah bahwa baik raja maupun rakyat Israel hidup di bawah kedaulatan Allah, Hakim mereka (1Sam 2:7-10). Di bawah hukum-hukum Allah, haruslah dijamin hak seluruh rakyat, kaya maupun miskin.
Isi
- Samuel sebagai pemimpin Israel
1Sam 1:1-7:17 - Saul menjadi raja
1Sam 8:1-10:27 - Tahun-tahun pertama pemerintahan Saul
1Sam 11:1-15:35 - Daud dan Saul
1Sam 16:1-30:31 - Wafatnya Saul dan putra-putranya
1Sam 31:1-13
Ajaran: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya anggota jemaat, dengan mengetahui isi kitab I Samuel, dapat mengerti
bahwa kesejahteraan umat Allah tergantung dari kesetiaannya melak
Tujuan
Supaya anggota jemaat, dengan mengetahui isi kitab I Samuel, dapat mengerti bahwa kesejahteraan umat Allah tergantung dari kesetiaannya melaksanakan perintah dan kehendak Allah.
Pendahuluan
Penulis : Samuel.
Isi Kitab: Kitab I Samuel terdiri dari 31 pasal. Kitab I Samuel menceritakan tentang tiga tokoh utama dari bangsa Israel: nabi Samuel, raja Saul, dan raja Daud.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Samuel
Pasal 1-8 (1Sam 1:1-8:22).
Kehidupan Samuel Samuel bekerja dengan penuh usaha membangun kehidupan baik dan ketaatan agama bangsa Israel. Kemudian Samuel memegang jabatan hakim. Ia berhasil mengalahkan bangsa Filistin dan mempersatukan bangsa Israel (pasal 5-7; 1Sam 5:1-7:17).
Pada waktu Samuel sudah menjadi tua, bangsa Israel ingin memiliki seorang raja, karena itu ia melakukan perintah Tuhan untuk melantik seorang raja, yakni Saul (pasal 8; 1Sam 8:1-22).
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Sam 1:20,26-28. Apakah arti nama Samuel? Dan apakah teladan yang baik dari Ibu Samuel?
- Bacalah pasal 1Sam 3:19-20; 8:15. Bagaimanakah kehidupan rohani Samuel? Berapa lamakah ia menjadi hakim atas orang Israel?
- Bacalah pasal 1Sam 8:19-22. Atas kehendak siapakah orang Israel meminta seorang raja?
Pasal 9-15 (1Sam 9:1-15:35).
Kehidupan raja Saul Raja Saul memulai pemerintahannya dengan berhasil, tetapi pada akhirnya menjadi tidak taat pada Firman Tuhan. Hal ini membuat Tuhan akhirnya menolak dia sebagai raja.
Pendalaman
- Siapakah yang mengurapi Saul? (1Sam 10:1).
- Bacalah pasal 1Sam 15:10-11. Apakah yang menjadi kesalahan Saul? Bagaimanakah dengan kelakuan saudara?
Pasal 16-31 (1Sam 16:1-31:13).
Kehidupan Raja Daud Setelah Saul ditolak, maka Allah memilih Daud sebagai Raja, menggantikan Saul.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Sam 16:11-13. Apakah pekerjaan Daud? Dan apakah yang terjadi setelah Daud diurapi oleh Samuel?
- Bacalah pasal 1Sam 17:45-50. Mengapakah Daud merasa tersinggung dan marah terhada orang Filistin?
- Bacalah pasal 1Sam 18:6-9. Mengapakah Saul membenci Daud? Apakah saudara sering iri hati juga?
- Bacalah pasal 1Sam 31:1-4. Bagaimanakah kematian Saul? Mengapakah ia melakukan hal itu?
II. Kesimpulan/penerapan
Keberhasilan Samuel di dalam pelayanan merupakan hasil dari kesetiaan pada panggilan, suka berdoa dan tidak kompromi dengan dosa.
Saul memulai pemerintahannya dengan rendah hati, sabar, tetapi diakhiri dengan kesombongan dan menolak Firman Allah. Ini adalah penyebab kegagalannya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah tokoh-tokoh penting dalam I Samuel? Dan bagaimanakah sifat mereka masing-masing?
- Apakah sebabnya Allah menolak Saul?
- Apakah kesan yang saudara peroleh dari kehidupan Saul?
Intisari: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) Bagaimana bangsa Israel mendapat seorang raja
KISAH TENTANG TIGA ORANGPada mulanya 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Namun demikian, karena kitab
Bagaimana bangsa Israel mendapat seorang raja
KISAH TENTANG TIGA ORANG
Pada mulanya 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Namun demikian, karena kitab kedua melulu bercerita mengenai raja Daud, maka yang pertama mengisahkan ketiga orang tokoh yang hidupnya saling berkaitan satu sama lain yaitu Samuel, Saul dan Daud. Riwayat yang diceritakan tidak utuh; siapapun yang mengumpulkan seluruh kisah itu tentu mengambilnya dari beberapa sumber. Hal itu tidak menjadi masalah asal kita ingat bahwa bagi para penulis kuno arti suatu kejadian lebih penting daripada ketepatan waktu. Kitab Samuel bukan hanya semata-mata sebagai sejarah, tetapi merupakan cerita tentang bagaimana Allah menangani umat-Nya. Dalam pada itu riwayat yang diceritakan sungguh-sungguh terjadi. Bahkan, pahlawan bangsa seperti Daud digambarkan sebagai orang yang bermasalah dan seorang manusia biasa.
"KAMI MENGINGINKAN SEORANG RAJA"
Kitab Hakim-hakim menyimpulkan bahwa anarki merajalela di Israel pada masa itu, karena "Israel tidak mempunyai raja" (Hak 21:25). Samuel, hakim terakhir, walauoun terkenal tetapi pengaruhnya hanya setempat dan terbatas. Umat Israel memerlukan seorang pemimpin bangsa. Oleh karena itu, permohonan mereka untuk mendapat seorang raja bukanlah semata-mata sebagai suatu kecaman terhadap kepemimpinan Samuel, tetapi menunjukkan betapa manusiawinya pengharapan mereka. Pada kenyataannya hanya Allah yang dapat memimpin mereka untuk memperoleh kemenangan; kekalahan-kekalahan mereka tidak disebabkan karena mereka tidak mempunyai seorang raja, tetapi oleh karena mereka telah melupakan perjanjian dengan Allah (1Sa 10:18,19; 12:6-15). Mereka telah mengikuti cara-cara penyembahan orang kafir. Gagasan mengenai pembentukan kerajaan itu sendiri tidak salah, tetapi mereka menginginkan seorang raja seperti bangsa-bangsa kafir yang ada di sekitar mereka. Samuel memperingatkan mereka bahwa raja-raja mempunyai potensi untuk kebaikan dan kejahatan, seperti yang akan mereka lihat sendiri di kemudian hari.
BANGSA FILISTIN
Oleh karena bangsa Israel tidak membinasakan orang Filistin ketika mereka menduduki Kanaan, maka negara tetangga Israel ini terus menerus menjadi ancaman bagi keamanan mereka. Kita membaca mengenai bangsa Amori, Amalek dan Amon, tetapi kebanyakan mengenai bangsa Filistin. Bangsa-bangsa ini tinggal di lima kota pantai yaitu Asdod, Gat, Ekron, Gaza dan Askelon, dan mereka mengurung Israel (1Sa 13:19-21). Saul dan Yonatan memulai suatu revolusi, tetapi raja Daudlah yang akhirnya menumpas bangsa Filistin dan yang lainnya secara tuntas.
Pesan
1. Samuel, seorang hamba Tuhano Samuel adalah jawaban dari doa, dan dedikasi ibunya yang saleh memberikan kepadanya permulaan kehidupan yang terbaik. Ini mungkin berarti bahwa ia harus hidup sebagai seorang Nazir, walaupun biasanya hal ini berarti disumpah sementara dan tidak seumur hidup. 1Sa 1:10,11,27,28; 2:26; Bil 6:1-21.
o Pada waktu suara Tuhan tidak terdengar di Israel. Samuel menonjol sebagai seorang yang kepadanya Tuhan menampakkan diri dan yang mempunyai karunia sebagai peramal -- ia dapat melihat apa yang tidak tampak oleh orang lain. 1Sa 3:1-10, 19-21; 9:9.
o Samuel ternyata seorang hamba Allah yang jujur dan dapat dipercaya. Ia tidak mau melakukan sesuatu yang dapat menguntungkan dirinya, tidak seperti anak-anaknya. Reaksinya terhadap kemunduran Saul menunjukkan bahwa ia lebih mementingkan Allah. 1Sa 9:6; 12:3-5; 15:11,35.
2. Saul, raja yang gagal
o Saul adalah seorang raja yang memulai pemerintahannya dengan baik dan penuh pengharapan yang besar. Dia diurapi sebagai tanda bahwa Allah telah memilihnya dan ia pun rendah hati, berjiwa besar dan penuh kuasa roh serta dapat mengambil keputusan besar pada saat-saat kritis. 1Sa 10:1, 10:22; 11:6, 12, 13.
o Namun demikian, kita dapat melihat kemundurannya yang berangsur-angsur pada saat ia mulai menangani berbagai masalah seorang diri, mengucapkan sumpah dengan gegabah dan tidak taat kepada perintah-perintah Allah. Anaknya, Yonatan, mempermalukannya dengan kebangsawanannya yang sederhana. Sebaliknya, Saul menjadi cemburu, getir dan tertekan dan ia menghabiskan waktu dan tenaganya untuk memburu Daud.
o Dalam keputusasaannya mencari bimbingan, ia jatuh ke dalam spiritualisme yang sebelumnya dilarang olehnya dan akhirnya ia menjadi salah satu kasus bunuh diri yang langka dalam Alkitab. 1Sa 13:8-14; 14:24; 15:9-29; 16:14; 18:8-12; 28:6, 7; 31:4.
3. Daud, pilihan Tuhan
o Sebagai orang yang dipilih Allah untuk menggantikan Saul, Daud adalah seorang yang lurus hati dan yang kesetiaannya besar. Tidak mengherankan jika Yonatan tertarik untuk bersahabat dengannya. Daud yang dalam pekerjaannya diurapi oleh Roh secara istimewa dapat membentuk rakyat jelata menjadi suatu kekuatan tempur yang efektif atau melawan seorang raksasa seorang diri. Ia menunggu saat Allah akan menuntut balas baginya, dan ia dengan setia memohon pimpinan-Nya dan percaya bahwa Allah akan meluputkannya dari bahaya. Ia seorang pemimpin besar yang akan menjadi seorang raja Israel yang terbesar. 1Sa 16:7,13,18; 17:26,34-37, 45-51; 18:1-4; 22:5-15; 23:2,4,9-12; 24:12; 30:6-8, 23-25.
o Daud juga tidak terlepas dari sifat-sifat manusiawi. Ia juga dapat menjadi marah dan tergoda untuk melakukan tindakan yang gegabah dan ia juga dapat berdusta. Perlakuan Allah kepadanya sama dengan apa yang dilakukan kepada kita, yaitu dengan penuh kasih. 1Sa 25:32-34; 27:10-12.
Penerapan
1. Allah menjawab doa
Kitab ini menceritakan bahwa Allah menjawab doa yang sungguh-sungguh, baik doa pribadi orang yang berada dalam kesusahan maupun doa syafaat para pemimpin untuk bangsa mereka. Berdoa merupakan pelayanan yang harus kita lakukan atas nama orang lain. Dalam menjawab doa, Allah memberikan dan melakukan apa yang secara manusiawi tidak mungkin dilakukan.
2. Allah memelihara milik-Nya
Tanpa memandang ketidaktaatan umat-Nya, Allah berjanji untuk melaksanakan misi penyelamatan-Nya dan membela kehormatan-Nya. Jika perlu, Dia dapat melakukannya tanpa bantuan manusia sama sekali. Pada kesempatan lain Dia memberikan kepada umat-Nya pemimpin-pemimpin yang akan membawa mereka pada kemenangan. Jika kita berada dalam kehendak Allah, keberhasilan tidak tergantung pada kekuatan atau keahlian manusia. Dia dapat mengambil yang terlemah dan memakai mereka bagi kemuliaan-Nya jika mereka mempercayai Dia.
3. Kita harus benar di hadapan Allah
Allah memilih dan memakai mereka yang hatinya benar di hadapan-Nya. Dia memberi karunia, kuasa dan berkat bagi mereka yang melayani-Nya. Dia juga dapat menghakimi dan mempermalukan mereka yang tidak taat kepada-Nya. Oleh karena itu, suatu permulaan yang baik bukan merupakan jaminan untuk keberhasilan di masa datang. Kita perlu benar di hadapan-Nya, taat dan percaya, jika kita ingin mengalami berkat-Nya secara berkesinambungan.
Tema-tema Kunci
1. Doa dan pujian
Kitab ini banyak bercerita tentang doa dan pujian. Khususnya, kita melihat bagaimana orang pilihan Allah mencari pimpinan-Nya sebelum mengambil keputusan-keputusan besar. Lihat 1Sa 1:10-18; 2:1-10; 7:5,6,12; 8:6,21; 12:18,19,23; 15:11; 22:15; 23:2-4, 9-12; 30:7,8.
2. Syarat-syarat pengabdian
Ada beberapa persyaratan pokok yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin mengenal berkat-berkat Allah. Lihat 1Sa 2:30; 7:3,4; 12:14,15,20-25; 15:22,23,26; 16:7; 26:23. Bandingkanlah dengan ketakhayulan orang Israel yang menganggap bahwa mereka dapat memanipulasi Allah untuk melakukan sesuatu bagi mereka (1Sa 4:1-11). Camkanlah bahwa mereka mempunyai reputasi, tetapi tidak mempunyai kuasa.
3. Karunia roh
Seperti halnya dalam kitab Hakim-hakim, kita melihat bahwa Allah secara khusus mengaruniakan kuasa roh kepada mereka yang melayani Dia. Apabila Roh Allah turun atas mereka, mereka dapat melakukan apa yang pada umumnya tidak dapat mereka lakukan sebelumnya. Lihat 1Sa 10:6,7,9-13; 11:6; 6:13 (Bandingkan 1Sa 19:23,24 Allah seakan-akan mengendalikannya, tetapi tidak memberikan kuasa kepada Saul). Pada saat yang sama kita mendapat bukti bahwa hal ini tidak perlu terjadi secara permanen, juga tidak berarti bahwa mereka seterusnya hidup dalam kekudusan. Tidak ada yang dapat menggantikan hubungan yang berkesinambungan dengan Allah.
Garis Besar Intisari: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) [1] ELI DAN SAMUEL 1Sa 1:1-7:17
1Sa 1:1-2:11Doa Hana dikabulkan
1Sa 2:12-3:21Penghakiman atas keluarga Eli
1Sa 4:1-6:21Tabut Perjanjian hilang da
[1] ELI DAN SAMUEL 1Sa 1:1-7:17
1Sa 1:1-2:11 | Doa Hana dikabulkan |
1Sa 2:12-3:21 | Penghakiman atas keluarga Eli |
1Sa 4:1-6:21 | Tabut Perjanjian hilang dan ditemukan |
1Sa 7:1-17 | Ebenhaezer: Allah telah menolong kita |
[2] SAMUEL DAN SAUL 1Sa 8:1-15:35
1Sa 8:1-22 | Israel meminta seorang raja |
1Sa 9:1-11:15 | Saul dipilih dan diteguhkan |
1Sa 12:1-2 | 5 Samuel menyerah |
1Sa 13:1-15:35 | Saul gagal memenuhi persyaratan |
[3] SAUL DAN DAUD 1Sa 16:1-31:13
1Sa 16:1-23 | Daud dipilih: Saul menolak |
1Sa 17:1-18:30 | Daud memperoleh kemenangan: Saul cemburu |
1Sa 19:1-26:25 | Orang pilihan Allah menjadi buronan |
1Sa 27:1-12 | Daud mendua hati |
1Sa 28:1-25 | Saul putus ada |
1Sa 29:1-30:31 | Daud mengalahkan orang Amalek |
1Sa 31:1-13 | Saul bunuh diri |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi