Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 22 ayat untuk turun-temurun [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Ibr 7:23) (ende: Berdjumlah banjak)

jaitu turun-temurun, ganti-berganti.

(0.80) (Ayb 15:18) (ende)

Elifaz berseru kepada kebidjaksanaan nenek-mojang jang turun-temurun disampaikan.

(0.60) (1Kor 11:2) (ende: Adjaran turun-temurun)

jaitu peraturan-peraturan jang sedjak semula diadjarkan kepada sekalian umat dalam pengadjaran sehari-hari dan sudah biasa diturut dimana-mana.

(0.60) (Kej 5:3) (jerusalem: menurut rupa dan gambarnya) Jadi persamaan manusia dengan Allah adalah sesuatu yang terdapat pada manusia alamiah dan turun-temurun diteruskan.
(0.40) (1Taw 4:21) (jerusalem) Catatan mengenai keturunan Sela ini kurang sesuai dengan daftar-daftar lain yang tercantum dalam bab 4 ini.
(0.35) (Mat 28:20) (ende: Menjertai sampai achir dunia)

Tugas penebusan Jesus sebagai "Putera manusia" dan "Hamba Jahweh" telah terlaksana, tetapi tugas penjelamatan sampai achir dunia belum selesai. Jesus menjerahkannja kepada rasul-rasul supaja mereka melaksanakannja setjara kelihatan, sedangkan Ia sendiri tetap menjelenggarakannja setjara tak kelihatan, sebagai "Tuhan" kita jang duduk disebelah kanan Allah.Dalam arti itu Ia akan senantiasa menjertai para rasul tiap-tiap hari. Tetapi "sampai pada achir dunia", djadi Ia terus-menerus menjertai para pengganti rasul-rasul djuga, turun-temurun. Itu berarti pula, bahwa Jesus telah menjerahkan tugas dan memberikan djandji itu bukan kepada rasul-rasul pribadi, melainkan kepada pimpinan umat kudus, turun-temurun. Malah boleh dikatakan: kepada seluruh umat,sebab sebenarnja seluruh umat bertugas sekedar kemampuan anggota-anggota masing-masing, turut serta menjelesaikan penjelamatan dunia.

(0.35) (Gal 3:15) (ende: Wasiat)

Djandji Allah kepada Abraham dinamakan wasiat dalam arti, bahwa ia ditentukan untuk diwarisi turun temurun dan tetap tinggal rahasia sampai pada waktu jang ditentukan Allah. Rahasia itu dibuka oleh Kristus sebagai wakil segala ahli waris, dan Ialah jang membagikannja kepada sekalian ahliwaris masing-masing, jaitu kepada segala orang jang pertjaja akan Kristus. Bdl. Gal 3:29; 4:7 dan Rom 8:17

(0.35) (Yes 28:14) (sh: Kesalahan turun-temurun. (Jumat, 20 November 1998))
Kesalahan turun-temurun.

Penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan para pemimpin Israel rupa-rupanya sudah mentradisi, dan dilakukan turun-temurun. Bukan saja penyalahgunaan kekuasaan, tetapi juga penyalahgunaan makna perjanjian Allah dengan nenek moyang mereka, Abraham, Ishak, Yakub. Mereka membalut perjanjian kekal dan syarat di dalamnya dengan dusta (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">15). Dahulu Allah memilih mereka supaya kudus, hidup dalam kebenaran dan ketaatan terhadap hukum Tuhan. Nyatanya, mereka menghancurleburkan rancangan indah Allah. Akibatnya, Tuhan akan memutuskan tali perjanjian sebagai hukumannya (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">18). Suatu kejadian yang tidak asing lagi di mata Tuhan.

Harapan dalam Perjanjian Baru. Keluarga Kristen yang telah berpuluh tahun menjadi Kristen dapat saja kehilangan makna memperTuhankan Kristus, karena terjerumus dalam tradisi. Semangat cinta Tuhan dapat menjadi pudar jika Kristen tidak memperbarui ikatan perjanjian kasih dengan Tuhan terus-menerus. Perjanjian baru di dalam Kristus memiliki makna berbeda dari perjanjian lama. Kristus memberikan kita harapan baru dan jaminan baru yang tidak didasarkan pada sifat perjanjian melalui keturunan melainkan perjanjian dalam keadilan Tuhan (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">17). Sifat adil Tuhan tercermin dalam tindakan-Nya yang rela mengorbankan putra-Nya

(0.25) (Kel 20:5) (ende)

Dalam kitab Sutji atjap kali Tuhan disebut "tjemburu" atau "iri hati". Ini gambaran manusiawi untuk melukiskan tjintakasih Tuhan jang agung tanpa banding terhadap umatNja, serta mengutamakan tuntutanNja, supaja manusia mendjawab kasih ilahi itu dengan menjerahkan diri utuh-utuh kepada Tuhan.

Tuhan membalas dosa-dosa para bapa pada keturunan mereka. Maksud penulis: perbuatan-perbuatan manusia mempengaruhi baik atau buruk atas orang-orang sekitarnja dan seluruh masjarakat. Demikianlah halnja teristimewa dalam persatuan religieus umat Israel jang seerat itu, jang harus menjalurkan tradisi Sutji Hukum tuhan turun-temurun.

Dosa bukanlah soal perseorangan semata-mata, dan beserta dosanja djuga hukumannja dilandjutkan dalam keturunan manusia (Bandingkan Kej 3: Disini dilukiskan dosa warisan nenek-mojangnja).

Teranglah sudah, bahwa Tuhan hanja mempersalahkan dosa, jang disetudjui orang dengan sadar dan bebas merdeka.

(0.25) (Mzm 79:1) (jerusalem: Doa umat yang terancam) Ratapan umat ini jelas diciptakan setelah kota Yerusalem direbut dan bait Allah dihancurkan. Lagu ini dikutip dalam 1Ma 7:17. Maka kira-kira ratapan ini mengenai pemusnahan bait Allah oleh orang Babel dalam th 586 seb Mas. bagian pertama, Maz 79:1-9, berupa keluhan dan permohonan, supaya Tuhan mengasihi umatNya dan membalas keganasan musuh. Kemudian menyusul sebuah doa lagi, Maz 79:10-12, agar Tuhan membalas juga bangsa Moab dan Edom yang mencedera, bdk Maz 44:14; 80:7; 137:7; 2Ra 25:9. Kalau permohonan dikabulkan, maka umat akan bersyukur kepada Tuhan dan turun-temurun memujiNya, Maz 79:13.
(0.20) (Bil 20:14) (sh: Berhati-hati dan bijaksana dalam bertindak (Kamis, 4 November 1999))
Berhati-hati dan bijaksana dalam bertindak

Kesalahan, ketidakadilan, dan kecurangan yang kita lakukan di masa muda, mempengaruhi perjalanan anak-cucu kita. Peristiwa yang dialami Israel dalam perikop ini, mengingatkan kita kepada peristiwa "kacang merah" (Yakub- Esau). Dari peristiwa itu dendam tersimpan turun-temurun, dan ketika generasi kemudian saling berhadapan, dendam pun terkuak. Pihak Israel (dari keturunan Yakub) tidak lagi mengingat peristiwa lampau itu, namun pihak Edom (dari keturunan Esau) justru menjadikan peristiwa itu sebagai dasar penghadangan. Kristen harus belajar bahwa tindakan gegabah, tidak hati-hati, dan tidak bijaksana yang kita lakukan sekarang, akan berakibat pada kehidupan anak-cucu kita kelak.

Mati dalam kehormatan. Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun, bahwa Harun akan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya, artinya Harun akan mati dalam anugerah Allah. Kematian Harun sesuai dengan yang ditetapkan Tuhan. Mereka naik ke atas gunung dan Harun mati di puncak gunung itu. Hal ini melambangkan kematian orang kudus/pilihan Allah. Kematian Harun ternyata meninggalkan kesedihan yang mendalam dari umat Israel.

Renungkan: Kematian menandakan ketidaksempurnaan manusia, tidak pandang siapa pun, akan mengalaminya.

(0.20) (2Sam 8:1) (sh: Kepastian. (Rabu, 25 Februari 1998))
Kepastian.

Hari ini kita akan membaca kisah kesuksesan Daud yang gilang gemilang. Kemenangan demi kemenangan bagai bayangan, yang mengikuti derap langkah pasukan Daud di medan perang. Turun temurun orang Israel menceritakan kisah heroik figur nenek moyang kebanggaan mereka. Akan tetapi di balik cerita ini kitab Samuel ingin memberikan kesaksian iman tentang langkah kehidupan orang yang diberkati Tuhan. Bagi orang percaya, Tuhanlah penjamin kepastian akan keberhasilan hidupnya. Bila ada keberhasilan dalam upaya dan kerja kita Tuhanlah yang memberikannya bagi kita.

Budi yang luhur. Setiap suku memiliki kisah tentang figur nenek moyangnya yang hebat dan berbudi luhur. Mungkin kita pun memiliki tokoh yang kita kagumi: kepribadiannya, pemikirannya, ataupun keuletannya. Dalam dunia anak-anak sekarang ini ada kura-kura ninja, power ranger, atau satria baja hitam dll. Hal yang patut dicermati ialah sampai di mana nilai-nilai luhur kejujuran, keadilan, kebenaran dari tokoh-tokoh idola itu dipanuti. Semua figur yang dijadikan panutan haruslah diuji. Di atas tokoh panutan seperti Daud, Kristus yang sudah menebus kita dengan nyawa-Nyalah, satu-satunya panutan terpercaya.

Renungkan: Harapan generasi mendatang hanyalah bila keluarga berharap dan memandang kepada Yesus sepenuh hati.

(0.20) (Mzm 58:1) (sh: Teguran kepada Penguasa. (Selasa, 21 April 1998))
Teguran kepada Penguasa.

Layakkah penguasa ditegur? Apakah penguasa perlu dikontrol? Pada masa kini, pertanyaan-pertanyaan ini jawabannya kelabu. Tetapi firman Allah berwibawa terhadap penguasa manapun, apalagi penguasa curang. Manusia berdosa dapat menjadi seorang penguasa yang tak adil. Pengaruh buruknya bisa meracuni generasi turun temurun. Kekerasan hati membuat mereka tidak peduli pada keluhan, doa, bahkan sumpah serapah orang yang mereka tindas. Apakah Allah akan membiarkan saja para pemimpin jahat itu tanpa bertindak setimpal menghukum mereka?

Tidak akan membiarkan. Kejahatan bersumber di hati. Berbagai kejahatan, termasuk kejahatan yang dibuat oleh para penguasa berasal dari hati yang tidak takut akan Tuhan. Karena itu masalah terdalam dari kejahatan bukan sekadar melanggar atau memutarbalikkan hukum, tetapi melawan dan berontak terhadap Allah. Bagi semua orang yang merindukan keadilan ditegakkan, ada Allah yang memberi keadilan di bumi (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" vsf="TB" ver="">58:11" context="true" vsf="TB">12). Kebangkitan Kristus membuktikan bahwa Allah serius ingin menghapuskan kejahatan dari bumi ini dan sedang menciptakan suatu generasi baru yang benar dan adil melalui Kristus.

Peringatan: Jangan menyembah pembesar alim apalagi lalim, sembahlah Allah saja!

(0.20) (Mzm 89:1) (sh: Sifat pujian kita serasikah dengan kasih setia Tuhan? (Kamis, 27 Agustus 1998))
Sifat pujian kita serasikah dengan kasih setia Tuhan?

Biasa-nya puji syukur kita sangat tergantung pada kondisi kita. Pasang surut tak menetap. Tetapi kasih setia Tuhan kekal selama-lamanya (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">89:1" context="true" vsf="TB">2). Dari sifat setia kekal itu keluarlah tindakan-tindakan Allah yang kokoh teguh terhadap umat-Nya bahkan sampai turun temurun (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" vsf="TB" ver="">89:4" context="true" vsf="TB">5). Demikian pun sifat Allah lainnya kekal tak berubah. Sebutlah kekuatan kuasa Allah (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" vsf="TB" ver="">89:8" context="true" vsf="TB">9). Semua kekuatan dahsyat dalam alam ini tidak dapat dibandingkan dengan kekuatan Allah dan sepenuhnya dikendalikan Allah (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" vsf="TB" ver="">89:9" context="true" vsf="TB">10). Ujung-ujung bumi dan banga-bangsa di dalamnya pun tunduk di bawah pemerintahan-Nya (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" vsf="TB" ver="">89:12-14" context="true" vsf="TB">13-15). Serasikah pujian kita dengan fakta-fakta itu?

Tuhan Agung dan Perkasa. Pemazmur tidak menyembah dan memuji bintang dan bulan. Semua yang dapat dilihat mata jasmani adalah ciptaan, tidak perlu disembah dan disanjung. Berulang-ulang diungkapkan kata-kata: punya-Mulah, Engkaulah, lengan-Mu, tangan-Mu; menegaskan tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Tuhan. Oleh sebab itu seharusnya seluruh penghuni dunia menyembah dan meninggikan Dia. Dia akan menguatkan dan meninggikan kita. Dia pun terpercaya menjadi andalan kita di dalam saat-saat berat penuh ancaman.

Doa: Tuhan, Ajarlah kami melihat keajaiban-keajaiban-Mu di balik kondisi segelap apa pun.

(0.17) (Kel 10:1) (sh: Siapa mempermainkan siapa? (Senin, 11 April 2005))
Siapa mempermainkan siapa?


Telah tujuh kali tulah menimpa Mesir, namun Firaun berkeras hati tidak mau bertobat. Tulah-tulah dahsyat masih akan menimpa mereka. Salah satu tujuan Tuhan adalah supaya kelak peristiwa mukjizat ini diceritakan umat Israel turun temurun sehingga nama Tuhan dipermuliakan (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">2).

Bencana belalang yang akan menimpa Mesir sangat dahsyat dan melebihi bencana-bencana sebelumnya. Bencana belalang ini akan mendatangkan bencana lain seperti kelaparan sebab akan menghabiskan segala tumbuhan dan pepohonan (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">5,12,15). Secara kumulatif tulah-tulah ini semakin memporakporandakan berbagai sendi kehidupan Mesir. Para pegawai Firaun sudah menyadari bahwa mereka tidak dapat melawan tangan TUHAN. Mereka sadar mereka pasti binasa (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">7). Namun, Firaun tetap mengeraskan hati (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">10-11).

Apakah Firaun sedang mempermainkan Tuhan? Dalam tulah-tulah sebelumnya sikap Firaun terlihat seperti bertobat ketika tulah dinyatakan, tetapi begitu tulah diangkat ia mengeraskan hati. Sikap yang sama ditunjukkan dalam menghadapi tulah belalang ini (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">16-20). Sebenarnya Tuhan tetap berdaulat. Ia yang mengendalikan hati Firaun. Tujuan Tuhan adalah hendak mempertontonkan kuasa dahsyat-Nya yang tidak dapat ditandingi oleh ilah-ilah lain. Dengan demikian Firaun akan dipaksa tunduk dan mengakui kedaulatan Tuhan.

Tuhan tidak dapat dipermainkan manusia karena Dia mahakuasa dan berdaulat atas seluruh hidup manusia. Orang yang terus menerus mengeraskan hati terhadap teguran dan peringatan Tuhan dan yang mengira bisa mengelakkan konsekuensi penolakannya suatu saat akan tidak bisa lagi bertobat. Ini juga peringatan keras buat kita yang telah menerima anugerah-Nya yang melimpah, agar kita jangan bermain-main lagi dengan dosa. Jangan tunggu sampai hajaran keras harus Tuhan timpakan kepada kita supaya bertobat.

Camkan: Tidak seorang pun dapat luput dari hukuman Tuhan bila mengabaikan kesabaran-Nya yang menuntun pada pertobatan.

(0.17) (2Raj 13:1) (sh: Kesempatan yang disia-siakan (Minggu, 26 Juni 2005))
Kesempatan yang disia-siakan


Pada nas ini, penulis kitab II Raja beralih menyoroti pemerintahan dua raja Israel, Yoahas dan Yoas. Alkitab mencatat bahwa keduanya sama, yakni melakukan dosa yang dilakukan Yerobeam.

Mereka tidak meninggalkan dosa penyembahan berhala yang telah menjadi dosa nasional Israel. Mungkin karena dosa ini dilakukan turun-temurun. Yoahas seharusnya bersyukur untuk kesempatan menjadi raja Israel selama 17 tahun. Namun, masa jabatannya itu disinya dengan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">2). Kekuasaan memang dapat membutakan seseorang. Inilah yang terlihat dari sikap Yoahas. Mungkin ia berpikir, "Mengapa harus bersusah payah memotong dan mencabut dosa yang telah ditanamkan Yerobeam?" Mungkin pula ia seorang penganut falsafah "diam itu emas." Dengan berbuat demikian Yoahas telah mendukakan hati Allah. Akibatnya, Hazael diijinkan-Nya menekan Israel (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">3-4).

Yoas, anaknya, juga tidak melakukan perubahan apa pun. Kekuasaan yang dimilikinya digunakan untuk tetap melakukan kejahatan "lama" yakni penyembahan berhala. Ia tidak juga peka melihat kuasa Allah Israel melebihi kuasa patung anak lembu itu. Padahal, pada zaman ayahnya memerintah, Allah telah memberikan seorang penolong (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">5-6). Meski demikian, Allah mengaruniakan kesempatan menjadi raja Israel selama 16 tahun dan keamanan sepanjang hidupnya. Anugerah-Nya sedalam ini tak juga dilihat oleh Yoas untuk berpaling pada Allah (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">10-13).

Memang sulit keluar dari dosa yang telah berakar pada kebudayaan suatu bangsa, seperti dosa korupsi dan manipulasi. Apalagi jika dosa itu telah menjadi budaya di dalam keluarga bahkan gereja. Namun, jika akibat yang harus kita tanggung adalah hukuman Allah, untuk apa kita ikuti? Relakah kita binasa oleh karena dosa-dosa itu?

Camkan: Jangan mengira karena dosa sudah menjadi biasa, Anda tidak akan dihukum oleh karenanya.

(0.17) (Mzm 78:1) (sh: Mendengar dan meneruskan yang didengar (Jumat, 26 Oktober 2001))
Mendengar dan meneruskan yang didengar

Setiap hari terdapat begitu banyak hal yang dapat kita dengar ataupun ucapkan, yang akan mewarnai hidup kita. Semuanya itu merupakan pilihan bagi kita untuk menentukan dengan apakah kita akan mewarnai hidup kita.

Mazmur ini merupakan catatan yang luar biasa dari generasi ke generasi, yang mengarahkan telinga dan mulut Israel kepada ajaran- ajaran Tuhan. Dalam mazmur ini Israel diingatkan untuk mempertahankan Taurat Tuhan, tidak melupakan perbuatan-Nya, dan tidak memberontak terhadap-Nya. Mereka diperingatkan untuk tidak mengulangi perbuatan nenek moyang mereka yang telah memberontak dan mengeraskan hati di padang gurun, sehingga Allah membinasakan mereka.

Asaf memanggil Israel untuk mendengar pengajarannya (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">1, 4) dan terus mengajarkannya kepada generasi yang akan datang (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">5, 6). Hal ini direncanakan Tuhan agar Israel dapat mempercayai Dia dan mematuhi perintah-perintah yang diberikan-Nya (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">7), sehingga Israel tidak jatuh ke dalam ketidakpercayaan dan pemberontakan seperti nenek moyang mereka (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">8). Pemberontakan seperti ini telah mewarnai sejarah perjalanan Israel bersama dengan Allah, sejak mereka berada di padang gurun. Contoh ketidaktaatan ini nyata dalam kehidupan kerajaan utara yang mengabaikan perjanjian mereka dengan Tuhan (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">10) dan melupakan karya penyelamatan-Nya (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">11).

Melalui mazmur ini kita dapat melihat bahwa kegagalan sejarah Israel yang diwarnai dengan pemberontakan nenek moyang mereka disebabkan karena: [1] mereka gagal untuk setia mendengar ajaran yang telah diwariskan oleh generasi sebelumnya, dan [2] mereka mengabaikan sejarah karya Allah yang dahsyat dalam perjalanan hidup mereka. Ikatan perjanjian Allah dengan umat-Nya penting dihayati oleh semua umat turun-temurun, dari generasi ke generasi.

Renungkan: Kristen perlu menyadari dari hari ke hari bagaimana karya Allah dalam sejarah hidup kekristenan, sehingga tidak mengulangi kegagalan yang sama atau tetap bebal walau telah mengalami perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib. Dan jangan lupa, kita perlu meneruskannya kepada generasi-generasi berikut, agar mereka belajar mengenal Allah dan setia kepada-Nya.

(0.15) (1Raj 16:8) (sh: Dosa beranak-pinak dosa (Senin, 28 Februari 2000))
Dosa beranak-pinak dosa

Sejarah kerajaan Israel dinodai dengan dosa, kekejian, pembunuhan, dan pemberontakan dari dinasti ke dinasti. Tidak ada damai dan kesejahteraan. Nama Yerobeam disebut sebagai cikal bakal pembuat dosa dan penyembahan berhala yang turun-temurun. Dalam kurun waktu 14 tahun 7 hari, sudah 4 raja memerintah, 4 dinasti, dan 2 diantaranya punah total. Lengsernya tirani (kekuasaan yang digunakan sewenang-wenang) karena pemberontakan dan pembunuhan. Penyebabnya antara lain: bangsa Israel tidak lagi beribadah kepada Allah yang diperlihatkan dengan menjauhi Rumah Allah di Yerusalem dan mendirikan tempat-tempat ibadah baru dengan patung-patung lembu emas sebagai 'allah', karena itu Israel makin hari makin merosot citra dan martabatnya sebagai umat Allah.

Dalam buku 'Knowing the truth' , Bruce Milne menulis ada 4 akibat dosa dalam hubungannya dengan Allah. 1) Kita tidak layak di hadapan Allah. 2) Kita tidak mampu melakukan kehendak Allah. 3) Kita tidak benar di hadapan hukum Allah. 4) Kita tidak peka terhadap firman Allah. Mencermati raja-raja itu akibat dosa membuat mereka tidak berkenan di hadapan Allah. Meski Allah mengutus nabi-nabi-Nya tetap saja hati mereka tidak peka dan tidak ada pertobatan. Dosa telah membutakan mata 'hati' mereka akan kasih setia Allah. Hanya Omri yang sempat menikmati kejayaan dan membangun ibu kota kerajaan di gunung Samaria. Akan tetapi Omri dicatat makin lebih jahat dari pendahulunya. Memang apa pun yang diperbuat manusia di dalam kondisi dosa, tetap saja dosa di hadapan Allah. 'Kehancuran moral manusia secara total karena dosa, berimplikasi ketidakmampuannya secara total', demikian ungkap Bruce Milne.

Renungkan: Meski belum separah kondisi Israel, bangsa kita pun terus-menerus berada dalam situasi yang menegangkan. Dari penjajahan bangsa asing, kita pun 'dijajah' bangsa sendiri. Rezim yang satu berlalu diganti rezim yang lain, tetap saja tidak ada damai sejahtera dari Sabang sampai Merauke. Kenikmatan kemerdekaan hanya dinikmati segelintir orang, itupun didapat dengan menghalalkan cara. Marilah kita terus berdoa untuk memasuki Indonesia baru, yang diawali dari pembaruan hati dan berlanjut dengan pembaharuan di segala bidang. Bukan dengan cara dan usaha diri sendiri tetapi dengan kerendahan hati dan pertobatan kepada Yesus Kristus, Pemberi hidup baru yang kekal.

(0.15) (Est 6:1) (sh: Tangan Tuhan yang tidak kelihatan (Selasa, 26 Juni 2001))
Tangan Tuhan yang tidak kelihatan

Hidup kita mungkin dapat diibaratkan sebagai tenunan yang terjalin dari benang-benang suram dan cerah, saling merajut membentuk suatu gambaran kehidupan. Seringkali kita tidak dapat melihat keindahan rajutan ini secara utuh, dan seringkali kita juga tidak dapat menyadari bahwa di tangan Sang Perancang, benang-benang suram adalah sama pentingnya dengan benang-benang yang cerah untuk menghasilkan tenunan yang indah. Kisah Ester yang kita baca hari ini akan membantu kita memahami karya dan rencana Tuhan yang indah di balik peristiwa-peristiwa yang kita alami.

Rentetan peristiwa kisah Ester ini tidaklah terjadi secara kebetulan, ada tangan Sang Perancang yang merajut dengan satu tujuan yang pasti di balik semuanya. Dalam pasal turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">6 ini Sang Perancang mulai merajutkan benang- benang cerah dan membuat suatu titik balik dari kekalahan (pasal turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">1-5) menuju kemenangan (pasal turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">7-10) yang ditandai dengan ketiga hal berikut: (1) Tuhan menggelisahkan hati raja (turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">6:1-3); [2] Tuhan merendahkan Haman orang Amalek dan meninggikan Mordekhai (turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">6:4-11); dan [3] Tuhan membuat hati Haman beserta keluarga dan sahabatnya diliputi kegentaran (turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">6:12-14). Titik balik kemenangan ini semata-mata bukanlah disebabkan oleh jasa dan upaya Mordekhai, tetapi karena alasan yang sama seperti saat Musa mengangkat tangannya dan mengalahkan bangsa Amalek (bdk. Kel. 17 : 8-16). Kemenangan ini disebabkan karena ada "Tangan di atas panji-panji Tuhan!", "Tuhan berperang melawan Amalek turun-temurun". Tuhan Raja di atas segala raja dengan cara yang tidak terlihat memelihara dan memberikan kemenangan bagi umat-Nya yang menderita, dalam kesetiaan-Nya.

Mungkin kita tidak dapat mengerti ataupun melihat adanya jalan keluar bagi kemelut bangsa kita, namun kita perlu meyakini bahwa Tuhan tidak mengabaikan langkah iman yang kita ambil. Ia dengan tangan-Nya yang tak kelihatan dapat melakukan serangan terselubung dan menghancurkan sendi-sendi kekuatan mereka yang mengancam kita.

Renungkan: Pernahkah Anda mengalami peristiwa demi peristiwa yang mengarahkan Anda pada suatu titik balik yang mengubah situasi dan kehidupan Anda? Kemanakah arah pergerakan itu, seperti Haman atau Mordekhai? Bagaimana Anda meresponinya? Bercerminlah di hadapan Allah dan mohonkanlah tuntunan-Nya!

(0.15) (Mzm 100:1) (sh: Alasan dan sifat pujian kepada Tuhan (Senin, 15 April 2002))
Alasan dan sifat pujian kepada Tuhan

Adakalanya pujian dalam ibadah telah mengalami pengurangan makna sehingga hanya menjadi suatu hiburan rohani yang bertujuan untuk memuaskan ataupun melegakan hati. Pujian seperti ini tidak membangkitkan di dalam kita pemahaman dan kesadaran tentang sifat serta alasan untuk memuji. Ini sungguh berbeda dengan Mazmur 100. Seperti mazmur-mazmur lainnya, pujian orang beriman dimaksudkan untuk memuliakan Allah sambil mengacu pada sifat-sifat dan karya- karya Allah. Pujian tidak pernah boleh berorientasi pada faedah yang ingin diperoleh pihak yang memuji Allah.

Meski tidak secara nyata sinambung dengan mazmur penobatan, tema tertentu dalam mazmur penobatan masih bergema. Tema itu adalah seruan ke seluruh bumi untuk beribadah dengan meriah kepada Tuhan (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">1-2). Alasan yang melandasi seruan tersebut adalah bahwa Allah yang memerintah segenap alam semesta ini layak menerima puji sembah seisi semesta. Lebih dari itu, Allah layak menerima penyembahan dari semua manusia yang telah diciptakan-Nya dan dijadikan-Nya umat gembalaan-Nya. Kata “ibadah” dalam arti harfiah bahasa aslinya lebih luas dari sekadar kegiatan ibadah di rumah Allah. Kata ini dipakai pada zaman itu untuk mengungkapkan sikap mengorientasikan hidup sepenuhnya kepada seorang raja, entah manusia atau Allah. Jadi, konsep ibadah yang dimaksud adalah pengabdian total atas dasar kemilikan total Allah atas umat-Nya. Seluruh segi hidup yang taat dan mengasihi Allah menyatakan pemerintahan Allah.

Pokok penting tersebut menjadi lebih jelas di dalam penggunaan kata ganti orang dalam ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">3: “… Dia, dia, kita, -Nya, -Nya.” Struktur sedemikian menegaskan bahwa pertanyaan tentang jati diri kita harus mulai dari dan berakhir pada Allah. Bagi umat Allah Perjanjian Lama, hal Allah menjadikan mereka dalam penciptaan dan menjadikan mereka menjadi umat dalam Keluaran adalah dua hal yang saling terkait yang mensahkan kemilikan Allah dan keumatan mereka. Alasan lain mengapa umat patut beribadah adalah karena “Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun temurun” (ayat turun-temurun&tab=notes&exact=on" ver="">5).

Renungkan: Sadarilah bahwa Allah adalah Gembala baik bagi kita umat-Nya dan atas seluruh alam semesta ini.



TIP #17: Gunakan Pencarian Universal untuk mencari pasal, ayat, referensi, kata atau nomor strong. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA