Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Rm 7:7-25 - OLEH HUKUM TAURAT AKU TELAH MENGENAL DOSA.
Nas : Rom 7:7-25
Bagian ini melukiskan pengalaman Paulus sebelum bertobat atau siapa
saja yang berusaha menyenangkan Allah tanpa bergantung pada ka...
Nas : Rom 7:7-25
Bagian ini melukiskan pengalaman Paulus sebelum bertobat atau siapa saja yang berusaha menyenangkan Allah tanpa bergantung pada kasih karunia, kemurahan, dan kekuatan-Nya
(lihat cat. --> Rom 8:5).
[atau ref. Rom 8:5]
lihat art. IMAN DAN KASIH KARUNIA).
- 1) Dalam ayat Rom 7:7-12, Paulus menerangkan tahap ketidaksalahan hingga mencapai "usia tanggung jawab". Mereka itu "hidup" (ayat Rom 7:9) yaitu, tanpa kesalahan dan tanggung jawab rohani, sehingga mereka atas kehendaknya sendiri melanggar perintah Allah yang tertulis di luar atau di dalam hati mereka (bd. Rom 2:14-15; 7:7,9,11).
- 2) Dalam ayat Rom 7:13-20, Paulus menggambarkan keadaan perbudakan kepada dosa karena ketika hukum Taurat dikenal, ia menyadarkan manusia akan dosa yang tadi tidak disadarinya, sehingga sekarang manusia betul-betul menjadi pelanggar. Dosa menjadi tuan sekalipun mereka berusaha melawannya.
- 3) Dalam ayat Rom 7:21-25, Paulus menyingkapkan puncak keputusasaan yang menguasai orang bila pengetahuan dan kuasa dosa makin menyedihkan mereka.
Full Life: Rm 7:15 - BUKAN APA YANG AKU KEHENDAKI YANG AKU PERBUAT.
Nas : Rom 7:15
Mereka yang berusaha untuk menaati hukum Allah tanpa kasih karunia
Kristus yang menyelamatkan menemukan bahwa mereka tidak sanggup
m...
Nas : Rom 7:15
Mereka yang berusaha untuk menaati hukum Allah tanpa kasih karunia Kristus yang menyelamatkan menemukan bahwa mereka tidak sanggup melaksanakan maksud baik hatinya. Mereka bukan penguasa atas diri mereka sendiri; kejahatan dan dosa berkuasa di dalam dirinya. Mereka merupakan hamba kejahatan dan dosa (ayat Rom 7:15-21) dan menjadi "tawanan hukum dosa " (ayat Rom 7:23). Hanya di dalam Kristus, Allah menyediakan "jalan ke luar" dari pencobaan "sehingga kamu dapat menanggungnya" (1Kor 10:13).
Jerusalem -> Rm 5:1--11:36; Rm 7:14-25
Jerusalem: Rm 5:1--11:36 - -- Pokok yang diuraikan dalam bagian kedua Roma dapat disebutkan sebagai: pembenaran sebagai jaminan keselamatan orang Kristen yang sudah dibenarkan, bdk...
Pokok yang diuraikan dalam bagian kedua Roma dapat disebutkan sebagai: pembenaran sebagai jaminan keselamatan orang Kristen yang sudah dibenarkan, bdk Rom 1-4, mendapat dalam kasih Allah dan karunia Roh Kudus suatu jaminan keselamatan. Pokok ini diuraikan dalam Rom 5:1-11 dan diuraikan kembali dalam bab 8, sedangkan dalam Rom 5:12-7:25 diperlawankan dengan kebalikannya (dosa, maut, hukum Taurat).
Jerusalem: Rm 7:14-25 - -- Bagian ini memperbincangkan tentang manusia yang dikuasai oleh dosa sebelum dibenarkan, pada hal bab 8 memperbincangkan tentang manusia yang sudah dib...
Bagian ini memperbincangkan tentang manusia yang dikuasai oleh dosa sebelum dibenarkan, pada hal bab 8 memperbincangkan tentang manusia yang sudah dibenarkan dan memiliki Roh Kudus. Tetapi juga orang Kristen di dunia ini masih mengalami pertentangan di dalam dirinya, Gal 5:17 dst.
Ende -> Rm 7:15
Ende: Rm 7:15 - Kukehendaki disini bertjorak "menggemari", "suka kepada", "menginginkan",
jaitu berlawanan dengan "bentji".
disini bertjorak "menggemari", "suka kepada", "menginginkan", jaitu berlawanan dengan "bentji".
Ref. Silang FULL -> Rm 7:15
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Rm 7:15 - -- 7:15 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu.428 Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku...
7:15 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu.428 Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku lakukan.
Pergumulan Paulus pada waktu dia sudah lahir baru tetapi belum hidup menurut Roh Allah digambarkan di sini. Kehendaknya tidak terwujud, karena tubuhnya masih dikuasai oleh sesuatu yang sulit dikalahkan.
Hagelberg: Rm 7:14-25 - -- c. Hukum Taurat Tidak Dapat Membangkitkan Yang Baik 7:14-25
Alinea ini, 7:14-25, sudah menimbulkan perdebatan yang tak putus-putus. Siapakah itu, yan...
c. Hukum Taurat Tidak Dapat Membangkitkan Yang Baik 7:14-25
Alinea ini, 7:14-25, sudah menimbulkan perdebatan yang tak putus-putus. Siapakah itu, yang berkata "bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat"? Apa itu Paulus (atau manusia secara umum) sebelum dia percaya kepada Tuhan Yesus, ataukah Paulus sesudah dia percaya (atau orang percaya secara umum)?416
Cranfield417 dan Nygren418 meringkaskan perdebatan ini bagi kita. Pada umumnya, bapa-bapa gereja mula-mula mengatakan bahwa nats ini mengenai orang yang belum percaya, tetapi Agustinus, mungkin karena perjuanganya dengan Pelagius, berpendapat bahwa nats ini menguraikan keadaan orang percaya. Pengertian ini, bahwa nats ini mengenai orang percaya, diterima oleh penafsir dan teolog sampai gerakan Pietisme muncul pada abad ke tujuhbelas di negara Jerman. Bagi kelompok Pietisme, tidak mungkin apa yang dikatakan di sini mencerminkan keadaan orang selamat.
Kami menolak tafsiran yang dipegang oleh kelompok Pietisme dengan empat alasan berikut: Satu, Present Tense yang tiba-tiba dipakai dalam alinea ini aneh sekali kalau menceriterakan pengalaman Paulus sebelum dia percaya. Dua, seruan dalam pasal 7:24 terlalu gamblang kalau Paulus hanya menceriterakan pengalaman yang dulu-dulu, yang sudah berlalu. Tiga, urutan kalimat dalam pasal 7:24-25 tidak masuk akal. 7:25b419 (7:26 dalam terjemahan LAI) seharusnya dikatakan sebelum 7:25a kalau ini merupakan pengalaman orang yang belum percaya. Empat, jalan pikiran yang diikuti dalam pasal 5-8 tidak bisa dimengerti kalau pasal 7:14-25 menceriterakan pengalaman orang yang belum percaya. Pokok Roma 5-8 adalah kehidupan dia yang benar karena iman. Mereka yang menafsirkan nats ini sebagai diskusi keadaan orang yang belum percaya harus menganggap nats ini sebagai sebuah penyisipan yang aneh, yang tak karuan. Mereka tidak dapat menjelaskan mengapa Paulus, di tengah-tengah diskusi yang panjang mengenai kehidupan Kristen, tiba-tiba berhenti, dan kembali ke masalah manusia yang belum percaya (yang sudah diselesaikan pada Roma 3:20), apa lagi dengan memakai Present Tense!
Harus diakui bahwa jika ini dimengerti sebagai suara orang yang sudah percaya, juga ada sesuatu yang sulit dimengerti, yaitu bahwa orang yang digambarkan dalam nats ini begitu lemah, sampai dia sama sekali tidak dapat melakukan yang benar. Dia hanya menghendaki apa yang benar, tetapi dia tidak dapat melakukannya. Sebenarnya hal yang sama juga dikatakan dalam Galatia 5:17, "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh, dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging -karena keduanya bertentangan- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki." Kita akan melihat bahwa nats ini menceritakan keadaan orang percaya, dan pasal 8 menceritakan jalan kemenangan orang percaya dalam Roh Allah. Pengertian ini sudah nyata dalam Roma 8:10 di mana Paulus menjelaskan keadaan orang percaya, "Tetapi jika Kristus ada di dalam kalian, dari satu segi tubuh adalah mati karena dosa (sesuai dengan pasal 7), tetapi dari segi yang lain roh adalah kehidupan karena kebenaran (sesuai dengan pasal 8)."
Cranfield420 tidak ragu-ragu bahwa orang yang digambarkan dalam nats ini sudah percaya kepada Tuhan Yesus. Dia menghendaki yang baik, dan membenci yang jahat (7:15, 16, 19, 20) dan dalam batinnya dia suka hukum Taurat (7:22). Paulus tidak menggambarkan orang yang belum selamat dengan kata-kata seperti itu. Sebaiknya 7:25b yang berkata, "Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah" dibandingkan dengan 6:17, 18, dan 20 di mana mereka disebut budak421 dosa sebelum mereka percaya pada Tuhan Yesus, tetapi mereka sudah menjadi budak422 kebenaran. Jadi kita harus mengerti bahwa baik "aku" itu yang mengasihi apa yang baik dan membenci apa yang jahat (dalam 7:15, 16, 19, 20), maupun "akal budiku" (dalam 7:23 dan 25b), dan "manusia batin" (dalam 7:22) menunjuk pada diri orang percaya yang sudah lahir baru. Kata-kata ini tidak dapat dikatakan mengenai orang yang mati secara rohani.
Kepada para penafsir yang berkeberatan kalau orang percaya dikatakan "terjual di bawah kuasa dosa" Cranfield423 bertanya, "Apakah kita tidak mau menerima pernyataan ini karena kita tidak menginsafi besarnya tuntutan etis yang dituntut dalam Injil?" Dengan kata lain, mungkin kesombongan kita membutakan kita pada keadaan rohani kita. Mungkinkah sikap kita menjadi seperti orang muda yang berkata, "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku" (Markus 10:20)? Sebaliknya makin akrab kita dengan Tuhan, makin sadar kita terhadap kekurangan-kekurangan kita.
Nygren424 menjelaskan bahwa nats ini tidak mengatakan bahwa kehendak orang percaya dibagi dua, sehingga ada kehendak yang baik, dan ada kehendak yang jahat. Pembagian tersebut keliru. Yang dikehendaki selalu baik, menurut nats ini, tetapi yang dilakukan tidak baik. Dualisme ini, antara kehendak yang baik, dan kelakuan yang tidak baik, berasal dari keadaan orang percaya di mana kita berada dalam aiwn/aion baru, dan juga dalam aiwn/aion lama, selama kita mempunyai tubuh jasmani ini yang belum dibangkitkan. Keberadaan kita dalam dua aiwn/aion mengakibatkan frustrasi ini antara kehendak dan kelakuan. Nanti kalau aiwn/aion baru sudah datang dalam segala kepenuhan, kehendak yang benar akan disertai dengan kelakuan yang benar.
Hodges425 menjelaskan bahwa nats ini menggambarkan pengalaman Paulus pada waktu dia sudah percaya tetapi tidak hidup menurut Roh Allah. Dia sudah lahir baru, sehingga manusia batin/akal budinya merindukan apa yang benar, tetapi dia tidak memperoleh kemenangan atas dagingnya karena hubungan atau persekutuannya dengan Roh Allah terganggu. Tanpa persekutuan tersebut dia harus ikut mengalami "murka Allah" yang diceriterakan dalam pasal 1. Ingatlah, murka Allah dalam pasal satu bukan murka yang kekal, tetapi murka itu merupakan sikap Allah terhadap dosa orang zaman ini, dalam hidup ini. Pasal 7:14-25 menggambarkan penderitaan orang percaya yang hidupnya belum dibereskan oleh Roh Allah. Dia meletakkan dirinya dalam kuasa aiwn/aion lama, dan dia belum siap ditolong oleh Roh Allah.
Hagelberg: Rm 7:15 - -- 7:15 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu.428 Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku...
7:15 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu.428 Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku lakukan.
Pergumulan Paulus pada waktu dia sudah lahir baru tetapi belum hidup menurut Roh Allah digambarkan di sini. Kehendaknya tidak terwujud, karena tubuhnya masih dikuasai oleh sesuatu yang sulit dikalahkan.
Hagelberg: Rm 7:1-25 - -- 3. Dia akan Hidup Bebas dari Hukum Taurat 7:1-7:25
Hukum Taurat, walaupun baik, diperalat Dosa untuk membelenggu orang, tetapi kita bebas dari padan...
3. Dia akan Hidup Bebas dari Hukum Taurat 7:1-7:25
Hukum Taurat, walaupun baik, diperalat Dosa untuk membelenggu orang, tetapi kita bebas dari padanya karena kita sudah mati dengan Kristus dan karena hukum Taurat bukan jalan pembenaran bagi kita.
Pasal ini, yang mengatakan bahwa kita bebas dari hukum Taurat, lebih sulit diterima dari pada pasal lima dan pasal enam, yang mengatakan bahwa kita bebas dari murka dan dari dosa, karena hukum Taurat berasal dari Tuhan Allah dan hukum Taurat menyatakan kehendak Allah yang kudus. Orang tidak mau menerima bahwa kita harus bebas dari hukum Taurat.380 Tetapi Nygren381 menjelaskan hubungan yang erat antara Murka, Dosa, Hukum Taurat, dan Maut. Hubungan ini jelas dalam I Korintus 15:56, yang berkata, "Sengat maut ialah dosa, dan kuasa dosa ialah hukum Taurat." Dalam I Korintus 15:26 maut adalah "musuh yang terakhir," penguasa yang ngeri yang berkuasa secara mutlak dalam aiwn/aion lama. Dosa adalah senjata Maut, sebuah "sengat" yang dipakai Maut untuk mengalahkan segala sesuatu dalam kerajaannya. Hukum Taurat, yang menyatakan dosa sebagai dosa, menjadi "kuasa dosa". Jikalau ditolong oleh hukum Taurat, maka Dosa dapat dipakai oleh Maut sebagai senjata yang tidak dapat dikalahkan.
Oleh karena pasal 6 menjelaskan bahwa kita bebas dari Dosa, dan pasal 7 menjelaskan bahwa kita bebas dari hukum Taurat, maka kesejajaran antara pasal 6 dan pasal 7 layak diamati. Nygren382 mencatat kesejaran yang berikut:
ay. 2 kita sudah mati ay. 4 kamu telah mati
terhadap dosa terhadap hukum Taurat
ay. 4 kita hidup dalam ay. 6 kita mengabdi dalam
pembaharuan hidup pembaharuan Roh
ay. 7 siapa yang telah mati, ia ay. 6 kita telah mati terhadap
telah dibenarkan dari dosa dia (hukum Taurat) yang
mengurung kita
ay. 18 kamu telah dibebaskan ay. 3 ia bebas dari hukum
dari dosa
Kesejajaran tersebut lebih menguatkan pengertian ini, bahwa pasal 5-8 mendiskusikan Murka, Dosa, Hukum Taurat, dan Maut sebagai kuasa aiwn/aion lama yang berkuasa bersama-sama untuk mengalahkan segala sesuatu dalam aiwn/aion mereka.
Hagelberg: Rm 5:1--8:39 - -- B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
Dari 3:21 sampai 4:25 Paulus bersikap tegas untuk membuktikan bahwa pembenaran hanya dapat dipe...
B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
Dari 3:21 sampai 4:25 Paulus bersikap tegas untuk membuktikan bahwa pembenaran hanya dapat diperoleh melalaui iman, tetapi dalam bagian ini dia bersemangat untuk menjelaskan hasil dari pembenaran karena iman.
Hasil pembenaran tersebut dapat dibagi empat, menurut Nygren.248 Dalam pasal 5 dijelaskan bahwa orang yang dibenarkan hidup bebas dari murka, dalam pasal 6 dia hidup bebas dari kuasa dosa, dalam pasal 7 bebas dari kuasa hukum Taurat, dan dalam pasal 8 bebas dari kuasa maut.
Kesatuan pasal 5-8 didukung dengan pengulangan satu anak kalimat dalam 5:1 dan ayat terakhir dalam pasal 5, pasal 6, pasal 7, dan pasal 8. Anak kalimat yang diulangi adalah "melalui (atau dalam) Tuhan kita Yesus Kristus." Urutan kata dalam anak kalimat ini tidak kaku, tidak persis sama, tetapi pengulangan kata-kata khidmat ini mengikat keempat pasal menjadi satu bagian, dan juga menyatakan bahwa setiap keempat pasal memiliki kesatuan sendiri.249
Pada tempat ini Paulus beralih dari hal pembenaran pada hal pendewasaan orang percaya. Tuhan Allah telah memperoleh pembenaran bagi kita, dengan satu persyaratan saja, yaitu iman. Lalu berdasarkan kebenaran itu kehidupan kita harus berubah. Kita harus, misalnya, "bermegah dalam harapan pada kemuliaan Allah." Tetapi sebaiknya maksud dari istilah "harus" ini dijelaskan lebih lanjut, karena ada penafsir yang berkata, "Ya, harus, dan kalau tidak, maka pembenaran orang hilang!" Ada juga teolog yang berkata, "Pembenaran itu tidak hilang, tetapi kalau kehidupan orang tidak berubah, maka kita tahu bahwa sebenarnya dia tidak pernah percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat." Tetapi itu bukan yang diuraikan oleh Rasul Paulus. Memang di balik istilah "harus" ada sanksi. "Kamu harus melakukan ini dan itu, atau aku akan...." Pasti ada sanksi terhadap ketidaktaatan, tetapi Paulus tidak memakai hukuman kekal sebagai sanksi kepada orang percaya.
Sebenarnya Paulus tidak suka memakai istilah "harus". Kalau kita mengamati pasal-pasal ini kita melihat bahwa dia hanya berkata "kita bermegah dalam harapan pada kemuliaan Allah." Inilah pola Rasul Paulus dalam Surat Roma. Dia mengemukakan apa yang wajar bagi kita dengan berkata, "Ya, inilah yang kita lakukan." Kalimat Paulus dibentuk seolah-olah kita semua melakukan apa yang wajar bagi orang percaya, walaupun dia mengerti bahwa kita sering berdosa, dan tidak melakukan apa yang pantas bagi orang percaya. Paulus tidak mau mengemukakan apa yang sudah terlalu nyata, yaitu bahwa memang orang yang sudah dibenarkan dapat berdosa. Mungkin dia tidak mau mengemukakan hal ini karena tidak ada gunanya. Kita sudah tahu bahwa kita dapat berdosa, dan kalau disebut dalam surat ini, maka orang akan berkata, "Ya, lihat, boleh saja kita berdosa! Paulus memperbolehkan dosa!"
Roma 5-8 menjelaskan bagaimana "melalui Tuhan kita Yesus Kristus" kita dapat hidup bebas dari kuasa-kuasa aiwn/aion lama, sehingga kita bertumbuh secara rohani dan mengenal Yesus Kristus.
Hagelberg: Rm 1:18--15:13 - -- II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menen...
II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menentukan bentuk dan isi bagian utama dari suratnya." Perkataan ini tepat. Paulus tidak menyusun bagian ini (1:18-15:13) untuk menangani suatu situasi tertentu di kota Roma, tetapi bagian ini terbentuk sesuai dengan suatu "akal intern" dari Injil Kristus sendiri. Bukan tidak ada pengaruh sama sekali dari situasi di Roma. Mungkin rencana Paulus untuk mengadakan perjalanan ke Spanyol mempengaruhi beberapa perincian dalam surat ini, tetapi secara keseluruhan, bentuk dan isi bagian ini, 1:18-15:13, ditentukan dari logisnya Injil Kristus saja.
Dalam bagian utama ini isi dan akibat kebenaran dari Allah bagi manusia diuraikan.66
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
SH: Rm 7:14-25 - Pergumulan batin kita (Kamis, 8 Juni 2006) Pergumulan batin kita
Siapakah "aku" dalam bagian terakhir perikop ini? Ada pendapat
bagian ini melukiskan pergumulan melawan dosa dari orang yang...
Pergumulan batin kita
Siapakah "aku" dalam bagian terakhir perikop ini? Ada pendapat bagian ini melukiskan pergumulan melawan dosa dari orang yang belum diperbarui Roh Kudus. Alasannya, tidak mungkin ini adalah gambaran yang dialami oleh Paulus seorang rasul yang sedemikian matang dalam Tuhan. Teolog lain berpendapat bagian ini berbicara tentang orang yang sudah diperbarui sebab ia berkeinginan melakukan Taurat dan menyetujui Taurat baik adanya (ayat 15, 16). Siapa dan kondisi kehidupan yang bagaimana yang Paulus maksudkan?
Apa saja data tentang orang ini? Pertama, ia sudah diperbarui sebab ia mengasihi Taurat dan ingin melakukan-nya (ayat 15a, 19a). Kedua, agaknya ia bukan seorang Kristen yang dewasa dalam iman, sebab berpikir dirinya "terjual di bawah kuasa dosa" (ayat 14b), padahal seharusnya ia tahu bahwa ia adalah hamba Allah (Rm. 6:17). Ketiga, ia seperti tidak tahu tentang karya Roh dalam kehidupan orang beriman. Seluruh pasal 7 ini tidak berbicara tentang Roh, padahal pasal 6 dan 8 Roh Kudus mendapat sorotan penting. Jadi, kemungkinan besar Paulus sedang memaparkan pergumulan rohani orang Kristen yang sudah diperbarui, namun masih menjalani kehidupan menurut prinsip Perjanjian Lama. Yaitu orang Kristen yang meski sudah diperbarui oleh anugerah Allah dalam Kristus, masih berorientasi pada perjuangan moralnya sendiri untuk hidup kudus.
Bukan hanya untuk pembenaran kita harus sepenuhnya bersandar pada anugerah Allah, dalam pergumulan melawan dosa untuk hidup kudus pun kita harus terus mengandalkan Kristus. Teriakan Paulus melukiskan jawaban itu, "Aku manusia celaka, siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" Ia langsung memberi jawabnya, "Syukur kepada Allah, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." (ayat 7:24-25).
Renungkan: Jangan surut dari perang melawan dosa. Berperanglah terus. Kita pasti akan menang apabila kita mengikuti Kristus, Pahlawan digdaya itu!
SH: Rm 7:13-25 - Perbuatan daging atau Allah? (Minggu, 24 Mei 1998) Perbuatan daging atau Allah?
Hukum Taurat hanya berguna untuk menunjukkan dosa manusia. Bila kita mengandalkan Taurat, justru sifat dosa di dalam kit...
Perbuatan daging atau Allah?
Hukum Taurat hanya berguna untuk menunjukkan dosa manusia. Bila kita mengandalkan Taurat, justru sifat dosa di dalam kita akan dirangsangnya. Jadi, apakah Taurat itu jahat? Bukan, kenyataan itu hanya membuktikan dosa telah sedemikian rupa merusak manusia hingga Taurat yang baik itu malah berbalik membuat manusia justru terpancing untuk melakukan yang dilarang Taurat. Jadi yang salah adalah sifat dosa di dalam tiap manusia yang merangsang timbulnya perbuatan-perbuatan daging. Jadi sifat dosa telah membuat dirinya tak tertolong oleh Taurat baik untuk beroleh keselamatan atau pun untuk menjalani hidup yang telah diselamatkan itu dalam kekudusan. Dari awal, seterusnya sampai pada kesempurnaan kelak, kita harus sepenuhnya bergantung pada karya Kristus oleh kuat Roh Kudus.
Pengalaman siapa? Pengalaman siapakah yang Paulus tuturkan ini? Paulus memang menggunakan sebutan "aku" dan dalam bentuk waktu sedang berlangsung. Namun itu dipakainya bukan karena ia sedang menyaksikan pengalaman rohaninya, tetapi karena ia sedang menempatkan diri di dalam pengalaman banyak Kristen yang ingin dibimbingnya untuk lepas. Banyak Kristen yang sudah lahir baru (ayat 19: menghendaki yang baik, 22: suka akan hukum Allah) namun masih terus menerus kalah melawan dosa, bahkan "terjual di bawah kuasa dosa" (ayat 15). Artinya Paulus sedang bicara tentang Kristen yang sudah diperbarui Kristus namun kurang menyadari dan bertindak konsisten dengan kebenaran anugerah Injil Yesus Kristus. Maksud Tuhan menebus kita bukan agar kita sekadar diampuni namun jatuh bangun terus dalam dosa. Ia ingin agar kita sepenuhnya menikmati kesukaan hidup Kristen di dalam Yesus Kristus. Bukan seperti Kristen yang masih sebagian berprinsip Taurat dalam kondisi perbudakan tetapi merdeka penuh dalam Kristus.
Doa: Aku ingin melayaniMu dan kebenaranMu hanya oleh kuasa kemenanganMu, ya Tuhan Yesus.
SH: Rm 7:13-25 - Baru dan lama (Rabu, 20 Mei 2009) Baru dan lama
Masalah yang dihadapi orang Kristen adalah bahwa dalam dirinya ada
dua natur yang saling bertolak belakang. Pertama, natur berdosa...
Baru dan lama
Masalah yang dihadapi orang Kristen adalah bahwa dalam dirinya ada dua natur yang saling bertolak belakang. Pertama, natur berdosa yang disebut Paulus 'manusia lama' (Rm. 6:6) atau kedagingan (ayat 14). Natur ini bertentangan dan melawan 'manusia baru' atau 'ciptaan baru di dalam Kristus', sebagai natur yang kedua (ayat 2Kor. 5:17). Keduanya saling tarik menarik sehingga hidup seorang Kristen bagai sebuah medan perang, tempat bertarung dua kekuatan.
Mengapa bisa terjadi demikian? Meskipun orang percaya telah mengalami pengampunan dosa, tetapi di dalam dirinya masih terkandung karakter/natur dosa yang kemudian akan menjadi sumber pencobaan selama dia hidup. Jadi meskipun manusia baru memiliki kerinduan untuk hidup melayani Allah, manusia lama akan selalu berupaya mendominasi agar kepentingan dirilah yang terlaksana. Akibatnya ia tidak dapat melakukan yang dia inginkan, walau ia tahu bahwa ia seharusnya melakukannya. Natur manusia berdosa memang begitu mempengaruhi orang percaya untuk melakukan apa yang, dia tahu, dilarang.
Apa yang harus dilakukan untuk menangani konflik di dalam diri tersebut? Paulus menunjukkan bahwa meskipun Taurat baik dan mulia, tetap tidak dapat menyelamatkan manusia. Manusia membutuhkan Tuhan Yesus Kristus dan kelepasan hanya bisa didapat di dalam Dia (ayat 25). Yesus datang ke dunia ini dan mati bukan untuk memberikan peraturan yang lebih banyak dan lebih baik. Yesus ingin orang percaya hidup dalam kemenangan. Dan berita Injil memang berkata bahwa ada kemenangan atas dosa, kebencian, kematian, dan atas segala kejahatan, saat kita menyerahkan hidup kita pada Yesus.
Pergumulan melawan kedagingan merupakan tanda pertumbuhan menuju kedewasaan rohani. Mereka yang tidak bergumul berarti tidak bertumbuh, artinya masih tetap manusia lama yang hanyut terbawa arus zaman. Kita tentu tak ingin demikian. Sebab itu mintalah Tuhan menguatkan Anda.
SH: Rm 7:13-25 - Pengakuan yang jujur (Kamis, 26 April 2012) Pengakuan yang jujur
Mendapatkan orang yang jujur sekarang ini di Indonesia susah sekali. Orang yang telah kedapatan melakukan kesalahan baik korupsi...
Pengakuan yang jujur
Mendapatkan orang yang jujur sekarang ini di Indonesia susah sekali. Orang yang telah kedapatan melakukan kesalahan baik korupsi, pembunuhan, pencurian, dll masih tetap berkelit di pengadilan bahwa mereka tidak bersalah. Bahkan tidak jarang mencari kambing hitam dengan menyalahkan orang lain. Sehingga pengambilan keputusan mana yang benar maupun salah menjadi sulit dan berbelit-belit.
Berbeda halnya dengan Paulus. Dalam teks ini, dia terang-terangan mengakui bahwa dirinya selama ini telah hidup dalam dosa (14b, 20b). Dia mengakui bahwa sebenarnya Taurat yang selama ini menjadi pedoman hidupnya adalah baik (14a). Tetapi karena keinginan dagingnya sendiri yang membawa dirinya melanggar semua isi Taurat (17). Akibatnya keinginan daging itu membawa dirinya kepada kematian yang memisahkan dirinya dengan Tuhan (13). Sebenarnya Paulus telah memberontak dan menjauh dari tindakan keinginan daging tersebut. Namun, kuasa dosa lebih kuat dan menjerumuskan dirinya sehingga Paulus melakukan perbuatan yang jahat dan melawan hukum Allah (15-19). Batinnya terus bergumul dan ingin lepas dari cengkeraman dosa, namun dia tidak sanggup karena tubuh insaninya telah ditawan oleh kuasa dosa (23). Sampai akhirnya Yesus dengan anugerah-Nya melepaskan Paulus dari ikatan dosa tersebut (24-25). Pembenaran oleh Yesus inilah yang nantinya menjadi pedoman hidup Paulus dalam meneruskan hidupnya di dunia ini. Paulus mengambil satu keputusan untuk tidak kembali kepada kehidupan yang lama bergelimang dosa.
Bagaimana dengan kita? Kita adalah orang-orang yang tidak taat kepada Tuhan. Memang ketika kita bersalah, kita mengaku dan menyesal. Namun penyesalan itu hanya sementara, di kemudian hari kembali kepada kehidupan yang lama. Namun, oleh anugerah Yesus, kita beroleh pengampunan dan kelepasan dari perbudakan dosa. Mari berkomitmen, seperti Paulus. Tidak lagi memberi kesempatan untuk hidup lama kita berkuasa lagi atas hidup baru pemberian kasih karunia Allah.
SH: Rm 7:13-25 - Ketika Orang Kudus Menggumuli Dosa (Kamis, 27 Oktober 2016) Ketika Orang Kudus Menggumuli Dosa
Perikop ini merupakan salah satu perikop yang terkenal dan kontroversial dalam kitab Roma. Seakan-akan dalam perik...
Ketika Orang Kudus Menggumuli Dosa
Perikop ini merupakan salah satu perikop yang terkenal dan kontroversial dalam kitab Roma. Seakan-akan dalam perikop ini Paulus memperlihatkan adanya dua kepribadian dalam dirinya yang saling bertolak belakang (15-26). Ia melakukan apa yang dibencinya, bukan apa yang dikehendakinya (15-17). Ia memiliki kehendak, tetapi bukan apa yang baik meski ia mengetahui apa yang seharusnya dilakukan (18-20). Ia mengalami pergumulan untuk melakukan apa yang baik, namun di sisi lain ia sadar bahwa dalam dirinya memikirkan apa yang jahat (21-23). Dengan kata lain, perikop ini mengupas pergumulan batin Paulus antara dosa dan hidup benar.
Bagaimana mungkin orang sekaliber Paulus bergumul berat dengan dosanya? Seorang teolog bernama J.I. Packer menjelaskan seperti ini: Paulus bergumul dengan dosa bukan karena ia orang berdosa, melainkan karena ia sudah dikuduskan Allah. Dosa membuatmu mati rasa. Orang yang berbuat dosa berulang kali lebih mudah terpengaruh melakukan perbuatan dosa. Alasan Paulus "bergumul" sedemikian berat karena ia tidak terperangkap dalam jaring dosa, bukan pula karena dirinya tidak berpengharapan sehingga ingin menyerah ke dalam pencobaan-pencobaan yang dihadapinya. Karena Paulus menjalani hidup yang kudus, kepekaan terhadap Roh Allah membuat dirinya bergairah memuliakan Allah. Itulah sebabnya mengapa ia begitu sensitif saat melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan hati Allah. Ia menyadari dirinya bukan manusia sempurna dan masih dapat jatuh dalam perilaku keberdosaan. Dalam pergumulannya, Paulus tidak berakhir dalam keputusasaan. Ia menyadari sepenuhnya bahwa dirinya telah menjadi milik Yesus Kristus (24-25).
Hanya dalam Kristus, kita bisa menang melawan cengkeraman dosa. Apakah Anda juga sedang bergumul berat menghadapi dosa-dosa Anda? Jika Anda dalam Kristus, pergumulan terhadap dosa itu merupakan bukti Anda telah dikuduskan Allah sehingga Anda gelisah. Karena itu, jangan menyerah dan jangan putus asa. Kristus ada di pihak kita. [MFS]
SH: Rm 7:13-25 - Bunuhlah Monster Itu! (Sabtu, 2 Juli 2022) Bunuhlah Monster Itu!
Sesosok monster telah mengambil alih tubuh seorang manusia. Ia sangat kuat dan dapat memaksa orang tersebut melakukan hal-hal b...
Bunuhlah Monster Itu!
Sesosok monster telah mengambil alih tubuh seorang manusia. Ia sangat kuat dan dapat memaksa orang tersebut melakukan hal-hal buruk. Itu bukan cerita tentang alien atau Venom. Itu cerita tentang dosa.
Natur dosa telah membajak semua manusia dan memaksanya melakukan hal-hal yang jahat (19, 23). Meski kita tahu apa yang baik dan ingin melakukan apa yang baik, tetapi karena dosa itu jauh lebih kuat, ujung-ujungnya kita melakukan yang jahat (15, 18). Jikalau "upah dosa adalah maut", maka semua manusia terjerat dalam hukuman maut (24).
Realitas itu tidak sulit untuk dibuktikan. Ada orang-orang tertentu yang terobsesi melakukan kejahatan-kejahatan yang keji. Kita menyebutnya pembunuh berantai, pemerkosa, atau tukang sodomi. Mereka sering kali tidak tahu mengapa mereka melakukannya.
Namun, sesungguhnya kita semua juga terobsesi dengan dosa-dosa tertentu, entah itu pornografi, mengutil, suka marah, kecanduan alkohol, dan kecanduan game. Banyak orang tidak dapat melepaskan diri dari dosa-dosa itu, meski mereka tahu bahwa itu salah. Semua itu mengindikasikan betapa kuatnya kuasa dosa yang mencengkeram umat manusia.
Namun, ada berita baik bagi dunia. Yesus Kristus telah mati menanggung hukuman maut di kayu salib. Yesus berjanji bahwa semua yang percaya kepada-Nya tidak akan lagi menanggung maut (lih. Yoh. 3:16). Kuasa dosa telah dihancurkan. Itu berarti orang-orang yang dahulu terikat dengan dosa sekarang dapat dilepaskan dari kuasa dosa.
Apakah Anda salah satunya? Apakah Anda kerap jatuh pada dosa yang sama? Apakah dosa begitu berkuasa seperti monster yang memperbudak Anda? Bila kita beriman kepada Yesus, Roh Kudus berdiam di dalam kita. Bila Roh Kudus ada di dalam kita, maka kita dimampukan untuk mengatasi natur dosa. Jadi, bunuhlah monster itu!
Kita bersyukur sebab Allah membebaskan kita dan tidak membiarkan kita diperbudak oleh dosa selamanya. Inilah waktunya untuk memuji Allah. Ia telah mengalahkan maut. Ia memberi kekuatan kepada yang dahulu lemah. Haleluya, Tuhan berkuasa! [PHM]
Baca Gali Alkitab 1
Masalah yang dihadapi orang Kristen adalah dalam dirinya ada dua natur yang saling bertolak belakang, yaitu natur manusia lama yang melawan natur manusia baru. Keduanya saling tarik-menarik sehingga hidup seorang Kristen bagai sebuah medan perang, tempat bertarungnya dua kekuatan.
Mengapa bisa terjadi demikian? Meskipun orang percaya telah mengalami pengampunan dosa, di dalam dirinya masih terkandung natur dosa yang kemudian akan menjadi sumber pencobaan selama dia hidup. Untuk menangani konflik di dalam diri tersebut, Paulus menunjukkan bahwa manusia membutuhkan Tuhan Yesus Kristus, dan kelepasan hanya ada di dalam Dia. Yesus menghendaki orang percaya hidup dalam kemenangan.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apakah yang baik menyebabkan kematian bagi Paulus? (13)
2. Apa dan bagaimana kaitan Hukum Taurat dengan dosa yang mendorong seseorang berbuat di luar kehendaknya? (14-20)
3. Hal apakah yang disadari dan disyukuri oleh Paulus? (21-26)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apakah pelajaran yang Paulus berikan mengenai Hukum Taurat dan dosa berguna bagi hidup Anda? Jelaskan!
2. Adakah peringatan Paulus mengenai dosa juga berlaku bagi Anda? Jelaskan!
3. Adakah nilai-nilai keteladanan dari diri Paulus? Sebutkan dan jelaskan alasan Anda mengikuti teladan Paulus!
Apa respons Anda?
1. Sebagaimana Paulus bersyukur kepada Allah dan melayani dengan akal budinya, wujud syukur seperti apakah yang selayaknya kita berikan kepada Allah?
2. Adakah hal-hal yang menghambat diri Anda untuk mengakui segala dosa dan kesalahan di hadapan Tuhan? Jelaskan!
3. Adakah kelepasan yang Anda rasakan setelah mengakui dosa?
Pokok Doa:
Mari kita berdoa untuk memohon pertobatan dan pelepasan diri dari belenggu dosa kepada Tuhan Yesus Kristus.
Utley -> Rm 7:14-20
Utley: Rm 7:14-20 - --NASKAH NASB (UPDATED): Rom 7:14-2014 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. 15 Se...
NASKAH NASB (UPDATED): Rom 7:14-20
14 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. 15 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. 16 Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. 17 Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. 18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. 19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. 20 Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.
Rom 7:14 "hukum Taurat adalah rohani" Hukum Allah adalah baik. Ini bukanlah masalahnya (lih. ay. Rom 7:12 & 16b).
□ "aku bersifat daging" Istilah ini dipakai oleh Paulus dalam (1) pengertian netral yang berarti tubuh jasmaniah (lih. Rom 1:3; 2:28; 4:1; 9:3,5); dan (2) suatu pengertian negatif yang bertarti sifat kejatuhan manusia dalam Adam (lih. v. 5). Tidak jelas mana yang dimaksudkan di sini.
□ "terjual di bawah kuasa dosa" Ini adalah suatu PERFECT PASSIVE PARTICIPLE yang artinya "aku telah dan terus terjual ke dalam perbudakan dosa". Dosa dipersonalisasikan sekali lagi, di sini sebagai pemilik budak. Pelaku dari PASSIVE VOICE tidak pasti. Ini bisa menunjuk pada Setan, dosa, Paulus, atau Allah. Dalam PL istilah utama bagi Allah untuk menarik manusia kembali kepada DiriNya adalah "tebusan" atau "menebus" (dan semua sinonimnya). Kata ini aslinya berarti "membeli kembali" (dan semua sinonimnya. Lihat Topik Khusus pada Rom 3:24). Konsep kebalikannya adalah frasa yang digunakan di sini, "dijual ke tangan…." (lih. Hak 4:2; 10:7; 1Sam 12:9).
Rom 7:15-24 Anak Allah memiliki "sifat keIllahian" (lih. 2Pet 1:4), namun juga sifat kejatuhan (lih. Gal 5:17). Secaraa potensial, dosa sudah dibuat tidak bekerja (lih. Rom 6:6), namun pengalaman manusia mengikuti pasal Rom 7. Orang Yahudi mengatakan bahwa dalam tiap hati manusia ada seekor anjing hitam dan seekor anjing putih. Mana yang diberi makan lebih banyak akan menjadi yang paling besar. Membaca bagian ini saya bisa ikut merasakan kepedihan Paulus sebagaimana ia menjelaskan pertentangan harian antara kedua sifat ini. Orang percaya telah dimerdekakan dari sifat kejatuhan mereka, namun, kiranya Allah menolong kita, kita terus tunduk pada pikatannya. Seringkali ini merupakan suatu yang mengherankan, bahwa peperangan rohani yang intens justru dimulai setelah keselamatan. Kedewasaan adalah persekutuan yang penuh ketegangan dengan Allah Tritunggal dan pertentangan harian dengan kejahatan.
Rom 7:16,20 "jika" Keduanya adalah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, yang dipandang sebagai kebenaran dari sudut pandang penulisnya atau untuk tujuan penulisannya.
Rom 7:18 "aku tahu, bahwa di dalam aku, sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik." Paulus tidak menyatakan bahwa tubuh jasmaniah adalah jahat, namun bahwa ia adalah medan pertempuran antara sifat kejatuhan dan Roh Allah. Orang-orang Yunani berpandangan bahwa tubuh, seiring dengan semua materi, adalah jahat. Pemikiran ini dikembangkan kedalam heresy dualistik dari Gnostisisme (lih. Efesus, Kolose dan I Yohanes). Orang-orang Yunani cenderung menyalahkan hal jasmani untuk masalah rohani. Paulus tidak melihat adanya pertentangan rohani dalam istilah-istilah ini. Ia mempersonifikasikan dosa dan menggunakan pemberontakan manusia melawan Hukum Allah sebagai suatu kesempatan bagi penyusupan kejahatan ke dalam sifat manusia. Istilah "daging" dalam tulisan-tulisan Paulus dapat berarti (1) tubuh jasmaniah yang secara moral bersifat netral (lih. Rom 1:3; 2:28; 4:1; 9:3,5); dan (2) sifat kejatuhan dosa yang diwarisi dari Adam (lih. ay. Rom 7:5).
Rom 7:20 "dosa yang diam di dalam aku" Adalah hal yang menarik bahwa kitab Roma secara jelas menunjukkan dosa manusia, namun tidak menyebut tentag setan sama-sekali sampai Rom 16:20. Manusia tidak bisa menyalahkan setan karena masalah dosa mereka. Kita punya hak pilih. Dosa dipersonifikasikan sebagai seorang raja, tirani, pemilik budak. Ia selalu mencoba untuk memikat kita kepada kemerdekaan yang dari Allah, kepada penonjolan diri berapapun biayanya. Personifikasi Paulus tentang dosa berkaitan dengan hak pilih dari manusia yang dicerminkan dalam Kej 4:7.
Paulus menggunakan istilah "tinggal" beberapa kali di pasal ini (lih. ay. Rom 7:17,18,20). Sifat dosa tidak musnah atau hilang pada saat keselamatan, namun secara potensial dijadikan tidak bekerja. Kelanjutan dari ketidak berdayaan dosa tergantung dari kerjasama kita dengan Roh yang diam dalam diri kita (cf. Rom 8:9,11). Allah telah menyediakan bagi orang percaya semua yang diperlukan untuk berperang melawan kejahatan secara personifikasi (hurufiah) dan pribadi (setan dan iblis). Yaitu dengan hadirat dan kuasa dari Roh Kudus. Sebagaimana kita menerima keselamatan sebagai anugerah cuma-cuma dari Allah, demikian juga kita harus menerima anugerah Allah akan alat penangkis yang efektif yaitu Roh Kudus. Keselamatan dan kehidupan keKristenan adalah suatu proses harian yang mulai dan berakhir atas keputusan harian orang percaya. Allah telah menyediakan segala yang kita perlukan: Roh (Rom 8), senjata rohani (Ef 6:11), perwahyuan (Ef 6:17), dan doa (Ef 6:18). Peperangan ini sengit (Rom 7), namun peperangan ini sudah dimenangkan (Rom 8).
TFTWMS -> Rm 7:14-25
TFTWMS: Rm 7:14-25 - Hukum Taurat Dan Perhambaan Manusia Kepada Dosa Hukum Taurat Dan Perhambaan Manusia Kepada Dosa (Roma 7:14-25)
14 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terj...
Hukum Taurat Dan Perhambaan Manusia Kepada Dosa (Roma 7:14-25)
14 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. 15 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. 16 Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. 17 Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. 18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. 19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. 20 Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. 21 Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. 22 Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, 23 tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. 24 Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? 25 Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
(7-26) Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.
Ayat-ayat ini menggambarkan pergumulan Paulus untuk berbuat benar—dan kegagalannya dalam melakukan hal itu.
Satu aspek menarik tentang Roma 7:14-25 adalah bahwa sebagian besar pembaca Alkitab melihat nas itu sebagai sederhana dan jelas. Beberapa terminologi Paulus mungkin saja membingungkan mereka, tetapi mereka menyamakan perasaan mereka dengan perasaan frustrasi yang rasul itu rasakan saat ia menulis, "Bukan apa yang aku kehendaki [kebaikan] yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat" (7:15). Selanjutnya, mereka dapat bersimpati dengan rasa putus asa Paulus:
"Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku …?" (7:24).
Beberapa orang mungkin merasa terkejut untuk mengetahui bahwa, di kalangan para sarjana, bagian ini adalah "salah satu bagian paling kontroversial di seluruh kitab Roma."27J. W. MacGorman menyebutnya "nas paling sulit untuk ditafsirkan dalam surat ini."28R. C. Bell mengulas bahwa Roma 7 "telah disebut sebagai pasal masalah kitab itu."29James R. Edwards memakai gambaran ini: "Tidak pernah sebelumnya dalam kitab Roma gairah para penerjemah mencapai puncak yang lebih tinggi."30
Tentang apakah semua ketidaksepakatan itu? Sebagian besar kontroversi berpusat pada apa yang Paulus maksudkan dengan "Aku" di 7:14-25. Apakah ia sedang mengacukan pengalaman pribadi atau hanya "secara kiasan menerapkan ajaran-ajaran ini kepada dirinya sendiri" untuk menyampaikan maksudnya (lihat 1 Kor. 4:6)? Kemungkinan besar, Paulus sedang bicara tentang dirinya sendiri—tapi apa yang benar bagi dirinya sudah selalu benar bagi orang lain. Fitur lain dari kontroversi itu adalah apakah pengalaman yang Paulus maksudkan itu terjadi sebelum orang menjadi Kristen atau setelah orang menjadi Kristen.
Pada abad kedua dan ketiga, sebagian besar penulis Kristen percaya bahwa Paulus sedang bicara tentang kondisi pra-Kristen. Kemudian, dimulai dengan Agustinus, akhirnya menjadi populer untuk memahami teks itu sebagai menggambarkan konflik batin yang dialami bahkan oleh orang Kristen yang sudah matang. Sekarang ini, ada banyak variasi yang tak terhitung mengenai dua pendekatan ini—variasi yang secara agresif dipertahankan oleh orang-orang yang mengajarkannya. Richard Rogers memperingatkan, "Orang-orang yang baik dan hebat sekarang dan dahulu berdiri di kedua sisi pertanyaan itu, dan ketika orang-orang Kristen yang baik berbeda atas suatu nas, bukan saatnya bagi kita untuk bersikap terlalu dogmatik."31
Dibutuhkan waktu dan ruang yang sangat banyak untuk menyantumkan banyaknya pendekatan terhadap Roma 7 dan mengetengahkan argumentasi yang mendukung dan menentang setiap pendekatan itu. Namun begitu, beberapa komentar cocok diberikan di sini.
Mereka yang percaya bahwa yang Paulus maksudkan adalah kondisi pasca perubahan hidup menulis bahwa ayat 14 beralih dari bentuk lampau dalam ayat-ayat sebelumnya ("dosa … [telah] menipu aku"; 7:11) kepada bentuk sekarang ("Aku bersifat daging"; 7:14). Mereka bersikeras bahwa rasul itu pastinya sedang membicarakan dirinya pada waktu sekarang—dengan kata lain, ia sedang bicara tentang dirinya sebagai orang Kristen. Ini bukan argumentasi yang meyakinkan karena orang biasanya membicarakan sesuatu di masa lalu seolah-olah terjadi di waktu sekarang.32Dalam bahasa Inggris, ini disebut bentuk kekinian historis.
Rupanya, Paulus sedang berbagi pengalaman pribadi sebelum ia menjadi orang Kristen. Dalam teks ini, Paulus mengatakan bahwa ia berada "di bawah kuasa dosa" (7:14); tapi sebelumnya ia mengatakan bahwa, ketika ia menjadi orang Kristen, ia "dibebaskan dari dosa" (6:7; lihat 6:14). Sekali lagi, Paulus bicara tentang menjadi "tawanan hukum dosa" (7:23); namun dalam pasal berikutnya ia menekankan bahwa mereka yang berada di dalam Kristus telah "[di]merdekakan … dari hukum dosa" (8:2).
Keberatan terhadap posisi pasca perubahan hidup adalah bahwa pergolakan batin yang Paulus gambarkan dalam Roma 7 tampaknya bertentangan dengan pelbagai pernyataan lain Paulus mengenai pola pikir Yahudinya sebelum menjadi orang Kristen. Mengenai latar belakang Yahudinya, ia menggambarkan dirinya dalam Filipi 3:6 dengan kata-kata ini: "Tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat." Dalam Kisah 23:1, Paulus mengatakan kepada Mahkamah Agama Yahudi, "Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah."
Mungkin konflik itu lebih bersifat bayangan daripada sebenarnya. Dalam nas Filipi itu, Paulus tidak sedang mengklaim kesempurnaan. Ia hanya mengatakan bahwa tidak ada orang yang bisa menunjukkan kepada dia kegagalannya dalam melaksanakan ritus atau ritual hukum Musa. Begitu juga, mengenai pernyataan "hati nurani yang murni," Paulus tidak sedang bersikeras bahwa ia tidak pernah berbuat salah atau bahwa ia tidak pernah merasa bersalah. Sebaliknya, ia sedang menyatakan bahwa ia selalu melakukan yang terbaik untuk mengikuti arahan hati nuraninya.
Perjanjian Baru bahkan tidak dimanapun mengisyaratkan jenis pergumulan batin yang hebat pada diri Paulus yang digambarkan dalam Roma 7:14-25.33Mungkin kita harus memandang nas ini sebagai menyediakan wawasan tambahan mengenai emosi Paulus—wawasan yang hanya ditemukan di sini di dalam Kitab Suci. Mungkin Paulus sedang mengungkapkan pelbagai perasaannya yang selama ini ia pendam sebelum pertemuannya dengan Yesus. (Tidak sulit untuk membayangkan beberapa pemikiran yang serupa dengan ini membanjiri pikiran Paulus selama penderitaan tiga hari di Damsyik dalam Kisah 9:9). Mungkin Paulus sekedar melihat kehidupan Yahudinya di masa lalu melalui mata Kristennya sekarang ini. Bagaimanapun, tampaknya pandangan utama Paulus dalam teks kita adalah tentang perasaan frustrasinya dalam mencoba untuk memenuhi tuntutan hukum Taurat, dengan hanya bersandar pada kekuatannya sendiri.
Pada saat yang sama, universalitas hadir dalam Roma 7:14-25 yang melampaui pertimbangan ilmiah. Mengenai ayat-ayat ini, Thomas menulis, "Tidak ada tulisan oleh penulis mana saja tentang psikologi antropologi yang berhasil membuat penggambaran sifat manusia dan apa yang sebenarnya terjadi dalam proses pencobaan dibandingkan dengan ayat-ayat ini."34Sesungguhnya, apa yang Paulus katakan tentang dirinya sendiri adalah benar bagi semua orang.
Kita tidak boleh melupakan tujuan Paulus dalam memberi kita Roma 7:14-25. Tujuannya bukan untuk meminta simpati kita mengenai pergumulan pribadinya, atau bahkan memberi kita wawasan ke dalam psikologi manusia. Ia masih berfokus pada hukum Taurat (lihat 7:14, 16, 22, 25). Dalam ayat 1 sampai 6, ia telah menulis bahwa manusia telah "dibebaskan dari hukum Taurat" (7:2, 6). Apakah itu berarti hukum Taurat itu buruk? Tidak. Dalam ayat 7 sampai 13, Paulus membela hukum Taurat, dengan mengatakan bahwa hukum Taurat itu sendiri adalah baik, tetapi dosa (Iblis) telah memperalat hukum Taurat untuk memprovokasi dia bersikap tidak taat. Sekarang, dalam ayat 14 sampai 25, Paulus sedang menyelesaikan pembahasannya, dengan menyatakan masalah dasar hukum Taurat: Begitu seseorang berdosa, hukum Taurat tidak berdaya untuk menghapus kesalahan dosa itu.
Ayat 14. Paulus tetap pada pendiriannya bahwa hukum Taurat bukan sumber masalah manusia. Ia kembali menegaskan alasannya: Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani. Untuk sejenak ia kembali kepada bentuk orang pertama jamak ("kami") untuk menyamakan dirinya dengan orang-orang yang menjunjung tinggi hukum Taurat. Hukum Taurat bersifat rohani (pneumatiko÷ß, pneumatikos) karena sumbernya adalah Roh Allah sendiri (Pneuvma,Pneuma) (lihat 2 Pet. 1:21). Jimmy Allen menulis bahwa hukum Taurat bersifat rohani dalam setidaknya tiga cara: 1. Dalam asalnya—Itu diberikan oleh Allah (bdk. 1 Kor. 10:3, 4). 2. Dalam tujuannya—Itu dimaksudkan untuk mengembangkan manusia secara rohani. 3. Dalam bicaranya—Itu bicara kepada roh-roh manusia.35Apa yang Paulus katakan tentang hukum Taurat, tidak bisa ia katakan tentang dirinya: Tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. Maksud Paulus adalah ini: Masalahnya bukan pada hukum Taurat, tapi pada dia. Segala perintah hukum Taurat adalah kudus, benar, dan baik—tapi ia tidak bisa melaksanakan semua perintah itu dengan sempurna. Oleh karena itu, hukum Taurat tersebut harus menghukum dia sebagai pelanggar hukum, orang berdosa. "Bersifat daging" diterjemahkan dari sa÷rkinoß (sarkinos),36kata sifat yang berhubungan dengan kata benda sarx (sarx, "daging").37Sarkinos berarti "milik alam fisik"—yaitu, "materi, fisik, manusia, daging."38Alkitab KJV menulis "karnal," kata Latin untuk "daging," namun "karnal" bukan kata yang umum digunakan sekarang ini. Alkitab NIV menulis "tidak rohani," menekankan perbedaan dengan hukum Taurat "rohani"; tapi sarkinos berarti "kedagingan," bukan "tidak rohani."
Ketika Paulus berkata, "Aku bersifat daging," ia sedang menekankan betapa lemah dirinya. Ayat-ayat yang mengikuti menggambarkan seorang laki-laki yang mencoba untuk memenuhi tantangan dosa dengan kekuatannya sendiri—dan gagal total. Dengan demikian rasul itu menekankan bahwa hukum Taurat bukan masalah. Sebaliknya, masalahnya adalah dirinya.
Paulus menuntaskan analisis singkat tentang ketidakberdayaannya dengan mengatakan bahwa ia "terjual di bawah kuasa dosa." Gambarannya adalah tentang pasar budak, dengan dosa yang kembali dipersonifikasikan. Juru lelang telah mengetukkan palu, dan Paulus adalah budak dosa (lihat 6:6, 17, 20). Masalahnya adalah bahwa Paulus tidak bisa melaksanakan hukum Taurat dengan sempurna. Hukum Taurat sempurna, tapi ia tidak sempurna. Harapannya suram.
Ayat 15. Paulus mulai menggambarkan kondisinya yang tak berdaya di bawah hukum Taurat: Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Tiga kata Yunani yang berbeda untuk "perbuat" digunakan dalam ayat 15. Masing-masing memiliki arti yang agak sedikit berbeda, tetapi mereka kurang lebih dapat digunakan secara bergantian. Kata yang diterjemahkan "tahu" adalah ginw÷skw (ginōskō), kata untuk "tahu." Tentu saja, Paulus, penulis Kristen yang terilham, tahu (mengerti) apa masalahnya, tapi ia mungkin sedang membayangkan dirinya di masa lalu: terbelenggu daging, orang Yahudi non-Kristen di bawah hukum Taurat. Di bawah keadaan tersebut, Paulus merasa bingung dan heran karena ia benar-benar ingin melakukan apa yang hukum Taurat perintahkan, tapi ia malah melakukan apa yang hukum Taurat katakan kepada dia untuk jangan dilakukan (lihat 7:7, 8).
Ayat 16. Paulus menulis bahwa ini adalah bukti kebaikan hukum Taurat: Jadi jika [sejak39] aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. Penalaran Paulus sangat padat dalam ayat ini sehingga itu mungkin tidak mudah terlihat. Jika dikembangkan, pemikirannya itu mungkin terbaca seperti ini: "Hukum Taurat memberitahu aku bahwa aku harus jangan melakukan hal tertentu. Aku ingin menaati hukum Taurat, tetapi aku menemukan diriku melakukan 'hal yang sangat tidak ingin kulakukan.' Ketika aku melakukannya, aku merasa bersalah. Fakta bahwa aku merasa bersalah adalah bukti bahwa 'Aku setuju dengan hukum Taurat' yang mengatakan bahwa tindakanku itu salah. Oleh karena itu, aku, pada dasarnya, 'mengakui bahwa hukum Taurat adalah' mutlak benar dalam apa yang ia katakan, tanpa diragukan lagi, 'baik.'" "Baik" diterjemahkan dari kalo֧ (kalos), yang menggambarkan sesuatu "tentang kualitas moral," menjadi "baik," "mulia," dan "patut dipuji."40Tersirat dalam pengakuan Paulus itu adalah perbedaan ini: "Hukum Taurat baik, tapi aku tidak."
Ayat 17. Mengapa Paulus tidak dapat menaati hukum Taurat? Karena ia "terjual di bawah kuasa dosa" (7:14). Dosa lebih kuat daripada dia: Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. "Ada di dalam" adalah dari ejnoike÷w (enoikeō), yang berarti "menghuni rumah."41Dosa (dipersonifikasikan) telah pindah ke dalam kehidupan Paulus dan mengambil alih dirinya.
Beberapa ayat dalam teks kita, jika dipahami di luar konteks, kedengarannya seperti Paulus sedang menolak untuk bertanggung jawab atas dosanya. Ayat 17 adalah salah satunya. Ayat 20 adalah satunya lagi: "Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku." Dipisahkan dari nas lainnya, sentimen ayat-ayat ini kedengarannya serupa dengan dalih yang sudah usang "saya tidak bisa menahan diri; setanlah yang membuat saya melakukan hal itu! "
Namun begitu, Paulus sudah mengakui tanggung jawabnya secara pribadi. Dua kali dalam ayat 15, ia mengacu kepada apa yang "Aku perbuat." Dalam ayat 16, ia berkata, "Aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki" (huruf miring ditambahkan). Di sepanjang kitab Roma, ia menekankan bahwa orang berdosa memang bertanggung jawab atas perbuatan dosanya dan akan harus bertanggung jawab kepada Allah atas perbuatannya itu (lihat 2:6; 14:12). Lalu, apakah yang ia maksudkan ketika ia berkata, "bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku"?
Memandang sepintas teks itu mungkin dapat membantu kita untuk memahami apa yang Paulus maksudkan dengan kata "aku." Dalam ayat 18, ia menyatakan, "Di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik" (huruf miring ditambahkan). Dalam ayat-ayat berikutnya, Paulus membuat perbedaan antara bagian dirinya yang ingin "berbuat baik" (7:21) dan bagian dirinya yang tunduk kepada "hukum dosa" (7:23). Bagian pertama, ia acukan sebagai "batinku" (7:22) dan "akal budi"nya (7:23, 25). Yang kedua memiliki beragam sebutan, termasuk "dagingku" (7:18, 25), "anggota-anggota tubuhku" (7:23), dan "tubuh maut ini" (7:24). Ia menggambarkan adanya perang yang dilancarkan antara dua bagian dirinya itu (7:23). Kita mungkin menganggap ini sebagai pertempuran antara manusia batiniah (roh manusia) dan manusia lahiriah (daging).42
Apakah Paulus bertujuan untuk mengajarkan bahwa manusia batiniah tidak bersalah sedangkan manusia lahiriah berdosa? Tidak. Yesus telah membuat jelas bahwa tindakan jahat (perbuatan manusia lahiriah) berasal dari hati (manusia batiniah) (Mat. 15:18-20). Paulus mengakui bahwa manusia batiniah dan manusia lahiriah adalah bagian dari dirinya (lihat 1 Tes. 5:23) dan bahwa ia bertanggung jawab atas keduanya.
Terminologi batiniah/lahiriah yang digunakan di dalam nas itu adalah cara dramatis Paulus untuk mengatakan, "Mustahil bagiku untuk melaksanakan hukum Taurat secara sempurna. Tidak peduli seberapa keras aku mencoba, selalu ada bagian dari diriku—bagian yang lemah dari diriku—yang menjatuhkan aku." Alkitab CJB mengungkapkan pemikiran Paulus dalam ayat 17 seperti ini: "Tapi sekarang bukan lagi 'aku yang sebenarnya' yang melakukan itu, tapi dosa yang berada di dalam diriku." "Aku yang sebenarnya" adalah bagian diri Paulus yang ingin berbuat baik. (Terminologi itu akan sesekali digunakan untuk mengacukan Paulus yang "sebenarnya" sambil kita melanjutkan untuk menuntaskan teks itu.)
Ayat 18. Paulus melanjutkan, Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. "Tidak ada sesuatu yang baik" berdiam dalam dagingnya? Mengapa Paulus menggunakan bahasa yang ekstrim seperti itu? Mungkin ia menggunakan kata "baik" dalam arti "sepenuhnya baik, baik dalam setiap pengertian" (lihat Luk. 18:19). Karena kata "di dalam" berbentuk present tense, menunjukkan tindakan yang terus-menerus, mungkin Paulus sedang mengatakan bahwa sifat baik tidak selalu hadir dalam dagingnya. Mungkin, ia sekedar melebih-lebihkan untuk menekankan sifat tak tertahankan dari tarikan ke bawah oleh "daging." Gaya melebih-lebihkan adalah cara sah untuk memberi tekanan pada suatu maksud (lihat Yoh. 21:25).
Kita harus berhenti sejenak untuk mencatat bahwa bahasa Paulus dalam ayat 18 harus jangan diartikan sebagai mengajarkan pandangan Gnostik tentang "daging." Kaum Gnostik percaya bahwa daging (tubuh) secara alami adalah jahat. Akibatnya, mereka bersikeras bahwa Kristus tidak bisa sudah datang dalam daging. Mereka juga mengajarkan bahwa roh tidak bertanggung jawab atas apa yang dilakukan oleh daging, tubuh yang berdosa. Paulus tidak percaya itu. Ia mengajarkan bahwa, dengan bantuan Roh Kudus, kecenderungan berdosa tubuh, atau daging, dapat diatasi (lihat 8:13). Ia menantang para pembacanya untuk menyerahkan anggota tubuh mereka "kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran" (6:13; lihat 12:1).
Namun begitu, di 7:18, yang Paulus maksudkan adalah tantangan untuk memerangi daging tanpa bantuan Roh Allah. Dalam kondisi tersebut, daging mengerahkan tarikan ke bawah yang sangat kuat. Apakah hasilnya untuk Paulus? Ia berkata, Sebab kehendak [untuk berbuat baik] memang ada di dalam aku [aku yang "sebenarnya"], tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.
Ayat 19. Ia menambahkan, Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat. Paulus tidak dapat melakukan apapun yang baik? Lagi, ia menggunakan pernyataan berlebihan untuk menyampaikan suatu maksud. Ia melakukan beberapa kebaikan, tetapi ia tidak bisa melakukan semua kebaikan yang ingin ia lakukan. Selanjutnya, kebaikan apa saja yang ia lakukan selalu ada cacatnya. Oleh karena sifat daging, maka "perbuatan"nya selalu tidak sesuai dengan "kehendak"nya.43
Jadi ia menggambarkan dirinya sebagai kegagalan total dalam hal berbuat baik : "Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat," melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.
Ayat 20. Ia berkata lagi, Jadi jika [sejak] aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku [dalam dagingku]. (Lihat komentar tentang 7:17.)
Ayat 21. Ketika Paulus meninjau ulang situasi menyedihkan yang diuraikan dalam ayat 14 sampai 20, ia mencapai kesimpulan ini: Demikianlah aku dapati hukum [prinsip; NASB] ini: jika aku [aku yang "sebenarnya"] menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Meski ia ingin berbuat baik, namun sifat jahat selalu hadir bersama dia. Sifat jahat itu tidak pernah meninggalkan dia sendirian (lihat 1 Pet. 5:8), tapi mencegah dia untuk melakukan kebaikan yang ia ingin lakukan (7:18, 19).
Kata "prinsip" diterjemahkan dari no÷moß (nomos), kata untuk "hukum." Nomos juga digunakan sekali dalam ayat 22, yang mengacu kepada "hukum Allah." Lalu kata itu digunakan tiga kali dalam ayat 23: "hukum lain," "hukum akal budiku," dan "hukum dosa." Kata itu ditemukan dua kali dalam ayat 25: "hukum Allah" dan "hukum dosa." Kata yang sama ini ditemukan di 8:2, 3, 4, dan 7.
Beberapa dari kemunculan kata itu secara jelas mengacu kepada hukum Allah, khususnya hukum Musa (7:22, 25); tapi bagaimana dengan "prinsip [hukum]" dalam 7:21 dan beberapa "hukum" dalam ayat 23? Seperti yang sudah dibahas sebelumnya dalam pasal 3, istilah nomos digunakan setidaknya dalam tujuh cara yang berbeda di dalam kitab Roma:
Taurat, lima kitab pertama dari Perjanjian Lama Perjanjian Lama pada umumnya Wahyu Allah, baik tertulis atau tidak tertulis Satu persyaratan hukum tertentu Sistem hukum Prinsip umum Kecenderungan yang sudah mapan Dua cara terakhir ada kaitannya dengan penggunaan nomos dalam arti sekunder, mengacu kepada "prinsip umum" atau "kecenderungan yang sudah mapan" (seperti "hukum gravitasi"). Seperti yang Alkitab NASB tunjukkan, "prinsip" mengungkapkan arti nomos dalam ayat 21. "Kecenderungan yang sudah mapan" adalah gagasan umum nomos dalam ayat 23—dan "hukum" kedua yang disebutkan dalam ayat 25.
Ayat 22. Paulus menemukan dirinya terjebak dalam pergumulan yang pahit. Di satu sisi, ia bisa mengatakan, Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah. Mereka yang mengatakan bahwa Roma 7:14-25 mengacu kepada pergumulan rohani orang Kristen yang matang bersikeras bahwa orang non-Kristen tidak akan pernah mengungkapkan kasih seperti itu untuk hukum Allah. Namun begitu, orang Yahudi yang cermat (seperti Paulus) akan dan bisa melakukan itu. Paulus yang "sebenarnya" dapat berkata bersama pemazmur, "Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib" (Maz. 119:97).
Ayat 23. Di sisi lain, Paulus berkata, Tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku ["daging"] aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku.
"Hukum" (nomos) akal budinya (manusia batiniah) adalah "kecenderungan yang mapan" dari pikirannya yang ingin berbuat baik. Yang menentang itu adalah "huku" alam anggota-anggota tubuhnya (manusia lahiriah). Di akhir ayat 23 dan dalam ayat 25, "hukum" ini disebut "hukum dosa."44Yang ingin berbuat jahat adalah "kecenderungan yang sudah mapan." Bahasa ayat 23 mengingatkan kita kepada gambaran H. G. Wells tentang seorang manusia sebagai "perang saudara [berjalan]."45
Apakah hasil dari pertempuran sengit ini? Paulus dengan sedih berkata, Membuat aku [manusia batiniah] menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku [manusia lahiriah]. Paulus (Paulus yang "sebenarnya") benar-benar kalah dan dipermalukan sepenuhnya! Dengan mengandalkan kekuatannya sendiri, ia bukan tandingan bagi tarikan ke bawah oleh dosa.
Ayat 24. Penderitaan kekalahan yang ditarik dari Paulus adalah apa yang Rogers gambarkan sebagai kata-kata paling menyedihkan di dalam Alkitab:46"Aku manusia celaka!" "Celaka" adalah dari talaipwroß (talaipōros), yang berarti "sengsara, susah sekali, tertekan."47Kata itu mengandung gagasan kelelahan akibat "kerja keras dan kesulitan."48Paulus tidak dikalahkan oleh kurangnya usaha. Ia telah melakukan yang terbaik. Ia telah bekerja sampai kehabisan tenaga. Namun demikian, ia tidak mampu melaksanakan hukum Taurat secara sempurna. Ia tidak menaati Allah; ia sudah berdosa. Alkitab NIRV mengungkapkan emosinya seperti ini: "Aku adalah kegagalan yang mengerikan!"
Kita bisa merasakan keputusasaan Paulus ketika ia berseru, Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Ia tidak bertanya "Apakah yang akan melepaskan aku?" Tapi "Siapakah?" Ia tidak butuh hukum yang lebih baik untuk melepaskan dia; di seluruh bagian ini, ia telah memuji pelbagai kebajikan hukum Taurat. Ia juga tidak butuh solusi "berusaha lebih keras"; Paulus telah melakukan yang terbaik, tapi ia masih tetap dipenjara oleh dosa. Ia butuh "Siapa"—Seseorang—untuk melepaskan dia dari "tubuh maut ini."
Para komentator memberi tafsiran yang berbeda tentang frasa "tubuh maut ini."49
Tentang kebutuhan untuk "dilepaskan" dari tubuh maut, beberapa orang ingat kisah kuno raja Etruscan yang menyiksa para tawanan dengan mengikatkan mayat-mayat ke tubuh mereka.50Kita harus ingat bahwa Paulus sedang bicara tentang "hukum dosa" dalam anggota-anggota tubuhnya (7:23). "Hukum" ini ("kecen-derungan yang sudah mapan" untuk melakukan kejahatan) hanya bisa mengakibatkan kematian rohani— keterpisahan dari Allah. Oleh karena itu, Paulus berseru, "Siapakah di sana yang [bisa] menyelamatkan aku dari tubuh ini yang ditakdirkan untuk mati?" (NEB).
Adegan yang bermacam-macam terlintas dalam pikiran: orang tenggelam yang berseru minta diselamatkan, orang di gedung yang terbakar yang menjerit-jerit minta tolong, orang yang terluka parah yang memohon bantuan, orang yang sedang sekarat karena kanker yang merindukan penghiburan. Tidak satu pun dari situasi itu yang dapat dibandingkan dengan teriakan menyayat hati dari orang yang sesat dalam dosa, yang sadar akan dilemanya, tapi tidak sadar akan sumber pengharapan apapun: "Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" Itulah cara Paulus memuncaki " berita terburuk di dalam Alkitab. "
Ayat 25. Jika Paulus tidak bertemu Yesus di jalan menuju Damsyik, ia tidak akan memiliki jawaban bagi pertanyaan itu—tapi, syukur kepada Allah, ia bertemu Yesus! Dalam ayat 25, kita bergerak dari kedalaman kepada ketinggian, dari berita terburuk di dalam Alkitab kepada yang terbaik, ketika Paulus menjawab pertanyaannya sendiri: Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita! Sekali lagi, Paulus memadatkan pikirannya. Jika diperluas, pernyataan itu bisa terbaca, "Syukur kepada Allah [, Ia akan melepaskan] melalui Yesus Kristus Tuhan kita"(lihat CJB; AB; NIRV). Cara lain untuk mengatakan ini adalah "Syukur kepada Allah [, kita dapat dilepaskan] melalui Yesus Kristus Tuhan kita" (lihat CEV; NLT; Phillips). Dua perluasan itu menyajikan gagasan yang sama: satu-satunya harapan umat Manusia untuk dilepaskan dari bencana rohani terdapat di dalam Allah melalui Yesus!51
Paulus tidak berhenti menjelaskan semua hal yang ada dalam pikirannya dalam seruan kemenangannya; ia melakukan ini di pasal 8. Bagaimanapun, ia tidak bisa menahan diri dalam memberi kita cita rasa pesta yang menanti kita di pasal berikutnya. James Burton Coffman menulis bahwa "ledakan pujian ini, entah bagaimana seperti sambaran petir, menerangi kegelapan pasal … ini, dan membolehkan sedikit pandangan sekilas yang cepat berlalu yang Paulus hendak katakan di dalam [pasal] delapan."52
Kalimat pertama dalam ayat 25 akan menjadi klimaks yang cocok bagi pembahasan Paulus dan cara yang baik untuk mengakhiri pasal ini. Oleh karena itu agak mengejutkan untuk membaca kata-kata penutup Paulus: Jadi dengan akal budiku [manusia batiniah] aku [aku yang "sebenarnya"] melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku [manusia lahiriah] aku melayani hukum dosa ["kecenderungan yang sudah mapan" untuk berbuat jahat]. Beberapa komentator dan penerjemah menganggap kata-kata ini sebagai tidak pada tempatnya dan menggesernya ke akhir ayat 24 (lihat Moffatt; Phillips). "Namun begitu, tidak ada bukti naskah untuk mendukung perubahan teks ini."53Stott menulis bahwa "ayat 25b berdiri kukuh di sana di dalam semua naskah, dan kita tidak punya kebebasan untuk menghapus atau memindahkannya."54
Rupanya, Paulus hanya ingin membuat pernyataan terakhir tentang kesia-siaan kondisi rohani manusia tanpa Kristus. Ia ingin melaksanakan hukum Taurat secara sempurna, tetapi Hukum Taurat tidak bisa mengubah sifat dasarnya. Oleh karena itu, Hukum Taurat tidak bisa menyelamatkan dia dari dirinya sendiri! Itulah "berita terburuk" di dalam Alkitab; "Berita terbaik" adalah bahwa Kristus datang untuk menyelamatkan dia—dan kita! Hal ini akan kita lihat secara terinci dalam Roma 8.
UNTUK KAJIAN LEBIH LANJUT: KAJIAN TENTANG KATA "DAGING" (SARX)
"Daging" (sarx) adalah kata penting bagi Paulus. Dari 147 kali kata itu digunakan di dalam Perjanjian Baru, 91 kali digunakan oleh Paulus.55Kata itu telah muncul di dalam kitab Roma beberapa kali (1:3; 2:28; 3:20; 4:1; 6:19; 7:5, 18, 25), tetapi kita belum meluangkan waktu untuk meninjau ulang berbagai cara kata itu digunakan. Pemahaman tentang kata sarx adalah penting dalam mempelajari 7:14-25 dan sangat penting dalam mempelajari kitab Roma 8.
"Daging" yang Paulus bicarakan "pada dasarnya tidak berdosa."56Sebuah ajaran sesat dalam gereja mula-mula, yang disebut Gnostikisme, mengajarkan bahwa daging adalah jahat—bahwa tidak ada yang baik tentang daging—tetapi Paulus tidak percaya itu. Calvinisme zaman modern mengajarkan bahwa daging telah tercemar dengan dosa Adam. Beberapa terjemahan modern mencerminkan hal ini dengan menerjemahkan sarx dengan istilah seperti "sifat berdosa." Namun begitu, ini bukan apa yang Alkitab ajarkan. Alkitab menekankan bahwa Yesus sendiri "menjadi daging [manusia]" (Yoh. 1:14; lihat Ibr. 2:14; 1 Yoh. 4:2), tetapi Ia "tidak berbuat dosa" (Ibr. 4:15.).
Perjanjian Baru menggunakan sarx dalam berbagai cara. Buku pelajaran kata oleh Vine menyantumkan tiga belas arti kata itu.57Dengan risiko terlalu menyederhanakan, diskusi ini akan dibatasi pada dua kategori utama, masing-masing dengan beberapa variasi.
"Daging" (sarx) sering digunakan di dalam kitab Roma sebagaimana umumnya kita menggunakan kata itu: dalam pengertian fisik. Di 2:28, Paulus membedakan "sunat" rohani dengan sunat "yang dilangsungkan secara lahiriah [daging]." Dalam ayat itu, "daging" mengacu kepada kulit dan jaringan otot yang menutupi tulang kita. Sering kali di dalam kitab Roma, Paulus menggunakan ungkapan "menurut daging" (1:3; 4:1; 9:3, 5) untuk berarti "sejauh menyangkut masalah bagian daging (tubuh) manusia." Akhirnya, setidaknya satu kali di dalam surat itu (3:20), rasul itu menggunakan sarx untuk mengacu kepada mereka yang terdiri dari daging dan tulang—yaitu, semua manusia. Mengenai bagian daging (insani) manusia, dapatlah dipahami bahwa daging itu memiliki kelemahan dan keterbatasan yang sudah menjadi sifatnya (lihat 6:19; 8:3).
Paulus secara khusus suka menggunakan sarx secara kiasan—tidak dalam pengertian harfiah, fisik, tetapi dalam pengertian moral dan etika. Hidup "menurut daging" (8:4, 5, 12, 13) berarti hidup hanya pada tingkatan daging, tunduk pada selera kedagingan, dengan sedikit atau tanpa pertimbangan untuk Allah dan orang lain. Berada "dalam daging" (7:5; 8:8, 9; lihat 7:14, 18, 25) berarti mencoba untuk hidup hanya bergantung pada sumber kekuatan sendiri, tanpa bantuan Allah. Memiliki "pikiran yang tertuju kepada daging" (8:6, 7; NASB) adalah hanya peduli dengan apa yang bersifat fisik. Cepat atau lambat, pola pikir seperti itu menghasilkan dosa. Jadi Paulus bicara tentang "daging yang berdosa" (8:3). Di tempat lain, ia mengelompokkan daftar panjang berisi dosa sebagai "perbuatan daging" (Gal. 5:19-21).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Roma (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini mer...
Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).
Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Rom 15:23-32).
Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom 15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom 16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22), dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27). Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke barat (Rom 15:24,28).
Tujuan
Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.
- (1) Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.
- (2) Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rom 2:1-29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rom 11:11-36).
Survai
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam Tuhan Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa. Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama, Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah umum (Rom 1:18--3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Rom 3:21--4:25).
Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21), karunia kebenaran Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23), pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat (pasal 7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan -- sosial, sipil, dan moral (pasal 12-14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan keterangan tentang rencananya pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling sistematis, surat teologis yang paling hebat dalam PB.
- (2) Paulus menulis dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi (mis. Rom 3:1,4-6,9,31).
- (3) Paulus memakai PL secara luas sebagai kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan sifat sesungguhnya dari Injil.
- (4) Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil (Rom 1:16-17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan melalui Yesus Kristus.
- (5) Paulus memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama dengan persediaan Allah di dalam Kristus untuk masing-masing aspek:
- (a) dosa sebagai pelanggaran pribadi (Rom 1:1--5:11), dan
- (b) prinsip "dosa" (Yun. _he hamartia_), yaitu kecenderungan bawaan yang alami untuk berbuat dosa yang tinggal dalam hati setiap orang sejak kejatuhan Adam (Rom 5:12--8:39).
- (6) Roma 8 (Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab mengenai peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
- (7) Surat Roma berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus oleh orang Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana penebusan Allah yang bermula dari Israel dan akhirnya menuju kembali kepada Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Full Life: Roma (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Rom 1:1-17)
I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20)
A. Kebutuhan Or...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Rom 1:1-17) - I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20) - A. Kebutuhan Orang Bukan Yahudi
(Rom 1:18-32) - B. Kebutuhan Orang Yahudi
(Rom 2:1-3:8) - C. Kebutuhan Semua Orang
(Rom 3:9-20) - II. Penyediaan Kebenaran yang Mulia oleh Allah
(Rom 3:21-5:21) - A. Pembenaran oleh Iman Diringkaskan
(Rom 3:21-31) - B. Pembenaran oleh Iman Digambarkan Dalam Abraham
(Rom 4:1-25) - C. Berkat dan Keyakinan yang Menyertai Pembenaran
(Rom 5:1-11) - D. Adam dan Kristus Dibandingkan
(Rom 5:12-21) - 1. Adam/Dosa/Penjatuhan Hukuman/Kematian
- 2. Kristus/Kasih Karunia/Pembenaran/Hidup
- III.Kebenaran Berkarya Melalui Iman
(Rom 6:1-8:39) - A. Kebebasan dari Perbudakan Dosa
(Rom 6:1-23) - 1. Mati Bersama Kristus terhadap Dosa
(Rom 6:1-14) - 2. Hidup Bersama Kristus sebagai Hamba Kebenaran
(Rom 6:15-23) - B. Kebebasan dari Pertentangan di Bawah Hukum Taurat
(Rom 7:1-25) - C. Kebebasan Melalui Hukum Roh Kehidupan
(Rom 8:1-39) - IV. Kebenaran oleh Iman Berkaitan dengan Israel
(Rom 9:1-11:36) - A. Persoalan Penolakan Israel
(Rom 9:1-10:21) - B. Kemenangan Rencana Allah
(Rom 11:1-36) - V. Penerapan Praktis dari Kebenaran oleh Iman
(Rom 12:1-15:13) - A. Orang Percaya dan Penyerahan Diri
(Rom 12:1-2) - B. Orang Percaya dan Masyarakat
(Rom 12:3-21) - C. Orang Percaya dan Pemerintah
(Rom 13:1-7) - D. Orang Percaya dan Hukum Kasih
(Rom 13:8-15:13) - Penutup
(Rom 15:14-16:27)
Matthew Henry: Roma (Pendahuluan Kitab)
Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulk...
- Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulkan bahwa mazmur-mazmur Daud di dalam Perjanjian Lama dan surat-surat penggembalaan Rasul Paulus di dalam Perjanjian Baru merupakan bintang-bintang yang paling terang, yang berbeda dari bintang-bintang lainnya di dalam kemuliaan. Kitab Suci secara keseluruhan memang merupakan surat penggembalaan dari sorga kepada dunia ini, tetapi di dalamnya ada penjelasan atas beberapa surat kerasulan tertentu. Di dalamnya terdapat lebih banyak surat-surat Paulus dibandingkan dengan surat rasul-rasul lainnya, sebab ia adalah rasul utama dari antara mereka. Ia bekerja lebih keras dibandingkan mereka semua. Tidak diragukan lagi, bakat alamiahnya sangat luar biasa. Pengertiannya akan suatu hal cepat dan tajam, ungkapan-ungkapannya lancar dan kaya. Ke mana pun ia pergi, kasih sayangnya sangat hangat dan bersemangat, dan keteguhan hatinya sangat tegas dan berani. Hal ini membuat ia menjadi seorang penganiaya yang sangat keras dan sengit sebelum ia bertobat. Namun ketika orang kuat yang bersenjata lengkap ini dilucuti, dan orang yang lebih kuat dari padanya datang menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan membagi-bagikan rampasannya dan menguduskan kecakapan-kecakapan ini, ia pun menjadi pemberita firman yang paling mahir dan bersemangat. Tidak ada yang lebih baik dari padanya untuk memenangkan jiwa, dan juga tidak ada yang lebih berhasil dari padanya. Empat belas surat penggembalaannya terdapat di dalam kanon Kitab Suci kita. Besar kemungkinan masih ada lebih banyak lagi surat yang ia tulis selama masa pelayanannya, yang mungkin cukup baik untuk mengajar, menegur, dan seterusnya tetapi karena surat-surat itu tidak diilhami oleh Allah, maka surat-surat tersebut tidak diterima sebagai kitab kanonik, dan juga tidak diturunkan kepada kita. Beberapa penulis kuno mengatakan bahwa ada enam pucuk surat ditulis oleh Paulus kepada Seneca (ahli filsafat dan negarawan Romawi abad pertama – pen.), dan delapan surat dari Seneca kepadanya [Sixt. Senens. Biblioth. Sanct. lib.2], dan yang masih ada sampai sekarang ini. Namun, sekali pandang saja tampaknya naskah-naskah itu tidak asli dan palsu.
- Surat penggembalaan kepada jemaat Roma ini ditempatkan sebagai surat yang pertama, bukan karena urutan waktu penulisannya yang lebih awal, melainkan karena keunggulannya yang tinggi. Surat ini adalah surat yang terpanjang dan terlengkap dibandingkan surat-surat penggembalaan lainnya, dan mungkin juga karena kewibawaan dari tempat yang menjadi tujuan surat ini ditulis. Dikatakan bahwa Krisostom, salah seorang bapa gereja, meminta supaya surat ini dibacakan untuknya dua kali dalam seminggu. Surat ini merupakan kumpulan dari beberapa bagian tulisan dari surat tersebut yang ditulis pada tahun 56 Masehi, dari kota Korintus, ketika Paulus tinggal di situ sebentar dalam perjalanannya menuju Troas (Kis. 20:5-6). Ia menitipkan surat ini kepada Febe, orang Romawi itu, seorang pelayan jemaat di Kengkrea (pasal 16), yang berada di wilayah Korintus. Di dalam surat itu ia menyebut Gayus sebagai tuan rumahnya, atau orang yang memberi tumpangan kepadanya (16:23). Gayus yang dimaksud adalah orang Korintus, berbeda dengan Gayus dari Derbe, yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 20. Pada saat itu, Rasul Paulus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem dengan membawa uang yang akan diberikan kepada orang-orang kudus miskin yang ada di sana. Hal itu ia sebutkan di dalam Roma 15:26. Rahasia-rahasia besar perlu dibahas di dalam surat ini, seperti juga dalam tulisan-tulisan Rasul Paulus lainnya, karena banyak hal masih gelap dan sukar dipahami (2Ptr. 3:16). Cara penulisan surat ini (sama seperti beberapa surat penggembalaan lainnya) dapat diamati. Bagian terdepan berisikan pengajaran, yaitu di dalam sebelas pasal pertama. Bagian terakhir adalah bagian penerapan, yaitu di dalam lima pasal terakhir, yang memberitahukan tentang penghakiman dan cara memperbaiki hidup. Cara terbaik untuk memahami kebenaran-kebenaran yang dijelaskan di bagian awal adalah dengan menaati dan melakukan kewajiban-kewajiban yang diuraikan di bagian akhir. Sebab, barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan mengetahui pengajaran itu (Yoh. 7:17).
- I. Bagian pengajaran dari surat kerasulan itu mengajarkan kepada kita,
- 1. Mengenai jalan keselamatan,
- (1) Dasar keselamatan itu adalah pembenaran oleh Allah, dan bukan karena perbuatan manusia (pasal 1). Juga bukan karena melakukan hukum Taurat bangsa Yahudi (pasal 2-3), sebab baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain harus bertanggung jawab terhadap kutuk itu. Sebaliknya, keselamatan itu hanya diperoleh melalui iman di dalam Yesus Kristus (Roma 3:21 dan seterusnya; pasal 4).
- (2) Langkah-langkah menuju keselamatan ini adalah,
- 2. Mengenai orang-orang yang diselamatkan, seperti halnya mereka yang masuk menurut pilihan kasih karunia (pasal 9), bangsa-bangsa lain dan bangsa Yahudi (pasal 10-11). Dari sini tampak bahwa pokok yang ia bicarakan adalah kebenaran-kebenaran yang sebenarnya telah diketahui, seperti yang dikatakan oleh Rasul Petrus (2Ptr. 1:12). Dua hal yang menjadi batu sandungan bagi bangsa Yahudi, yaitu pembenaran oleh iman tanpa melakukan hukum Taurat, dan penerimaan bangsa-bangsa lain ke dalam jemaat. Itulah sebabnya Rasul Paulus berusaha menjelaskan dan membereskan kedua hal ini.
- II. Bagian penerapan yang mengikuti, yang di dalamnya kita temukan,
- 1. Beberapa nasihat umum yang cocok bagi semua orang Kristen (pasal 12).
- 2. Petunjuk-petunjuk bagaimana kita berperilaku sebagai anggota masyarakat yang beradab (pasal 13).
- 3. Aturan-aturan yang mengatur tingkah laku orang-orang Kristen satu sama lain, sebagai sesama anggota jemaat Kristen (pasal 14 dan pasal 15:1-14).
- III. Ketika mendekati bagian penutup, Rasul Paulus menjelaskan dasar-dasar tulisannya kepada mereka (15:14-16), memberikan penjelasan mengenai dirinya sendiri dan urusan-urusannya (ay. 17-21), berjanji untuk mengunjungi mereka (ay. 22-29), meminta dukungan doa mereka (ay. 30-32), mengirimkan salam khusus kepada banyak sahabat di sana (Roma 16:1-16), memperingatkan mereka terhadap orang-orang yang menimbulkan perpecahan (ay. 17-20), menambahkan salam dari sahabat-sahabat yang ada bersamanya (ay. 21-23), dan mengakhirinya dengan sebuah doa berkat dan pujian kepada Allah (ay. 24-27).
Jerusalem: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus.
di Korintus pada awal...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus. di Korintus pada awal tahun 58, mendjelang berangkatnja ke Jerusalem, guna menjampaikan hasil pendermaan dari umat-umat di Achaja dan Masedonia, bagi orang-orang miskin didalam umat induk disitu. Ia bermaksud, segera sesudah penjerahan resmi derma-derma tersebut, pergi ke Barat pula dan meluaskan wilajah kerajanja sampai ke Spanjol. Pada perdjalanan ke Spanjol itu ia bermaksud singgah di Roma dan hal ini mendjadi alasan tertulisnja surat ini. Ia hendak memberitahukan niatnja itu dan memperkenalkan diri dan maksud kundjungannja terlebih dahulu, sebab ia masih agak asing bagi umat itu, belum pernah berhubungan denganja, ketjuali dengan beberapa tokoh, jang dahulu mendjadi pembantu, kawan atau muridnja dilain-lain tempat. Bdl. 16:3-16. Umat itu dewasa itu sudah sangat besar dan menurut perkataan Paulus sendiri dalam 1:8 semangat imannja terkenal "diseluruh dunia". Lagi pula kedudukan umat ini teristimewa penting sebagai umat ibu-kota seluruh kekaiseran Roma, pusat pemerintahan dan kebudajaan Romawi. Sudah sewadjarnja semua itu menarik minat seorang rasul seperti Paulus. dan sebab itu sudah lama menimbulkan kerinduan untuk berkenalan dengan umat itu. Malahan ia merasa bertugas terhadapnja djuga. Umat itu bagian terbesar terdiri dari orang Romawi asli bekas penjembah dewa-dewa, dan bukankah ia. chususnja bertugas sebagai rasul terhadap segala bangsa-bangsa "kafir"? Untuk itu ia ditetapkan langsung oleh Kristus sendiri (Kis. Ras. 9:15), dan dengan resmi pula oleh umat Antiochia atas ilham Roh Kudus (Kis. Ras. 13:2-3), dan achirnja oleh persetudjuan dengan "tiang-tiang agung" Geredja, ialah Petrus, Joanes dan Jakobus (Gal. 2:7-10). Oleh sebab itu ia tidak mau datang dengan tangan kosong, melainkan dengan kepenuhan berkat Kristus (15:29), dan sekedar membagikan iman mereka (1-11). Namun demikian ia tidak mau membangunkan. diatas dasar jang diletakkan oleh orang lain (15:20-22), artinja ia tidak mau tjampur- tangan dalam urusan-urusan umat. Dan memang dasar umat itu sudah teguh berdiri. Siapakah jang meletakkan dasar itu tidak terang. Ada hanja beberapa berita bersifat riwajat lisan jang sebagian amat kabur. Mungkin pangkal mula umat ialah orang-orang jang didalam Kis. Ras. 2.10 disebut "orang Jahudi dan proselit dari Roma", jang turut menjaksikan peristiwa Pentekosta di Jerusalem. Tetapi perkembangan pesat dan keteguhan iman membuktikan, bahwa pendiri dan pemimpin umat itu tentu seorang rasul unggul dan ada hal-hal dan berita-berita jang menundjuk kepada Petrus. Menurut berita-berita purba jang agak kabur, Petrus sudah bekerdja disitu waktu pemerintahan kaiser Klaudius antara. 42 dan 49, dan datang kesana langsung atau tak langsung, sesudah ,pergi kesuatu tempat lain" (Kis. Ras. 12:17). Memang diwaktu itu umat sudah besar, tentu terutama diantara orang Jahudi, jang golongannja di Roma dewasa itu beberapa ribu orang. Hal itu terkesan oleh berita Suetonius, periwajat hidup Klaudius, jang menulis, bahwa dimasa itu terdjadi suatu pergolakan diantara orang-orang Jahudi, disebabkan oleh seorang bernama Chrestos dan mengakibatkan Klaudius mengusir semua orang Jahudi dari Roma. Bdl. Kis. Ras. 18:2. Berita-berita bahwa Petrus kemudian bekerdja di Roma dan mati sebagai martir disitu tidak dapat disangkal kebenarannja. Diantaranja misalnja berita, bahwa Markus menulis Indjilnja di Roma, berdasarkan pengadjaran Petrus disitu dan atas permintaan orang Roma. la dinamakan djuru-bahasa Petrus.
Bahwa diwaktu Paulus menulis surat ini, dan datang, sebagai tahanan ke Roma, umat disitu besar dan teguh imanja, njata dibuktikan beberapa tahun kemudian, dalam pengedjaran Nero terhadap mereka. Penulis sedjarah Romawi, Tasitus, menulis, bahwa orang-orang jang disebut "Chrestiani", sedjumlah teramat besar (ingens multitudo) ditangkap dan disiksakan (dibunuh) sebengis-bengisnja oleh kaisar Nero, bukannja seolah-olah mereka bersalah, sebagaimana tertuduh, melainkan karena kebentjian rakjat terhadap mereka dan kekedjaman satu orang (Nero).
Paulus hendak mengundjungi umat Roma sebab bertugas sebagai rasul bagi bangsa-bangsa penjembah dewa-dewa. Demikian menurut 1:5-7. Dan dalam membatja surat ini kita memang mendapat kesan-kesan, bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada orang-orang bekas penjembah dewa-dewa. Tentu sadja ada segolongan bangsa Jahudi djuga dalam umat Roma, jang tidak diabaikan oleh Paulus. Tetapi kalau ia didalam surat, misalnja dalam bab 2, langsung menjapa orang Jahudi, hal itu bukan berarti, bahwa uraian bersangkutan chusus ditudjukan kepada mereka. Isinja sama penting bagi segala anggota umat. Metodos Paulus disini, memberi pengertian djelas dengan mempertahankan kebenaran Indjil dengan salah paham Jahudi. Dan kalau dalam pada itu menjapa orang Jahudi, itu dapat dan harus ditafsirkan sebagai akal suatu gajabahasa setperti terdapat dalam Rom. 7,7-25. Mengenai tudjuan surat untuk menjatakan niat mengundjungi umat dan memperkenalkan diri serta maksud kedatangannja, tentu sadja tjukup suatu surat pendek, jang misalnja meliputi isi 1:1-15 dan 15:22-29. Tetapi dalam kegiatan kerasulannja Paulus tidak dapat mentjukupkan diri dengan suatu berita pendek itu. Disini sudah ia tidak mau datang dengan tangan kosong. Dan sjukurlah bagi seluruh Geredja untuk segala abad, ia mendapat ilham dalam menulis surat ini untuk terdahulu memaparkan isi "Indjil"nja, jang akan dibitjarakan setjara lisan pada perkundjungannja. Kita sudah tahu apakah arti "Indjil"nja itu, jaitu Indjil Kristus dengan menondjolkan apa jang chususnja mendjadi kabar gembira bagi bangsa-bangsa bukan Jahudi, jaitu bahwa Kristus sebagai Penebus telah datang untuk menjelamatkan seluruh bangsa manusia, baik Jahudi, maupun bangsa-bangsa jang masih disebut "kafir". Paulus menerangkan djalan, sjarat-sjarat dan hakekat penjelamatan itu. Djalan pikiran Paulus dalam surat ini dalam garis-garis besarnja adalah seperti berikut:
Seluruh umat manusia, turunan Adam meringkuk dalam perhambaan kepada dosa. Dosa itu pada hakekatnja terletak dalam terputusnja hubungan tjinta dengan Allah dan disebut djuga "murka" Allah. Akibatnja keruntuhan achlak jang mengerikan dan achirnja kebinasaan abadi. Tak seorang manusiapun mampu membebaskan diri dari perhambaan itu, dan dari sendirinja mendekati Allah.
Dalam kerahimanNja Allah dari kekal sudah merentjanakan menjelamatkan manusia dari keadaan itu. PenjelenggaraanNja telah didjandjikanNja kepada Abraham dan para turunannja dan makin lama makin djelas disediakanNja didalam Perdjandjian Lama.
Rentjana dan djandji itu sudah dilaksanakan oleh dan dalam Kristus. Ia telah menebus dosa manusia dengan darahnja dan memperdamaikan bangsa manusia dengan Allah Pula.
Keadaan manusia tertebus dinamakan Paulus "dikaiosine", artinja kebenaran.Manusia 'jang "pertjaja akan Kristus", "dibenarkan" oleh Allah, artinja dosanja dihapus dan Allah memberinja suatu hidup baru, jang berwudjud mempunjai bagian dalam hidup Allah sendiri dan diangkat mendjadi anak Allah sedjati dan ahliwaris kemuliaanNja. Dengan setegas-tegasnja Paulus menekankan, bahwa kebenaran itu diberikan sebagai anugerah, melulu berdasarkan kerahiman Allah dan tjintaNja jang semata-mata bebas, Manusia sendiri tidak mampu memperolehnja dengan djasanja sendiri, seperti dengan mengamalkan hukum taurat menurut salah paham orang Jahudi. Jang dituntut dari si manusia, ialah hanja kepertjajaan akan Kristus. Mengenai pengertian "kepertjajaan" dalam bahasa Paulus, batjalah kata pendahuluan II, hal. 538 (tjetakan V 1968).
Dalam menekankan, bahwa pengamalan hukum taurat samasekali tidak diperhitungkan Allah dalam membedakan manusia, Paulus tiba Pula ditengah-tengah perdjuangan dengan salah paham orang Jahudi tersebut, jang sudah kita kenal dari suratnja kepada umat-umat di Galatia. Tetapi apa jang dipergunakan Paulus dengan semangat dalam surat itu, didalam surat ini diuraikannja dengan tenang dan lebih landjut dan mendalam.
Itu memberi pula kepadanja suatu kesempatan, untuk mendjelaskan pokok sikap kaum Jahudi, dan nasibnja jang diperhitungkan Allah dalam rentjana penjelenggaraannja. Achirnja mereka akan insjaf, sehingga djandji Allah kepada Abraham dan bangsa Jahudi umumnja, dapat ditepati oleh Allah bagi bangsa Israel dalam keseluruhannja. Mulai bab 12 Paulus memberi pengadjaran praktis, bagaimana umat harus hidup sesuai dengan martabat baru dalam kesusilaan sempurna chususnja dengan mengamalkan tjinta-kasih.
Hagelberg: Roma (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh k...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh karena itu, Surat Roma tidak banyak dipengaruhi dengan situasi dan kondisi jemaat Roma, sehingga surat ini lebih bersifat obyektif. Sifat Injil Kristus diuraikan secara lengkap dan teratur.1
Kata-Kata Kunci dalam Surat Roma
Ada beberapa kata yang menonjol sebagai kata kunci untuk memahami Surat Roma secara tepat. Kata-kata yang berikut ini layak dipelajari:
aiwn/aion
"Sampai aiwn lepas aiwn" diterjemahkan "selama-lamanya," dan aiwn sendiri diterjemahkan "dunia," karena istilah ini mengandung unsur "zaman" dan juga "dunia."
Roma 1:25, 9:5, 11:36, 12:2, 16:27
aiwniov/aionios
"kekal," "abadi," "berabad-abad"
Roma 2:7, 5:21, 6:22, 6:23, 16:25, 16:26
dikaiov/dikaios
Istilah ini berarti "benar," atau "adil."
Roma 1:17, 2:13, 3:10, 3:26, 5:7, 5:19, dan 7:12.
dikaiosunh/dikaiosune
Istilah ini berarti "kebenaran," atau "keadilan."
Roma 1:17, 3:5, 3:21, 3:25, 3:26, 4:3, 4:5, 4:6, 4:9, 4:11, dst.
pisteuw/pisteuo
Roma 1:16, 3:2, 3:22, 4:3, 4:5, 4:11, 4:17, 4:18, 4:24, 6:8, 9:33, dst.
Kata kerja ini berarti "percaya."
pistiv/pistis
Roma 1:5, 1:8, 1:12, 1:17, 1:17, 3:3, 3:22, 3:25, 3:26, 3:27, 3:28, dst.
Istilah ini berarti "iman."2
Penulis Surat Roma
Memang pernah ada perdebatan mengenai identitas penulis Surat Roma. Sarjana liberal berusaha untuk meyakinkan pendapat mereka bahwa Paulus tidak menulis Surat Roma. Tetapi perdebatan tersebut sudah dapat diatasi, dan hampir semua mengakui Rasul Paulus sebagai penulis Surat Roma. Paulus disebut sebagai penulis di dalam pasal 1:1, dan banyak yang dikatakan oleh penulis surat ini cocok dengan apa yang dikatakan mengenai Rasul Paulus di dalam KPR dan surat-surat lain. Bandingkanlah Roma 15:25-27 dengan KPR 19:21, 20:1-5, 21:15-19, I Korintus 16:1-5, II Korintus 8:1-12, dan 9:1-5 mengenai perjalanan Paulus ke Yerusalem dengan persembahan dari Makedonia. Menurut Roma 11:1 dan Filipi 3:5 dia berasal dari suku Benyamin. Menurut Roma 16:3 dan KPR 18:2-3, 18-19 dia mengenal Priska dan Akwila. Menurut Roma 1:10-15, 15:22-32, dan KPR 19:21 Paulus rindu mengunjungi mereka di Roma. Kesamaan-kesamaan ini menjadi bukti yang kuat pada apa yang telah dinyatakan oleh Roma 1:1, yaitu bahwa Rasul Paulus adalah pengarang dari surat ini!
Penerima Surat Roma
Asal-usul dari jemaat pembaca pertama ini tidak diketahui dengan pasti. Mungkin jemaat pertama di Roma didirikan oleh "pendatang-pendatang dari Roma" yang percaya kepada Kristus di Bait Allah pada Hari Pentakosta (KPR 2:10), setelah mereka pulang ke Roma. Mungkin juga orang-orang yang diinjili oleh Pauluslah yang mendirikan jemaat-jemaat Roma. Paulus menyebut 24 orang di Roma, termasuk orang-orang yang memimpin jemaat di rumah mereka masing-masing.
Menurut tradisi Katolik, jemaat Roma didirikan oleh Petrus pada tahun 42. Tetapi menurut KPR 15, Petrus berada di Yerusalem pada waktu Sidang Yerusalem diadakan (tahun 49), dan menurut konteks itu setelah sidang itu dia menetap di Yerusalem. Juga, kalau seandainya Petrus berada di Roma, aneh sekali bahwa dia tidak disebut-sebut oleh Paulus, apa lagi kalau di dalam II Petrus 3:15 Petrus menyebut Paulus sebagai "saudara kita yang kekasih." Karena Petrus tidak disebut-sebut dalam surat-surat Paulus yang ditulis di Roma, adalah janggal, jikalau Petrus ada di Roma.
Dalam jemaat-jemaat di Roma ada orang Yahudi. Menurut KPR 18:2 Akwila, yang disebut dalam Roma 16:5, adalah orang Yahudi, dan menurut Roma 16:7 dan 11 Andronikus, Yunias, dan Herodion adalah "temanku sebangsa." Selain itu, kita tahu bahwa di Roma ada orang-orang Yahudi yang diusir dari Roma waktu "kaisar Klaudius memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma" (KPR 18:2). Rupanya orang-orang Yahudi sudah diperbolehkan untuk datang kembali sebelum Surat Roma ditulis. Kota Roma adalah ibu kota dari Kekaisaran Romawi, sehingga banyak orang dari seluruh daerah kekaisaran berminat untuk pindah ke sana.
Kalau diamati kelihatan bahwa Surat Roma dimaksudkan untuk orang Yahudi (2:17 dan 4:1) dan juga untuk orang yang bukan Yahudi (11:13 "Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi"). Bahkan pasal-pasal 1:5-6, 1:13, 11:17-31, dan 15:14-16 memberi kesan bahwa banyak dari para pembacanya adalah orang bukan Yahudi. Cranfield3 menegaskan bahwapara pembacanya tidak bisa dikatakan mayoritas Yahudi, atau mayoritas bukan Yahudi. Singkatnya, ada banyak orang bukan Yahudi dan Yahudi di dalam jemaat-jemaat Kristen di Roma.
Tempat dan Tahun Penulisan Surat Roma
Dari Roma 15:25 kita tahu bahwa waktu surat ini ditulis, Paulus "sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus." Saat itu dia mau mengakhiri salah satu dari ketiga perjalanannya.
Dari Roma 15:23 kita tahu bahwa dia "tidak lagi mempunyai tempat kerja di daerah ini," dan dari pasal 15:19 kita mengerti bahwa maksudnya dengan "daerah ini" adalah "dari Yerusalem sampai ke Ilirikum." Ini berarti bahwa perjalanan yang diakhiri adalah perjalanan yang ketiga, karena sebelum perjalanannya yang ketiga dia tidak akan menyatakan bahwa pelayanannya sudah selesai.
Dalam Roma 16:1-2, "Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudara kita yang melayani jemaat di Kengkrea... sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri" Surat Roma dikaitkan dengan "Kengkrea", yaitu pelabuhan sebelah barat dari kota Korintus.
Ada satu kaitan lagi dengan kota Korintus dalam pasal 16:23, di mana Gayus, "yang memberi tumpangan kepadaku," memberi salam kepada mereka di Roma. Mungkin Gayus ini adalah orang Korintus yang disebut di dalam I Korintus 1:14.
Menurut KPR 20:3 Paulus berada di tanah Yunani selama tiga bulan. Barangkali pada waktu itu dia di Korintus (ibu kota propinsi) atau Kengkrea, dan di situ dia menyusun Surat Roma.
Tahun penulisannya masih agak sulit ditentukan. Menurut Cranfield,4 surat ini pasti ditulis di antara akhir tahun 54 sampai awal tahun 59, dan kemungkinan besar di antara akhir tahun 55 sampai awal tahun 57.
Kesatuan Surat Roma
Beberapa naskah kuno dari Surat Roma tidak memuat pasal 15-16, dan beberapa bapa-bapa gereja tidak mengutip dari Roma 15-16. Juga, dalam beberapa naskah kuno, pujian yang mengakhiri Surat Roma, yaitu 16:25-27, diletakkan pada akhir pasal 14, atau pada akhir pasal 15, atau pada akhir pasal 14 dan pasal 16. Dua naskah tidak menyebut kata "Roma" di dalam 1:7 dan 1:15, sehingga kota Roma sama sekali tidak disebut di dalam dua naskah itu.
Walaupun hanya beberapa naskah yang memiliki perbedaan tersebut, tetapi perbedaan-perbedaan itu sempat menjadi bahan pemikiran dan dialog para sarjana. Mengapa terjadi demikian, sehingga ada naskah surat yang seolah-olah tidak dikirim ke Roma? Jawabannya banyak.
Ada sarjana yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-14:23 sebagai surat edaran bagi jemaat-jemaat lain, kemudian menambahkan pasal 15-16 pada surat edaran itu.
Ada sarjana lain yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-15:33 kepada jemaat-jemaat Roma, lalu setelah itu, dia mengirimkan surat itu dengan suatu tambahan (pasal 15-16) kepada jemaat lain.
Tetapi setelah Cranfield5 mempertimbangkan semua ini, dia mengambil kesimpulan bahwa seluruh surat ini, pasal 1 sampai dengan pasal 16, dikirim oleh Paulus kepada jemaat-jemaat Roma, dan perbedaan-perbedaan antara naskah muncul karena surat ini disalin di Roma, dan pasal 15 dan pasal 16 tidak selalu disalin karena dianggap ditujukan khusus untuk mereka di kota Roma.
Surat Roma memiliki kesatuan. Beberapa naskah kuno yang tidak lengkap tidak menyangkal kesatuan itu.
Maksud dan Tujuan Surat Roma
Maksud tujuan pertama dari Surat Roma sudah jelas dari pasal 15:22-25 di mana Paulus memberitahu kepada mereka bahwa dia mau mengunjungi mereka di Roma. 15:24 menceritakan satu maksud tujuan yang lain lagi. Dia mau mendapatkan pertolongan dari mereka. Dia mau melayani di Spanyol, dan dia berharap mereka akan memperlancar perjalanannya. Dia akan mencari dukungan bagi pelayanannya di sana. Pasal 15:30-32 menjelaskan bahwa dia juga minta dukungan doa mereka untuk perjalanannya ke Yerusalem, di mana dia akan menghadapi bahaya dari orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan di mana dia akan menyerahkan suatu persembahan.
Untuk memperoleh hasil yang telah disebut di atas, maka Rasul Paulus mau menguraikan Injil Kristus, karena dengan sungguh mengerti baik murka Allah yang mengancam manusia maupun kebenaran Allah yang dianugerahkan guna penyelamatan setiap orang yang percaya, mereka di Roma diharapkan menjadi terbeban untuk menolong dan mendukung Paulus serta ikut terlibat dengan kerinduan Paulus untuk menjangkau orang Spanyol dengan Injil Kristus.
Pola Berpikir Surat Roma6
Dalam Surat Roma Rasul Paulus menyatakan suatu pola berpikir yang penting bagi tafsiran surat ini. Bagi dia, eksistensi manusia dibagi dua. Ada dua aion/aion bagi manusia. Satu aion/aion yang dikepalai Adam, dan satu yang dikepalai Kristus. Orang yang tidak memiliki kebenaran Allah berada dalam aion/aion Adam di mana Maut berkuasa. Tetapi Kristus telah membawa aion/aion Kehidupan Kekal yang boleh dialami oleh setiap orang yang berada dalam Kristus. Perlu dimengerti juga bahwa istilah aion/aion itu lain daripada kata zaman. Aion/Aion Kehidupan sudah muncul, tetapi aion/aion Maut masih ada juga. Masa kini ada hubungan yang erat antara aion/aion Kristus dan Kerajaan Allah. Dua-duanya sudah ada, dan masih akan datang dengan segala kepenuhannya. Kerajaan Allah dilawan dengan kerajaan Iblis, dan aion/aion Kristus dilawan dengan aion/aion Adam. Baik aion/aion Kristus maupun Kerajaan Allah hanya dapat dialami oleh orang yang benar, yaitu orang yang memiliki kebenaran Kristus.
Pentingnya hal aion/aion baru dan aion/aion lama menjadi nyata kalau garis besar Surat Roma diselidiki. Hidup orang yang sudah dibenarkan karena iman adalah tema Surat Roma, sedangkan dua aion/aion tersebut di atas mewarnai kerangka Surat Roma.
Hagelberg: Roma (Garis Besar) GARIS BESAR
roma
I. Pendahuluan 1:1-1:17
A. Salam 1:1-1:7
B. Perkenalan 1:8-1:15
C. Tema Surat 1:16...
GARIS BESAR
roma
- I. Pendahuluan 1:1-1:17
- A. Salam 1:1-1:7
- B. Perkenalan 1:8-1:15
- C. Tema Surat 1:16-1:17
- II. Injil 1:18-15:13
- A. Orang yang Dibenarkan karena Iman 1:18-4:25
- 1. Murka Allah Dinyatakan melawan... 1:18-3:20 (aion/aion kematian)
- a. ...Manusia tanpa Kebenaran 1:18-1:32
- b. ...Manusia yang Mengusahakan Kebenaran dari Hukum Taurat 2:1-3:8
- c. ...Semua Manusia 3:9-20
- 2. Kebenaran Allah Dinyatakan 3:21-4:25 (aion/aion hidup)
- a. Kebenaran Allah Dinyatakan melalui Kristus 3:21-3:31
- b. Kebenaran Allah Disaksikan melalui Kehidupan Abraham 4:1-4:25
- B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
- 1. Dia akan Hidup Bebas dari Murka 5:1-5:11
- a. Kita memiliki damai terhadap Allah 5:1-4
- b. Keadaan kita berdasarkan kasih Allah 5:5-8
- c. Kasih Allah meluputkan kita dari murkaNya 5:9-11
- 2. Dia akan Hidup Bebas dari Dosa 6:1-6:23
- a. Melalui Baptisan Rohani Kita Bebas dari Dosa 6:1-14
- b. Kita yang Dibebaskan, Menjadi Hamba Kebenaran 6:15-23
- 3. Dia akan Hidup Bebas dari Hukum Taurat 7:1-7:25
- a. Dalam Kristus Kita Mati Terhadap Hukum Taurat 7:1-6
- b. Hukum Taurat Dapat Membangkitkan Dosa 7:7-13
- c. Hukum Taurat Tidak Dapat Membangkitkan Yang Baik 7:14-25
- 4. Dia akan Hidup Bebas dari Maut 8:1-8:39
- a. Melalui Roh Allah Kita Dapat Mengenal Kristus dan Kuasa KebangkitanNya, Sehingga Kita Bebas 8:1-8:13
- b. Kita Dapat Mengenal Kristus dan Persekutuan dalam PenderitaanNya, Sehingga Kita Bebas 8:14-8:30
- c. Kesimpulan dari Pasal 5-8: Kita Dapat Menang dalam Kesusahan 8:31-8:39
- C. Pembenaran karena Iman tidak Meniadakan Janji Allah kepada Israel 9-11
- 1. Israel, yang Diberkati Allah, Merupakan Beban yang Berat bagi Paulus 9:1-5
- 2. Allah yang Berdaulat Telah Memberi Janji Hanya kepada Mereka yang Percaya 9:6-29
- 3. Israel Sendiri Bertanggung Jawab atas Penolakannya 9:30-10:21
- a. Ringkasan Bagian Ini: Batu Sandungan, Batu Sentuhan 9:30-33
- b. Israel Rajin tapi Keliru, karena tidak Mencari Kristus yang adalah Tujuan Hukum Taurat 10:1-4
- c. Melalui Iman, Kebenaran dan Pertolongan Dekat, Tidak Jauh Seperti Melalui Hukum Taurat 10:5-13
- d. Firman Iman Sudah Diberitakan kepada Israel, tapi Israel Melanggar dan Menyangkal 10:14-21
- 4. Israel Tidak Ditolak untuk Selama-lamanya 11:1-36
- D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
- 1. Penyesuaian pada Aion/Aion Baru 12:1-13:14
- a. Ringkasan dari pasal 5-8, 12:1-2
- b. Supaya Cita-Cita yang Layak Ditentukan 12:3-8
- c. Supaya mengasihi 12:9-21
- d. Supaya Tunduk pada Kuasa Pemerintah 13:1-7
- e. Sikap Kasih 13:8-10
- f. Waktunya Mendesak 13:11-14
- 2. Penerapan Khusus: yang Lemah dan yang Kuat 14:1-15:13
- a. Masalah yang Dihadapi: Tantangan bagi "yang Lemah" 14:1-12
- b. Tanggung Jawab bagi "yang Kuat" 14:13-23
- c. Kristus Sebagai Teladan 15:1-6
- d. Ringkasan: Yahudi dan Bukan Yahudi Sehati Sepikir Memuji Tuhan 15:7-12
- e. Berkat yang Meringkas Seluruh Surat Roma 15:13
- III. Penutup 15:14-16:27
- A. Paulus Menulis Surat Roma Karena Dia Rasul Kepada Bangsa-Bangsa Bukan Yahudi 15:14-21
- B. Rencana Paulus untuk Mengunjungi Mereka 15:22-33
- C. Salam kepada Individu dan Kelompok yang Tertentu 16:1-16
- D. Peringatan mengenai Orang yang Menimbulkan Perpecahan 16:17-20
- E. Salam dari Saudara-saudara Seiman 16:21-24
- F. Pujian 16:25-27
Hagelberg: Roma DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F....
DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F. F., The Epistle of Paul to the Romans, Tyndale New Testament Commentaries, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1963.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38A: Romans 1-8, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38B: Romans 9-16, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Hodge, Charles, Commentary on the Epistle to the Romans, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1886.
Hodges, Zane, Absolutely Free!, Academie Books, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1989.
Hodges, Zane, catatan dari Surat Roma, tanpa tahun.
Hoehner, Harold, bahan kuliah dari 206 Eksegesis Roma, Dallas Theological Seminary, 1981.
Liddell, Henry George dan Scott, Robert, A Greek-English Lexicon, Oxford University Press, Oxford, edisi ke 9, 1940.
Moulton, James Hope dan Milligan, George, The Vocabulary of the Greek New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1930.
Murray, John, The Epistle to the Romans, The New International Commentary on the New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1959, edisi dalam satu jilid 1968.
Newell, William R., Romans Verse by Verse, Word Bible Publishers Inc., Iowa Falls, hak cipta 1938.
Nygren, Anders, Commentary on Romans, Fortress Press, Philadelphia, hak cipta 1949.
Wigram, George, The Englishman's Greek Concordance, London, 1844.
Witmer, John A. "Romans," dalam The Bible Knowledge Commentary. Wheaton: Victor Books, 1983.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Lightfoot, John, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew- 1 Corinthians, vol. 4, Hendrickson Publishers, 1989.
Denny, James, "Saint Paul's Epistle to the Romans", dalam The Expositor's Greek Testament, 2, halaman 555-725. Robertson Nicoll, redaksi, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids.
Guthrie, Donald, New Testament Introduction, Intervarsity Press, Downers Grove, 1970.
Knox, John, dan Cragg, Gerald R., "The Epistle to the Romans", dalam The Interpreter's Bible, vol. 9, Abington-Cokesbury Press, New York, hak cipta 1954.
Stifler, James, The Epistle to the Romans, Moody Press, Chicago, hak cipta 1960.
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Pertempuran Batin Umat Manusia (Roma 7:14-25)
Dari tulisan-tulisan paling awal hingga saat ini, terdapat banyak sekali kesaksian tentang pergumulan b...
Pertempuran Batin Umat Manusia (Roma 7:14-25)
Dari tulisan-tulisan paling awal hingga saat ini, terdapat banyak sekali kesaksian tentang pergumulan batin umat manusia. Contoh ekstrim dari konflik batin terlihat dalam kisah klasik Dr. Jekyll dan Mr. Hyde oleh Robert Louis Stephenson.69Baru-baru ini, dalam sebuah film "barat" berjudul The Missing, seorang Indian pemberontak menantang sang jagoan, "Di dalam dirimu ada dua anjing. Yang satu jahat; yang satu lagi baik. Anjing yang jahat itu menentang anjing yang baik di sepanjang waktu.… Yang manakah yang menang?" Pada awalnya, si jagoan menjawab, "Saya tidak tahu"; tapi kemudian ia tiba pada kesimpulan ini: "Yang manapun yang menang itulah yang paling sering saya beri makan."70
Tentu saja, konflik yang tentangnya Paulus tulis di Roma 7:14-25 tidak tepat seperti konflik dalam contoh yang diberikan. Pelbagai konflik itu melibatkan keinginan batin untuk melakukan kejahatan, sementara konflik Paulus muncul dari keinginan yang tulus untuk melakukan hanya kebaikan—keinginan yang secara konsisten tidak bisa ia penuhi. Namun demikian, perjuangan batin Paulus menyejajarkan pertempuran internal umat manusia hingga cukup untuk membolehkan kita masing-masing membuat penerapan kepada kehidupannya sendiri.
Penyanyi country Johnny Cash pernah merekam sebuah album yang sampul depannya menggambarkan dua anjing. Satu anjing berwarna hitam dengan garis-garis putih, dan yang lainnya berwarna putih dengan garis-garis hitam. Dalam sebuah wawancara, Cash mengatakan bahwa kedua anjing itu melambangkan dirinya: "Ketika saya benar-benar buruk, saya tidak sepenuhnya buruk. Ketika saya mencoba untuk menjadi baik, saya tidak pernah bisa sepenuhnya baik."71Sebagian besar dari kita dapat bersimpati dengan individu yang mengatakan, "saya ingin kebaikan saya yang kadangkala itu bisa menjadi kebaikan di sepanjang waktu."72
Harapan Yang Terdapat Dalam Kristus (Roma 7:14-25)
Maksud utama Paulus dalam Roma 7:14-25 adalah bahwa manusia yang berada di bawah hukum Taurat, tanpa Kristus, ditakdirkan mengalami kegagalan rohani. Hukum Taurat tidak, dan tidak dapat, menyucikan. Begitu juga halnya, selama bertahun-tahun, kata-kata Paulus ini telah sama-sama menyentuh hati orang-orang kudus dan orang-orang berdosa. Ribuan orang mengatakan, "Saya tahu persis apa yang ia maksudkan. Saya sendiri merasakan seperti itu!"
Pelajaran praktis apakah yang harus kita ambil dari teks ini? Beberapa orang mengira bahwa pesan utamanya adalah bahwa hidup itu tanpa harapan. Mereka mengatakan, "Jika Rasul Paulus tidak bisa berhasil, mengapa saya harus mencobanya?" Rupanya, mereka melewatkan bagian pertama ayat 25. Memang benar bahwa hidup tanpa Kristus adalah tanpa harapan—tapi bagi Dia segala sesuatu adalah mungkin (Flp. 4:13; lihat Mrk. 10:27)!
Lalu ada orang-orang yang menggunakan nas itu untuk membenarkan upaya setengah hati mereka untuk menjalani kehidupan Kristen:73"Saya bergumul dengan dosa ini yang selalu menguasai saya; tapi itu tidak apa-apa karena Paulus juga memiliki masalah yang sama. Jika itu cukup baik bagi Paulus, maka itu cukup baik juga bagi saya." Orang-orang yang berpikir seperti ini adalah mengabaikan ayat 24 dan 25 dari teks kita. Kekalahan tidaklah "cukup baik" bagi Paulus. Kekalahan membuat dia berpaling kepada Tuhan, yang memberi dia kemenangan (8:37).
Beberapa pelajaran berharga bisa dipetik dari 7:14-25:74
Pengetahuan saja tidak cukup. Pengetahuan memang penting (kita tidak akan pernah ingin mendorong kebodohan); tapi, dengan sendirinya, pengetahuan tidak bisa menyembuhkan dunia yang berpenyakit dosa. Beberapa orang percaya bahwa "ketika orang tahu dengan lebih baik, mereka akan berbuat dengan lebih baik"; tapi kurangnya pengetahuan bukanlah masalah Paulus. Ia tahu apa yang harus ia lakukan dan bagaimana ia harus hidup, tapi ia hanya tidak bisa melakukannya.
Tekad saja tidak cukup. Tidak ada yang salah dengan bertekad untuk berbuat lebih baik dan kemudian mencoba untuk melaksanakan tekad itu, tapi ini tidak akan menyelesaikan semua masalah. Beberapa orang yakin bahwa satu-satunya alasan orang gagal adalah bahwa mereka "tidak mencoba dengan cukup keras." Paulus ingin berbuat benar, dan ia sudah mencoba sekuat tenaga untuk berbuat benar—namun ia tetap gagal.
Diagnosis saja tidak efektif. Paulus tahu bahwa ia perlu "dilepaskan dari tubuh maut ini" (7:24), tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa terhadap hal itu. Diagnosis yang benar saja tidak ada harganya; ia butuh pengobatan.75
Harapan ditemukan dalam Yesus Kristus. Tentu saja, pelajaran paling penting dari nas ini adalah bahwa, ketika kita dikuasai oleh keputusasaan seperti Paulus, di sana ada harapan. Harapan kita ditemukan dalam Kristus, yang dapat membebaskan kita dari dosa dan kematian. Paulus berseru, "Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita!" (7:25). Kabar terburuk dalam Alkitab diikuti oleh kabar terbaik!
Masalah Diekspos (Roma 7:14-25)
Dalam potongan komik Peanuts, Charlie Brown berjalan menuju "stan kejiwaan" milik Lucy. Lucy berkata, "Putus asa lagi, Charlie Brown?" Lalu ia berkata, "Masalahmu adalah bahwa kamu adalah kamu." Charlie Brown menjawab, "Ya ampun, apa yang bisa aku lakukan terhadap hal itu?" Lucy berkata, "Terus terang saja aku tidak bisa memberikan nasihat; Aku hanya menunjukkan masalahnya."76Apa yang Lucy lakukan mirip dengan apa yang hukum Taurat lakukan. Ia menunjukkan masalah tetapi tidak memberikan solusi yang nyata atau permanen.
Penekanan Paulus dalam Roma 7 adalah tentang hukum Musa; namun, dalam satu pengertian, apa yang ia katakan tentang hukum Taurat dapat dikatakan juga bagi hukum apa saja. Hukum dapat menunjukkan masalah. Namun begitu, hukum tidak punya sifat untuk menghapus kesalahan ketika kita tidak menaati perintahnya. Karena kelemahan daging, kita tidak bisa melaksanakan hukum—hukum apa saja—dengan sempurna. Itulah sebabnya kita sangat membutuhkan Kristus (7:25). Tanpa Kristus, kita hanya bisa berseru, "Aku, manusia celaka!" (7:24).
Diperkuat Oleh Roh (Roma 7:14-25)
Ayat 14 sampai 25 menggambarkan seseorang di bawah hukum Taurat, yang berusaha untuk menjadi baik dan melakukan perbuatan baik melalui kekuatannya sendiri. Kata ganti orang "aku" berulang kali muncul dalam teks itu. Nas ini sangat berbeda dengan apa yang kemudian mengikutinya. Pasal 7 menunjukkan apa yang tidak bisa dilakukan oleh "Aku" sendirian. Pasal 8 mengatakan apa yang dapat dilakukan oleh "Aku" bersama Roh Kudus.
Bisakah kita secara sah membuat penerapan yang lebih umum dari teks ini? Tentu saja. Orang Kristen yang setia kadang-kadang bahkan mencoba untuk berbuat baik melalui kekuatan mereka sendiri, mengabaikan sumber rohani yang Allah berikan.
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) PASAL 7
MATI TAPI DISATUKAN DENGAN KRISTUS
Dalam Roma 7, pembahasan tentang "pengudusan" berlanjut terus. Ini adalah topik tentang dipisah...
PASAL 7
MATI TAPI DISATUKAN DENGAN KRISTUS
Dalam Roma 7, pembahasan tentang "pengudusan" berlanjut terus. Ini adalah topik tentang dipisahkan oleh Allah dan kemudian menjalani kehidupan yang konsisten dengan status baru. Dalam pasal 6, Paulus menggunakan dua analogi untuk menyampaikan pesannya: Kamu mati bagi dosa (jadi berperilakulah seperti itu); kamu adalah hamba Allah (jadi berperilakulah seperti itu). Dalam pasal 7, Paulus memperkenalkan analogi ketiga: Kamu menikah dengan Kristus (jadi berperilakulah seperti itu).
Seperti telah ditulis sebelumnya, Roma 6 adalah tentang hubungan orang Kristen dengan dosa, sementara Roma 7 membahas hubungan orang Kristen dengan hukum. Mengenai pasal 7, John R. W. Stott menulis bahwa "'hukum' atau 'perintah' atau 'peraturan tertulis' disebutkan dalam setiap ayat dari empat belas ayat pasal itu, dan sekitar tiga puluh lima kali di seluruh nas itu yang merentang dari 7:1-8:4."1
Penerapannya bisa dibuat kepada hukum pada umumnya, tetapi fokus Paulus adalah pada hukum Musa (lihat 7:7).
Orang Yahudi menganggap hukum Taurat "karunia tertinggi dari Allah."2Raja Daud menulis, "Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman" (Maz. 19:7). Namun begitu, dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus membuat beberapa pernyataan seperti ini mengenai hukum Taurat:
Tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, (3:20).
Hukum Taurat membangkitkan murka (4:15).
Hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak (5:20). Kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. (6:14).
Bagi orang-orang Yahudi yang membaca surat Paulus, mereka pasti mengira bahwa ia menolak karunia terbesar yang Allah telah berikan. Waktunya telah tiba bagi Paulus untuk memperkuat dan memperjelas pelbagai pernyataannya tentang hukum Taurat. Ia melakukannya dalam pasal 7.
TFTWMS: Roma (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 John R. W. Stott, The Message of Romans: God's Good News for the World, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: Inter-Va...
Catatan Akhir:
- 1 John R. W. Stott, The Message of Romans: God's Good News for the World, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1994), 189.
- 2 James R. Edwards, Romans, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1992), 186.
- 3 Larry Deason, "The Righteousness of God": An In-depth Study of Romans, rev. ed. (Clifton Park, N.Y.: Life Communications, 1989), 182.
- 4 Stott, 193.
- 5 Leon Morris, The Epistle to the Romans (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 271-72, n. 10.
- 6 Beberapa penulis mengecam Paulus karena ia "kurang logika." Betapa beraninya manusia yang tidak terilham mengecam manusia terilham karena orang yang ia kecam itu tidak mengikuti aturan logika manusia!
- 7 Beberapa orang menghindari perubahan kiasan dengan menunjukkan bahwa seorang istri "mati sebagai istri" ketika suaminya mati. Dengan kata lain, ia masih seorang perempuan tapi tidak lagi sebagai seorang istri.
- 8 Morris, 273.
- 9 William Barclay, The Letter to the Romans, rev. ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1975), 93.
- 10 D. Martyn Lloyd-Jones, Romans: An Exposition of Chapters 7:1-8:4 (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1973), 51-54.
- 11 John MacArthur, Jr., Romans 1-8, The MacArthur New Testament Commentary (Chicago: Moody Press, 1991), 362.
- 12 Stott, 196.
- 13 Douglas J. Moo, Romans, The NIV Application Commentary (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 2000), 221.
- 14 J. D. Thomas, Romans, The Living Word (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1965), 50 (huruf miring ditambahkan).
- 15 Salah satu argumentasi untuk "roh" ( "r" kecil) adalah bahwa tidak ada kata sandang pasti dalam teks Yunani sebelum kata yang diterjemahkan "roh." Teks itu secara harfiah terbaca "dalam kebaruan roh."
- 16 Morris, 277.
- 17 Kata-kata Inggris "keinginan" dan "keinginan-keinginan" ditemukan di tempat lain di kitab Roma, di mana kata-kata itu mengacu kepada keinginan yang baik (9:18; 10:1; NASB). Namun begitu, kata-kata itu diterjemahkan dari kata Yunani yang berbeda.
- 18 F. F. Bruce, The Letter of Paul to the Romans, 2d ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 140.
- 19 W. E. Vine, Merrill F. Unger, and William White, Jr., Vine's Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1985), 440.
- 20 Richard A. Batey, The Letter of Paul to the Romans, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1969), 94.
- 21 Vine, 151 (huruf miring ditambahkan).
- 22 Morris, 283. Di Wahyu 12:9, Iblis diidentifikasi sebagai pribadi yang "menyesatkan seluruh dunia" (lihat 2 Kor. 2:11; 11:14; Efe. 6:11).
- 23 Bruce Barton, David Veerman, and Neil Wilson, Romans, Life Application Bible Commentary (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 1992), 138. Pokok-pokok pikiran yang serupa dibuat dalam Barclay, 96.
- 24 J. W. McGarvey and Philip Y. Pendleton, Thessalonians, Corinthians, Galatians and Romans, The Standard Bible Commentary (Cincinnati: Standard Publishing, n.d.), 353.
- 25 Paulus mungkin menggunakan "hukum Taurat" dan "perintah" secara saling bisa dipertukarkan. Jika perbedaan apa saja harus dibuat, itu mungkin antara "hukum Taurat" secara keseluruhan dan "perintah" sebagai satu komponen dari hukum Taurat.
- 26 Barclay, 97.
- 27 Moo, 233.
- 28 J. W. MacGorman, "Romans 7 Once More," Southwestern Journal of Theology (Fall 1976): 31.
- 29 R. C. Bell, Studies in Romans (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1957), 63.
- 30 Edwards, 184.
- 31 Richard Rogers, Paid in Full: A Commentary on Romans (Lubbock, Tex.: Sunset Institute Press, 2002), 103.
- 32 Sebagai contoh, bandingkanlah Mat. 17:11 dan 17:12.
- 33 Boleh juga dicatat bahwa rata-rata orang Yahudi mungkin tidak memiliki jenis pergolakan batin seperti itu (lihat 10:1-4).
- 34 Thomas, 51-52.
- 35 Jimmy Allen, Survey of Romans, 7th ed. (Searcy, Ark.: By the author, 1994), 72.
- 36 Beberapa naskah kuno memiliki kata terkait sarkikoß (sarkikos), namun bukti naskah lebih mendukung sarkinos. Dua kata itu memiliki arti yang serupa.
- 37 Lihat Untuk Kajian Lebih Lanjut: Kajian Tentang Kata "Daging" (Sarx), dalam pelajaran ini.
- 38 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 914.
- 39 Teks itu berisi beberapa kalimat pengandaian tipe satu di mana "jika" pada dasarnya berarti "sejak."
- 40 Bauer, 504.
- 41 Lihat Ibid., 338; Edwards, 192.
- 42 Di tempat lain, Paulus menggunakan gambaran batiniah/lahiriah dalam konteks Kristen (lihat 2 Kor. 4:16; Efe. 3:16.), sebagai lawan dari konteks non-Kristen.
- 43 Filipi 2:13 mengatakan bahwa Allah dapat menolong kita untuk memiliki "baik kemauan maupun pekerjaan."
- 44 Beberapa orang menemukan tiga "hukum" yang berbeda dalam ayat 23, tetapi hukum yang pertama dan ketiga dikatakan berada dalam "anggota-anggota" tubuhnya. Oleh karena itu, kedua hukum itu mungkin mengacu kepada "hukum" yang sama.
- 45 H. G. Wells, The History of Mr. Polly (New York: Duffield and Co., 1909), 6.
- 46 Rogers, 108.
- 47 Bauer, 988.
- 48 C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph Henry Thayer (Edinburgh: T. & T. Clark, 1901; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977), 614.
- 49 Beberapa orang percaya bahwa "kematian" dalam ayat ini mengacu kepada kematian fisik.
- 50 Bruce, 147; lihat Virgil Aeneid 8.485-488.
- 51 Mereka yang menafsirkan "tubuh maut ini" dalam ayat 24 sebagai "tubuh ditakdirkan untuk kematian fisik" menganggap bagian pertama dari 7:25 mengacu kepada kebangkitan tubuh (lihat Rom. 8:11; 1 Kor. 15:53-57). Mungkin, 7:25a harus jangan dibatasi dengan penafsiran terbatas seperti itu.
- 52 James Burton Coffman, Commentary on Romans (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1973), 275.
- 53 MacGorman, 34.
- 54 Stott, 214.
- 55 Morris, 274.
- 56 Ibid., 293.
- 57 Vine, 242-43.
- 58 Dalam konteks 7:8-13, "perintah itu: secara khusus mengacu kepada perintah untuk jangan mengingini (7:7).
- 59 Istilah "perintah" (ejntolh, entolē), yang berarti "hukum," selalu memiliki kata sandang pasti dalam teks Yunaninya (7:8-13).
- 60 Rogers, 101.
- 61 Orang bukan Yahudi yang tidak menganut agama Yahudi tidak pernah terikat oleh hukum Taurat, bahkan di zaman Perjanjian Lama.
- 62 Moo, 223.
- 63 Diadaptasi dari Charles R. Swindoll, The Grace Awakening (Fullerton, Calif.: Insight for Living, 1990), 15; D. Stuart Briscoe, Romans, The Communicator's Commentary (Waco, Tex.: Word Books, 1982), 148.
- 64 Morris, 271.
- 65 Bruce, 121.
- 66 Beberapa orang berupaya untuk mengisolasi Roma 7:1-6 dan mengatakan bahwa tidak ada alasan Alkitabiah untuk perceraian, tapi prinsip dasar penafsiran adalah mempertimbangkan semua yang Alkitab katakan tentang subjek yang dibahas.
- 67 MacArthur, 364.
- 68 Briscoe, 144.
- 69 Ilustrasi ini diberikan dalam Jim Townsend, Romans: Let Justice Roll Down (Elgin, Ill.: David C. Cook Publishing Co., 1988), 53.
- 70 Ron Howard, prod., The Missing (Santa Monica, Calif.: Revolution Studios, 2003).
- 71 Dikutip dalam Craig Brian Larson, ed., Contemporary Illustrations for Preachers, Teachers, & Writers (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1996), 184.
- 72 Dikutip oleh Glen Pace dalam pelajaran yang dikhotbahkan di Judsonia church of Christ, Judsonia, Arkansas, c. 2001.
- 73 Pemikiran ini didasarkan pada komentar oleh Moo, 246, and Jim Hylton, Just Dying to Live (Kalamazoo, Mich.: Master's Press, 1976), 78.
- 74 Pelajaran-pelajaran ini diadaptasi dari Barclay, 100.
- 75 Jim McGuiggan mencatat, "Bagian terbesar … pengajaran dan khotbah kita adalah diagnosis. Meski ini penting, tapi itu bukan jawaban lengkap sama sekali. Kanker yang didiagnosis tetaplah kanker dan membutuhkan lebih daripada pengakuan"(Jim McGuiggan, The Book of Romans, Looking Into The Bible Series [Lubbock, Tex.: Montex Publishing Co., 1982], 228).
- 76 Townsend, 57.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2016 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka
terhadap kunjungannya kepada mere
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungannya kepada mereka. Menurut rencana, Paulus akan bekerja sementara waktu di antara orang-orang Kristen di sana, kemudian dengan bantuan mereka, ia ingin pergi ke Spanyol. Paulus menulis surat ini untuk menjelaskan pengertiannya tentang agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-orang Kristen.
Setelah menyampaikan salamnya kepada orang-orang dalam jemaat di Roma, dan memberitahukan kepada mereka tentang doanya bagi mereka, Paulus mengemukakan tema suratnya ini: "Dengan Kabar Baik itu Allah menunjukkan bagaimana caranya hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali; caranya ialah dengan percaya kepada Allah, dari mula sampai akhir" (Rom 1:17).
Setelah itu Paulus menguraikan temanya itu. Semua orang --baik Yahudi maupun bukan Yahudi -- perlu diperbaiki hubungannya dengan Allah, sebab semuanya sama-sama berada dalam kekuasaan dosa. Hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali kalau manusia percaya kepada Yesus Kristus. Kemudian Paulus menguraikan tentang hidup baru yang dialami oleh manusia kalau bersatu dengan Kristus. Hidup baru itu tumbuh karena adanya hubungan yang baru dengan Allah. Orang yang sudah percaya kepada Yesus, hidup damai dengan Allah, dan Roh Allah membebaskan dia dari kekuasaan dosa dan kematian. Dalam pasal 5-8 (Rom 5:1-8:39) Paulus menjelaskan juga tujuan Hukum-hukum Allah dan kuasa Roh Allah di dalam kehidupan orang percaya. Kemudian Paulus menjelaskan bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi termasuk dalam rencana Allah untuk umat manusia. Paulus menyimpulkan bahwa penolakan Yesus oleh orang Yahudi sudah termasuk dalam rencana Allah untuk menolong manusia berdasarkan rahmat-Nya melalui Yesus Kristus. Paulus yakin bahwa orang Yahudi tidak selalu akan menolak Yesus. Akhirnya Paulus menulis tentang bagaimana orang harus hidup sebagai orang Kristen, terutama sekali tentang caranya mempraktekkan kasih dalam hubungan dengan orang-orang lain. Untuk itu Paulus memilih pokok-pokok seperti berikut ini: melayani Allah, kewajiban orang Kristen terhadap negara dan sesama orang Kristen, dan berbagai-bagai persoalan yang menyangkut hati nurani. Paulus menutup suratnya ini dengan pesan-pesan pribadi dan puji-pujian kepada Allah.
Isi
- Pendahuluan dan tema
Roma 1:1-17 - Kebutuhan manusia akan keselamatan
Roma 1:18-3:20 - Jalan keselamatan dari Allah
Roma 3:21-4:25 - Hidup baru karena bersatu dengan Kristus
Roma 5:1-8:39 - Israel dalam rencana Allah
Roma 9:1-11:36 - Kelakuan Kristen
Roma 12:1-15:13 - Penutup dan salam pribadi
Roma 15:14-16:27
Ajaran: Roma (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin
bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kr
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus (Rom 1:1).
Tahun : Sekitar tahun 58 sesudah Masehi, dari kota Korintus.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Roma (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Kitab Roma terbagi atas 16 pasal. Dalam kitab ini Rasul Paulus menjelaskan tentang cara manusia yang berdosa diselamatkan, yaitu melalui iman saja kepada Tuhan Yesus. Dan juga tentang cara hidup orang-orang yang telah diselamatkan tersebut.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Roma
Pasal 1-11 (Rom 1:1-11:36).
Pengajaran tentang Injil merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap manusia
Pada bagian ini dijelaskan bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan sudah tidak mengenal Allah. Karena itu manusia berdosa sudah berada dalam penghukuman Allah, yaitu kematian. Keselamatan dari kematian akibat dosa tidak dapat diperoleh melalui usaha manusia atau melalui melakukan Hukum Taurat. Keselamatan itu hanya dapat diperoleh dalam anugerah Allah yang ada pada Tuhan Yesus. Ini berarti keselamatan manusia hanya dapat diperoleh melalui iman kepada anugerah Allah yang ada di dalam Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Berdasarkan pasal Rom 1:21-25,28-31. Apakah yang dilakukan manusia di dunia?
- Bacalah pasal Rom 3:23; 6:23. _Tanyakan_: Berapa banyakkah manusia yang berdosa? Apakah akibat dari dosa?
- Bacalah pasal Rom 10:9-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah caranya manusia diselamatkan?
Pasal 12-16 (Rom 12:1-16:27).
Pengajaran tentang kehidupan orang Kristen setiap hari
Pada bagian ini, dijelaskan bagaimana seharusnya kehidupan dari setiap orang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Rom 12:1-2. _Tanyakan_: Apakah ibadah orang Kristen yang sejati dan berkena di hadapan Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:6-8. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap kehidupan seorang pelayan Firma Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:9-21. _Tanyakan_: Bagaimanakah cara hidup orang percaya/Kristen dala masyarakat?
- Bacalah pasal Rom 13:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap pemerintah?
- Bacalah pasal Rom 15:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap orang yan lemah?
- Bacalah pasal Rom 16:17-18. _Tanyakan_: Apakah peringatan Rasul Paulus terhadap orang percaya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Roma jelaslah bahwa Allah mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa, dan mengalami penghukuman, yaitu kematian. Allah juga dengan tegas menyatakan bahwa semua usaha manusia untuk menyelamatkan diri dari kematian itu sia-sia. Allah menyatakan bahwa manusia memperoleh keselamatan hanya melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Roma?
- Mengapakah semua manusia berada dalam penghukuman Allah?
- Mengapakah orang Kristen perlu menguduskan diri?
- Bagaimanakah cara hidup orang Kristen?
Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) Inti InjilMENGAPA ROMA?Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Y
Inti Injil
MENGAPA ROMA?
Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Yunani. Tetapi, ia mempunyai suatu rencana jangka panjang untuk menginjili lebih jauh ke barat, yaitu ke Roma dan kemudian lebih jauh lagi. Namun demikian ada hal-hal lain yang perlu dikerjakan terlebih dahulu. Ia harus kembali ke Yerusalem untuk mengambil bantuan yang telah dikumpulkan oleh orang-orang Kristen bukan Yahudi bagi orang-orang miskin yang percaya di sana. Setelah itu ia dapat dengan leluasa mencurahkan perhatiannya ke ibu kota tersebut, dan setelah itu ia mengarahkan pandangannya ke Spanyol (15:22-29). Alasan Paulus ialah ia selalu ingin merintis daerah baru dan memberitakan Injil di tempat Injil belum pernah didengar. Ini sedikit menjelaskan mengapa surat ini ditulis - sebuah gereja sudah dibangun di Roma, karena itu Paulus tidak menganggap kunjungan ke Roma sebagai prioritas utama (15:18-21). Kita tidak tahu kapan gereja itu didirikan, tetapi jika kita melihat daftar para peziarah di Hari Pentakosta, kita akan melihat bahwa di antara mereka terdapat orang-orang Roma (Kis. 2: 10). Dari nama-nama pada akhir surat ini, rupa-rupanya Paulus sudah mengenal sejumlah besar anggota jemaat di sana (16:3-15), hal ini dapat dimengerti karena banyak jalan menuju Roma. Banyak orang melakukan perjalanan di daerah kekaisaran Roma terutama para pedagang, dan banyak dari mereka akhirnya menetap di ibu kota.
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Tampaknya Paulus sedang mempersiapkan kunjungannya dengan menjelaskan Injil bagi mereka. Mungkin ada orang yang mengritik ajarannya dan ia ingin meluruskan hal itu. Pada waktu yang bersamaan penulisan surat ke Roma merupakan kesempatan untuk menulis intisari kabar baik tentang Kristus secara lebih terinci dibandingkan dengan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru yang lain. Surat Roma merupakan salah satu tulisan Paulus yang paling teratur, oleh karenanya surat ini telah menjadi buku sumber bagi orang Kristen sejak ia mendiktekannya kepada kawannya, Tertius, di Korintus sekitar tahun 57.
PAULUS DI ROMA.
Rencana Paulus tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kita tahu dari Kisah para Rasul bahwa ketika tiba di Yerusalem ia ditangkap, dan setelah beberapa saat di penjara, ia memohon, seperti lazimnya warga negara Romawi, supaya kasusnya dapat didengar oleh Kaisar. Oleh karena itu, ia dibawa ke Roma sebagai tawanan. Rupa-rupanya ia dibebaskan dan melanjutkan pekerjaan pelayanannya sebelum akhirnya dibunuh di Roma.
ORANG ROMAWI DAN GEREJA.
Ketika orang Kristen menemukan kembali surat-surat seperti surat Roma pada waktu Reformasi, hal ini mengubah gereja secara besar-besaran. Mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat memperoleh keselamatan dari apa yang mereka lakukan. Allah telah melakukan keselamatan itu bagi mereka, dalam cara yang memungkinkan Ia dapat membenarkan orang-orang berdosa. Rahasianya tentu terdapat pada salib.
Pesan
1. Kita semua perlu dibenarkan di hadapan Allah (pasal 1-3)o Bagi orang bukan Yahudi, cukup banyak yang dapat diketahui tentang Dia
- dalam alam semesta. Rom 1:19-20
- dalam kenyataan kita sebagai ciptaan. Rom 2:14-15
o Untuk orang Yahudi, lebih dari cukup - dalam firman-Nya. Rom 2:12, 17-24;3:1-2
o Semua orang jatuh di dalam dosa. Rom 3:9-20, 23
o Tidak seorang pun
- boleh menghakimi orang lain. Rom 2:1-3
- boleh bermegah diri. Rom 3:27
- dapat berdalih. Rom 1:20; 2:1; 3:19
- dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Rom 3:20, 23
2. Allah melakukan semua itu (pasal 3-5)
o Kematian Kristus membayar semua hutang
- Ia mati menggantikan kita. Rom 3:24-25
- pada waktu kita masih berdosa. Rom 5:6-8
- kita dapat dibenarkan. Rom 3:24
o Abraham mempercayai firman Allah
- kita pun harus beriman. Rom 3:25; 4:16-25; 5:1
o Adam melakukan sesuatu yang berakibat pada kita sampai sekarang
- demikian pula apa yang dilakukan Kristus di kayu salib. Rom 5:12-19
3. Cara hidup yang berbeda (pasal 6-8)
o Masalahnya ialah sifat dosa manusia
- yang tidak dapat menjadi baik. Rom 7:18
- yang berseteru terhadap Allah. Rom 8:7
- yang tidak memperkenan Allah. Rom 8:8
o Kuasa datang dari Roh Kudus
- yang diam di dalam kita. Rom 8:9-11
- yang menimbulkan pertentangan. Rom 7:13-23
- yang menyediakan kemenangan. Rom 7:24-25
o Kita harus bekerja sama dengan Dia
- menolak dosa. Rom 6:13, 16, 19; 8:13
- menaati Kristus. Rom 6:13, 16-19, lihat Rom 12:1
o Kita bisa
- memperoleh kemenangan. Rom 6:14
- menerima kehidupan. Rom 8:11
- menjadi anak-anak Allah. Rom 8:14-17
- mengalami pertolongan-Nya. Rom 8:26-27
- menjadi seperti Kristus. Rom 8:28-30, lihat Rom 12:2
- merasa pasti bahwa kita adalah milikNya. Rom 8:31-39
4. Allah tahu apa yang sedang dilakukanNya (pasal 9-11)
o Allah tahu bagaimana mengendalikan umat-Nya
- terhadap orang Yahudi yang tidak taat sekalipun. Rom 9:1-33
- Ia mempunyai rencana induk. Rom 11:1-32
o Kita tetap harus memberikan tanggapan
- dalam iman yang taat. Rom 10:5-21
5. Kita diselamatkan bersama (pasal 12-1)
o Kita adalah anggota dari satu tubuh
- saling memiliki. Rom 12:3-8
- saling mengasihi. Rom 12:9-21; 13:8-10
- saling menerima. Rom 14:1-15:7
- saling menghayati gaya hidup yang baru. Rom 13:1-7, 11-14
Penerapan
1. Tawaran itu cuma-cuma(untuk dibenarkan di hadapan Allah)
o Karena keberadaan kita, itu harus terjadi
o Itu dapat terjadi karena Kristus telah
melakukannya
o Ini berarti
- kita tidak dapat memperolehnya sendiri
- kita harus menerimanya dengan iman
2. Kuasa itu ada
(untuk hidup sebagai orang Kristen)
o Oleh karena kita tidak mampu melakukannya sendiri
o Oleh karena Roh Kudus hidup di dalam kita
o Ini berarti
- membuang sifat-sifat dosa kita
- menaati Yesus Kristus
3. Persekutuan Itu milik kita
(bersama dengan sesama Kristen)
o Oleh karena kita saling memiliki
o Oleh karena kita sekarang tahu bagai
mana mengasihi
o Ini berarti
- kita harus menumbuhkan dan menghargainya
- kita tidak boleh menyalahgunakan atau memandang enteng persekutuan Kristen
Tema-tema Kunci
1. Anugerah.
Kebenaran yang berkali-kali ditanamkan ialah bahwa jika kita dapat menjadi Kristen, Allah yang harus melakukannya. Anugerah Allah itu diberikan dengan cuma-cuma, kita tidak dapat melakukan sendiri. Namun demikian, kita tidak boleh juga menganggap hal itu sepele. Telusurilah tema ini dalam seluruh surat Roma: Rom 1:7; 2:4; 3:24, 27; 4:16; 5:15, 17, 21; 6:1, 15; 11: 5-6.
2. Iman.
Kita mendapat anugerah cuma-cuma dari Allah oleh iman kepada Kristus. Pada saat yang sama, tidak berarti kita hanya semata-mata percaya tentang Dia, tetapi menerima firman Allah, menaati-Nya dan mengakui Kristus. Perhatikan bagaimana Paulus menekankan tentang iman dalam surat ini, dan juga bagaimana ia mendefinisikannya. Apakah iman kita cukup besar? 1:5 (lihat 15:18); Rom 1:16-17; 3:22, 26-31; 4:1-25; 5:1; 10:8-11; 10:17.
3. Pembebasan (atau Pembenaran).
Kata di atas diambil dari istilah yang ada dalam sidang pengadilan. Allah membebaskan - atau 'membenarkan' - pendosa, menyatakannya'benar', oleh karena apa yang telah Yesus lakukan sebagai penggantinya. Lihat bagaimana Paulus mengaitkan ini dalam kematian Kristus dan iman: Rom 1:17; 3:21-26; 4:1-25; 5:8-11, 15-21; 10:1-10.
4. Kebersamaan.
Perhatikan apa yang Paulus katakan bahwa kita semua berdosa dan kita diselamatkan bersama-sama. Ia menggunakan gambaran tentang tubuh ketika ia ingin menunjukkan bagaimana kita harus bekerja sama satu dengan yang lain. Walaupun hal-hal yang mengganggu dan memecah belah Kristen pada zaman Paulus berbeda dengan masa kini, apakah ia memberikan pedoman yang dapat kita terapkan saat ini? Khususnya lihat 14:1-15:7.
5. Allah adalah Raja.
Kita mendapat kesan yang jelas bahwa walaupun manusia tidak percaya, Allah tetap mengendalikan dunia, sebagaimana Ia mengatur kehidupan Kristen. Hal ini menjadi jaminan yang sangat berarti bagi mereka yang percaya, walaupun kita tidak dapat mengerti bagaimana Ia melakukannya. Bacalah seluruh pasal 9 dan 10 sekali lagi. Bagaimana keduanya saling mengisi?
Garis Besar Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) [1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17Semua tentang Yesus Kristus
Rom 1:8-15Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan
Rom 1:16-17Berit
[1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17 | Semua tentang Yesus Kristus |
Rom 1:8-15 | Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan |
Rom 1:16-17 | Berita secara ringkas |
[2] 'KITA SEMUA ADALAH ORANG BERDOSA' Rom 1:18-3:20
Rom 1:18-32 | Mereka yang tidak memiliki Alkitab |
Rom 2:1-11 | Menghakimi orang lain? |
Rom 2:12-16 | Allah akan menghakimi kita semua |
Rom 2:17-3:20 | Lebih baikkah orang Yahudi? |
[3] 'ALLAH MEMPUNYAI JALAN' Rom 3:21-5:21
Rom 3:21-26 | Apa yang dilakukan oleh salib |
Rom 3:27-31 | Siapa yang boleh bermegah? |
Rom 4:1-25 | Abraham percaya lebih dulu |
Rom 5:1-5 | Sukacita - walaupun dalam kesusahan |
Rom 5:6-11 | Ketika kita tidak berdaya |
Rom 5:12-21 | Kristus dan Adam |
[4] 'HIDUP BARU' Rom 6:1-8:39
Rom 6:1-14 | Dosa dapat dikalahkan |
Rom 6:15-23 | Pergantian pemilik |
Rom 7:1-6 | Pergantian pasangan |
Rom 7:7-25 | Peperangan dalam hati |
Rom 8:1-11 | Roh memberi hidup |
Rom 8:12-17 | Anak-anak Allah! |
Rom 8:18-25 | Dan banyak lagi yang lain |
Rom 8:26-27 | Doa |
Rom 8:28-30 | Tujuan |
Rom 8:31-39 | Apa lagi yang dapat saya katakan? |
[5] 'TETAPI BAGAIMANA HALNYA DENGAN ORANG YAHUDI?' Rom 9:1-11:36
Rom 9:1-5 | Hak-hak istimewa mereka |
Rom 9:6-33 | Maksud Allah |
Rom 10:1-21 | Iman menyelamatkan |
Rom 11:1-36 | Rencana yang aneh |
[6] 'HAYATILAH!' Rom 12:1-15:13
Rom 12:1-2 | Kehidupan yang dipersembahkan |
Rom 12:3-21 | Kehidupan di dalam satu tubuh |
Rom 13:1-7 | Hidup dalam masyarakat |
Rom 13:8-10 | Hidup dalam kasih |
Rom 13:11-14 | Bangun dan hiduplah! |
Rom 14:1-15:13 | Hidup bersama dengan sesama |
[7] 'RENCANA HARI DEPANKU' Rom 15:14-33
Rom 15:14-21 | Pelayanan saya |
Rom 15:22-33 | Ambisi saya |
[8] 'SANGAT BANYAK KAWAN DI ROMA' Rom 16:1-27
Allah memberkati kalian semuaBank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi