Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 96 ayat untuk pelajaran (0.001 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 3 4 5 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Kis 27:6) (ende: Paulus sudah lampau)

Jang dimaksudkan ialah satu-satunja hari puasa resmi orang Jahudi, jang djatuhnja sekitar 24 Sept. Pelajaran di Laut-Tengah sebelah Timur biasanja berbahaja mulai 14 Sept. sampai bulan April.

(0.71) (Dan 5:22) (full: TIDAK MERENDAHKAN DIRI WALAUPUN TUANKU MENGETAHUI SEMUANYA INI. )

Nas : Dan 5:22

Daniel mengingatkan Belsyazar bagaimana Allah merendahkan Nebukadnezar. Sekalipun Belsyazar pasti telah mendengar tentang peristiwa tragis ini, ia menolak untuk menarik pelajaran daripadanya. Pencemaran benda-benda kudus Tuhan merupakan tindakan yang sengaja menentang Allah yang hidup. Sedikit sekali orang yang menarik pelajaran dari sejarah. Kesetiaan kepada hal-hal dari dunia ini -- keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup serta kemandirian (bd. 1Yoh 2:15-17;

lihat art. HUBUNGAN ORANG KRISTEN DENGAN DUNIA)

-- menuntun mereka pada jalan lebar menuju kebinasaan yang telah ditempuh banyak orang sebelum mereka (bd. Mat 7:13-14).

(0.70) (Yer 3:6) (full: APA YANG DILAKUKAN ISRAEL ... MURTAD ITU? )

Nas : Yer 3:6

Israel, kerajaan utara, telah tidak setia kepada Allah; akibatnya, mereka dibawa tertawan ke Asyur pada tahun 722-721 SM. Yehuda, kerajaan selatan, seharusnya menarik pelajaran dari pengalaman tragis saudaranya, tetapi tidak demikian. Ia juga menyerahkan diri kepada perzinaan dan kejahatan rohani.

(0.70) (Yer 19:1) (full: BULI-BULI YANG DIBUAT DARI TANAH. )

Nas : Yer 19:1-15

Melalui sebuah perumpamaan yang dramatis, Yeremia menyatakan bahwa Yerusalem dan Yehuda akan mengalami hukuman yang demikian menghancurkan sehingga mereka akan pecah berantakan tanpa dapat diperbaiki lagi.

(0.70) (Luk 7:1) (sh: Dua pelajaran (Rabu, 21 Januari 2004))
Dua pelajaran

Kita dapat menarik dua pelajaran penting dari cerita tentang seorang perwira di Kapernaum dan janda di Nain. Pertama, seorang perwira, bukan orang Israel, memiliki hamba yang sedang sakit keras dan hampir mati (ayat 9). Ia memiliki relasi yang sangat baik dengan orang-orang Yahudi (ayat 3), bahkan ikut berpartisipasi dalam pembangunan sinagoge (ayat 5). Ia juga memiliki suatu pengenalan yang benar tentang Yesus. Ia tahu Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan tanpa harus datang, melihat ataupun menjamah hambanya yang sedang sakit keras dan hampir mati. Oleh karena itu, ketika permintaannya dipenuhi oleh Yesus, dan Yesus berjalan menuju rumahnya, ia mengutus sahabat-sahabatnya kepada Yesus, supaya Yesus tidak perlu ke rumahnya, cukup berkata saja, ia percaya bahwa hambanya akan sembuh. Pengenalannya yang tepat tentang Yesus yang adalah Mesias membuat perwira tersebut merespons secara aktif dan tepat terhadap Yesus.

Kedua, ketika Yesus pergi ke Nain, di dekat gerbang kota, Ia melihat rombongan orang yang mengusung orang mati. Mestinya yang dilihat oleh Yesus pertama kali bukan orang mati yang diusung, tapi ibu dari orang mati tersebut. Seharusnya si ibu berjalan di depan, disusul usungan orang mati. Dia tidak memiliki suatu pengenalan yang tepat tentang siapa Yesus, sehingga dia tidak tahu harus bagaimana merespons kepada Yesus. Ketika berhadapan dengan Yesus, janda ini pasif. Namun dalam situasi seperti ini Yesus berinisiatif aktif terhadap janda ini. Dia menyentuh dan berkata kepada anak muda “bangkitlah.”

Dua pelajaran: Orang yang mengenal siapa Yesus, seharusnya memiliki respons iman seperti perwira. Kepada orang yang kurang mengenal Yesus, Yesus sendiri akan secara aktif memperkenalkan diri-Nya kepadanya.

Renungkan: Seberapa jauh dan dalam, pemahaman tentang Yesus? Pikirkan dan renungkanlah dalam hidupmu.

(0.61) (Ul 29:1) (sh: Pelajaran sejarah (Selasa, 13 Juli 2004))
Pelajaran sejarah

Kita ini cenderung melupakan apa yang tidak ingin kita ingat. Negarawan Inggris, Sir Winston Churchill mengatakan bahwa bangsa yang melupakan masa lalunya akan dikutuk untuk mengulanginya. Umat Israel diajar melalui sejarah hidup mereka untuk mengingat kasih setia Tuhan. Tuhan telah membebaskan mereka dari perbudakan Mesir dan membawa mereka melewati padang gurun untuk menuju ke tanah Perjanjian. Mereka seharusnya mengerti dan mempercayai Tuhan dengan sepenuh hati (ayat 2-9). Namun, kenyataan membuktikan mereka tidak pernah belajar dari sejarah untuk setia kepada Tuhan. Akibatnya mereka harus mengulang kembali proses pembentukan dari Tuhan dari nol.

Tuhan melalui Musa sekali lagi menantang mereka untuk setia kepada perjanjian Tuhan dengan mereka. Musa mengingatkan jika mereka mengira tetap akan selamat sekalipun mereka melakukan kedegilan, maka murka Tuhan akan menimpa mereka tanpa dapat diampuni (ayat 19-20). Murka Tuhan menimpa mereka sesuai dengan ucapan kutuk yang disampaikan di gunung Ebal dan di kitab perjanjian itu (ayat 21). Akibat murka Tuhan juga akan dirasakan oleh anak cucu mereka. Tuhan tidak menghukum anak cucu mereka oleh karena dosa-dosa mereka. Namun, akibat murka Tuhan secara alami akan menimpa keturunan mereka (ayat 22-23). Bangsa lain akan melihat kedahsyatan malapetaka yang menimpa umat Israel karena meninggalkan Tuhan untuk menyembah ilah-ilah lain (ayat 24-28).

Bangsa kita adalah bangsa yang dikasihi Tuhan sampai sekarang. Namun, bila kita membiarkan dosa bahkan turut ambil bagian di dalamnya, bukan mustahil Allah akan menegakkan keadilan, kebenaran, dan murka-Nya akan menimpa bangsa kita. Hanya dengan berpihak pada kebenaran Allah, orang Kristen membela bangsa dan negaranya.

Renungkan: Pelajaran sejarah Israel tidak perlu terulang bagi negara kita. Mari, kita bangkit untuk bertobat, mengikrarkan janji setia kepada perjanjian Tuhan sekali lagi, dan membangun kehidupan yang berkenan kepada-Nya!

(0.61) (Mzm 60:1) (sh: Dua pelajaran (Senin, 14 Juni 2004))
Dua pelajaran

Sering terdengar lagu "We are the champion" dalam merayakan kemenangan, tetapi kita tidak pernah mendengar perayaan kekalahan apalagi diiringi oleh sebuah lagu. Kekalahan tidak pernah disukai orang. Namun kenyataannya hidup ini tidak selalu berkemenangan. Jadi, apakah makna di balik kekalahan dan kemenangan yang dirasakan oleh seseorang?

Mazmur ini mengajak kita untuk melihat kekalahan dan kemenangan dari sudut pandang Daud sebagai raja Israel. Pertama, teriakan Daud supaya Allah memulihkan mereka, karena pertahanan mereka tertembus (ayat 1-7) memberikan pengertian kepada kita bahwa Daud pernah merasakan apa yang disebut kekalahan. Daud melihat kekalahan sebagai penghukuman dari Tuhan. Namun Daud tidak mengeluh kepada Tuhan, apalagi menyalahkan Tuhan karena kekalahan yang dialaminya. Ia melihat bahwa ada pengajaran Allah yang harus dipelajari oleh Israel dan dirinya dalam kekalahan tersebut.

Kedua, berdasarkan janji Allah akan kemenangan (ayat 8-10) Daud merasakan kemenangan yang berasal dari Tuhan. Ia sadar bahwa kemenangannya bukan atas dasar kekuatan dan taktik berperangnya, tapi semata-mata karena bersama Allah ia melakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa terhadap musuhnya (ayat 13-14) dan inilah sumber kemenangan Daud.

Dua pelajaran yang Daud ungkapkan bahwa kemenangan dan kekalahan semuanya datang dari Tuhan. Daud memberi teladan bagaimana sikapnya menerima kekalahan dan kemenangan dalam peperangan.

Kalau Allah mengijinkan kita menderita kekalahan, itu artinya ada hal yang harus kita pelajari. Kalau Allah memberi kita kemenangan, biarlah segala syukur kita kembalikan kepada Dia. Seperti Daud, kalah atau menang, biarlah Allah tetap dimuliakan.

Renungkan: Kita semua akan mengalami kekalahan dan kemenangan. Jadikan Daud teladan dalam menyikapi hal tersebut.

(0.60) (2Sam 12:13) (full: TUHAN TELAH MENJAUHKAN DOSAMU ITU. )

Nas : 2Sam 12:13

Dosa Daud diampuni oleh Allah dalam pengertian bahwa hukuman mati dan hukuman kekal dikesampingkan (1Yoh 3:15); jadi, Daud dikembalikan kepada hubungannya dengan Allah dan keselamatan (bd. Mazm 51:1-21). Sekalipun demikian, reputasi Daud telah dicemarkan selama-lamanya dan dampak-dampak dosanya itu berlangsung terus sepanjang hidupnya dan sejarah keluarganya. Pengalaman Daud setelah diampuni dan dipulihkan adalah sebuah pelajaran yang penting untuk mereka yang menganggap dosa seenaknya saja sebagai sesuatu yang diampuni dan dilupakan Allah.

(0.60) (Yer 13:1) (full: IKAT PINGGANG LENAN. )

Nas : Yer 13:1-11

Tindakan simbolis Yeremia dengan ikat pinggang lenan memberi umat itu suatu pelajaran bersifat perumpamaan. Israel dan Yehuda adalah ikat pinggang lenan yang dipakai Tuhan, yang melambangkan ikatan erat yang pernah ada di antara mereka ketika mereka setia kepada-Nya. Kini umat itu menjadi tidak berguna dan harus dibuang, sebagaimana dilakukan Yeremia dengan ikat pinggang itu. Sepanjang masa pembuangan mereka di daerah Efrat, mereka tidak akan berguna karena dosa-dosa mereka; seluruh keangkuhan dan kemuliaan mereka akan sirna.

(0.60) (Yoh 5:47) (full: TIDAK PERCAYA AKAN APA YANG DITULISNYA. )

Nas : Yoh 5:47

Ayat ini penting dalam menetapkan pandangan Yesus Kristus terhadap Perjanjian Lama. Dia memang percaya bahwa Musa menulis Pentateukh. Pelajaran yang diperlukan orang Yahudi, dan yang masih kita perlukan dewasa ini, ialah: Jikalau seseorang tidak percaya pengilhaman dan kebenaran dari tulisan Perjanjian Lama, maka dia juga tidak akan percaya atau takluk kepada kekuasaan perkataan Yesus dan tulisan PB yang memberi kesaksian tentang-Nya

(lihat cat. --> Kis 24:14

[atau ref. Kis 24:14]

tentang pandangan Paulus mengenai PL;

lihat art. PENGILHAMAN DAN KEKUASAAN ALKITAB).

(0.57) (Yes 27:1) (sh: Restorasi Israel. (Rabu, 18 November 1998))
Restorasi Israel.

Allah bertindak, mengembalikan umat pada kondisi kehendak-Nya. Syarat mutlak ialah pertobatan; sebab Allah akan menghancurkan segala bentuk kekuatan-kekuatan berhala, membersihkan segala nafsu zinah dengan berhala-berhala tersebut. Hanya satu keinginan Allah yaitu memulihkan umat pilihan-Nya dan tebusan-Nya, mengembalikan umat-Nya dari pembuangan dan membuat umat-Nya bebas dan tulus menyembah Dia. Restorasi dan reformasi total telah Allah lakukan.

Pelajaran bagi hidup kita. Tak habis-habisnya sepak terjang Israel sebagai umat pilihan Allah, memberikan banyak pelajaran menarik untuk dicermati. Tingkah polah Israel adalah cerminan tingkah polah umat manusia secara keseluruhan, kadang percaya, kadang bebal; dan Allah menghajar sekaligus memulihkan. Pengharapan akan datangnya pemulihan akhir pun terus dikumandangkan. Hal ini seharusnya mendorong orang percaya berjuang, mengupayakan kesucian, kebenaran, dan keadilan. Dalam diri harus terus ada keyakinan, bahwa Allah lewat Roh Kudus membantu setiap orang percaya mewujudkan tekad memperjuangkan pembaruan itu.

Doa: Ya Tuhan, ketika kami lemah, turunkanlah anugerah-Mu, agar pembaruan hidup dapat terjadi nyata dalam hidup ini.

(0.50) (Mzm 107:1) (ende)

Mazmur ini merupakan lagu sjukur umat dan barangkali dinjanjikan sebagai pengiring kurban sjukur (Maz 107:22). Ia terdiri atas matjam doa sjukur. Ajat 1-3(Maz 107:1-7) dan Maz 107:33-34 merupakan lagu sjukur umat jang pulang dari pembuangannja. Tetapi ajat 4-32(Maz 107:4-32) adalah lagu sjukur orang jang diselamatkan dari matjam2 bahaja: perdjalanan (Maz 107:4-9), pendjara (Maz 107:10-16), penjakit (Maz 107:17-22), pelajaran dilaut (Maz 107:23-30). Bagian masing2 lagu terachir ini sama susunannja. Namun mungkin hal2 ini harus diartikan sebagai lambang pembuangan dan pulangnja umat dari sana. Demikian seluruh mazmur mendjadi lagu sjukur umat jang pulang.

(0.50) (2Taw 17:9) (full: MEREKA MEMBERIKAN PELAJARAN ... KITAB TAURAT TUHAN. )

Nas : 2Taw 17:9

Suatu kebangunan rohani akan segera padam jikalau tidak dilandasi secara kokoh pada Firman Allah dan suatu komitmen yang sungguh-sungguh untuk mengikuti ajaran-ajarannya. Hal ini berlaku di bawah perjanjian yang baru seperti di bawah perjanjian yang lama. Gerakan rohani apa pun yang tidak dilandasi dengan kokoh pada penyataan asli dan mendasar dari Kristus dan para rasul tidak akan bertahan lama, atau dengan mudah terjebak ke dalam emosionalisme atau humanisme

(lihat cat. --> 2Taw 34:30;

lihat cat. --> Ef 2:20).

[atau ref. 2Taw 34:30; Ef 2:20]

(0.50) (Mzm 78:1) (full: PASANGLAH TELINGA UNTUK PENGAJARAN-KU, HAI BANGSA-KU. )

Nas : Mazm 78:1

Mazmur ini digubah untuk mengingatkan Israel mengapa demikian banyak hukuman berat dari Allah menimpa mereka sepanjang sejarah.

  1. 1) Nyanyian ini mengingatkan mereka untuk belajar dari kegagalan rohani nenek-moyang mereka dan berusaha dengan tekun menjauhi ketidakpercayaan dan ketidaksetiaan yang sama.
  2. 2) Umat Allah dewasa ini harus memperhatikan mazmur ini dengan cermat karena banyak gereja dan denominasi telah kehilangan kehadiran dan kuasa Allah karena ketidakpercayaan dan ketidaktaatan kepada firman-Nya. Karena gagal menjadikan standar dan pengalaman alkitabiah landasan untuk kebenaran dan perilaku, mereka secara berangsur-angsur telah tersesat dan mengikuti jalan mereka sendiri (bd. Yes 53:6)
(0.50) (Yer 16:2) (full: JANGANLAH MENGAMBIL ISTERI. )

Nas : Yer 16:2-10

Kehidupan dan pelayanan Yeremia agak dibatasi sebagai pelajaran peraga bagi umat itu ketika saat hukuman telah tiba.

  1. 1) Pembatasan pertama ialah larangan untuk menikah dan mempunyai anak, melukiskan bahwa dalam penderitaan yang akan datang banyak keluarga akan mati (ayat Yer 16:1-4).
  2. 2) Pembatasan kedua ialah larangan untuk meratap atau menunjukkan bela sungkawa pada suatu jamuan penguburan, yang menunjukkan bahwa Allah telah menarik berkat, kasih, dan belas kasihan-Nya dari bangsa itu (ayat Yer 16:5-7).
  3. 3) Pembatasan ketiga ialah larangan untuk ikut berpesta, yang menunjukkan bahwa Allah akan mengakhiri semua sukacita dan kegembiraan di Yehuda (ayat Yer 16:8-9).
(0.50) (2Kor 12:7) (full: DURI DI DALAM DAGINGKU. )

Nas : 2Kor 12:7

Kata "duri" menyampaikan ide mengenai kesakitan, kesukaran, penderitaan, penghinaan atau kelemahan fisik, tetapi bukan pencobaan untuk berdosa (bd. Gal 4:13-14).

  1. 1) "Duri" Paulus tidak diterangkan artinya, sehingga semua yang mempunyai "duri" boleh dengan cepat menerapkan pelajaran rohani dari bagian ini pada diri sendiri.
  2. 2) Duri Paulus dihubungkan dengan kegiatan roh jahat atau berasal dari roh jahat, yang diizinkan namun dibatasi oleh Allah (bd. Ayub 2:1 dst.).
  3. 3) Pada saat yang sama, duri Paulus diberikan untuk mencegah dia menjadi sombong atas penyataan-penyataan yang telah dia terima.
  4. 4) Duri Paulus membuat dia lebih bergantung pada kasih karunia ilahi

    (lihat cat. --> 2Kor 12:9;

    [atau ref. 2Kor 12:9]

    Ibr 12:10).
(0.49) (2Taw 33:1) (sh: Belajar dari masa lalu (Rabu, 10 Juli 2002))
Belajar dari masa lalu

Dapat dikatakan bahwa judul ini meringkaskan tujuan yang ingin dicapai penulis Tawarikh bagi para pembacanya, komunitas Yehuda pascapembuangan. Penulis Tawarikh menggunakan kesejajaran-kesejajaran yang tampak antara sejarah beberapa tokoh raja tertentu dengan pengalaman mereka.

Kesejajaran ini juga tampak pada catatan tentang raja Manasye. Raja Manasye telah berdosa dan "melakukan apa yang jahat di mata TUHAN" (ayat 2). Kemudian, sebagai penghukuman Tuhan, Manasye dibuang dan dibawa tentara Asyur ke Babel (ibu kota taklukkan Asyur lainnya waktu itu) dalam cara yang sangat mempermalukan Manasye, dengan hidung ditusuk kaitan yang disambungkan ke rantai dan kaki serta tangan terbelenggu (ayat 11). Penghukuman ini membuat Manasye merendahkan diri di hadapan Allah dan berdoa kepada-Nya (ayat 12). Pertobatan Manasye itu pun mewujud secara nyata melalui tindakan penyingkiran ibadah-ibadah penyembahan berhala (ayat 14-17). Allah pun menjawab dengan memulangkan Manasye, dan memulihkan kedudukan Manasye (ayat 13).

Rangkaian peristiwa dosa, penghukuman melalui pembuangan, pertobatan, pemulangan/pemulihan ini juga telah dialami oleh orang-orang Yehuda pascapembuangan. Melalui kisah raja Manasye, tampil janji Tuhan bahwa jika mereka mau bertobat dan tetap setia seperti Manasye, maka Tuhan akan memberkati kehidupan bangsa mereka. Tetapi, pelajaran sebaliknya hadir dalam kisah raja Amon (ayat 21-25). Walaupun Yehuda telah bertobat pada zaman Manasye, tetapi kemurtadan Amon membuat Allah kembali menghukum Yehuda. Dari sudut pandang penulis Tawarikh, penghukuman ini terlihat dalam peristiwa pembunuhan Amon yang menyebabkan singkatnya masa pemerintahannya (ayat 21,24-25). Pelajaran bagi orang Yehuda adalah, walaupun mereka sudah dikembalikan ke tanah perjanjian dan dipulihkan, penghukuman tetap akan datang bila mereka kembali berbuat dosa di hadapan Tuhan.

Renungkan: Hukuman Allah atas dosa umat-Nya bertujuan agar umat bertobat, dan kembali hidup dalam kekudusan, sukacita dan damai sejahtera Allah. Kebenaran ini adalah peringatan sekaligus janji bagi tiap-tiap kita orang percaya.

(0.49) (Mzm 78:1) (sh: Cerita-cerita jujur (Senin, 25 April 2005))
Cerita-cerita jujur


Budaya bangsa kita adalah budaya bercerita. Masih teringat oleh saya kebiasaan kakek saya mendongeng yang intinya masih berkesan hingga sekarang. Dalam kebiasaan bercerita itu, bukan saja kisah-kisah binatang yang mengandung pelajaran perlu kita sampaikan, kisah-kisah nyata kehidupan keluarga pun layak mendapat tempat! Kisah nyata sejujurnya harus berani kita paparkan agar sejarah dapat kita jadikan sumber pelajaran yang kaya untuk kini dan generasi mendatang.

Dalam kebiasaan kita bercerita, kita cenderung hanya menonjolkan yang baik, tetapi melupakan bahkan mengubur yang buruk. Kisah peMazmur ini tidak demikian. Menurutnya amsal atau kata-kata hikmat itu harus jujur dan tidak menyembunyikan masa lalu (ayat 4). Justru kegagalan nenek moyang bangsa Israel dan kebesaran anugerah Allah perlu diketahui oleh semua generasi mereka (ayat 4b, 6-8). Mazmur 78 ini merupakan cerita keberdosaan bangsa Israel dan panjang sabar serta anugerah Allah. Pada bagian pertama ini (ayat 1-31) yang ditekankan adalah bangsa Israel berdosa karena telah melanggar Perjanjian Sinai (ayat 5-11), namun Allah tetap setia memelihara mereka oleh anugerah-Nya (ayat 12-16). Bangsa Israel meragukan kasih Allah (ayat 19-20), bahkan kuasa-Nya untuk menyelamatkan mereka (ayat 22). Itu sebabnya murka Allah menyala menghukum mereka (ayat 21,31).

Apakah kebiasaan bercerita kita sudah pupus oleh hiburan-hiburan modern seperti tv, video games, internet, dlsb? Kita perlu belajar menggali kekayaan iman dengan menceritakan kisah-kisah kebaikan Allah, baik yang terdapat dalam Alkitab maupun dari pengalaman nyata hidup kita. Maksud dari kejujuran itu adalah agar iman dan kehidupan generasi penerus makin bertumpu pada kasih karunia Allah dan mereka bertekad untuk tidak mengulang kesalahan-kesalahan yang sama.

Camkan: Kejujuran dalam bercerita tentang hidup adalah akibat dari mengenal Allah telah menerima kita apa adanya.

(0.49) (Luk 22:31) (sh: Dua pesan (Jumat, 2 April 2004))
Dua pesan

Dalam perjamuan terakhir Yesus memberi dua buah pesan: pesan pertama ditujukan kepada Petrus tanpa mengabaikan murid-murid lainnya. Kata 'kamu' dalam ayat 31 ditulis dalam bentuk jamak sehingga tidak menunjuk hanya pada Petrus tetapi juga kepada para murid lainnya. Iblis menuntut agar Petrus dan murid-murid lain “ditampi” seperti gandum (ayat 31). “Ditampi” artinya dipisahkan.

Iblis merasa bila Petrus gagal, maka murid lain juga akan mengikuti jejak Petrus. Situasi demikian disadari sepenuhnya oleh Yesus. Bagaimana Yesus menghadapinya? Yesus berdoa. Dalam doa-Nya Yesus tidak mendoakan agar Petrus tidak mengalami kegagalan, tetapi Yesus justru mendoakan agar kegagalan tersebut tidak mengubah imannya. Artinya, Petrus akan menerima pelajaran yang sangat berharga dari kegagalannya, yaitu bahwa Petrus dimampukan untuk mengerti tentang arti pemulihan. Pelajaran inilah yang kelak memampukan Petrus untuk menguatkan murid-murid lain (ayat 32).

Pesan kedua diberikan kepada murid-murid lain termasuk juga Petrus (ayat 35). Yesus mengingatkan agar mereka mempersiapkan diri secara fisik dan rohani. Persiapan fisik dilambangkan dengan istilah pundi-pundi, sedang persiapan rohani disimbolkan dengan istilah pedang. Akan tetapi mereka memahaminya secara harafiah. Tentu saja pemahaman seperti ini salah. Yesus mengkoreksi pemahaman demikian. Yesus mengatakan perlu membeli pedang (ayat 36), tetapi kemudian mengatakan tidak perlu pedang (ayat 38). Jelas yang dimaksud bukan pengertian secara harfiah. Yesus menegaskan dengan bahasa metafora perlunya persiapan rohani. Mereka perlu pedang rohani. Pedang rohani ini lebih penting dari persiapan fisik (ayat 36).

Renungkan: Ketika kita mengalami kegagalan, kita akan mengerti tentang arti keberhasilan. Pahamilah bahwa gagal dengan kekuatan sendiri membuat kita mengerti tentang arti doa yang bergantung pada Allah.

(0.42) (1Raj 19:9) (sh: Krisis berakhir  pelayanan berakhir. (Kamis, 9 Maret 2000))
Krisis berakhir  pelayanan berakhir.

Ada dua pelajaran yang sangat berguna bagi Kristen dari peristiwa krisis rohani yang    dialami Elia, yaitu bagaimana krisis itu berakhir dan dampak yang    mengikuti krisis itu akibat respons Elia yang kurang terpuji.    Walaupun akhirnya krisis berlalu namun membawa dampak yang kurang    menggembirakan bagi kehidupan pelayanan Elia.

Setelah mendapatkan kekuatan dari makanan yang disediakan    Allah, Elia pergi ke gunung Horeb dan bermalam di gua.    Orientasi pemikiran Elia masih terfokus pada pekerjaan dan    keberadaannya yang  terpojok (ayat 10, 14). Ia nampaknya belum    mampu melepaskan diri dari permasalahan yang membelit dan    melibas dirinya. Setelah ia bertemu dengan Allah yang hadir    melalui angin sepoi-sepoi basa dan firman yang dinyatakan-Nya    yang mengorientasi ulang pemikiran Elia (ayat 15), mulailah ia    sadar dan berubah arah. Berarti kehadiran dan firman-Nya    merupakan satu-satunya 'terapi' bagi krisis rohani Elia.

Namun tampaknya akhir krisis ini juga menandai akhir    kehidupan pelayanan Elia. Allah memerintahkan Elia untuk    mengurapi Elisa sebagai penggantinya. Hal ini cukup mendadak    karena Allah belum pernah membicarakan mengenai regenerasi    kepada Elia. Dan bukankah Elia juga baru saja melakukan    tindakan yang sangat spektakuler dan menakjubkan, yang mampu    membawa bangsa Israel berbalik kepada Allah? Mengapa tiba-    tiba harus menyiapkan pengganti, bukankah Elia masih    diperlukan untuk membimbing bangsa Israel? Alasan yang bisa    kita dapatkan dari peristiwa ini adalah respons Elia sendiri    ketika ia mengalami krisis rohani yaitu "Cukuplah itu,    sekarang ya Tuhan ambillah nyawaku"(ayat 4). Dalam keadaan    tertekan yang luar biasa, ia menyatakan ingin berhenti    melayani lalu mati. Dengan kata lain Elia ingin terbebas dari    permasalahan yang sedang dihadapinya dengan cara melarikan    diri.

Renungkan: Respons kita dalam menghadapi krisis rohani    akan menentukan perjalanan kehidupan pelayanan kita    selanjutnya. Allah tidak menghendaki hamba-Nya menjadi    seorang pengecut yang cepat putus asa dalam menghadapi suatu    masalah. Temuilah Tuhan dan firman-Nya maka orientasi pikiran    kita akan diubahkan, dan kita akan menemukan jawaban dan    jalan keluar bagi krisis rohani kita.



TIP #06: Pada Tampilan Alkitab, Tampilan Daftar Ayat dan Bacaan Ayat Harian, seret panel kuning untuk menyesuaikan layar Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.95 detik
dipersembahkan oleh YLSA