Kataku: "Hikmat lebih baik dari pada keperkasaan, tetapi hikmat orang miskin dihina dan perkataannya tidak didengar orang."

Jadi, aku berkata, “Hikmat itu lebih baik daripada kekuatan,” tetapi hikmat orang miskin dihina, dan perkataannya tidak didengarkan.

Lalu kataku: Baiklah hikmat dari pada gagah; jikalau hikmat orang miskin dicelakan sekalipun dan tiada juga didengar orang akan barang katanya.

Jadi, benarlah pendapatku bahwa hikmat melebihi kekuatan. Walaupun begitu, hikmat orang miskin tidak diindahkan. Kata-katanya tidak ada yang diperhatikan.

Meski begitu, aku berpendapat bahwa lebih baik jika kamu memiliki kebijaksanaan daripada kekuatan. Tetapi bila kamu miskin, kamu akan dipandang rendah dan perkataanmu yang bijak tidak diperhatikan.

Dan aku berkata: Hikmat lebih baik daripada kekuatan, tetapi hikmat orang miskin diremehkan dan kata-katanya tidak didengar.

Maka kataku, "Hikmat lebih baik daripada keperkasaan." Tetapi hikmat orang miskin itu diremehkan dan perkataannya tidak didengarkan.

Kataku: “Hikmah tetap lebih baik daripada keperkasaan meskipun hikmah si miskin di kota itu diremehkan dan tidak dihiraukan orang.”

Kataku: "Hikmat ¹  lebih baik dari pada keperkasaan, tetapi hikmat ¹  orang miskin ²  dihina dan perkataannya tidak didengar orang."