Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Mzm 8:1-9
Jerusalem: Mzm 8:1-9 - Manusia hina sebagai makhluk mulia Ini sebuah kidung yang memuliakan Allah Pencipta, Maz 2-3, teristimewa Pencipta karya utamaNya yaitu manusia, Maz 8:4-9. Maz 2 dan Maz 10 berupa ulang...
Ende -> Mzm 8:1-9
Ende: Mzm 8:1-9 - -- Mazmur ini adalah suatu madah untuk memuliakan Allah Pentjipta, chususnja karena
karjaNja jang tertinggi, jakni manusia.
"Lagu: "Pengidjakan". Terdjem...
Mazmur ini adalah suatu madah untuk memuliakan Allah Pentjipta, chususnja karena karjaNja jang tertinggi, jakni manusia.
"Lagu: "Pengidjakan". Terdjemahan ini dikirakan sadja. Mungkin perkataan Hibrani berarti suatu lagu atau alat musik dari kota "Gat".
Ref. Silang FULL -> Mzm 8:7
Ref. Silang FULL: Mzm 8:7 - sapi sekalian // di padang · sapi sekalian: Kej 13:5; 26:14
· di padang: Kej 2:19; Kej 2:19
· sapi sekalian: Kej 13:5; 26:14
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mzm 8:3-9
Matthew Henry: Mzm 8:3-9 - Sikap Merendah Allah Sikap Merendah Allah (8:4-10)
Di sini Daud melanjutkan dengan lebih mengagungkan lagi kehormatan Allah, dengan menceritakan segala kehormatan yang te...
Sikap Merendah Allah (8:4-10)
Di sini Daud melanjutkan dengan lebih mengagungkan lagi kehormatan Allah, dengan menceritakan segala kehormatan yang telah diletakkan-Nya ke atas manusia, terutama manusia Yesus Kristus. Sikap merendah dari anugerah ilahi menghendaki puji-pujian kita, sama seperti yang dikehendaki saat kemuliaan ilahi ditinggikan. Dengan rasa takjub dan syukur pemazmur mengamati bagaimana Allah merendahkan diri, dan ia menganjurkan kepada kita untuk merenungkannya juga. Cermatilah di sini,- I. Apa yang telah menuntun Daud hingga ia mengagumi perkenan Allah untuk yang merendah terhadap untuk manusia, yaitu pemikirannya akan kemilau dan pengaruh benda-benda langit yang terlihat oleh indra (ay. 4): Aku melihat langit-Mu, dan di sanalah tampak, khususnya, bulan dan bintang-bintang. Tetapi mengapa ia tidak memperhatikan matahari, yang jauh lebih unggul dibanding yang lain? Boleh jadi karena ketika sedang menghibur dan mengajar diri sendiri dengan perenungan ini, ia sedang berjalan di malam hari di bawah cahaya bulan, ketika matahari tidak tampak. Yang ada saat itu hanyalah bulan dan bintang yang meskipun tidak begitu berguna bagi manusia dibandingkan dengan matahari, namun tetap saja mempertunjukkan hikmat, kuasa, dan kebaikan Sang Pencipta.
- Amatilah:
- 1. Sudah menjadi kewajiban kita untuk mengamati langit. Kita memang melihat benda-benda langit itu. Mau tak mau kita pasti melihatnya. Antara lain melalui hal ini, manusia dibedakan dari binatang yang dibentuk sedemikian rupa hingga memandang ke bawah. Sedangkan manusia diciptakan berbadan tegak hingga mampu menengadah ke langit. Os homini sublime dedit, coelumque tueri jussit – Kepada manusia Ia memberikan postur tubuh yang tegak, dan menyuruhnya menengadah ke langit, supaya dengan demikian ia dapat diarahkan untuk menyukai hal-hal yang di atas, karena apa yang kita lihat tidak akan segera berpengaruh kepada kita kecuali kita memperhatikannya.
- 2. Kita harus senantiasa menganggap langit sebagai langit milik Allah. Kita harus memandangnya dengan cara yang khusus, bukan hanya seperti sekadar menganggap seluruh dunia ini adalah kepunyaan-Nya, bahkan bumi dengan segala isinya. Langit itu langit kepunyaan TUHAN (Mzm. 115:16), tempat kediaman kemuliaan-Nya. Karena itu kita diajar untuk memanggil-Nya Bapa kami yang di sorga.
- 3. Oleh karena itu, bulan dan bintang adalah milik-Nya, sebab semuanya adalah buatan tangan-Nya. Dialah yang membuat benda-benda itu. Ia membuat semuanya dengan mudah. Bentangan angkasa tidak membutuhkan rentangan tangan-Nya, tetapi cukup dikerjakan dengan sepatah kata. Itu adalah hasil buatan jari-Nya. Ia menciptakannya dengan sangat cermat dan halus, seperti karya seni indah yang dibentuk seniman dengan jari-jemarinya.
- 4. Bahkan benda-benda penerang yang kurang cemerlang seperti bulan dan bintang pun memperlihatkan kemuliaan serta kuasa Bapa segala terang itu. Benda-benda tersebut memperlengkapi kita dengan alasan-alasan untuk memuji Dia.
- 5. Benda-benda langit itu bukan saja merupakan ciptaan kuasa ilahi, tetapi juga takluk kepada pemerintahan ilahi. Allah bukan saja menciptakan semua itu, tetapi juga menempatkannya, dan ketetapan sorga tidak pernah dapat diubah. Namun, bagaimana sampai hal ini dikatakan di sini dapat mengagungkan perkenan Allah terhadap manusia?
- (1) Pada waktu kita memikirkan bagaimana kemuliaan Allah bersinar di dunia atas sana, sah-sah saja bagi kita untuk bertanya-tanya apakah Ia juga mau memperhatikan makhluk hina seperti manusia ini? Maukah Ia yang bersemayam dan memerintah di bagian ciptaan yang terang benderang dan penuh berkat itu bersedia merendahkan diri untuk memandang segala sesuatu yang terjadi di bumi ini (Mzm. 113:5-6).
- (2) Pada waktu kita memikirkan betapa bermanfaatnya langit bagi manusia di bumi, dan bagaimana benda-benda penerang di langit diberikan kepada segala bangsa di seluruh kolong langit (Ul. 4:19; Kej. 1:15), kita sungguh bisa berujar, “Tuhan, apakah manusiaitu sehingga ketika Engkau membuat ketetapan sorga, mata-Mu tertuju kepadanya untuk segala kebaikannya? Betapa demi perasaan tenteram dan kenyamanannyalah Engkau menciptakan benda-benda penerang langit dan mengatur pergerakannya!”
- II. Bagaimana Daud mengungkapkan kekagumannya (ay. 5): “Ya Tuhan, apakah manusia (enos, berdosa, lemah, manusia malang, makhluk yang begitu melupakan Engkau dan kewajibannya terhadap-Mu), sehingga Engkau mengingatnya sedemikian rupa, hingga Engkau memperhatikan dia dengan segala tindakan dan urusannya, sampai-sampai dalam penciptaan bumi pun Engkau menaruh rasa hormat kepadanya! Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya, sehingga Engkau bukan saja memberinya makanan dan pakaian, melindungi dia dan memenuhi kebutuhannya seperti makhluk-makhluk lainnya, tetapi juga mengindahkan dia sebagaimana seseorang mengindahkan sahabatnya, sehingga Engkau senang bercakap-cakap dengannya dan memedulikannya! Apakah manusia – (makhluk yang sedemikian hina), hingga ia dihormati seperti itu – (makhluk yang begitu penuh dosa), hingga ia sedemikian disambut dan diberkati seperti itu!”
- Nah, semuanya mengacu kepada:
- 1. Umat manusia secara umum. Walaupun manusia seperti belatung, dan anak manusia adalah ulat (Ayb. 25:6), Allah menaruh hormat kepadanya dan melimpahkan kebaikan ke atasnya. Jauh melebihi makhluk lain di dunia yang di bawah ini, manusia merupakan kesukaan dan kesayangan Sang Pemelihara. Sebab,
- (1) Ia menduduki tempat yang sangat terhormat di antara keberadaan-keberadaan lainnya. Kita boleh merasa yakin bahwa ia lebih diutamakan daripada seluruh penghuni bumi yang di bawah ini, mengingat bahwa ia dijadikan hampir sama seperti Allah (ay. 6; kjv: sedikit lebih rendah daripada malaikat –pen.). Memang lebih rendah, sebab tubuhnya bersekutu dengan bumi dan hewan-hewan yang bisa musnah. Namun, dengan jiwanya yang bersifat rohani dan kekal, ia hampir berkerabat dengan para malaikat suci, sehingga dapat dikatakan bahwa ia hanya sedikit lebih rendah daripada mereka, dan dari segi urutan, menduduki tempat setelah mereka. Hanya untuk seketika saja kedudukannya lebih rendah daripada para malaikat, selama jiwanya terkurung di dalam rumah yang terbuat dari tanah liat. Tetapi anak-anak kebangkitan akan menjadi isangeloi – setara dengan malaikat (Luk. 20:36) dan tidak lagi lebih rendah daripada mereka.
- (2) Ia diperlengkapi dengan kecakapan dan kemampuan yang mulia: Engkau telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Dia yang telah memberikan keberadaan bagi manusia itu telah menjadikannya terhormat, dan melayakkan dia untuk berkuasa atas makhluk-makhluk lain yang lebih rendah. Karena setelah memberi dia akal budi melebihi binatang di bumi, dan hikmat melebihi burung di udara (Ayb. 35:11), Ia membuat manusia pantas untuk menguasai hewan-hewan itu dan sudah sepantasnya pula mereka dikuasai oleh-Nya. Kemampuan bernalar manusia adalah mahkota kemuliaannya. Janganlah ia mencemarkan mahkota itu dengan menyalahgunakannya, ataupun kehilangan mahkota itu dengan bertindak berlawanan dengan ketentuannya.
- (3) Ia diberi wewenang berupa kedaulatan atas makhluk-makhluk yang lebih rendah di bawah Allah, dan ditetapkan sebagai tuan mereka. Dia yang telah menjadikan dan mengenal manusia itu, yang memiliki mereka, telah membuat dia berkuasa atas segala ciptaan itu (ay. 7). Ketetapan yang diperolehnya untuk memegang hak sebagai penguasa itu diberikan bersamaan dengan penciptaannya (Kej. 1:28) dan diperbarui sesudah peristiwa air bah (Kej. 9:2). Allah telah meletakkan segala sesuatu di bawah kaki manusia, supaya ia dapat memperoleh manfaat bagi dirinya sendiri, bukan saja melalui jerih payah, melainkan juga dari hasil dan nyawa makhluk-makhluk yang lebih rendah. Semua telah diserahkan ke dalam tangannya, bahkan diletakkan di bawah kakinya. Ia menyebutkan nama beberapa binatang yang lebih rendah itu (ay. 8-9), bukan hanya domba dan lembu sapi yang dipelihara dan diberi makan oleh manusia, tetapi juga binatang-binatang di padang, termasuk binatang-binatang yang selamat dari air bah. Bahkan juga makhluk-makhluk yang berada paling jauh dari manusia, seperti burung-burung di udara, dan ikan-ikan di laut, yang hidup di alam yang berbeda dan melintasi arus lautan tanpa terlihat. Manusia memiliki keahlian untuk menangkap binatang-binatang ini. Meskipun banyak hewan yang lebih kuat dan tangkas daripada dirinya, dengan satu atau lain cara, manusia masih sulit dikalahkan (Yak. 3:7). Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia. Ia juga memiliki kebebasan untuk menggunakan keahliannya itu setiap kali beroleh kesempatan. Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah (Kis. 10:13). Setiap kali kita makan daging ikan atau unggas, kita menyadari kekuasaan manusia atas buatan tangan Allah, dan inilah alasan mengapa kita harus takluk kepada Allah, Tuhan penguasa kita, dan juga kepada kekuasaan-Nya atas kita.
- 2. Namun, secara khusus semua di atas mengacu kepada Yesus Kristus. Mengenai Dia, kita diajar untuk menjelaskan hal tersebut (Ibr. 2:6-8). Yakni, bahwa untuk membuktikan kedaulatan Kristus baik di sorga maupun di bumi, Rasul Paulus menunjukkan bahwa Dialah sang manusia itu, sang Anak Manusia, yang dibicarakan dalam mazmur ini, yang telah dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat serta dibuat berkuasa atas buatan tangan-Nya. Dan sudah pasti, bahwa perkenan terbesar yang pernah dinyatakan kepada umat manusia, dan kehormatan terbesar yang pernah diberikan kepada kodrat manusia adalah seperti ditunjukkan dalam penjelmaan dan pemuliaan Tuhan Yesus. Kedua hal ini jauh melebihi perkenan dan kehormatan yang diberikan kepada kita melalui penciptaan dan pemeliharaan Allah, walaupun yang kedua yang terakhir juga memang luar biasa dan jauh lebih besar daripada yang patut kita terima. Sudah selayaknya kita menilai diri sendiri dengan rendah hati dan dengan penuh rasa syukur mengagumi anugerah Allah di dalam semuanya ini:
- (1) Bahwa Yesus Kristus mengenakan kodrat manusia, dan dengan kodrat itu Ia merendahkan diri. Ia telah menjadi Anak Manusia, turut mengambil bagian dalam darah dan daging. Dalam keadaan-Nya yang seperti itu Allah melawat-Nya, yang oleh beberapa orang ditafsirkan sebagai semua penderitaan-Nya bagi kita. Sebab, telah dikatakan (Ibr. 2:9), bahwa oleh karena penderitaan maut, yaitu lawatan yang penuh murka itu, Ia dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat. Allah melawat Dia. Setelah menimpakan kejahatan kita ke atas diri-Nya, Allah beperkara dengan Dia dan melawat Dia dengan tongkat dan bilur-bilur, supaya kita disembuhkan oleh bilur-bilur itu. Untuk waktu yang singkat (demikianlah sang rasul menyebutnya), Ia dibuat sedikit lebih rendah daripada malaikat, yakni ketika Ia mengambil rupa seorang hamba dan menjadikan diri-Nya tidak berarti.
- (2) Bahwa di dalam kodrat manusia itulah Ia justru ditinggikan untuk menjadi Tuhan di atas segalanya. Allah Bapa meninggikan Yesus karena Yesus telah merendahkan diri-Nya sendiri. Allah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, yaitu kemuliaan yang sudah ada pada diri-Nya sebelum dunia dijadikan. Ia bukan sekadar ditetapkan sebagai kepala jemaat, tetapi juga sebagai Kepala dari segala yang ada. Allah menyerahkan segala sesuatu ke dalam tangan-Nya dan mempercayakan kepada-Nya untuk menjalankan kerajaan pemeliharaan dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerajaan anugerah. Semua makhluk ciptaan diletakkan di bawah kaki-Nya. Bahkan selama hidup sebagai manusia pun Ia memperlihatkan beberapa contoh bahwa Ia berkuasa atas mereka. Misalnya saat Ia menghardik angin dan gelombang laut, dan menyuruh seekor ikan membayarkan pajak bagi-Nya. Oleh karena itu si pemazmur mempunyai alasan yang baik untuk mengakhiri mazmurnya dengan cara sama seperti saat ia mengawalinya, “Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi,” nama yang telah dihormati dengan kehadiran Sang Penebus, dan yang masih diterangi oleh Injil-Nya dan dipimpin oleh hikmat dan kuasa-Nya!
SH: Mzm 8:1-9 - Mengapa gereja terus bertengkar? (Sabtu, 6 Januari 2001) Mengapa gereja terus bertengkar?
Apa penyebab utama
perselisihan dan perpecahan gereja sampai saat
ini? Tidak lain dan tidak bukan adalah kesombong...
Mengapa gereja terus bertengkar?
Apa penyebab utama perselisihan dan perpecahan gereja sampai saat ini? Tidak lain dan tidak bukan adalah kesombongan yang masih menguasai hati Kristen. Pada hakikatnya kesombongan adalah salah satu bentuk manifestasi mempertuhankan diri sendiri. Karena itu kesombongan harus dihancurkan. Bagaimana caranya? Kita dapat meneladani pemazmur.
Melalui ayat pertama dan ayat terakhir dari Mazmur ini, pemazmur melantunkan nyanyian kekagumannya yang indah kepada Tuhan dimana di dalamnya nama Allah yang mulia ditinggikan. Kekaguman kepada Allah ini sulit diekspresikan sehingga pemazmur hanya dapat mengungkapkan dengan kata-kata 'Ya TUHAN, Tuhan kami`. Kita tidak perlu kaget karena memang tidak ada akal yang dapat mengukur dan tidak ada lidah yang dapat menyatakan, walaupun hanya setengah dari kebesaran Tuhan.
Mengapa pemazmur begitu terkagum-kagum akan kebesaran Allah? Sebab kebesaran Allah tidak hanya dapat dilihat dari apa yang di langit di atas namun juga yang di bumi di bawah, khususnya dari makhluk yang dianggap paling lemah yaitu bayi-bayi dan anak- anak yang menyusu. Pemeliharaan Allah yang luar biasa kepada mereka terlihat ketika Allah mengubah darah seorang ibu menjadi air susu dan memberikan kemampuan bayi-bayi untuk menyusu. Melalui itu semua Allah memelihara dan menumbuhkan.
Pengenalan yang benar akan kebesaran Allah, menuntun manusia kepada kesadaran akan ketidakberdayaan dan ketidaklayakan dirinya (ayat 4-5). Pengenalan akan kebesaran Allah akan menuntun manusia untuk menemukan jati diri yang sebenarnya di hadapan Allah dan di antara makhluk ciptaan lainnya. Jika sekarang manusia mempunyai kemampuan, otoritas, dan kedudukan yang tinggi di dunia, semua itu semata-mata anugerah Allah (ayat 6-9).
Renungkan: Berdasarkan pemahaman di atas, adakah alasan yang membenarkan manusia untuk menjadi sombong, sehingga merendahkan dan melecehkan orang lain? Jika pemazmur membuka dan menutup mazmur ini dengan pujian kekaguman sebagai manifestasi dari pengakuan kebesaran Allah dan kehinaan dirinya, hal-hal lain apakah yang dapat Anda lakukan sebagai manifestasi dari pengakuan kebesaran Allah dan kehinaan kita dihadapan-Nya?
SH: Mzm 8:1-9 - Anugerah kemuliaan (Kamis, 2 Januari 2003) Anugerah kemuliaan
Banyak orang mencari kemuliaan dengan mengandalkan harta atau
kuasa. Justru yang didapatkan adalah kehinaan, ketika harta
...
Anugerah kemuliaan
Banyak orang mencari kemuliaan dengan mengandalkan harta atau kuasa. Justru yang didapatkan adalah kehinaan, ketika harta membawanya kepada perbudakan materialisme, dan kuasa membawanya kepada tirani yang dibenci orang banyak.
Mazmur 8 menolong kita meletakkan kemuliaan pada perspektif yang tepat. Kemuliaan adalah milik Tuhan (ayat 1,10). Seluruh alam menyaksikan kemuliaan-Nya (ayat 4). Namun, manusialah yang dianugerahkan Allah kemampuan untuk memuji dan memuliakan Allah. Bahkan, suara-suara sederhana dari mulut bayi dan anak-anak sudah mencerminkan kapasitas memuliakan Allah itu (ayat 3), sebab manusia adalah mahkota ciptaan-Nya (ayat 5-6). Berarti letak kemuliaan manusia ada di dalam anugerah Allah. Pertama di dalam pujian dan kehidupan yang memuji Allah. Kemudian di dalam karyanya manusia mendapatkan kehormatan dan tanggung jawab mengurusi makhluk-makhluk ciptaan lainnya (ayat 7), kambing domba, lembu sapi, binatang padang, burung-burung dan ikan-ikan (ayat 8-9).
Di hari kedua tahun baru ini kita kembali disadarkan akan besarnya kemuliaan yang telah Allah pertaruhkan di dalam hidup dan di atas bahu kita. Hidup yang Tuhan inginkan ada pada kita pun adalah hidup yang penuh kehormatan dan kemuliaan. Tetapi, hidup terhormat dan mulia itu tidak kita alami dengan menjadikan diri kita seolah pusat dunia ini. Keserakahan, hawa nafsu, kesombongan, keduniawian justru akan menghempaskan kita ke jurang kehinaan. Hanya dalam penyangkalan diri, kerendahan hati, kesalehan, ketaatan kepada firman Allah, kita menghayati kemuliaan Allah sejati yang bertambah-tambah jelas. Semua manusia adalah mahkota penciptaan yang dianugerahi kemuliaan Allah.
Renungkan: Hidup yang mulia adalah yang mencerminkan sifat-sifat mulia Allah. Kristus saja sanggup menciptakan kesanggupan hidup dalam kemuliaan Ilahi di dalam diri kita.
SH: Mzm 8:1-9 - Mulia untuk memuliakan Allah (Selasa, 8 Januari 2008) Mulia untuk memuliakan Allah
Mazmur pujian ini menfokuskan diri pada kemuliaan nama Yahweh (ayat
2, 10). Kemuliaan Yahweh nyata lewat karya-kary...
Mulia untuk memuliakan Allah
Mazmur pujian ini menfokuskan diri pada kemuliaan nama Yahweh (ayat 2, 10). Kemuliaan Yahweh nyata lewat karya-karya ciptaan-Nya yang begitu ajaib. Di dalam Perjanjian Lama, nama menyatakan karakter. Melalui mazmur 8, pemazmur hendak menegaskan bahwa Yahweh bukan hanya Allah Israel, tetapi Pencipta dan Pemilik seisi dunia dan bangsa-bangsa di dalamnya.
Kemuliaan Yahweh semakin nyata justru lewat karya-Nya yang mulia, yaitu manusia (ayat 5). Apa kemuliaan manusia? Manusia diciptakan sebagai gambar Allah (ayat 6a, "hampir sama seperti Allah"; band. Kej. 1:26). Manusia satu-satunya makhluk ciptaan di dunia ini yang dapat berkomunikasi dengan Allah sebagai satu pribadi kepada Sang Pribadi sempurna. Manusia dikaruniai potensi Ilahi untuk mengembangkan diri agar hidupnya dapat dipakai oleh Allah. Lebih daripada itu, manusia dilengkapi dengan otoritas Ilahi untuk mengelola dunia ini atas nama Allah (dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat; 6b). Itu sebabnya, segenap makhluk ciptaan lain di alam semesta ini tunduk pada penguasaan manusia (ayat 7-9).
Bagaimana kita memuliakan Allah? Pertama, lewat ibadah dan penyembahan, baik pribadi maupun bersama umat Tuhan. Nyatakan hormat dan sembah Anda lewat puji-pujian yang agung dan megah. Kedua, lewat menghargai sesama manusia sebagai gambar Allah, termasuk menghargai segala potensi Ilahi yang ada di dalam diri manusia tersebut. Dengan mengembangkan hidup ini menjadi berkat untuk sesama, kita sedang menyaksikan kemuliaan Allah lewat kemuliaan ciptaan-Nya. Ketiga, dengan berperan sebagai jurukunci yang baik bagi semua ciptaan Allah. Tugas kita adalah mengelola alam ini supaya menjadi wadah yang asri dan harmonis, seperti Taman Eden dulu. Mari bangkit dan bangun kembali lingkungan kita dengan memelihara kebersihannya, keseimbangan ekosistemnya, dan mengisinya dengan perilaku hidup yang mulia.
SH: Mzm 8:1-9 - Untuk kemuliaan Tuhan (Minggu, 20 Februari 2011) Untuk kemuliaan Tuhan
Apa sih hebatnya manusia? Saya kira pertanyaan ini akan membuat sebagian orang marah karena merasa disepelekan. Bukankah banyak...
Untuk kemuliaan Tuhan
Apa sih hebatnya manusia? Saya kira pertanyaan ini akan membuat sebagian orang marah karena merasa disepelekan. Bukankah banyak orang yang mengagungkan manusia karena memiliki potensi tidak terbatas dan mampu mengelola hidupnya secara otonom? Paling tidak itulah yang dikatakan banyak motivator di media massa. Di sisi lain, sebagian orang akan menjawab pertanyaan itu dengan merendahkan diri seraya mengakui bahwa klaim-klaim kehebatan manusia ternyata tidak berimbang dengan kejahatan manusia yang ada di mana-mana.
Mazmur 8 memfokuskan diri pada kemuliaan Tuhan (2, 10), yang telah menaruh manusia fana di tempat yang tinggi, hingga "hampir sama seperti Allah" dan bermahkotakan "kemuliaan dan hormat" (6). Tidak main-main, manusia memiliki otoritas Ilahi untuk mengelola seisi dunia ini (7-9). Itulah kemuliaan manusia. Mazmur 8 adalah respons "Soli Deo Gloria" terhadap penetapan Allah di permulaan penciptaan, yaitu menciptakan manusia menurut Allah atau sebagai gambar Allah (Kej. 1:26-28). Berarti saat manusia melihat diri sebagai makhluk mulia dengan kualitas Ilahi yang ada di dalam dirinya, ia sekaligus ingat bahwa kemuliaannya bersifat derivatif. Dia mewarisi kemuliaan Allah, merefleksikan kemuliaan Allah, dan menjadi saksi kemuliaan Allah kepada semua makhluk ciptaan.
Status mulia manusia sebagai gambar Allah memang sudah rusak karena dosa. Manusia tidak memuliakan Allah, sebaliknya menjadi batu sandungan buat orang lain mengenal Dia. Syukur kepada Allah, Kristus telah mati di salib menebus dosa manusia dan memulihkan gambar Allah dalam setiap orang yang percaya kepada-Nya. Kristus telah menjadi teladan gambar Allah sempurna (Kol. 1:15; Ibr. 1:3). Setiap kita yang sudah dipulihkan bisa melihat Kristus, meneladani-Nya, sehingga hidup kita kembali memuliakan Allah!
SH: Mzm 8:1-9 - Karya agung penciptaan (Minggu, 22 Februari 2015) Karya agung penciptaan
Banyak penafsir sekarang ini melihat Kejadian 1 bukan terutama sebagai catatan penciptaan secara kronologis, melainkan sebagai...
Karya agung penciptaan
Banyak penafsir sekarang ini melihat Kejadian 1 bukan terutama sebagai catatan penciptaan secara kronologis, melainkan sebagai ungkapan kekaguman akan karya penciptaan Allah. Setiap kali satu karya selesai diciptakan, selalu dikomentari sebagai "baik". Sedangkan pada mahakarya penciptaan manusia sebagai gambar Allah, komentarnya bahkan "sungguh amat baik".
Mazmur 8 menangkap dengan tepat gambaran keagungan penciptaan ini. Mazmur yang bersifat kiastik ini dimulai dan ditutup dengan pujian akan kemuliaan nama Allah (2, 10). Pujian akan kemuliaan Allah keluar dari mulut bayi, yang tidak bisa dibantah oleh semua musuh Allah (3). Ini bisa dipadankan dengan berbagai binatang ternak maupun liar, darat, laut, dan udara yang menggambarkan kebesaran Sang Pencipta (8-9).
Akan tetapi puncak penciptaan, mahakarya Allah justru terletak pada manusia ciptaan-Nya (4-7). Dilihat dari perspektif fisik, manusia tidak bisa dibandingkan dengan ciptaan Allah lainnya, seperti matahari, bulan dan bintang-bintang. Bahkan dengan banyak makhuk ciptaan lainnya pun, manusia tidak ada apa-apanya. Akan tetapi, kemuliaan Allah justru nampak dari otoritas dan kuasa yang Ia berikan kepada manusia sebagai gambar-Nya. Dengan otoritas itu, manusia bisa mengelola semua makhluk ciptaan lainnya, demi kemuliaan nama Allah, sang Pemilik dan Pencipta alam semesta ini.
Mamur 8 telah menunjukkan bahwa kemuliaan Allah terlihat nyata pada manusia. Hal ini selaras dengan hukum kedua dari Sepuluh Perintah Allah, yaitu larangan untuk membuat patung atau gambar makhluk apa pun untuk merepresentasikan Allah. Hanya manusia yang diciptakan dengan kapasitas sekaligus tujuan Ilahi untuk mewakili Allah di muka bumi ini. Apakah Anda sudah mewujudkan tujuan mulia itu?
SH: Mzm 8:1-9 - Hal Kecil Membungkam Hal Besar (Jumat, 6 April 2018) Hal Kecil Membungkam Hal Besar
Syair lagu "bagi Tuhan tak ada yang mustahil, bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin...." membawa kita kepada perenungan ...
Hal Kecil Membungkam Hal Besar
Syair lagu "bagi Tuhan tak ada yang mustahil, bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin...." membawa kita kepada perenungan betapa dahsyatnya Allah.
Dalam Mazmur ini, Daud menggambarkan betapa mulia dan agungnya Allah yang mengatasi langit dan bumi (2, 10)
Kita dapat melihat langit buatan Tuhan, bulan dan bintang-bintang yang ditempatkan-Nya di sana (4). Mungkin kita pernah keluar rumah pada malam hari saat bulan purnama. Apa yang kita lihat sangat luar biasa bukan? Cahaya bulan yang terang dihiasi bintang-bintang yang gemerlapan. Sesekali kita melihat awan yang bergerak ditiup angin. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Semegah apa pun itu, pasti jauh lebih megah Allah yang menciptakannya. Tidak ada yang layak disembah dan diagungkan kecuali Allah.
Jika berdiri di lapangan luas di bawah gunung tinggi, kita pasti terlihat sangat kecil. Manusia memang kecil karena diciptakan dari debu dan tanah. Tetapi, perlu diingat bahwa kita diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Nafas kehidupan yang diberikan Tuhan memampukan manusia melakukan karya yang hampir sama dengan Penciptanya. Manusia diangkat menjadi raja dan berkuasa atas segala ciptaan Tuhan lainnya. Manusia memang kecil, tetapi berkuasa atas dunia yang besar (5-9).
Tuhan sering kali memakai hal kecil untuk membungkam hal besar. Seperti yang di katakan Paulus, "Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? (1Kor. 1:20). Pemazmur mengatakan: "Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam" (3).
Mazmur ini mengingatkan kita untuk tidak mengabaikan hal kecil. Bukan pada batu besar orang tersandung, melainkan pada batu kecil. Jangan berkecil hati meski kecil. Jika "citra Allah" terpancar dalam hidup, maka kita akan membuat dunia tercengang. Jalanilah hidup ini sesuai kehendak Allah. [SG]
SH: Mzm 8:1-9 - Manusia Makhluk Mulia (Selasa, 8 Maret 2022) Manusia Makhluk Mulia
Mencermati ulah sebagian manusia zaman ini, mungkin sulit untuk mengatakan bahwa manusia adalah makhluk mulia. Bagaimana tidak,...
Manusia Makhluk Mulia
Mencermati ulah sebagian manusia zaman ini, mungkin sulit untuk mengatakan bahwa manusia adalah makhluk mulia. Bagaimana tidak, dalam situasi pandemi yang berat ini, masih ada saja orang-orang serakah yang terus mengambil keuntungan yang tidak masuk akal di atas penderitaan orang lain. Fakta ini merupakan sebuah pertanda kalau manusia kehilangan kemuliaannya.
Mazmur 8 mengungkapkan jati diri manusia sebagai makhluk mulia. Mengapa pemazmur bisa melihat kemuliaan manusia? Ternyata, status manusia sebagai makhluk mulia tidak bisa dilepaskan dari relasinya dengan Tuhan, Sang Pencipta. Bila manusia sampai mengabaikan relasi ini, kemuliaan dalam dirinya pun otomatis menghilang. Lugasnya, jati diri manusia tidak bisa terpisah dari hubungannya dengan Tuhan.
Begitulah pemazmur memahami manusia sebagai makhluk yang dimahkotai kemuliaan sekaligus hormat. Mahkota yang tentu merupakan anugerah dari Sang Pencipta. Hal ini mengingatkan kita pada narasi penciptaan bahwa manusia memang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:27).
Makin jelas bahwa untuk menjadi makhluk mulia, manusia tidak bisa lepas dari eksistensi Sang Pencipta. Di sinilah pentingnya kesadaran bahwa manusia adalah ciptaan yang selalu terhubung dengan Sang Pencipta. Kesadaran akan adanya keterhubungan ini menjadi tempat kemuliaan dan kehormatan manusia. Tanpa adanya hubungan relasional ini, manusia kehilangan kemuliaan sekaligus kehormatannya.
Bagaimana cara supaya manusia selalu terhubung dengan Sang Pencipta? Bagaimana supaya manusia tetap menjadi makhluk yang mulia dan terhormat? Tidak ada cara lain kecuali dengan beribadah dan berbakti kepada-Nya. Dengan cara inilah, manusia dapat menjamin keterhubungannya dengan Sang Pencipta. Di sinilah manusia bisa menyatakan pujian hormat dan kemuliaan kepada Tuhan. Melalui ibadah dan perenungan yang mendalam, manusia pada akhirnya juga akan dapat mencintai seluruh alam ciptaan Tuhan. [SZR]
SH: Mzm 8:1-9 - Siapakah Aku di Hadapan-Mu? (Kamis, 4 April 2024) Siapakah Aku di Hadapan-Mu?
Bagaimana kita menjawab: "Siapakah aku sesungguhnya?" sangat menentukan kehidupan kita. Banyak insan tersesat menjalani h...
Siapakah Aku di Hadapan-Mu?
Bagaimana kita menjawab: "Siapakah aku sesungguhnya?" sangat menentukan kehidupan kita. Banyak insan tersesat menjalani hidupnya karena ia tidak tahu identitasnya. Ada yang meletakkan identitasnya pada apa yang ia miliki, pandangan orang lain terhadap dirinya, atau pada kekuasaan yang dimilikinya. Padahal, semua itu tidak dapat mendefinisikan hakikat manusia sesungguhnya. Lantas siapakah manusia itu?
Mazmur 8 menjawab dengan tegas bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan. Jika dibandingkan dengan semesta, sesungguhnya manusia bukanlah siapa-siapa (4-5).
Karena itu, pemazmur memanggil umat untuk memuliakan Tuhan. Kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi (2). Bahkan, di tengah kekerdilan manusia dibandingkan dengan ciptaan lainnya, Tuhan berkenan untuk menjadikan manusia segambar dan serupa dengan-Nya (6). Dalam bahasa teologis, kondisi tersebut diistilahkan dengan imago dei. Oleh karena itulah, manusia diberi kuasa untuk memelihara dan mengelola alam ini secara bijaksana (7-9).
Sungguh menarik untuk melihat cara pemazmur menjawab perenungan akan identitas diri. Melalui mazmur ini, kita diajar bahwa pertanyaaan tentang "siapakah kita?" tak bisa lepas dari pertanyaan: "siapakah kita di hadapan Tuhan?" Kita adalah ciptaan yang begitu kecil jika dibandingkan dengan semesta, tetapi Ia berkenan untuk menciptakan kita segambar dan serupa dengan-Nya serta mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya.
Fakta ini seharusnya membuat kita menjadi pribadi yang rendah hati. Jati diri kita hanya ditentukan pada apa yang Tuhan katakan tentang kita dan bagaimana kita melaksanakan tugas perutusan-Nya di dunia ciptaan-Nya ini.
Maka, janganlah risau apabila identitas kita tidak sesuai dengan definisi dunia ini. Apalah artinya identitas menurut standar dan ukuran dunia, jika ternyata kita tidak menyadari identitas kita sebagai ciptaan dan anak-anak Tuhan. Sadarilah siapa diri kita di hadapan Tuhan, lalu jalanilah hidup sesuai dengan identitas yang Tuhan berikan itu. [WDN]
Utley -> Mzm 8:3-8
Utley: Mzm 8:3-8 - --NASKAH NASB (UPDATED): Mazm 8:3-83(8-4)Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: 4(8-5)apakah manusia, ...
NASKAH NASB (UPDATED): Mazm 8:3-8
3(8-4)Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: 4(8-5)apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? 5(8-6)Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. 6(8-7)Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: 7(8-8)kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; 8(8-9)burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan.
Mazm 8:3 Ayat ini mengungkapkan kekaguman manusia saat mereka melihat langit malam. Bagi banyak orang di Timur Dekat Kuno itu adalah sumber takhayul dan ketakutan. Tapi bagi orang Israel itu adalah kanvas dari YHWH (lih. Kej 1:14-19).
KATA KERJA "ditempatkan=ditahbiskan" ini (BDB 465, KB 464, Polel PERFECT) juga digunakan untuk ciptaan Tuhan di Mazm 24:2; 119:90. Ayat berikutnya berfokus pada penciptaan manusia oleh Allah (lih. Ul 32:6). Ciptaan, ciptaan yang indah ini, memiliki suatu tujuan – panggung bagi Allah dan umat manusia untuk bersekutu (lihat catatan lengkap di Mazm 2:8). Semua yang di dalam Alkitab antara Kej 3 dan Wahy 20 adalah Allah yang memulihkan persekutuan yang hilang di Eden. Tidaklah secara kebetulan bahwa Kej 1; 2 berparalel dengan Wahy 21; 22!
□ "buatan jari-Mu" Ini adalah bahasa antropomorfis. Lihat Topik Khusus pada Mazm 2:4-6.
Saya sarankan untuk membaca John H. Walton, Pemikiran timur Dekat Kuno dan PL, pasal Mazm 7, "Geografi Kosmik," hal 165-178, sebagai suatu cara untuk mengarahkan pembaca modern kepada pandangan dunia dari Timur Dekat Kuno, yang begitu berbeda dari pandangan kita sendiri.
Penyembahan matahari dan bulan adalah umum di Timur Dekat Kuno. Kej 1 adalah suatu polemik melawan penyembahan astral Babilonia, sebagaimana tulah Mesir adalah sebuah polemik melawan dewa-dewa alam Mesir.
Allah menciptakan benda-benda langit (lih. Kej 1:14-19) dan mengendalikan mereka.
Mazm 8:4 Perhatikan paralelisme yang bersinonim antara puisi dua baris ini dan terutama "manusia" (BDB 60, enosh, lih. Mazm 9:20, perhatikan juga Mazm 103:14.) dan "anak manusia" (BDB 119 CONSTRUCT BDB 9, "anak manusia," "ben Adam," lih. Mazm 144:3).
Istilah yang pertama, enosh, memiliki dua arti.
- 1. BDB 60 I - lemah, sakit, rapuh (dari KATA KERJA Ibrani, Niphal, 2Sam 12:15; Qal PASIF, Yes 17:11; Yer 15:18; 17:9)
- 2. BDB 60 II - umat manusia, seperti yang digunakan di sini tanpa konotasi lemah, justru sebaliknya Istilah/frase kedua, "anak manusia," adalah ungkapan Ibrani untuk pribadi seorang manusia (yaitu, Mazm 146:3; Yeh 2:1). YHWH memberikan perhatian khusus kepada ciptaan-Nya yang tertinggi, yang dibuat menurut gambar- Nya (lih. Kej 1:26-27), untuk persekutuan (lih. Kej 3:8). Manusia adalah makhluk yang signifikan, yang secara unik berhubungan dengan Tuhan. Kita adalah bagian dari ciptaan ini, namun lebih dari sekedar fisik! Setelah diciptakan, kita kekal, makhluk rohani.
Manusia berada di tatanan rohani yang lebih tinggi dari para malaikat. Saya tahu ini kedengarannya konyol, tetapi coba pikirkan bersama saya.
- 1. tidak ada malaikat yang pernah dikatakan diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (lih. Kej 1:26-27)
- 2. Yesus tidak mati untuk menebus malaikat (lih. Ibr 2:14-16)
- 3. Orang percaya akan menghakimi para malaikat (lih. 1Kor 6:3)
- 4. malaikat harus melayani umat manusia (lih. Ibr 1:14)
Dalam mitos penciptaan Sumeria dan kemudian Babel, manusia sangat gaduh, mengganggu, dan bisa dibuang (lihat intro. Catatan pada Kej 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; 10; 11), tetapi dalam Alkitab itu justru sebaliknya. Mereka adalah fokus dari kegiatan kreatif YHWH.
- NASB "memikirkannya."
- NKJV, NRSV."
- JPSOA, REB."
- LXX "mengingatnya."
- TEV "menganggap mereka."
- NJB "meluangkan pikiran bagi mereka.
KATA KERJA ini (BDB 269, KB 269, Qal IMPERFECT) berarti "ingat," dalam arti "memikirkan dengan baik" (lih. Mazm 9:12; 78:39; 98:3; 103:14; 105:8,42; 106:45; 111:5; 115:12; 136:23). Biasanya dalam Alkitab, Allah dipanggil untuk "melupakan" dosa manusia dan manusia dipanggil untuk "mengingat" Tuhan, tapi di sini pemazmur sangatlah terpesona dengan luas dan indahnya penciptaan dan pemikiran bahwa Sang Penciptanya mempunyai waktu dan perhatian untuk satu makhluk ciptaan khusus di planet yang satu ini! Tapi, ini adalah pertanyaan intelektual / teologis, bukan (yaitu, naturalisme vs pencipta tujuan)?
Mazm 8:5 The martabat dan nilai manusia jelas terlihat dalam ayat ini. Kita "dibuat" adalah sebuah KATA KERJA (BDB 341, KB 338, Piel IMPERFECT, lih. Pengkh 4:8) yang berarti "menyebabkan kekurangan" atau "membuatnya lebih rendah" hanya terhadap Tuhan sendiri (Elohim). LXX menafsirkan hal ini sebagai "para malaikat" (lih. Ibr 2:7), tetapi konteks dari Mazm 8 menuntut "Allah" karena mazmur ini mencerminkan ciptaan Tuhan dalam Kitab Kejadian. Meskipun ada kemungkinan bahwa JAMAK "kita" dalam Kej 1:26; 3:22; 11:7, mencerminkan dewan surgawi Allah (bdk. 1Raj 22:19-23; Ayub 1:6; 2:1; Mazm 82:1,6; 86:8; 89:6,8; Dan 7:10), dan dengan demikian, menunjuk pada malaikat yang dalam kepemimpinan (lih. Kej 3:5). Namun demikian, saya berpikir secara kontekstual "Allah" adalah yang terbaik.
Perhatikan bahwa enosh / ben Adam dimahkotai dengan
- 1. kemuliaan - BDB 458
- 2. keagungan - BDB 214
Umat manusia adalah ciptaan tertinggi Allah. Mereka diciptakan untuk bersekutu dengan Allah. Mereka berfungsi sebagai pengawas-Nya terhadap bumi (lih. Kej 1:28). Semua ciptaan fisik adalah panggung bagi Allah dan umat manusia untuk bertemu dan saling mengenal satu sama lain (lih. Kej 3:8).
Mazm 8:6-8 Sebagaimana Mazm 8:3 secara pasti memiliki orientasi Kej 1, demikian juga, ayat Mazm 8:6 (lih. Kej 1:28). Manusia adalah penatalayan Allah di taman (dan implikasinya, semua ciptaan). Manusia memerintah (BDB 605, KB 647, Hiphil IMPERFECT), menundukkan (BDB 461, KB 460, Qal IMPERATIVE, lih. Kej 1:28), dan menguasai (BDB 921, KB 1190, Qal IMPERATIVE, lih. Kej 1:28) hanya dalam hubungan mereka dengan Tuhan! Kita adalah penatalayan!
Mazm 8:6 "buatan tangan-Mu" Hal ini menunjuk pada Kej 1 (lih. Ayub 14:15; Mazm 92:4; 138:8; 143:5), seperti "buatan jari-Mu" di ay. Mazm 8:3 (lih. Mazm 102:25). Menariklah bahwa dalam Kej 1 kegiatan kreatif Allah dilakukan melalui kata yang diucapkan. Hanya manusialah yang dibuat / dibentuk dengan perhatian pribadi dalam Kej 2:7. Lihat Topik Khusus: Allah Digambarkan sebagai Manusia (antropomorfisme) di Mazm 2:4-6.
Mazm 8:7 Urutan penciptaan makhluk ini sejajar dengan Kej 1. Mazmur ini (sebagaimana Mazm 104) harus dibaca dalam terang Kej 1! Jika Kej 1; 2 berada di Mazmur, kita tidak akan memperdebatkan genre atau kesastraannya!
Topik Teologia -> Mzm 8:7
Topik Teologia: Mzm 8:7 - -- Allah yang Berpribadi
Allah Dikenal Melalui Tata Tertib Alam
Maz 8:2-10 Maz 19:2-7 Yes 40:25-26
Allah Aktif dalam K...
- Allah yang Berpribadi
- Allah Dikenal Melalui Tata Tertib Alam
- Allah Aktif dalam Kehidupan Manusia
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Urutan Penciptaan Allah
- Urutan Ciptaan
- Penciptaan Umat Manusia
- Umat Manusia adalah Pekerjaan Allah yang Khusus
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Tempat Umat Manusia Pada Urutan Penciptaan
- Manusia Dalam Relasinya dengan Makhluk Ciptaan Lain
- Manusia adalah Superior Terhadap Binatang
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Alam
- Mengenal Umat Manusia dalam Persekutuannya dengan Alam
- Umat Manusia Adalah Pelayan Alam
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Mazmur (Pendahuluan Kitab) Penulis : Daud dan orang lain
Tema : Doa dan Pujian
Tanggal Penulisan: Sebagian besar abad ke-10 hingga ke-5 SM.
Latar Belakang...
Penulis : Daud dan orang lain
Tema : Doa dan Pujian
Tanggal Penulisan: Sebagian besar abad ke-10 hingga ke-5 SM.
Latar Belakang
Judul Ibrani untuk kitab Mazmur adalah _tehillim_, yang berarti "puji-pujian"; judul dalam Septuaginta (PL dalam bahasa Yunani, dikerjakan sekitar 200 SM) ialah _psalmoi_, yang berarti "nyanyian yang diiringi alat musik gesek atau petik".
Musik memainkan peranan penting dalam ibadah Israel (1Taw 15:16-22; bd.Mazm 149:1--150:6); mazmur-mazmur menjadi nyanyian pujian Israel. Berbeda dengan sebagian besar syair dan nyanyian di dunia Barat yang ditulis dengan sajak dan irama, syair dan nyanyian PL didasarkan pada kesejajaran pemikiran di mana baris(-baris) kedua (atau yang berikutnya) pada hakikatnya menyatakan ulang (kesejajaran sinonim), memperlihatkan kontras (kesejajaran antitetikal), atau secara progresif melengkapi baris yang pertama (kesejajaran sintetik). Ketiga bentuk kesejajaran ini dipakai dalam Mazmur. Mazmur terdini yang diketahui digubah oleh Musa pada abad ke-15 SM (Mazm 90:1-17); sedangkan yang paling akhir adalah dari abad ke-6 sampai ke-5 SM (mis. Mazm 137:1-9). Akan tetapi, sebagian besar dari mazmur ditulis pada abad ke-10 SM semasa zaman keemasan puisi Israel.
Judul-judul atau kalimat pembukaan pada permulaan sebagian besar mazmur (dalam Alkitab Indonesia menjadi bagian dari mazmur), sekalipun bukan bagian asli dan terilham dari mazmur, sudah berusia tua (sebelum Septuaginta) dan penting. Isi dari kalimat pembukaan itu berbeda-beda, meliputi kategori seperti
- (1) nama penulis (mis. Mazm 47:1-10, "Dari bani Korah"),
- (2) bentuk mazmur (mis. Mazm 32:1-11, "nyanyian pengajaran" [bah. Inggris "maskil"] syair hasil renungan atau bertujuan mengajar),
- (3) istilah-istilah musik (mis. Mazm 4:1-9, "Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi"),
- (4) catatan liturgis (mis. Mazm 45:1-18, "Nyanyian kasih" [versi Inggris NIV -- nyanyian pernikahan]), dan
- (5) catatan sejarah singkat (mis. Mazm 3:1-9, "Mazmur Daud ketika ia lari dari Absalom, anaknya").
Mengenai penulis mazmur-mazmur ini, kalimat pembukaan menyebutkan Daud selaku penggubah 73 mazmur, Asaf 12 (seorang Lewi yang berkarunia musik dan nubuat, lih. 1Taw 15:16-19; 2Taw 29:30), bani Korah 10 (keluarga dengan karunia musik), Salomo 2, dan masing-masing satu oleh Heman, Etan, dan Musa. Kecuali Musa, Daud, dan Salomo, semua penggubah lainnya adalah imam atau orang Lewi dengan karunia musik dan tanggung jawab dalam ibadah kudus pada masa pemerintahan Daud. Lima puluh mazmur tidak diketahui penggubahnya. Acuan-acuan alkitabiah dan sejarah memberi kesan bahwa Daud (bd. 1Taw 15:16-22), Hizkia (Ams 25:1; bd. 2Taw 29:25-30), dan Ezra (bd. Neh 10:39; Neh 11:22; Neh 12:27-36,45-47) terlibat pada waktu yang berlainan dalam memilih mazmur-mazmur untuk dipakai bersama di Yerusalem. Penyusunan kitab ini yang terakhir mungkin dilakukan pada masa Ezra dan Nehemia (450-400 SM).
Tujuan
Kitab Mazmur, sebagai doa dan pujian yang diilhamkan Roh, ditulis, secara umum, untuk mengungkapkan perasaan mendalam hati sanubari manusia dalam hubungan dengan Allah.
- (1) Banyak yang ditulis sebagai doa kepada Allah, mengungkapkan
- (a) kepercayaan, kasih, penyembahan, ucapan syukur, pujian, dan kerinduan akan persekutuan erat;
- (b) kekecewaan, kesesakan mendalam, ketakutan, kekhawatiran, penghinaan dan seruan untuk pembebasan, kesembuhan, atau pembenaran.
- (2) Yang lain ditulis sebagai nyanyian yang mengungkapkan pujian, ucapan syukur, dan pemujaan kepada Allah dan hal-hal besar yang telah dilakukan-Nya.
- (3) Beberapa mazmur berisi bagian-bagian penting berhubungan dengan Mesias.
Survai
Selaku suatu kumpulan dari 150 mazmur, kitab ini meliput bermacam-macam pokok, termasuk penyataan tentang Allah, ciptaan, umat manusia, keselamatan, dosa dan kejahatan, keadilan dan kebenaran, penyembahan dan pujian, doa dan hukuman. Allah dipandang dengan beraneka ragam cara: sebuah benteng perlindungan, batu karang, perisai, gembala, tentara, pencipta, penguasa, hakim penebus, pemelihara, penyembuh, dan penuntut balas; Ia mengungkapkan kasih, kemarahan, dan belas kasihan, dan Ia ada di mana-mana, mengetahui segala sesuatu dan mahakuasa. Umat Allah juga dilukiskan dengan aneka cara: biji mata, domba, orang kudus, orang jujur dan benar yang diangkat-Nya dari sumur berlumpur, menempatkan kakinya pada batu karang, dan menaruh nyanyian baru di dalam mulut mereka. Allah mengarahkan langkah-langkah mereka, memuaskan kerinduan rohani mereka, mengampuni semua dosa mereka, menyembuhkan segala penyakit mereka dan menyediakan tempat tinggal kekal bagi mereka.
Salah satu cara yang bermanfaat untuk meninjau kitab ini ialah dengan berbagai kategori umum yang dipakai untuk menggolongkan mazmur-mazmur ini (dengan agak bertumpang-tindih).
- (1) _Nyanyian Haleluya atau pujian_ : mazmur-mazmur ini membesarkan nama, kemegahan, kebaikan, kebesaran, dan keselamatan Allah (mis. Mazm 8:1-9; Mazm 21:1-13; Mazm 33:1--34:22; Mazm 103:1--106:48; Mazm 111:1--113:9; Mazm 115:1--117:2; Mazm 135:1-21; Mazm 145:1--150:6).
- (2) _Nyanyian Ucapan Syukur_ : Mazmur-mazmur ini mengakui pertolongan Allah dalam menyelamatkan dan membebaskan seseorang atau Israel selaku bangsa (mis. Mazm 18:1-50; Mazm 30:1-12; Mazm 34:1-22; Mazm 41:1-13; Mazm 66:1-20; Mazm 92:1-15; Mazm 100:1-5; Mazm 106:1-48; Mazm 116:1-19; Mazm 118:1-29; Mazm 124:1-8; Mazm 126:1-6; Mazm 136:1-26; Mazm 138:1-8).
- (3) _Mazmur Doa dan Permohonan_ : Tercakup mazmur-mazmur ratapan dan permohonan kepada Allah, kerinduan akan Allah, dan syafaat bagi umat Allah (mis. Mazm 3:1--6:10; Mazm 13:1-6; Mazm 43:1-5; Mazm 54:1-7; Mazm 67:1-7; Mazm 69:1--70:5; Mazm 79:1--80:19; Mazm 85:1--86:17; Mazm 88:1-52; Mazm 90:1-17; Mazm 102:1-28; Mazm 141:1--143:12).
- (4) _Mazmur Pengakuan Dosa_ : Berfokus pada pengakuan dosa (mis. Mazm 32:1-11; Mazm 38:1-22; Mazm 51:1-19; Mazm 130:1-8).
- (5) _Nanyian Sejarah Kudus_ : Mengisahkan kembali urusan Allah dengan Israel sebagai bangsa (mis. Mazm 78:1-72; Mazm 105:1--106:48; Mazm 108:1-13; Mazm 114:1-8; Mazm 126:1-6; Mazm 137:1-9).
- (6) _Mazmur Pemahkotaan Tuhan_ : Mazmur-mazmur ini dengan tegas menyatakan bahwa "Tuhan adalah Raja" (mis. Mazm 24:1-10; Mazm 47:1-9; Mazm 93:1-5; Mazm 96:1--99:1-99:9).
- (7) _Nyanyian Liturgis_ : Mazmur-mazmur ini digubah untuk perayaan atau kebaktian khusus (mis. Mazm 15:1-5; Mazm 24:1-10; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1-35; Mazm 113:1--118:29; keenam mazmur terakhir ini dipergunakan dalam perayaan Paskah setiap tahun).
- (8) _Mazmur Kepercayaan dan Pengabdian_ : Mazmur-mazmur ini mengungkapkan:
- (a) kepercayaan seseorang akan integritas Allah dan pertolongan kehadiran-Nya, dan
- (b) pengabdian hati kepada Allah (mis. Mazm 11:1-8; Mazm 16:1-11; Mazm 23:1-6; Mazm 27:1-14; Mazm 31:1--32:11; Mazm 40:1-17; Mazm 46:1-11; Mazm 56:1-13; Mazm 62:1--63:11; Mazm 91:1-16; Mazm 119:1-176; Mazm 130:1--131:3; Mazm 139:1-24).
- (9) _Nyanyian Ziarah_ : Juga disebut "Nyanyian-nyanyian Zion" atau "Nyanyian-nyanyian Pendakian" yang dinyanyikan oleh para peziarah sepanjang perjalanan mereka ke Yerusalem untuk perayaan Paskah, Pentakosta, atau Pondok Daun setiap tahun (mis. Mazm 43:1-5; Mazm 46:1-11; Mazm 48:1-14; Mazm 76:1-12; Mazm 84:1-12; Mazm 87:1-7; Mazm 120:1--134:3).
- (10) _Nyanyian Penciptaan_ : Mazmur-mazmur ini mengakui hasil perbuatan Allah di sorga dan di bumi (mis. Mazm 8:1-9; Mazm 19:1-14; Mazm 29:1-11; Mazm 33:1-22; Mazm 65:1-13; Mazm 104:1-35).
- (11) _Mazmur-mazmur Hikmat dan Pendidikan_ : Mazmur-mazmur ini merenungkan cara-cara Allah dan mendidik kita mengenai kebenaran (mis. Mazm 1:1-6; Mazm 34:1-22; Mazm 37:1-40; Mazm 73:1-28; Mazm 112:1-8; Mazm 119:1-176; Mazm 133:1-3).
- (12) _Mazmur Kerajaan atau Mesias_ : Mazmur-mazmur ini melukiskan beberapa pengalaman Raja Daud atau Raja Salomo yang mempunyai makna nubuat dan yang akhirnya digenapi dalam kedatangan Mesias, Yesus Kristus (mis. Mazm 2:1-12; Mazm 8:1-9; Mazm 16:1-11; Mazm 22:1-31; Mazm 40:1--41:13; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1--69:36; Mazm 72:1-20; Mazm 89:1-52; Mazm 102:1-28; Mazm 110:1-7; Mazm 118:1-29).
- (13) _Mazmur Bernada Kutukan_ : Mazmur-mazmur ini mengundang kutukan atau hukuman Allah atas orang fasik (mis. Mazm 7:1-17; Mazm 35:1-28; Mazm 55:1-23; Mazm 58:1-11; Mazm 59:1-17; Mazm 69:1-36; Mazm 109:1-31; Mazm 137:1-9; Mazm 139:19-22). Karena banyak orang Kristen bingung oleh mazmur-mazmur ini, perlu diperhatikan bahwa mazmur kutukan ini digubah selaku ungkapan semangat demi nama Allah, keadilan, dan kebenaran-Nya, dan dari kebencian kuat terhadap kejahatan dan bukan karena perasaan dendam yang picik. Pada hakikatnya mazmur-mazmur ini berseru kepada Allah agar meninggikan orang benar dan merendahkan orang fasik.
Ciri-ciri Khas
Sembilan ciri utama menandai kitab Mazmur ini.
- (1) Merupakan kitab terpanjang dalam Alkitab dan berisi pasal yang terpanjang (Mazm 119:1-176), yang terpendek (Mazm 117:1-2) dan ayat tengah (Mazm 118:8).
- (2) Sebagai kitab nyanyian dan ibadah Ibrani, kerohaniannya yang dalam dan luas itu menjadikan kitab ini bagian PL yang paling digemari dan dibaca oleh orang percaya.
- (3) "_Haleluya_" (pujilah Tuhan), istilah Ibrani yang diakui secara universal di kalangan orang percaya, dipakai 28 kali dalam Alkitab, 24 di antaranya dalam kitab ini. Di dalam Mazm 150 pujian kepada Tuhan mencapai puncaknya dan menyampaikan pujian yang utuh dan sempurna kepada Tuhan.
- (4) Tidak ada kitab lain di Alkitab yang demikian terang-terangan mengungkapkan perasaan dan kebutuhan manusia dalam hubungan dengan Allah dan kehidupan ini. Nyanyian pujian dan pengabdian mengalir dari gunung-gunung tertinggi, dan seruan-seruan keputusasaannya timbul dari lembah-lembah terdalam.
- (5) Sekitar separuh mazmur mencakup doa iman di tengah kesengsaraan.
- (6) Inilah kitab yang paling banyak dikutip di PB.
- (7) Berisi banyak "pasal kesayangan" seperti pasal Mazm 1:1-6; Mazm 23:1-6; Mazm 24:1-10; Mazm 34:1-22; Mazm 37:1-40; Mazm 84:1-12; Mazm 91:1-16; Mazm 103:1-22; Mazm 119:1-176; Mazm 121:1-8; Mazm 139:1-24; dan Mazm 150:1-6.
- (8) Mazmur 119 (Mazm 119:1-176) adalah unik dalam Alkitab karena
- (a) panjangnya (176 ayat),
- (b) kasihnya yang agung kepada Firman Allah, dan
- (c) susunan sastranya yang mencakup 22 stanza dengan masing-masing delapan ayat, dan setiap stanza mengawali setiap ayatnya dengan huruf yang sama, juga setiap stanza memakai huruf yang berturut-turut dari abjad Ibrani sebagai bantuan untuk mengingat (yaitu, suatu akrostik).
- (9) Ciri sastranya yang paling menonjol adalah gaya syair yang disebut paralelisme, mencakup irama pemikiran dan bukan irama sajak atau matra; ciri khas ini menjadikan beritanya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa yang lain tanpa terlalu banyak kesulitan.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Ada 186 kutipan dari kitab Mazmur dalam PB, jauh lebih banyak daripada kitab PL lainnya. Jelaslah bahwa mazmur-mazmur begitu meresap dalam hati Yesus dan penulis kitab PB lainnya dan bahwa Roh Kudus sering memakai mazmur di dalam ajaran Yesus dan ayat-ayat lain di mana Yesus menggenapi Alkitab selaku Mesias yang dinubuatkan. Misalnya, Mazm 110:1-7 yang singkat (7 ayat) dikutip lebih banyak dalam PB daripada pasal PL lainnya; mazmur ini berisi nubuat tentang Yesus sebagai Mesias, sebagai Anak Allah dan sebagai imam abadi menurut peraturan Melkisedek. Mazmur Mesias lainnya yang dikenakan kepada Yesus dalam PB adalah:Mazm 2:1-12; Mazm 8:1-9; Mazm 16:1-11; Mazm 22:1-31; Mazm 40:1-17; Mazm 41:1-13; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1-35; Mazm 69:1-36; Mazm 89:1-52; Mazm 102:1-28; Mazm 109:1-31; dan Mazm 118:1-29. Mazmur ini dikenakan kepada
- (1) Yesus selaku nabi, imam, dan raja;
- (2) kedua kedatangan-Nya;
- (3) kedudukan sebagai Anak dan sifat-Nya;
- (4) penderitaan dan kematian-Nya yang mendamaikan; dan
- (5) kebangkitan-Nya. Ringkasnya, Mazmur termasuk kitab PL dengan nubuat paling terinci tentang Kristus dan tertanam sangat dalam di seluruh amanat para penulis PB.
Full Life: Mazmur (Garis Besar) Garis Besar
I. Kitab 1 !!: Mazmur 1-41
(Mazm 1:1-41:13)
II. Kitab 2 !!:...
I. Kitab 1 !!: Mazmur 1-41
(Mazm 1:1-41:13)
II. Kitab 2 !!: Mazmur 42-72
(Mazm 42:1-72:19)
III. Kitab 3 !!: Mazmur 73-89
(Mazm 73:1-89:52)
IV. Kitab 4 !!: Mazmur 90-106
(Mazm 90:1-106:48)
V. Kitab 5 !!: Mazmur 107-150
(Mazm 107:1-150:1-6)
Matthew Henry: Mazmur (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang terbuka salah satu bagian yang paling disukai dan juga paling unggul dari semua bagian Perjanjian Lama. Bahkan, karena beg...
- Di hadapan kita sekarang terbuka salah satu bagian yang paling disukai dan juga paling unggul dari semua bagian Perjanjian Lama. Bahkan, karena begitu banyaknya terdapat hal-hal mengenai Kristus dan Injil-Nya, dan juga tentang Allah dan hukum-Nya di dalamnya, sehingga kitab ini disebut sebagai intisari atau ringkasan dari kedua Perjanjian. Sejarah Israel yang banyak tersedia bagi kita, memungkinkan kita untuk mengikuti dan mempelajarinya, dan di sana disajikan dan diajarkan kepada kita pengetahuan tentang Allah. Kitab Ayub membawa kita memasuki proses belajar mengajar, serta memberikan kita berbagai pemikiran dan debat berguna tentang Allah dan pemeliharaan-Nya. Tetapi, kitab ini membawa kita masuk ke dalam ruang mahakudus, menjauhkan kita dari pergaulan sehari-hari dengan sesama, dengan para politisi, ahli filsafat, atau para pembantah dunia ini, dan mengarahkan kita memasuki persekutuan dengan Allah, dengan menghibur jiwa kita dan membawanya beristirahat di dalam Dia, dengan mengangkat dan membuat hati kita berserah kepada-Nya. Dengan demikian kita dapat berada di atas gunung bersama Allah. Dan kalau sudah begini, kita sungguh tidak tahu apa yang menjadi keuntungan kita bila kita tidak berkata, “Betapa bahagianya berada di tempat ini.” Mari kita selidiki:
- I. Judul kitab ini.
- 1. Kitab ini disebut Mazmur. Judul ini yang dirujuk di dalam Lukas 24:44. Orang Ibrani menyebutnya Tehillim, yang dengan tepat menunjukkan Mazmur-mazmur Pujian, karena banyak di mazmur di dalam kitab tersebut yang bercorak seperti itu. Namun, Mazmur merupakan sebuah kata yang lebih umum maknanya, yang berarti semua gubahan apa saja yang punya susunan tertentu yang cocok untuk dinyanyikan, dan isinya bisa bersifat sejarah, pengajaran, permohonan, maupun puji-pujian. Meskipun bernyanyi itu selayaknya menyuarakan rasa sukacita, namun tujuan nyanyian lebih luas maksudnya. Nyanyian itu membantu kita untuk mengingat sesuatu, dan untuk mengungkapkan maupun menggairahkan semua perasaan lain seperti halnya perasaan sukacita ini. Imam-imam memiliki nyanyian ratapan maupun sukacita. Dengan demikian, menyanyikan mazmur sudah merupakan ibadah bagi kita dan maksudnya yang luas, karena kita bukan hanya diarahkan untuk memuji Allah, tetapi juga untuk mengajar dan menegur seorang akan yang lain di dalam mazmur, dan puji-pujian, dan nyanyian rohani (Kol. 3:16).
- 2. Kitab ini disebut Kitab Mazmur. Begitulah yang disebut oleh Petrus dalam Kisah Para Rasul 1:20. Kitab ini merupakan kumpulan mazmur-mazmur, yaitu semua mazmur yang diilhamkan secara ilahi. Meskipun mazmur-mazmur ini digubah dalam berbagai masa dan berbagai kesempatan, semuanya dikumpulkan bersama-sama di dalam kitab ini tanpa rujukan atau ketergantungan satu sama lain. Dengan demikian semua mazmur ini terpelihara dari kemungkinan tercecer atau hilang, dan siap digunakan bagi kebaktian jemaat. Lihatlah, betapa baiknya Tuan yang kita layani, betapa menyenangkannya jalan-jalan hikmat yang disediakan-Nya, sehingga saat kita diperintahkan untuk bernyanyi, yang cukup membuat kita menjadi sibuk, mulut kita pun dipenuhi-Nya dengan kata-kata dan tangan kita disediakan dengan nyanyian-nyanyian.
- II. Penulis kitab ini. Tidak diragukan lagi bahwa pada mulanya semua mazmur ini berasal dari Roh yang mulia. Mazmur adalah nyanyian rohani, firman yang diajarkan oleh Roh Kudus. Penulis sebagian besar mazmur ini adalah Daud, anak Isai, yang karena itu ia diberi gelar sebagai pemazmur yang disenangi di Israel (2Sam. 23:1). Beberapa mazmur yang tidak mencantumkan namanya di dalam judul, dengan jelas dianggap berasal dari dia di tempat lain dalam Alkitab, seperti Mazmur 2 (Kis. 4:25), Mazmur 96 dan 105 (1Taw. 16). Satu mazmur dinyatakan dengan jelas sebagai doa Musa (Mzm. 90). Beberapa mazmur diisyaratkan ditulis oleh Asaf (2Taw. 29:30), di mana dikatakan bahwa orang-orang Lewi menyanyikan puji-pujian untuk Tuhan dengan kata-kata Daud dan Asaf. Di situ dikatakan bahwa Asaf adalah seorang pelihat atau nabi. Beberapa mazmur tampaknya ditulis kemudian pada masa yang jauh setelah itu, misalnya Mazmur 137, yang ditulis ketika masa pembuangan di Babel. Namun, dapat dipastikan bahwa sebagian besar mazmur ditulis oleh Daud sendiri, yang sangat mahir dalam hal puisi dan musik. Daud memang ditetapkan, memenuhi syarat, dan digerakkan untuk menegakkan ibadah bermazmur di dalam jemaat Allah, seperti halnya Musa dan Harun di zaman mereka, yang menegakkan ibadah korban. Ibadah yang ditegakkan oleh Musa dan Harun sudah digantikan, tetapi yang ditegakkan Daud tetap ada, dan akan tetap ada sampai akhir zaman, ketika ditelan oleh nyanyian-nyanyian kekekalan. Di sini Daud menjadi gambaran dari Kristus, yang adalah keturunannya, bukan keturunan Musa, karena Ia datang untuk mengambil alih korban sembelihan (keluarga Musa segera hilang dan punah setelah itu), selain juga untuk menegakkan dan mengabadikan sukacita dan pujian. Sebab keturunan Daud di dalam Kristus tidak akan pernah berakhir.
- III. Tujuan kitab ini. Maksud dan tujuannya jelas.
- 1. Untuk membantu apa yang telah dipraktikkan dalam agama alamiah dan untuk menyalakan perasaan saleh dalam jiwa manusia yang harus kita baktikan kepada Allah sebagai pencipta, pemilik, pengatur, dan pelindung kita. Kitab Ayub membantu membuktikan dasar-dasar mengenai kesempurnaan dan penyelenggaraan ilahi. Namun, kitab ini membantu kita untuk mengungkapkan dan membuktikan kepercayaan kita akan dasar-dasar yang kita yakini itu di dalam doa dan pujian, dalam pengakuan akan hasrat hati kita akan Dia, ketergantungan kita kepada-Nya, serta seluruh ibadah dan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Di dalam bagian lain dalam Kitab Suci ditunjukkan bahwa Allah itu tak terbatas mengatasi manusia dan bahwa Dia itu Tuhan yang berdaulat di atas segalanya. Namun demikian, Kitab Mazmur ini menunjukkan kepada kita bahwa kita yang seperti binatang menjalar di bumi ini boleh bergaul dengan Dia. Selain itu, kalau bukan karena salah kita sendiri, ada banyak cara di mana kita bisa tetap bersekutu dengan Dia dalam rupa-rupa keadaan hidup kita sebagai manusia.
- 2. Untuk mempromosikan dan memajukan keunggulan agama wahyu, dan dengan cara yang paling menyenangkan menganjurkannya kepada dunia. Sedikit saja, atau tidak ada hukum seremonial (yang hanya bersifat upacara saja) yang muncul di seluruh Kitab Mazmur. Meskipun korban sembelihan dan korban sajian tetap berlanjut selama berabad-abad, namun di sini kedua hal itu digambarkan sebagai hal yang tidak berkenan kepada Allah (Mzm. 40:7; 51:19), sebagai hal yang kurang bermakna, yang pada saatnya nanti akan lenyap. Namun, firman dan hukum Allah, khususnya bagian-bagian yang berbicara tentang akhlak dan kewajiban yang kekal, ada tertulis di sini untuk diagungkan dan dihormati, lebih daripada yang tertulis di mana pun juga. Dan Kristus yang menjadi puncak dan pusat agama wahyu, yang menjadi dasar, batu penjuru, dan batu utama dari bangunan yang dimuliakan itu, dibicarakan dengan jelas dalam kitab ini dalam bentuk pelambangan dan nubuat. Di sini dibicarakan semua penderitaan-Nya dan kemuliaan yang mengikutinya, serta kerajaan yang hendak dibangun-Nya di dunia ini. Di dalam kerajaan inilah kovenan Allah dengan Daud mengenai kerajaannya digenapi. Betapa tingginya nilai yang diberikan kitab ini terhadap firman Allah, terhadap segala ketetapan dan penghakiman-Nya, serta terhadap kovenan dan janji-janji agung dan mulia-Nya untuk menepati kovenan-Nya itu. Karena itu, betapa kitab ini sangat menganjurkan kita untuk menggunakan firman-Nya, ketetapan dan penghakiman-Nya serta kovenan dan janji-janji-Nya itu sebagai pedoman dan jangkar kita, serta sebagai warisan kita sampai selama-lamanya!
- IV. Manfaat kitab ini. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk menanamkan terang ilahi ke dalam pemahaman kita. Namun, manfaat kitab ini terutama sangat unggul dalam menanamkan kehidupan dan kuasa ilahi, serta kehangatan yang kudus ke dalam perasaan kita. Tidak ada satu pun tulisan dalam Alkitab yang lebih bermanfaat dalam membantu ibadah renungan orang-orang kudus dibandingkan kitab ini. Manfaat tersebut telah dinikmati oleh jemaat segala zaman, sejak mazmur ini ditulis dan beberapa bagiannya dikirimkan kepada pemimpin biduan untuk keperluan kebaktian jemaat.
- 1. Mazmur ini bermanfaat untuk dinyanyikan. Untuk menyanyikan lagu himne dan nyanyian rohani, kita boleh mencari di luar mazmur-mazmur Daud, tetapi kita tidak perlu itu. Aturan persajakan dalam bahasa Ibrani tidak jelas, bahkan oleh orang-orang terpelajar sekalipun. Namun demikian, mazmur-mazmur ini seyogyanya dibawakan sesuai dengan aturan persajakan setiap bahasa, setidaknya supaya dapat dinyanyikan untuk mendidik jemaat. Menurut saya, sangatlah menghibur kita, bila kita menyanyikan mazmur Daud, karena kita mempersembahkan puji-pujian kepada Allah yang persis sama seperti yang dipersembahkan kepada-Nya pada masa Daud dan raja-raja Yehuda yang saleh lainnya. Begitu kaya dan indah gubahan puisi-puisi ilahi ini, sehingga tidak akan pernah menjemukan dan lekang karena waktu.
- 2. Kitab mazmur ini bermanfaat untuk dibacakan dan dinyatakan oleh para pelayan Kristus, karena mazmur ini mengandung kebenaran-kebenaran yang agung dan mulia, serta peraturan mengenai baik dan jahat. Tuhan kita Yesus menjelaskan mazmur-mazmur kepada murid-murid-Nya, mazmur-mazmur Injil, dan Ia membukakan pemahaman mereka (karena Ia memegang kunci Daud) untuk memahaminya (Luk. 24:44).
- 3. Mazmur ini bermanfaat untuk dibaca dan direnungkan oleh semua orang baik. Mazmur ini menjadi sumber melimpah yang darinya semua orang akan menimba air dengan kegirangan.
- (1) Pengalaman pemazmur sangat bermanfaat untuk membimbing, memperingatkan, dan menguatkan kita. Pemazmur sering memberi tahu kita tentang apa yang terjadi antara Allah dan jiwanya. Ia memberi tahu kita apa yang dapat kita harapkan dari Allah dan apa yang Ia harapkan serta kehendaki dari kita sehingga Ia berkenan kepada kita. Daud adalah orang yang memiliki hati Allah. Oleh karena itu, orang-orang yang sedikit banyak memiliki hati seperti Daud bolehlah berharap bahwa mereka juga diperbarui oleh anugerah Allah sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Banyak orang sangat merasa terhibur saat hati nurani mereka menyaksikan kebenaran mazmur-mazmur ini, sehingga dengan segenap hati mereka dapat berkata, “Amin” atas doa-doa dan puji-pujian Daud.
- (2) Bahkan ungkapan-ungkapan yang digunakan pemazmur juga sangat bermanfaat. Melalui ungkapan ini Roh Kudus akan membantu kita dalam kelemahan doa-doa kita, sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa kepada Allah. Kapan saja kita mendekati Allah, dan juga saat kita kembali kepada Dia untuk pertama kalinya, kita dibimbing untuk membawa serta kata-kata penyesalan (Hos. 14:3), kata-kata ini, yang diajarkan oleh Roh Kudus. Jika kita membuat mazmur-mazmur Daud ini akrab dengan kita seperti yang seharusnya kita lakukan, maka saat kita menghampiri takhta anugerah, untuk maksud apa saja, untuk membuat pengakuan, permohonan, atau ucapan syukur, kita akan terbantu karenanya. Apa pun perasaan saleh yang bekerja di dalam diri kita, hasrat atau pengharapan, kepedihan atau sukacita yang kudus, kita akan menemukan di sana kata-kata yang tepat yang dapat kita ungkapkan, perkataan benar yang tidak dapat disalahkan. Akan sangat baik bila kita mengumpulkan dari Kitab Mazmur ini ungkapan-ungkapan peribadatan dan renungan yang paling sesuai dan paling menggerakkan hati, dan kemudian mengatur dan mengelompokkannya menurut beberapa topik doa, supaya lebih mudah bagi kita untuk menggunakannya. Bisa juga, sekali-sekali kita pilih mazmur tertentu yang berbeda-beda dan berdoa memakai mazmur pilihan itu. Ketika kita berdoa dengan cara ini, kita mencerna ayat-ayatnya dalam pikiran kita dan mempersembahkan hasil renungan itu kepada Allah. Cendekiawan Dr. Hammond (Theolog Inggris, 1605-1660), menulis dalam kata pengantar buku tafsirannya atas Kitab Mazmur (bagian 29) sebagai berikut, “Bahwa merenungkan beberapa bagian mazmur sampai hati kita dipengaruhi, digerakkan dan diteguhkan oleh hidup dan daya yang ada dalam ayat-ayat mazmur itu sungguh lebih baik daripada sekadar mengucapkannya mengikuti sang pemazmur itu, sebab dalam ibadah-ibadah, tidak ada yang harus dihindari selain daripada tindakan-tindakan pengulangan yang tidak membangkitkan perasaan apa-apa di dalam hati.” Seperti yang dinasihatkan oleh Augustinus (354-430, theolog dan filsuf Kristen – pen.), “Jika kita membangun roh kita dengan perasaan yang dikandung dalam mazmur, maka kita boleh yakin akan perkenanan Allah saat kita menggunakan perkataan yang dipakai dalam Mazmur itu.” Mazmur ini bukan hanya dapat membantu kita untuk merenung dan membangkitkan perasaan kita untuk menyembah, memuji dan memuliakan Allah, tetapi juga menjadi petunjuk bagi kita untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dalam kehidupan kita, serta mengajar kita cara untuk jujur di jalan kita, sehingga pada akhirnya kita akan melihat keselamatan yang dari Allah (Mzm. 50:23). Kitab Mazmur ini bukan hanya sangat bermanfaat bagi jemaat Perjanjian Lama, tetapi lebih-lebih lagi bagi kita orang-orang Kristen, kitab mazmur ini lebih bermanfaat dibandingkan dengan jemaat yang hidup sebelum kedatangan Kristus. Karena sama seperti korban-korban Musa, demikian jugalah nyanyian-nyanyian Daud dibuat menjadi jelas dan terpahami oleh Injil Kristus yang membawa kita memasuki selubung itu. Demikianlah, dengan doa-doa dan puji-pujian Daud, semua doa Rasul Paulus dalam surat-suratnya, serta nyanyian-nyanyian baru dalam Kitab Wahyu, kita akan diperlengkapi untuk perbuatan baik ini, karena semua tulisan itu membuat manusia kepunyaan Allah itu sempurna.
- Mengenai pembagian kitab ini, kita tidak perlu sampai begitu cermat. Tidak ada (atau sangat jarang ada) hubungan antara satu mazmur dengan mazmur lainnya, juga tidak ada alasan tertentu dalam pengurutan mazmur yang satu sesudah yang lainnya seperti yang ada sekarang. Walaupun demikian, tampaknya mazmur yang ditempatkan pertama itu berasal dari masa kuno, karena mazmur yang kedua sekarang berasal dari zaman para rasul (Kis. 13:33). Salinan bahasa Latin kuno yang kasar (bukan klasik) menggabungkan pasal kesembilan dan kesepuluh. Semua penulis Katolik Roma mengikuti pembagian itu. Oleh karena itu pencantuman nomor pasal di seluruh Kitab Mazmur mereka selalu kurang satu dibandingkan salinan kita (yang bukan Katolik – pen.). Kita mencantumkan pasal 11, mereka pasal 10, kita menulis pasal 119, mereka mencantumkan pasal 118. Namun, mereka membagi pasal 147 menjadi dua pasal, sehingga jumlah seluruh pasal mencapai 150. Beberapa orang berusaha mengurangi jumlah pasal tersebut dengan mengelompokkannya di bawah beberapa judul yang sesuai menurut pokok masalah yang dibicarakan dalam mazmur-mazmur itu. Namun, sering didapati banyak keragaman pokok pembicaraan dalam satu mazmur yang sama, sehingga penggabungan tersebut tidak dapat dibuat dengan pasti. Namun, tujuh Mazmur penyesalan dosa dengan cara tertentu telah disatukan sebagai ibadah oleh banyak orang. Mazmur-mazmur tersebut adalah pasal 6, 32, 38, 51, 102, 130, dan 143. Kitab Mazmur dibagi menjadi lima kitab yang masing-masing diakhiri dengan kata Amin, ya Amin, atau Haleluya. Kitab pertama di akhiri oleh pasal 41, yang kedua oleh pasal 72, yang ketiga oleh pasal 89, yang keempat oleh pasal 106, dan yang kelima oleh pasal 150. Sebagian orang lagi membagi Kitab Mazmur ini menjadi tiga bagian besar yang masing-masing memuat lima puluh pasal. Sebagian lain lagi membagi menjadi enam puluh bagian, dua bagian untuk setiap hari, pagi dan petang, selama sebulan. Biarlah setiap orang Kristen yang baik membagi kitab ini untuk mereka masing-masing, sehingga mereka dapat meningkatkan pengenalan mereka akan isi dan maksud tulisan ini dengan cara yang paling baik dan sesuai. Dengan demikian, dalam setiap kesempatan apa saja mereka dapat menyanyikan mazmur ini di dalam roh dan dengan pengertian yang penuh.