Apakah Allah memilih orang-orang untuk dibinasakan?

Petrus benar ketika mengatakan (II Ptr. 3:16) bahwa dalam surat kiriman Paulus terdapat beberapa hal yang sukar dipahami. Roma 9:15-20 memang sukar. Tampaknya kalimat ini bertentangan dengan kesimpulan yang Paulus ambil pada bagian penutup argumentasinya (Rm. 11:32), "Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua". Barangkali kita bisa memahami argumentasinya dengan lebih baik kalau kita tahu lebih banyak tentang orang-orang yang kepadanya dia menulis. Boleh jadi, di antara mereka ada beberapa orang yang berani untuk mengkritik metode pemerintahan Allah, dan Paulus ingin mereka menyadari bahwa Allah tidak wajib untuk menyelamatkan siapa pun yang memberontak melawan Dia. Kenyataan ini harus kita akui. Tidak seorang pun bisa menuntut bahwa Allah harus mengampuninya. Kita tahu, dari perkataan Yesus sendiri dan dari surat-surat Paulus sendiri, bahwa Allah memang mengampuni semua orang yang datang kepada-Nya dengan rasa penyesalan. Tetapi kalau seseorang menantang-Nya, seperti Firaun, Paulus berpendapat bahwa Allah menjadikan orang itu sebagai contoh, sehingga semua orang di sepanjang masa bisa melihat hasil atas penentangan peraturan-Nya. Kita tidak berpikir bahwa Paulus bermaksud mengatakan Allah secara langsung mengeraskan hati Firaun, tetapi pengerasan hati ini diakibatkan oleh penyingkiran wabah yang memang "diizinkan" terjadi. Belas kasihan itu mendatangkan pengaruh yang berlawanan daripada yang seharusnya terjadi. Firaun salah paham, sebagaimana halnya manusia menyalahartikan kesabaran Allah, dan menyangka bahwa mereka akan luput sama sekali. Sisi pertanyaan kita bukan kedaulatan Allah, yang tidak akan pernah kita pahami, melainkan kenyataan agung bahwa "barangsiapa yang mau" boleh datang kepada Kristus dan diselamatkan.




Artikel yang terkait dengan Matius:


TIP #11: Klik ikon untuk membuka halaman ramah cetak. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA